Tugas Prakarya KONSTRUKSI BANGUNAN RUMAH ADAT : BALI
By. Salahudin Al Ayyubi (13)
KELAS P D C I ( 2 )
MTS NEGERI LUMAJANG
1
KONSTRUKSI BANGUNAN RUMAH TRADISIONAL BALI
A.
Dasar-dasar Ukuran Bangunan
Dasar-dasar ukuran yang digunakan dalam rumah tradisional Bali yakni menggunakan petunjuk-petunjuk lontar Asta Kosala-Kosali dan Asta Bumi. Adapun ukuran-ukuran dasar yang digunakan berdasarkan ukuran tubuh si pemilik rumah, sehingga rumah Bali yang satu dengan rumah Bali yang lain memiliki ukuran yang berbeda-beda brdasarkan sikut atau ukuran pemilik rumah. Adapun ukuran-ukuran dasarnya sebagai berikut:
Tabel1. Dimensi penampang tiang pada bangunan B ali No.
Peruntukan
Ukuran
Nama
Sifat
Sri Ulan
Baik
Sri Teka
Baik
Gelebeg dan Kelingking
1
Sikut satus Utama
Bangunan Suci 2
Pura
Parahyangan
Sanggah
Pemerajan
Sikut telung benang
Tri Adnyana Tri Anggana
Madya
Nista
Utama Musti
3
Meru dan Lumbung (Jineng)
Madya Asangga Nista
2
Seratus sebelas tumpuk uang kepeng
4
B.
Rumah
Asangga
Utama
Sikut satus solas
Madya
Sikut satus
Nista
Tiang Saka
Tiang bangunan rumah Bali atau yang sering disebut tiang saka merupakan tiang penyangga pada rumah-rumah tradisional Bali. Untuk menentukan tinggi tiang tidak sembarangan karena tinggi tiang pada rumah-rumah adat Bali harus disesuaikan dengan ukuran pengurip pemilik rumah ditambah dengan 24rai.Untuk menentukan pengurip, penghuni rumah menggunakan rumus: 1
=
2
+ + + 9
3
Gambar 1. Bentuk dan penentuan dimensi saka C.
Proporsi Bale
Setelah menentukan panjang saka yang digunakan, selanjutnya menentukan proporsi bale seperti pada gambar 4. Lebar bale disimbolkan merupakan
panjang
tiang
saka
yang
digunakan,
sedangkan
huruf “a” yang panjang
menggunakan proporsi rumus 1,5 panjang saka – 0,5rai.
Gambar 2. Proporsi bale D.
Kaki Tiang ( Suku Bawak )
4
bale
Setelah menentukan proporsi bale, maka seelnjutnya adalah tampak vertikal dari bale tersebut dengan menentukan tinggi bale atau kaki tiang (Suku Bawak ). Untuk menentukan tinggi kaki tianag, menggunakan perhitungan 3rai + ( pelebih/kurang ). Contohnya 1rai = 10 cm sehingga 3rai = 30 cm, kemudian dikurangi atau ditambah beberapa cm berdasarkan gambar 6. Penambahandan pengurangan, masing-masing memiliki makna dan arti yang berbeda-beda.
Gambar 3.Dimensi kaki tiang Prabu
Anyakrane-gara, Baik
Kusumadewi, Prabu
Utama
Angrebut Keda-ton, Baik
Gagak
Ansungan, Buruk
Wangke
lima, Buruk
Wangke
pitu, Buruk Gana murti, Buruk
Gambar 4. Pelebih/kur ang beserta arti dan sifatnya (Asta Kosali No.231) E.
Rong
Rong adalah jarak terdalam antara saka satu dengan saka yang lainnya dalam satu bale. Lebar dan panjang rong ditentukan oleh ukuran tinggi tiang saka.
5
Gambar 5. Panjang dan lebar r ong Untuk menentukan panjang rong, menggunakan ukuran tinggi saka + pelebih/kurang dengan penjelasannya sebagai berikut:
SH. DurgaMurti, jelek KalkiMasandi, jelek PrabuWibuh, baik PrabuDigjaya, baik PrabuWibuh, baik SH. Rwamurti, baik MertaSiwa, baik MantriWijaya, baik
6
SH.IgaAguncang, jelek Ilmudesti, jelek
DewaAsih, baik DewiAnagkil, baik MantriAnglayang, baik MertaAsih, baik
Gambar 6. Panjang r ong beserta arti dan sifatnya (Asta K osali L16T) Sedangkan untuk menentukan lebar rong, menggunakan ukuran jarak tepi atas saka hingga bale + pelebih/kurang dengan penjelasannya sebagai berikut:
7
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Eka Durga Sandi, baik Dwi Klika Yogi, baik Tri Yama Dustala, jelek Catur Brahma Jagra, sedang Panca Jagra Krama, buruk Sad Pada Negara, buruk Sapta Durga Sandi, buruk Astha Gana Rsi, baik Sanga Padu Laksmi, baik Dasi Kesuma Sana, baik Welas Drawa Gendis, baik
Gambar 7. L ebar rong beserta arti dan sifatnya (Asta Kosali L05T) F.
Struktur dan Konstruksi Kaki Bangunan ( Bataran)
Struktur dan konstruksi pada kaki bangunan Bali menggunakan ukuran-ukuran asta kosala-kosali. Adapun ukuran-ukuran tersebut diterapkan pada bagian tangga, bagian horizontal tangga (antrede) menggunakan perhitungan atapak + atapak ngandang (jarak ujung jari ke ujung belakangtelapak kaki ditambah jarak lebar telapak kaki). Sedangkan pada bagian vertikal tangga (optrede) menggunakan perhitungan alengkat (jarak terjauh antara ujung jari tengah dengan ujung ibu jari pada telapak tangan) atau bisa menggunakan 2 dema atau 2 gemel (ukuran kepalan tangan).
8
Gambar 8. Dimensi-dimensi pada anak tangga rumah B ali Selain itu, tepas ujan atau bagian yang membatasi cucuran air hujan mengenai langsung permukaan bataran menggunakan perhitungan tertentu yakni sebagai berikut:
9
Gambar 9. Dimensi tepas ujan Bataran suatu rumah Bali memiliki ketinggian yang berbeda-beda sesuai fungsinya berdasarkan asta kosala-kosali menggunakan perhitungan sebagai berikut: 1) Candi, 2) Watu, 3) Segara, 4) Gunung, 5) Rubuh. Setiap perhitungan tersebut berjarak 1 kepalan tangan ( sedema), dihitung setelah tepas ujan yang berjarak sedema. Contohnya, jika ukuran sedema pemilik rumah bernilai 10 cm dan ingin membuat sebuah bangunan suci, menurut asta kosala-kosali bangunan suci jatuh pada perhitungan Candi (1), maka untuk tinggi bataran bangunan dapat berjarak 10 cm dari tepas ujan, atau jika ingin lebih tinggi, maka melakukan hitungan putaran hingga bertemu 1) Candi. Candi watu segara gunung rubuh candi = 1 putaran dengan jarak 50 cm dan seterusnya.
10
Berikut penjelasan tinggu beberapa bangunan di Bali: 1. Bangunan Suci
2.
Bale Meten
3.
Bale Dangin
4.
Bale Dauh dan Sumanggen
5.
Dapur
11
6.
Jineng
G.
Struktur dan Konstruksi Badan Bangunan
Bagian badan bangunan Bali terdiri dari beberapa bagian yang dapat dijelaskan pada gambar 12.
12
Gambar 10. Potongan struktur rangka jineng Berikut hubungan sunduk dawa dan sunduk bawak terhadap tiang saka dapat dijelaskan pada gambar 13 berikut ini.
Gambar 11. Hubungan sunduk dawa dan sunduk bawak
13
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sendi Saka Purus ke sendi Sunduk bawak Lait Sunduk dawa Sineb Lambang Purus ke lambang sineb
Gambar 12. Detail bagaian struktur rangka
A. B. C. D.
Sineb Lambang Saka Canggahwang
Gambar 13. Hubungan saka dengan lambang sineb H.
Struktur dan Konstruksi Atap/Kap Bangunan
Struktur dan konstruksi atap rumah Bali memiliki dasar pada ujung atap pada bagian dalam ruangan yang disebut petaka, berikut penjabaran dari komponenkomponen yang terdapat pada denah petaka.
14
Gambar 14. Denah petaka Adapun variasi dari dimensi petaka-dedeleg atau langit-langit rumah dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 15. Variasi petaka dan dedeleg pada bale
15
Berikut beberapa struktur rangka atap dari beberapa bangunan pada rumah tradisional Bali, yakni: 1.
Dapur
Gambar 16. Struktru atap dapur 2.
Jineng
Gambar 17. Struktur atap jineng
16
3.
Bale
Gambar 18. Struktur atap bale
17
A.
Kesimpulan
Adapun simpulan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut: 1.
Pada dasarnya dalam perhitungan struktur dan konstruksi rumah tradisional Bali menggunakan perhitungan yang berasal dari pemilik rumah sebagai berdasarkan asta kosala-kosali.
2.
Perencanaan pembangunan rumah Bali pada awalnya harus menentukan dimensi tampang tiang saka (rai) menggunakan ukuran empat ruas telunjuk untuk bangunan tempat tinggal.
3.
Struktrur pada kaki bangunan yang disebut bataran menggunakan perhitungan atapak+atapak ngandang , sedema, dan alengkat +3 Nyari pada anak tangga sedangkan tinggi bataran menggunakan perhitungan 1) candi, 2) watu, 3) segara, 4) gunung, 5) rubuh.
4.
Struktur pada badan bangunan berprioritas pada hubungan sunduk bawak dan sunduk dawa terhadap tiang saka dan hubungan tiang saka terhadap lambang sineb.
5.
Struktur pada atap bangunan memiliki perhitungan sesuai asta kosalakosali pada setiap bangunan dengan fungsi yang berbeda memiliki kerangka atap yang berbeda pula.
18
19