BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat pesat berbanding terbalik dengan tersedianya lahan untuk tempat tinggal. Menurut Bintarto (1977:134): “Lahan dapat diartikan sebagai land settlemen yaitu suatu tempat atau daerah di mana penduduk berkumpul dan hidup bersama, di mana mereka dapat menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya.” Sehingga dapat disimpulkan setiap manusia membutuhkan lahan untuk dapat hidup. Selain karena meningkatnya jumlah penduduk, pembangunan horizontal dalam skala besar dan faktor ekologis yang mengharuskan kita untuk tidak menggunakan seluruh lahan yang tersedia sebagai media membangun juga merupakan faktor terbatasnya lahan untuk pembangunan. Tidak tersedianya lahan yang cukup dan semakin dibutuhkannya tempat tinggal oleh manusia menjadikan pembangunan pada zaman modern mau tidak mau lebih mengutamakan ke arah vertikal. Perkembangan pada bidang teknologi dan pengetauan telah banyak membantu kegiatan manusia, salah satunya adalah pada bidang pembangunan. Menggunakan teknologi terbarukan, kini telah banyak dibangun bangunan-bangunan tinggi di berbagai belahan dunia sehingga semakin banyak ruang yang didapat pada lahan yang terbatas. Bangunan tinggi atau high-rise building menurut Emporis Standards adalah “A multi-story structure between 35– 100 meters tall, or a building of unknown height from 12–39 floors” atau bila diterjemahkan “suatu struktur bertingkat yang memiliki tinggi antara 35-100 meter atau suatu bangunan yang tingginya tidak diketahui mulai dari lantai ke-12 hingga 39”. Salah satu bangunan tinggi yang dapat dijumpai di berbagai daerah perkotaan adalah bangunan dengan fungsi tempat tinggal yaitu apartemen atau sebagian lagi ada yang menyebutnya dengan flat. Apartemen menurut Poerwadarminta (1991) adalah “kamar atau beberapa kamar (ruangan) yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal, terdapat di dalam suatu bangunan yang biasanya mempunyai kamar atau ruangan-ruangan lain semacam itu” dan beradasarkan pasal 1 UURS no. 16 tahun 1985, apartemen adalah “gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, terbagi atas bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah 1
vertikal dan horizontal dan merupakan satuan-satuan yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah yang dilengkapi dengan bagian bersama, tanah bersama dan benda bersama”. Berdasarkan pengertian bangunan tinggi menurut Emporis Standards, bangunan tinggi erat kaitannya dengan struktur. Suatu sistem struktur yang baik dan tepat diaplikasikan pada suatu bangunan akan mampu memaksimalkan fungsi dari bangunan tersebut serta memberikan rasa nyaman dan aman bagi civitas di dalamnya. Semakin meningkatnya kebutuhan akan apartemen bagi manusia, perlu diketahui pembangunan bangunan tinggi dengan fungsi apartemen yang baik yang baik, baik bagi para arsitek, calon arsitek maupun calon civitas dari bangunan tinggi tersebut. Hal tersebutlah yang mendorong kami untuk menulis makalah dengan judul “Struktur dan Konstruksi Bangunan Tinggi: Fungsi Apartemen”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Sistem struktur apakah yang tepat dan baik digunakan pada bangunan tinggi dengan fungsi apartemen? 2. Bagaimanakah karakteristik sistem struktur bangunan tinggi pada bangunan dengan fungsi apartemen? 3. Bagaimakah hubungan antara sistem struktur bangunan tinggi dengan fungsi bangunan apartemen? 4. Bagaimakah hubungan antara sistem struktur bangunan tinggi dengan sistem utilitas pada bangunan dengan fungsi apartemen?
1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan kepada rumusan masalah, tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui sistem struktur bangunan tinggi yang tepat dan baik digunakan pada bangunan tinggi dengan fungsi apartemen. 2. Mengetahui karakteristik sistem struktur bangunan tinggi pada bangunan tinggi dengan fungsi apartemen 3. Mengetahui hubungan antara sistem struktur dengan fungsi bangunan apartemen. 4. Mengetahui hubungan antara sistem struktur bangunan tinggi dengan sistem utilitas pada bangunan tinggi dengan fungsi apartemen. 2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah ini diharapkan dapat memberikan mengenai struktur bangunan tinggi dengan fungsi apartemen kepada berbagai pihak terutama bagi para mahasiswa Teknik Arsitektur yang kelak akan menjadi arsitek-arsitek pofesional yang mampu merencanakan dan merancang bangunan tinggi dengan fungsi apartemen yang baik. Makalah ini juga diharapkan dapat menjadi sumber bacaan serta referensi bagi berbagai pihak mengenai struktur bangunan tinggi dengan fungsi apartemen.
3
BAB II STUDI PUSTAKA
2.1 Pengertian Bangunan Tinggi Bangunan tinggi adalah istilah untuk menyebut suatu bangunan yang memiliki struktur tinggi. Penambahan ketinggian bangunan dilakukan untuk menambahkan fungsi dari bangunan tersebut seperti bangunan apartemen tinggi atau perkantoran tinggi. Bangunan tinggi menjadi ideal dihuni oleh manusia sejak penemuan elevator (lift) dan bahan bangunan yang lebih kuat. Berdasarkan beberapa standard, suatu bangunan biasa disebut sebagai bangunan tinggi jika memiliki ketinggian antara 75 kaki dan 491 kaki (23 m hingga 150 m). Bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 492 kaki (150 m) disebut sebagai pencakar langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki (4 meter), sehingga jika suatu bangunan memiliki tinggi 79 kaki (24 m) maka idealnya memiliki 6 tingkat. Bahan yang digunakan untuk sistem struktural bangunan tinggi adalah beton kuat dan besi. Banyak pencakar langit bergaya Amerika memiliki bingkai besi, sementara blok menara penghunian dibangun tanpa beton. Meskipun definisi tetapnya tidak begitu jelas, banyak lembaga mencoba mengartikan pengertian 'bangunan tinggi', antara lain:
International Conference on Fire Safety in High-Rise Buildings mengartikan bangunan tinggi sebagai "struktur apapun dimana tinggi dapat memiliki dampak besar terhadap evakuasi"
New Shorter Oxford English Dictionary mengartikan bangunan tinggi sebagai "bangunan yang memiliki banyak tingkat"
Massachusetts General Laws mengartikan bangunan tinggi lebih tinggi dari 70 kaki (21 m)
Banyak insinyur, inspektur, arsitek bangunan dan profesi sejenisnya mengartikan bangunan tinggi sebagai bangunan yang memiliki tinggi setidaknya 75 kaki (23 m). (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Bangunan_tinggi)
4
2.2 Pengertian Apartemen
Kamar atau beberapa kamar (ruangan) yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal, terdapat di dalam suatu bangunan yang biasanya mempunyai kamar atau ruanganruangan lain semacam itu (Poerwadarminta, 1991).
Suatu kompleks hunian dan bukan sebuah tempat tinggal yang berdiri sendiri (Joseph de Chiara, Time saver Standards for Building Types).
Sebuah ruangan atau beberpa susunan ruangan dalam beberapa jenis yang memiliki kesamaan dalam suatu bangunan yang digunakan sebagai rumah tinggal (Stein, 1967).
Gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, terbagi atas bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah vertikal dan horizontal dan merupakan satuan-satuan yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, yang dilengkapi dengan bagian bersama, tanah bersama dan benda bersama (pasal 1 UURS no.16 tahun 1985).
Suatu bangunan terdiri dari tiga unit atau lebih, rumah tinggal di dalamnya merupakan suatu bentuk kehidupan bersama, dalam lingkungan tanah yang terbatas.
Semua jenis hunian atau tempat tinggal (multiply family), kecuali sebuah rumah tinggal yang berdiri sendiri bagi satu keluarga (single dwelling unit).
Suatu bangunan yang dibagi dalam kamar-kamar atau kelompok kamar yang dipisahkan satu dengan lainnya dengan partisi, yang digunakan sebagai unit hunian.
Suatu ruangan atau kumpulan ruang yang digunakan sebagai unit hunian atau rumah tinggal yang sifatnya dapat digunakan sebagai milik pribadi atau disewakan (Adhistana, n.d). Bagi masayarakat kota, tinggal di apartemen sebenarnya bukanlah hal istimewa.
Tinggal di apartemen sama seperti tinggal di komplek perumahan, bahkan fasilitas yang tersediapun hampir sama, yang menjadi perbedaan adalah bentuknya, apartemen berbentuk vertikal sehingga penggunaan lahan lebih efisien dan merupakan solusi yang paling ideal untuk menyelesaikan masalah permukiman di kota (Akmal, 2007).
5
2.3 Klasifikasi Apartemen 2.3.1 Berdasarkan tipe pengelolaanya, terdapat tiga jenis apartemen (Akmal, 2007), yaitu: • Serviced Apartment Apartemen yang dikelola secara menyeluruh oleh menajemen tertentu. Biasanya menyerupai cara pengelolaan sebuah hotel, yaitu penghuni mendapatkan pelayanan menyerupai hotel bintang lima, misalnya unit berperabotan lengkap, house keeing, layanan kamar, laundry, business center. • Apartmen Milik Sendiri Apartemen yang dijual dan dapat dibeli oleh pihak individu. Mirip dengan apartemen sewa, apartemen ini juga tetap memiliki pengelola yang mengurus fasilitas umum penghuninya. • Apartmen sewa Apartemen yang disewa oleh individu tanpa penyelayanan khusus. Meskipun demikian, tetap ada menejemen apartemen yang mengatur segala sesuatu berdasarkan kebutuhan bersama seperti sampah, pemeliharaan bangunan, lift, koridor, dan fasilitas umum lainnya.
2.3.2 Berdasarkan kategori jenis dan besar bangunan (Akmal, 2007), apartemen terdiri dari: • High-Rise Apartment Bangunan apartemen yang terdiri lebih dari sepuluh lantai. Dilengkapi area parker bawah tanah, system keamanan dan servis penuh. Struktur apartemen lebih kompleks sehingga desain unit apartemen cenderung standard. Jenis ini banyak di bangun di pusat kota. • Mid-Rise Apartment Bangunan apartemen yang terdiri dari tujuh sampai dengan sepuluh lantai. Jenis apartemen ini lebih sering dibangun di kota satelit. • Low-Rise Apartment Apartemen dengan ketinggian kurang dari tujuh lantai dan menggunakan tangga sebagai alat transportasi vertikal. Biasanya untuk golongan menengah kebawah. • Walked-up Apartment Bangunan apartemen yang terdiri atas tiga sampai dengan enam lantai. Apartemen ini kadang-kadang memiliki lift, tetapi dapat juga tidak menggunakan. Jenis apartemen ini 6
disukai oleh keluarga yang lebih besar (keluarga inti ditambah orang tua). Gedung apartemen ini hanya terdiri atas dua atau tiga unit apartemen.
2.3.3 Jenis apartemen berdasarkan tipe unitnya ada empat (Akmal, 2007), yaitu: • Studio Unit apartemen yang hanya memiliki satu ruang. ruang ini sifatnya multifungsi sebagai ruang duduk, kamar tidur dan dapur yang semula terbuka tanpa partisi. Satu-satunya ruang yang terpisah biasanya hanya kamar mandi. Apartemen tipe studio relative kecil. Tipe ini sesuai dihuni oleh satu orang atau pasangan tanpa anak. Luas unit ini minimal 20-35 m². • Apartemen 1-3 kamar/apartemen keluarga Pembagian ruang apartemen ini mirip rumah biasa. Memiliki kamar tidur terpisah serta ruang duduk, ruang makan, dapur yang bisa terbuka dalam satu ruang atau terpisah. Luas apartemen tipe ini sangat beragam tergantung ruang yang dimiliki serta jumlah kamarnya. Luas minimal untuk satu kamar tidur adalah 25 m², 2 kamar tidur 30 m², 3 kamar tidur 85², dan 4 kamar tidur 140 m². • Loft Loft adalah bangunan bekas gudang atau pabrik yang kemudian dialihfungsikan sebagai apartemen. Caranya adalah dengan menyekat-nyekat bangunan besar ini menjadi beberapa unit hunian. Keunikan loft apartment adalah biasanya memiliki ruang yang tinggi, mezzanine atau dua lantai dalam satu unit. Bentuk bangunannyapun cenderung berpenampilan industrial. Ttetapi, beberapa pengembang kini menggunakan istilah loft untuk apartemen dengan mezzanine atau dua lantai tetapi dalam bangunan yang baru. • Penthouse Unit hunian ini berada di lantai paling atas sebuah bangunan apartemen. Luasnya lebih besar daripada unit-unit dibawahnya. Bahkan, kadang-kadang satu lantai hanya ada satu atau dua unit saja. Selain lebih mewah, penthouse juga sangat privat karena memiliki lift khusus untuk penghuninya. Luas minimumnya adalah 300 m².
2.3.4 Klasifikasi apartemen berdasarkan kepemilikan (Chiara, 1986), yaitu: • Apartemen Sewa Pemilik membangun dan membiayai operasi serta perawatan bangunan, penghuni membayar uang sewa selama jangka waktu tertentu. • Apartemen Kondominium 7
Penghuni membeli dan mengelola unit yang menjadi haknya, tidak ada batasan bagi penghuni untuk menjual kembali atau menyewakan unit miliknya. Penghuni biasanya membayar uang pengelolaan ruang bersama yang dikelola oleh pemilik gedung. • Apartemen Koperasi Apartemen ini dimiliki oleh koperasi, penghuni memiliki saham di dalamnya sesuai dengan unit yang ditempatinya. Bila penghuni pindah, ia dapat menjual sahamnya kepada koperasi atau calon penghuni baru dengan persetujuan koperasi. Biaya operasional dan pemeliharaan ditanggung oleh koperasi.
8
BAB III PEMBAHASAN STUDI KASUS 3.1 North Apartment of L’avenue Office and Apartments 3.1.1 Identitas Bangunan
Gambar 3.1 L’Avenue Office and Apartments (Dari kiri: Kantor, Apartemen Utara, Apartemen Selatan) (sumber: dokumen pribadi)
Lokasi
: Jalan Raya Pasar Minggu KM 16, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Awal Pembuatan
: 10 Juni 2014
Selesai
: 10 Desembar 2015
Jumlah Lantai
: 23
Lift
:4
Jumlah Unit
: 253
Luas Bangunan
: 35.000 m2
Luas Tanah
: 12.000 m2
Fasilitas
: Swimming Pool, Gym, Teniss Court, Basket Court, Mini Market, Restaurant, Play Ground, Jogging Track, Atm Center, Security Card, Library.
Developer
: Bintang Rajawali Perkasa PT. L’Avenue
Arsitek
: Urbane Indonesia, PT. 9
Kontraktor
: - Berdikari Pondasi Perkasa, PT. - Caisson Dimensi, PT. - Indalex, PT. - Pulau Intan Bajaperkasa Konstruksi, PT.
Elemen Ruang
: 1. Lantai - Ruang Keluarga
: Marble
- Kamar Tidur
: Marble
- Kamar Mandi
: Homogeneous Tile
- Koridor
: Homogeneous Tile
2. Dinding - Interior
: Brick Wall
- Eksterior
: Brick Wall
- Koridor
: Brick Wall
3. Langit-langit - Jarak lantai ke lantai 5.00m - Jarak lantai ke langit-langit 2.70m - Plafon Gypsum Wallboard Tipe Kamar
: 1 Bedroom dengan luas 63m2 2 Bedroom dengan luas 102m2 3 Bedroom dengan luas 163m2
10
3.1.2 Sistem Struktur yang Digunakan pada Apartemen L’Avenue
Gambar 3.2 Site Plan dari L’Avenue Office and Apartments (sumber: dokumen pribadi)
Pada Apartemen L’Avenue digunakan sistem struktur core sebagai sistem struktur utama dan sistem struktur kolom balok sebagai tambahanya. Core atau inti bangunan menurut Schueller (1989) adalah suatu tempat untuk meletakan transportasi vertikal dan distribusi energi ( seperti lift, tangga, wc dan shaft mekanis ). Inti adalah tempat untuk memuat sistem-sistem transportasi mekanis dan vertikal serta menambah kekakuan bangunan. Penggunaan sistem single core pada bangunan ini disebabkan karena bangunan yang tinggi sehingga di perlukannya core sebagai pengaku dan sebagai penyalur gaya lateral yang baik. Penggunaan sistem single core dipertimbangkan juga karean bentuk bangunan yang simetris sehingga core sebagai pengaku terdapat di tengah-tengah bangunan dengan ukuran 9,8m x 9,2m.
11
Gambar 3.3 Letak Core pada Bangunan (sumber: dokumen pribadi)
Selain sistem core terdapat juga sistem rangka kolom dan balok sebagai sistem struktur penunjang. Struktur rangka dipilih karena dapat menyalurkan beban dengan baik selain itu sistem rangka ini dapat disesuaikan dengan fungsi bangunan sebagai apartmen yang mana di dalamnya tiidak banyak memerlukan ruang yang luas dan bebas dari kolom. Kolom yang dibuat pada bangunan L’Avenue ini bebbentuk kolom pipih yang semakin keatas kolom ini semakin ramping dengan ukuran kolom pada lantai dasar 1,2m x 0,7m dan pada lantai teratas berukuran 1,2m x 0,5m.
Gambar 3.4 Susunan Kolom pada Bangunan (sumber: dokumen pribadi)
3.1.3 Hubungan Struktur dengan Fungsi Pada bangunan apartemen L’Avenue ini menggunakan sistem core dimana core bangunan di fungsikan sebagai ruang akses sirkulasi vertical berupa lift, trash room, ruang panel dan juga difungsikan sebagai shaft. 12
Posisi core sebagai lift bangunan
Gambar 3.5 Posisi Core sebagai Lift (sumber: dokumen pribadi)
Gambar 3.6 Pengaturan Fungsi pada Core (sumber: dokumen pribadi)
Sistem lain yaitu sistem rangka digunakan sebagai modul dalam pengaturan ruang dalam apartemen. Modul pengaturan jumlah tipe apartemen dalam setiap lantai bangunan dipengaruhi oleh susunan kolom pada bangunan L’Avenue ini. Berikut adalah contoh modul ruang pada lantai 7 bangunan apartemen L’Avenue
13
Gambar 3.7 modul ruang Lt. 7 Apartemen Utara L’Avenue (sumber: dokumen pribadi)
3.1.4 Hubungan Struktur dengan Utilitas Utilitas merupakan suatu sistem pelengkap pada bangunan yang tujuannya untuk mendukung aktifitas penghuni dalam bangunan sehingga penghuni merasa aman dan nyaman. Utilitas juga dapat berarti sebuah pengaturan ruang yang baik yang didasarkan pada fungsi, hubungan antar ruang, dan teknologi bangunan. Sebelumnya sudah dijelaskan dalam bangunan apartemen ini menggunakan sistem struktur core. Dalam hubungannya dengan utilitas, core berfungsi sebagai tempat dimana saluran utilitas atau shaft ditempatkan. Pada bangunan ini saluran shaft dibedakan menjadi dua yakni shaft ME dan shaft untuk plumbing. Kemudian dari shaft ini saluran utilitas akan disalurkan di atas plafond menuju masing-masing komponen utilitas. Selain saluran shaft core difungsikan juga sebagai ruang untuk menempatkan sirkulasi vertical berupa lift. Lift dibuat dari basement hingga laintai teratas dari bangunan mengikuti posisi core. Selain didalam core terdapat juga komponen transportasi vertikal berupa tangga di luar core.
Gambar 3.8 Denah Ruang-ruang yang Terletak pada Inti Bangunan (Core) (sumber: dokumen pribadi)
14
Inti dari bangunan apartemen L’Avenue ini berjumlah 1 inti dengan bentuk persegi panjang yang terletak pada titik berat bangunan. Pada core ini terdapat beberapa ruang sistem utilitas seperti lift, MEP, Janitor, trash room dan ruang panel.
3.2 Burj Khalifa 3.2.1 Identitas Bangunan
Gambar 3.9 Burj Khalifa (sumber: http://img0.gtsstatic.com/wallpapers/46494fc68edda327a8b7ef80dfe8cf07_large.jpeg)
Burj Khalifa atau yang awalnya memiliki nama Burj Dubai (Dubai Tower/Menara Dubai) merupakan bangunan tertinggi di dunia. Ketinggian Burj Khalifa mencapai 828 meter (2.717 kaki) dengan jumlah lantai lebih dari 160 lantai. Burj Khalifa terletak di Uni Emirat Arab dan menjadi bangunan tertinggi di dunia yang pernah dibuat oleh manusia setelah melewati ketinggian Taipei 101 pada 21 Juli 2007 dan melewati ketinggian dari CN Tower pada 12 September 2007 serta KVLYTV di Amerika Serikat sebagai struktur bebas tanpa penyangga tertinggi di dunia pada tanggal 7 April 2008. Struktur tertinggi yang pernah dibuat oleh manusia, Menara Radio Warsawa 645,4 m (2.120 kaki) dibuat pada 1974 (namun runtuh pada saat renovasi pada 1991) berhasil dilewati pada 1 September 2008. Rekor lainnya adalah menara ini memunyai lift tercepat sebanyak 54 lift dengan kecepatan 60 km/jam atau 16.7 m/s dan merupakan bangunan dengan paling banyak lantai: 160 (sebelumnya Menara Willis dan World Trade Center - 110 lantai). 15
Burj Khalifa mulai dikerjakan pada tanggal 21 September 2004 dan resmi dibuka pada tanggal 4 Januari 2010. Total biaya dari bangunan tertinggi di dunia ini bila dihitung beserta pengembangan Downton Dubai mencapai USD 20 Miliar. Pengerjaan Burj Khalifa bertepatan dengan krisis keuangan global pada tahun 20072010 sehingga pemerintah Dubai ketika itu meminta bantuan dana dari negara tetangganya yaitu Abu Dhabi. Nama Burj Khalifa kemudian digunakan menggantikan nama Burj Dubai demi menghormati Presiden Uni Emirat Arab kala itu yaitu presiden Khalifa Bin Zayed Al Nahyan.
Data Bangunan Burj Khalifa : Lokasi
: Dubai, Uni Emirat Arab
Ketinggian
: 828 meter (2.717 kaki)
Jumlah lantai
: 160 lantai
Luas lantai
: 334.000 m2 (3.595.100 sqft)
Lama pengerjaan
: 21 September 2004 – 4 Januari 2010
Arsitek
: Adrian Smith at Skidmore, Owings and Merrill (SOM)
Insinyur Struktur
: Bill Baker at SOM
Developer
: Emaar Properties
Fasilitas
: - Lebih dari 900 kamar apartemen (studio, apartemen tingkat 1 hingga 4) - Fitness Center - Jacuzzi - Supermarket - Restoran - Ruang Komunitas Tembakau - Basement parkir hingga 3000 kendaraan - Klub kesehatan empat lantai - Gymnasium khusus wanita - Spa - Kolam renang - Dua lapangan tenis - Taman bermain anak-anak - Taman seluas 11 hektar 16
- Ruang observatorium - 54 lift dengan kecepatan 60 km/jam (16,7 m/s) - Sky lobby pada lantai 43, 76 dan 123
3.2.2 Struktur pada Bangunan Burj Khalifa Bentuk dasar dari bangunan Burj Khalifa mengadaptasi bentuk sebuah bunga yang bernama bunga Hymenocallis. Dengan bentuk dasar berbentuk huruf Y, bangunan mampu mengatasi beban angin secara horizontal.
Gambar 3.10 Context Plan dari Burj Khalifa (sumber: http://openbuildings.com/buildings/buttressed-corestructural-system-for-burj-khalifa-profile-5429/media)
Gambar 3.11 Alur Angin pada Bangunan Burj Khalifa (sunber: sumber: http://openbuildings.com/buildings/buttressed-corestructural-system-for-burj-khalifa-profile-5429/media)
17
Pondasi dari Burj Khalifa menggunakan pondasi tiang pancang berjumlah 194 tumpukan dengan diameter 1,5 meter ditanam hingga kedalaman 50 meter di dalam tanah. Pondasi tiang pancang tersebut tertanam di bawah slab setebal 3,75 meter.
Gambar 3.12 Pondasi Burj Khalifa (sumber: http://koaladigital.blogspot.co.id/2015/01/burj-khalifa-gedung-tertinggi-di-dunia.html)
Gambar 3.13 Pondasi Burj Khalifa (sumber: http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=534013&page=687)
Gambar 3.14 Titik-titik Pondasi dari Burj Khalifa (sumber: http://imgkid.com/burj-khalifa-top-view-plan.shtml)
18
Dengan tinggi 828 meter, bangunan ini menggunakan sistem struktur utama yaitu struktur core terpusat dan struktur bearing walls serta struktur tambahan yaitu outrigger pada ruang mekanikalnya. Dilakukan setback tiap beberapa lantai pada bangunan untuk mengurangi beban serta memaksimalkan kemampuan dari sistem struktur yang digunakan. Selain menjadi pusat dari struktur bangunan ini, pada core juga ditempatkan lift bahkan ruangan-ruangan dengan fungsi yang berbeda. Terdapat 6 lift dengan fungsi service yang melayani hingga lantai 138 diletakkan pada core serta lift-lift lain yang difungsikan untuk pengunjung melayani hingga ketinggian 514 meter atau pada lantai 140.
Gambar 3.15 Core dan Bearing Walls pada Bangunan Burj Khalifa (warna pink) (sumber: http://openbuildings.com/buildings/buttressed-corestructural-system-for-burj-khalifa-profile-5429/media)
19
Gambar 3.16 Outrigger Wall pada Lantai Mekanikal (Lantai 75) (sumber: http://www.slideshare.net/safaamohammed5496/burj-khalifa-48217403)
Ketinggiannya yang fantastis menjadikan struktur pada bangunan ini dibuat bertahap dengan sistem yang disebut “3 days cycle” atau siklus tiga harian, di mana pada hari pertama baja penulangan core yang telah terfabrikasi di bawah, diangkut ke atas menggunakan crane kemudian dimasukkan ke dalam rangka dan dicor. Pada hari kedua dilakukan pengerjaan dinding-dinding pemikul yang terhubung dengan core dan dilanjutkan dengan pelantaian pada hari ketiga, begitu seterusnya hingga pada lantai 156. Untuk dapat mencapai ketinggian tersebut, beton dipompa dari bawah hingga maksimum mencapai lantai 156 dengan menggunakan bantuan pompa berkekuatan tinggi. Terdapat total 6 pompa penyalur beton cair dengan 1 pompa menyalurkan beton untuk core, 3 pompa menyalurkan beton untuk tiap sayap dan 1 pompa sebagai cadangan. Terdapat pula sebuah pompa emergency pada lantai 124. Karena tingginya suhu pada daerah Uni Emirat Arab, pengecoran beton pada bangunan Burj Khalifa dilakukan pada malam hari untuk menghindari terjadinya penguapan serta bahaya lainnya akibat panas yang tinggi.
20
Gambar 3.17 Core pada Bangunan Burj Khalifa (1=Wings, 2=Denah bentuk Y, 3=Core bangunan) (sumber: http://newsimg.bbc.co.uk/media/images/47034000/ gif/_47034596_burj_tower466x360.gif)
2 1
2
3 2
Gambar 3.18 3 Days Cylce pada Burj Khalifa (1=Inti Core, 2=Dinding Pemikul, 3=Slab/Pelantaian) (sumber: https://pbs.twimg.com/media/BpekbNMIQAAFSHU.jpg)
21
Gambar 3.19 Mesin Pompa Beton Burj Khalifa (sumber: http://www.pmw.co.in/pm_india/img/content/CT_Burj-Dubai-06-02880_500x375.jpg)
Lantai 156 (ketinggian 568m) merupakan akhir dari konstruksi beton pada bangunan tertinggi di dunia ini. Di atas lantai tersebut digunakan konstruksi baja. Konstruksi baja digunakan karena distribusi beton cair melewati ketinggian lantai 156 mengalami hambatan dan juga demi mengurangi beban keseluruhan pada bangunan itu sendiri.
22
Lantai 160 dan di atas 156-159 155 139-154 136-138 125-135 124 123 122 111-121 109-110 77-108 76 73-75 44-72 43 40-42 38-39 19-37 17-18 9-16 1-8 Ground Concourse B1-B2
Digunakan Mechanical Mekanis Komunikasi dan penyiaran Mekanis Corporate suite Mekanis Corporate suite At the Top observatory Sky lobby At.mosphererestaurant Corporate suite Mekanis Residential Sky lobby Mekanis Residential Sky lobby Mechanical Armani Hotel suites Armani Residences Mechanical Armani Residences Armani Hotel Armani Hotel Armani Hotel Parkir, mekanik
Gambar 3.20 Detail Lantai dari Bangunan Burj Dubai (Burj Khalifa) (sumber: http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=534013&page=687)
23
Material Struktur Material struktur yang digunakan pada bangunan ini adalah : 1. Beton Kelebihan beton : -
Material beton mampu menahan gaya tekan serta bersifat tahan terhadap korosi dan pembusukan
-
Beton segar mudah di cetak sesuai keinginan dan cetakannya juga dapat di pakai lebih dari sekali tergantung dari kualitas cetakan yang di buat.
-
Beton segar dapat di semprotkan pada permukaan beton lama yang retak atau di isikan pada beton dalam proses perbaikan.
-
Beton segar dapat di pompa sehingga memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat yang sulit.
-
Beton sudah pasti tahan aus dan tahan bakar.
Kekurangan beton : -
Beton di anggap tidak mampu menahan gaya tarik sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu di berikan tulangan baja sebagai penahan gaya tarik.
-
Beton keras masih mempunyai sifat mengembang atau menyusut jika terjadi perubahan suhu sehingga perlu di buat dilatasi untuk mencegah terjadinya retakan retakan.
-
Untuk mendapatkan beton kedap air yang sempurna, harus dikerjakan dengan teliti.
-
Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus di hitung dengan teliti agar setelah di kompositkan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
24
2. Baja Kelebihan Baja : -
Kuat tarik tinggi
-
Tidak dimakan rayap
-
Hampir tidak memiliki perbedaan nilai muai dan susut
-
Bisa di daur ulang
-
Dibanding Stainless Steel lebih murah
-
Dibanding beton lebih lentur dan lebih ringan
-
Dibanding alumunium lebih kuat
Kekurangan Baja : -
Bisa berkarat.
-
Lemah terhadap gaya tekan.
-
Tidak fleksibel seperti kayu yang dapat dipotong dan dibentuk berbagai profile
-
Tidak kokoh
-
Tidak tahan api
3.2.3 Latar Belakang Pemilihan Struktur Sistem struktur utama yang digunakan pada bangunan Burj Khalifa ini adalah sistem struktur core dan dinding pemikul (bearing walls). Sistem struktur core (inti) digunakan karena sistem core merupakan struktur bangunan tinggi yang paling aman serta paling umum digunakan pada bangunan tinggi. Sifatnya yang kaku serta kuat dalam menahan beban bangunan serta beban strukturnya sendiri menjadi alasan utama dipilihnya sistem struktur tersebut. Sistem struktur dinding pemikul yang tersambung dengan core bangunan menjadi sistem struktur tambahan yang memikul beban vertikal pada bangunan. Fungsi bangunan sebagai tempat hunian (apartemen) menjadikan tidak banyak ruang yang memerlukan ruang bebas kolom sehingga penggunaan dinding pemikul yang memiliki ketahanan terhadap gaya tekan yang kuat dipilih sebagai sistem struktur tambahan. Sistem struktur outrigger yang menjadi sistem struktur tambahan pada lantailantai yang berfungsi sebagai ruang mekanikal digunakan untuk menjaga kelenturan dari lantai-lantai mekanikal ketika terjadi gaya axial (seperti gempa) karena pada 25
lantai-lantai mekanikal terdapat ruang-ruang penting seperti ruang kelistrikan yang menjaga pasokan listrik menuju lift emergency, lampu emergency dan sebagainya. Serta agar lantai di atasnya tidak mudah collapse dan jatuh menimpa peralatan mekanikal yang terdapat pada lantai di bawahnya.
3.2.4 Hubungan Struktur dengan Fungsi Struktur core terpusat yang digunakan pada bangunan Burj Khalifa selain menjadi sistem struktur utama bangunan juga merupakan koridor yang menjadi penghubung tiap sayap bangunan. Koridor tersebut berisi lift dan ruang-ruang service yang dapat diakses baik oleh penyewa apartemen maupun pegawai/pengelola bangunan. Sistem core dan dinding pemikul yang saling terhubung membentuk modul-modul ruang pada bangunan ini.
Gambar 3.21 Core Menjadi Koridor dan Bearing Walls Membentuk Modul Ruang (sumber: http://openbuildings.com/buildings/buttressed-corestructural-system-for-burj-khalifa-profile-5429/media)
Dapat dilihat pada denah lantai 53 di atas pada ujung tiap sayap memiliki ruangan yang paling luas dan merupakan apartemen dengan tipe suite yang terhubung dengan lantai di bawahnya (apartemen 3 tingkat), memiliki nilai sewa yang lebih mahal dibandingkan apartemen lainnya. Core yang diletakkan di pusat bangunan serta dinding pemikul yang ditempatkan di bagian tengah tiap sayap menjadikan setiap 26
ruang tidur dari apartemen yang ada pada bangunan berada pada sisi ujung/pinggir bangunan. Hal ini dimaksudkan agar setiap ruang tidur memiliki view langsung ke arah luar bangunan yang merupakan nilai tambah dari bangunan. Sementara ruangruang yang berada pada bagian tengah tiap sayap menjadi ruang tambahan dan servis seperti toilet dan ruang asisten rumah tangga. Selain menjadi media transportasi vertikal, ruang-ruang servis seperti gudang dan ruang binatu (laundry) juga ditempatkan pada ruang sisa yang terdapat pada core.
Gambar 3.22 Penempatan Ruang Binatu dan Janitor pada Core (lantai 7) (sumber: images.google.com)
3.2.5 Hubungan Struktur dengan Utilitas Core yang terdapat pada pusat bangunan selain menjadi media transportasi horizontal yaitu koridor juga menjadi media transportasi vertikal mekanis berupa lift yang memikili kecepatan tertinggi di dunia yaitu 60 km/jam. Terdapat 6 lift servis yang melayani hingga total 138 lantai dan lift pengunjung yang berhenti setiap beberapa lantai. Selain core, dinding pemikul pada tiap sayap juga menjadi sistem transportasi vertikal non-mekanis yaitu tangga darurat. Ketebalan dinding pemikul yang mencapai 65cm mampu menahan panas dan api hingga beberapa jam. Tangga darurat tersebut ada yang terhubung ke koridor dan ada pula yang dapat diakses langsung dari dalam apartemen.
27
Gambar 3.23 Fire & Life Safety Plan Burj Khalifa (level 42) (sumber: http://www.slideshare.net/safaamohammed5496/burj-khalifa-48217403)
28
BAB IV KESIMPULAN & SARAN
4.1 Kesimpulan 1. Bangunan tinggi dengan fungsi apartemen umumnya menggunakan sistem struktur core sebagai sistem struktur utama dengan tambahan sistem struktur lainnya seperti struktur rangka (kolom & balok) atau dinding pemikul (bearing walls). 2. Sistem struktur core selain menjadi struktur utama dari bangunan apartemen juga menjadi media transportasi vertikal seperti lift dan tangga. Beberapa ruangan dengan fungsi servis seperti ruang janitor, ruang binatu dan ruang pengolahan sampah juga dapat diletakkan pada core. 3. Sistem struktur tambahan seperti kolom-balok dan dinding pemikul dapat digunakan dengan alasan sistem struktur tersebut memiliki ketahan yang tinggi terhadap beban vertikal serta sekaligus mampu menjadi modul ruang dari bangunan apartemen tersebut. Material dari sistem struktur kolom-balok dan dinding pemikul yang berupa beton bertulang juga memiliki ketahan yang baik terhadap gaya tekan dan gaya tarik.
4.2 Saran 1. Bangunan tinggi dengan fungsi apartemen sebaiknya dirancang semakin mengecil pada bagian atas untuk mengurangi beban dari angin serta beban dari bangunan itu sendiri. 2. Perlu diperhatikan sistem keamanan dari bangunan tinggi dengan fungsi apartemen karena memiliki banyak civitas/penghuni di dalamnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Indarwanto, Muji. 2013. Bahan Ajar Mata Kuliah Teknologi Bangunan 6. Universitas Mercu Buana. Diunduh melalui [http://dosen.narotama.ac.id/wpcontent/uploads/2013/01/SISTEM-STRUKTUR-BANGUNAN-TINGGI.doc] Abdulsaad, Safa. 2015. Burj Khalifa, Case Study. Sebuah Presentasi, diunduh melalui [http://www.slideshare.net/safaamohammed5496/burj-khalifa-48217403] Dwiyanto, Agung dan Septana. 2014. Struktur Bangunan Tinggi. Diunduh melalui [https://www.scribd.com/doc/209717283/STRUKTUR-BANGUNANTINGGI#download] http://www.burjkhalifa.ae/en/the-tower/structures.aspx Weigand, Jonathan. 2013. Bringing to Life the World’s Tallest Structure. University of Tennessee. Sebuah jurnal, diunduh melalui [http://trace.tennessee.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1153&context=pursuit] Sidiq, Rochamma. 2014. Metode Perancangan Burj Khalifa. Universitas Kebangsaan Bandung. Sebuah presentasi, diunduh melalui [https://www.academia.edu/9165653/gambar_cara_dan_tahapan_rancangan_The_sky scrapper_burj_khalifa_universitas_kebangsaan_bandung] Al- Banjari, Khairul. 2013. 2 Mahakarya Arsitek Adrian Smith, Burj Khalifa dan Kingdom Tower. Sebuah blogpost, diunduh melalui [http://umamalbanjari.blogspot.co.id/2013/04/2-mahakarya-arsitek-adrian-smithburj.html] Suryani, Dinastia. 2010. PENERAPAN SISTEM STRUKTUR DINDING MEMIKUL (BEARING WALL) (Studi Kasus: Perbandingan Sistem Struktur Pada RUSUNAWA Pulo Gebang Dengan Cengkareng). Universitas Indonesia. Sebuah skripsi, diunduh melalui [http://www.scribd.com/doc/232355105/Bearing-Wall#scribd] https://id.wikipedia.org/wiki/Bangunan_tinggi
30