ORIENTASI LOKASI
Kawasan Suku Talang Mamak terletak di Kecamatan Kelayang, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau. Lokasi dapat ditempuh melalui jalan darat dari Rengat (Ibukota Indragiri Hulu) dalam kondisi kering ± 3 jam. Dalam keadaan hujan jalan tersebut akan lumpuh / sulit dilalui, karena sangat licin dan berlumpur.
KILAS BALIK Suku Talang Mamak konon merupakan suku Melayu Asli yang berasal dari daerah Gunung Merapi Sumatera Barat. Akibat terdesak oleh penyebaran Agama Islam, masyarakat Talang Mamak kemudian bermigrasi dan menetap di lereng pegunungan dan pedalaman hutan Indragiri Hulu, keberadaannya hingga saat ini cenderung terisolir dan tertinggal, terutama dalam hal perkembangan sosial dan ekonomi. Suku Talang Mamak juga sering disebut sebagai Suku Langkah Lama atau Suku Anak Dalam. Talang Mamak mengandung arti Tempat yang Terhormat, yaitu kata Talang berarti tempat atau ladang, dan Mamak berarti kerabat dari I bu yang harus dihormati.
KONDISI GEOGRAFIS Tapak umum kawasan adalah ladang perbukitan dengan ketinggian bervariatif mulai dari 10 m hingga 450 m DPL dengan jenis kelandaian campuran yang terdiri atas dataran, perbukitan bergelombang kasar, maupun halus. Temperatur lokal berkisar 22o C hingga 32o C dengan curah hujan rata-rata 1000 mm hingga 2500 mm.
DINAMIKA MASYARAKAT Pola kehidupan masyarakat Suku Talang Mamak sangatlah sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, masyarakat Talang Mamak hanya me manfaatkan apa yang dihasilkan di pekarangan rumah dan ladang, se rta melakukan perburuan dan penangkapan ikan di sungai. Hasil dari berladang, berburu dan me nangkap ikan akan dikonsumsi sendiri, sedangkan hasil menakik (menyadap) karet akan dijual melalui seorang perantara untuk dibawa ke produsen yang lebih besar. Kegiatan bertani dilakukan dengan sistem ladang berpindah. dimana mereka masih mempercayai akan kekuatan gaib yang kuat dan berpengaruh pada pola perpindahan dan pembukaan ladang
serta penentuan hari bercocok tanam.
IDENTITAS KULTUR Rumah Panggung beratap rumbia dengan celah intip berdinding kayu dan berlantai bambu, serta elemen-elemen lainnya seperti lumbung padi yang memiliki bentuk yang khas. Beberapa bentuk ritual kebudayaan yang masih melekat kuat dalam tradisi mereka diantaranya gotong royong, Upacara Bersunat dan mengasah gigi, upacara perkawinan adat yang disertai dengan atraksi sabung ayam dan pencak silat, upacara naik tambak, cuci lantai, serta upacara kematian dan pemakaman.
POLA PERMUKIMAN Permukiman Suku Talang Mamak amat menyebar, dimana permukiman yang satu dengan permukiman yang lainnya relatif terpencar dengan jarak yang sangat berjauhan serta terisolir dengan keterbatasan transportasi dan aksesibilitas, termasuk komunikasi. Bangunan-bangunan permukiman umumnya memiliki bentuk yang amat sederhana, dengan penggunaan bahan bangunan setempat yang diolah dan dibuat sesuai kebutuhan.
Gambaran Kegiatan Penanganan Pengembangan Dusun Talang Mamak dilakukan dengan landasan visi mewujudkan masyarakat yang berjati diri, produktif, mandiri, dihormati dan diakui keberadaannya oleh masyarakat lain, dengan misi (1) memberikan cukup kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan kreativitas pembaharuan (cultural freedom) se hingga terbuka dan mampu bersaing dengan "dunia luar"; (2) pengembangan identitas lokal melalui pelestarian budaya / adat-Istiadat; (3) pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan para kelaku kunci lainnya; serta (4) menciptakan iklim yang kondusif melalui kegiatan yang bersifat fasilitatif dan konsulatif.
Lingkungan permukiman dikembangkan melalui konsep pusat pertumbuhan pada titik sentral permukiman, Pembangunan prasarana dan sarana pada pusat pert umbuhan ini diharapkan dapat mendorong/menarik masyarakat untuk mendekatkan diri pada pusat pertumbuhan, guna mendorong sosialisasi yang lebih intensif antar masyarakat Talang Mamak yang selama ini
cenderung saling mengasingkan diri / berjauhan satu sama lain.
Dalam mendukung pengembangan sumber daya manusia, direncanakan pula pengembangan sarana usaha dalam bentuk pasar-pasar, sarana pendidikan, sarana kesehatan, serta peningkatan prasarana lingkungan yang meliputi air bersih, listrik dan komunikasi. Penentuan prioritas sarana-prasarana tersebut sepenuhnya dimulai dari usulan masyarakat setempat yang dihimpun dari kegiatan rembug warga.
Adapun beberapa bentuk kegiatan pelaksanaan fisik sarana-prasarana yang telah berhasil diwujudkan diantaranya pembangunan pasar desa, peningkatan perkerasan jalan setapak, pembangunan MCK dan sumur gali, rehabilitasi pusat adat, serta rehabilitaasi musholla.
Memperkenalkan kepada anda kehidupan suku Talang Mamak di pedalaman Riau yang secara turun temurun patuh terhadap aturan adat. Talang Mamak merupakan kelompok masyarakat yang tinggal di pedalaman kecamatan Seberida dan Pasir Penyu, kabupaten Indragiri Hulu, propinsi Riau. Kini, tempat tinggal suku Talang Mamak itu dikenal dengan nama kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau. Dalam kesehariannya, suku Talang Mamak dipimpin oleh seorang tetua adat yang disebut Patih Laman. Patih Laman menjadi pemimpin dalam setiap penyelenggaraan upacara adat.
Di kampung Talang Mamak, Patih Laman juga menjadi tabib ketika ada warga Talang Mamak yang menderita penyakit. Berdasarkan ajaran leluhur Talang Mamak, tidak semua keturunan suku Talang Mamak dapat menjadi Patih Laman. Karena Patih L aman diyakini memiliki kekuatan supranatural yang bersifat turun temuru, seorang Patih Laman dipilih berdasarkan garis keturunan dari sesepuh Patih Laman itu sendiri.
Tidak hanya kepada Patih Laman, suku Talang Mamak juga percaya terhadap kekuatan Dewa. Bagi mereka, Dewa dianggap sebagai Sang Maha Agung yang diyakini dapat memberikan perlindungan bagi semua keturunan Talang Mamak. Kepercayaan suku Talang Mamak terhadap Dewa sangat kuat. Begitu kuatnya kepercayaan terhadap peran Sang Dewa, suku Talang Mamak selalu menyelenggarakan ritual pemujaan dan memberikan sesaji kepada Dewa.
Secara turun temurun, suku Talang Mamak hidup berdasarkan ajaran leluhur dan aturan adat. Sebuah aturan adat yang sejak dulu hingga kini tetap mereka jalankan yakni menjaga hutan. Bagi mereka, hutan merupakan sumber kehidupan. Begitu pentingnya arti hutan bagi suku Talang Mamak, tidak semua hutan di
kampung Talang Mamak dapat dimanfaatkan begitu saja, terlebih l agi untuk dijadikan tempat tinggal.
Berdasarkan aturan adat Talang Mamak, hutan terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, area hutan yang hanya boleh dimanfaatkan untuk mendirikan rumah. Di hutan inilah, semua keturunan suku Talang Mamak hidup dan menetap. Hutan yang kedua yakni hutan khusus menjadi tempat untuk bercocok tanam dan mencari kayu bakar untuk memasak.
Hutan ketiga yakni hutan lindung, hutan yang oleh suku Talang Mamak dianggap sebagai hutan keramat dan disakralkan. Bagi suku Talang Mamak, hutan lindung diyakini sebagai tempat bersemayamnya para Dewa. Karena dijadikan tempat yang sakral, pantang bagi suku Talang Mamak menebang pohon meskipun hanya sebatang ketika berada di dalam hutan lindung. Di dalam hutan lindung, suku Talang Mamak hanya diperbolehkan mengambil dedaunan ataupun akar pohon yang dapat dijadikan sebagai bahan pengobatan.
Sejak dulu, suku Talang Mamak hidup sederhana. Setiap hari, wanita Talang Mamak melaksanakan aktifitas rumah tangga di dalam rumah. Lain halnya dengan kaum lelaki. Setiap pagi hingga hari menjelang sore, lelaki Talang Mamak bekerja di ladang dan mencari kayu di hutan untuk dijadikan kayu bakar ataupun bahan bangunan membuat rumah.
Meskipun mencari kayu di hutan telah menjadi aktifitas rutin bagi kaum lelaki Talang Mamak, tidak semua kayu dapat mereka bawa pulang. Mereka hanya diperbolehkan untuk mengambil kayu dari pohon yang telah roboh dengan sendirinya. Untuk kayu bakar, mereka hanya diperbolehkan mengambil ranting pohon yang telah jatuh ke tanah. Ketika ingin membangun sebuah rumah. suku Talang Mamak diperbolehkan menebang pohon di area hutan ladang setelah mendapat ijin dari tetua adat dan menjalankan ritual khusus kepada Sang Dewa.
Kepercayaan suku Talang Mamak terhadap ajaran leluhur dan aturan adat begitu kuat. Tidak hanya menjaga hutan, setiap keturunan Talang Mamak juga diwajibkan untuk menjaga tanah. Bagi mereka, tanah merupakan harta kekayaan yang paling berharga melebihi uang. Pantang bagi suku Talang Mamak menjual tanah terlebih lagi kepada warga yang bukan keturunan Talang Mamak. Ketika ada yang melanggar, aturan adat memberikan sanksi tegas berupa membayar denda sesuai ketentuan adat, dikucilkan dari pemukiman Talang Mamak, serta seumur hidup dianggap durhaka kepada leluhur.
Percaya kepada Dewa, leluhur serta menjalankan aturan adat menjadi bagian terpenting dalam kehidupan suku Talang Mamak. Di pedalaman Riau, suku Talang Mamak hidup selaras dengan hutan dan tanah. Siapa
saja keturunan Talang Mamak yang tidak menjaga hutan dan tanah, malapetaka diyakini dapat mengancam kehidupan suku Talang Mamak.Ari-Ike(24/5)