Struktur Dan Konstruksi Bangunan BajaFull description
Defenisi Sistem Struktur Dan Konstruksi BangunanDeskripsi lengkap
Ref
Deskripsi lengkap
Full description
rumah adatFull description
gambar macam-macam bentuk rumah adat tradisional di IndonesiaDeskripsi lengkap
Corak dasar Melayu Riau umumnya bersumber dari alam, yakni terdiri atas flora, fauna, dan benda-benda angkasa. Benda-benda itulah yang direka-reka dalam bentuk-bentuk tertentu, baik menurut …Full description
Full description
rumah adat
rumah adat bugisDeskripsi lengkap
2.6
Struktur dan Konstruksi Rumah Adat di Kampung Urug Bangunan rumah terdapat di kampung Urug ini secara garis besar mempunyai
konsep untuk kehangatan ruangan dan penghuninya, namun juga masih kuat unsur tradisionalnya. Hal ini dapat dilihat dari ciri-cirinya yaitu rumah lebih kompak dengan serambi kecil yang terbuka. Di kampung adat Urug terdapat tiga bangunan adat dan lumbung padi (leuit ( leuit ) di samping bangunan yang digunakan sebagai tempat pemukiman masyarakat setempat, yaitu : 1. Gedong Gede Gedong Gede adalah gedung yang mempunyai fungsi sebagai tempat musawarah dan juga balai pertemuan warga ketika ada permasalahan berkaitan dengan adat. Selain itu juga berfungsi juga sebagai tempat musyawarah untuk masalah-masalah yang masih mempunyai hubungan dengan masalah sosial salah satunya ialah masalah pangan. Sering juga bangunan bangunan ini menjadi tempat penerimaan dan penginapan penginapan tamu.
Gambar XX. Gedong Gede tampak depan Sumber: http://www.disparbud.jabarprov http:/ /www.disparbud.jabarprov.go.id/ .go.id/
Ciri dan bentuk bangunan ini mempunyai makna tersendiri. Atap bangunan berjumlah tujuh menandakan jumlah hari dalam satu minggu yang terus berputar dalam kehidupan, panjangnya 30 meter menandakan hitungan hari dalam satu bulan, sedangkan lebar 12 meter adalah jumlah bulan dalam satu tahun. Sementara warna dinding yaitu kuning dan hijau seperti warna lampu lalu-lintas. Warna kuning muncul
sebagai pertanda hati-hati sama halnya dengan warna kuning pada Gedong Gede. Sementara itu warna hijau yang dalam lampu lalu lintas berarti maju terus artinya warna hijau pada Gedong Gede menandakan keberlangsungan Kampung Adat Urug.
Gambar XX. Suasana dapur Gedong Gede Sumber: https://pleisbilongtumi.wordpress.com/
Gambar XX. Ruang tamu Gedong Gede
2. Gedong Luhur ( paniisan) Depan gedong Gede terdapat sebuah bangunan pangung namun lebih tinggi dan jauh lebih kecil, hanya ada satu ruangan, disebut gedung luhur (gedung paniisan), paniisan berarti tempat berteduh, tetapi bukan tempat berteduh warga. Tempat ini di pergunakan sebagai tempat bersemedi abah kolot.
Gambar XX. Paniisan (kanan) terletak di depan Gedong Gede (kiri) Sumber: https://pleisbilongtumi.wordpress.com/
Gambar XX. Gedong Luhur (paniisan) Sumber: https://www.otonomi.co.id/
3. Gedong Alit Di kampung adat Urug terdapat bangunan kecil yang disebut gedong alit yaitu tempat makam leluhur. Makam ini sering didatangi warga untuk berziarah ketika ada acara adat misalnya acara seren tahun dan seren patahun.
Gambar XX. Gedong Alit Sumber: https://www.otonomi.co.id/
4. Lumbung Padi (leuit )
Leuit merupakan tempat untuk menyimpan padi. Bentuk bangunan lumbung padi ini sengaja dibuat di dataran yang agak tinggi karena untuk mengantisipasi kelembaban agar supaya padi yang disimpan di bangunan lumbung tersebut awet dan tahan terhadap keadaan cuaca dan gangguan binatang perusak.
Gambar XX. Beberapa leuit yang ada di kampung Urug Sumber: https://www.wisatabogor.id/
Rumah adat di kampung Urug merupakan rumah panggung dimana alas rumah tidak langsung menyentuh tanah. Masyarakat kampung Urug meyakini bahwa bagian bawah (area kosong dibawah badan rumah) menginterpresikan dunia bawah, tempat dimana binatang berada. Sedangkan bagian tengah menginterpresikan dunia tengah, tempat hidup manusia dan atap sebagai bagian atas yang menginterpresikan dunia atas yang biasanya diisi oleh benda-benda pusaka. Namun tinggi panggung yang terdapat di setiap rumah berbeda-beda, sebagian besar rumah masyarakat berdiri pada panggung yang tidak tinggi. Pada dasarnya bangunan rumah dibentuk berdasarkan pertimbangan aspek non fisik dan fisik secara bersama-sama. Keterkaitan antara aspek non fisik dengan kondisi termal dalam bangunan memberikan gambaran tingkat adaptasi rumah panggung masyarakat kampong Urug dengan iklim lokal (Prasetyadi et al ., 2005). Secara umum bentuk pemukiman penduduk dapat dibedakan berdasarkan letaknya, yaitu di daerah sungai dan pegunungan,di daerah sungai bangunan dibangun berderet - deret menghadap sungai atau saling berhadapan dengan sebuah jalan. Berikut ini adalah bahan-bahan yang digunakan dalam mengkonstruksi rumah di kampung adat Urug:
a. Konstruksi panggung Rumah masyarakat kampung Urug menggunakan pondasi batu kali dengan tiang kayu, serta konstruksi berbentuk pangung. Bagian ini masih tetap dipertahankan pada bangunan-bangunan yang digunakan sebagai pusat ritual seperti paniisan dan gedung alit, walaupun sekarang batu sudah diperhalus dengan lapisan beton. Dilihat dari struktur bangunan rumah di kampung Urug ini masih banyak rnenggunakan bahan – bahan yang mudah didapat di sekitar lingkungannya seperti kayu dan bambu.
b. Lantai Bahan bangunan yang digunakan untuk lantai menggunakan kepingan papan dari kayu dengan jarak lantai dari permukaan tanah kurang lebih 1 – 1,5 m. Hal ini memungkinkan untuk menghindari kelembaban dan konstruksi tidak mudah rusak atau lapuk.
Gambar XX. Lantai dan dinding menggunakan papan kayu Sumber: https://pleisbilongtumi.wordpress.com/
c. Dinding rumah Dinding rumah panggung masyarakat kampung Urug banyak menggunakan kayu papan yang di pasang secara horizontal maupun vertical dan masih banyak juga masyarakat menggunakan bilik bambu untuk dinding rumah. Biasanya bilik bambu ini digunakan pada dinding bangunan bagaian dapur atau belakang bangunan. Kayu atau bambu yang digunakan mampu menangkal radiasi panas sehingga menimbulkan kenyamana bagi penghuni didalamnya. Selain itu bahan kayu dan bambu dapat
dikatakan sebagai bahan isolasi panas karena dinding akan rnengalami pemanasan kurang lebih 11 jam.
Gambar XX. Atap rumah menggunakan rumbia dan dinding menggunakan bilik Sumber: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/
d. Atap Atap rumah panggung masyarakat kampung Urug ini mayoritas menggunakan atap daun rumbia atau daun nipah, namun juga ada sebagian yang menggunakan atap dari seng. Bahan ini digunakan terutama di rumah adat sesepuh kampung Urug dan beberapa bangunan lainnya seperti Paniisan dan Gedung Alit. Atap berbentuk julang ngapak dengan tambahan atap pada beberapa teras bangunan berupa tagog anjing atau setengah pelana. Peraturan rumah di Kampung Adat Urug tidak dibolehkan memakai genteng. Peraturan ini berasal dari kokolot yang harus dijalankan dan dipatuhi. Ada dua alasan yang menyebabkan tidak diperbolehkannya penggunaan genteng sebagai atap rumah, pertama karena genteng terbuat dari tanah mereka menyatakan bahwa sesuatu yang ditutupi oleh tanah adalah sesuatu yang sudah meninggal. Alasan kedua ialah supaya masyarakat rajin menanam tanaman rumbia, tanaman rumbia adalah tanaman yang bisa digunakan untuk membuat atap, anyaman bilik, dan penahan air. Sedangkan untuk
struktur atap pada bangunan rumah dan lumbung padi masih menggunakan bahan dari kayu dan bambu karena bahan ini mudah didapat dari sekitar lingkungan tempat tinggal.