Strategic groups map Pada umumnya sebuah riset untuk melihat kompetisi menghasilkan 2 kesimpulan utama, yaitu : - siapa saja kompetitor yang berdekatan dengannya - keunggulan dari masing-masing kompetitor (berdasarkan atribut / karakteristik produk) Kesimpulan lain mungkin ditambahkan yaitu : atribut/ karakteristik produk yang diutamakan oleh konsumen Setelah kesimpulan diperoleh, tentu perusahaan ingin mendapatkan ide untuk memenangkan memenangkan kompetisi tersebut. Oleh karenanya, k arenanya, kesimpulan yang terpotong-potong itu perlu diintegrasikan diintegrasikan melalui sebuah "Strategic Group Map". Berikut ini adalah contoh penerapan Strategic Group Map dalam kompetisi layanan antar makanan siap saji (fast food) 1.
Berdasarkan hasil riset, tentukan 2 hal utama yang merupakan prioritas konsumen dalam memilih produk (2 faktor kompetitif). Lalu gambarkan 2 hal tersebut dalam 1 koordinat (masing-masing faktor adalah sumbu vertikal dan horisontal) Contoh : 2 faktor f aktor kompetitif adalah : kecepatan layanan antar dan nilai kesehatan makanan 2. Dari hasil riset pasar, tentukan siapa saja kompetitor utama anda. Lalu kelompokkan Kompetitor utama tersebut berdasarkan kemiripannya Contoh : Kelompok A : Mc Donald, Kentucky Kelompok B : Hoka Hoka Bento Kelompok C : Pizza Hut, Izzi Pizza 3. Berdasarkan hasil riset dan diskusi antar tim pengambil keputusan, petakan 3 kelompok kompetitor dalam sumbu koordinat faktor kompetitif k ompetitif 4. Pilih daerah kosong dimana terdapat nilai yang tinggi untuk kedua faktor f aktor kompetitif sebagai target dari produk kita. Dalam kasus ini, diharapkan produk kita adalah produk makanan yang sehat dan cepat saji (D). Selanjutnya, tidak berhenti sampai disini karena gambaran dari strategic group map ini adalah gambaran global. Dalam contoh kasus ini kriteria makanan yang sehat perlu digali secara detail, misalnya apakah persepsi makanan sehat adalah yang bersayur dan bagaimana dengan jenis lauknya. Demikian juga dengan kriteria kecepatan layanan antar, disini perlu diukur berapa lama proses layanan antar tersebut, sehingga perusahaan bisa menetapkan target standar lama waktu proses layanan antar yang lebih rendah dari ratarata waktu layanan antar dari kompetitor (misalnya : maksimal 20 menit).
Langkah terakhir yang penting selain daripada terumuskannya strategi untuk memenangkan persaingan adalah promosi (menyampaikan komitmen perusahaan pada target kompetisi pada konsumen) dan menyiapkan segala hardware, software maupun brainware di dalam perusahaan untuk mewujudkan tercapainya target tersebut. Competitive Advantage Menurut M. Porter , keunggulan bersaing adalah hati kinerja perusahaan dalam pasar kompetitif. Lebih lajut didalam bukunya, ia menunjukan bagaimana perusahaan dapat secara aktual menciptakan dan memelihara keunggulan bersaing perusahaan secara berkelanjutan di dalam industri, bagaimana menerapkan strategi umum untuk itu. Competitive Advantage atau Keunggulan bersaing dalam pandangan Porter dapat berarti memiliki biaya rendah, keunggulan diferensiasi, atau strategi fokus yang berhasil. Porter meyakini bahwa bahwa keunggulan bersaing tumbuh secara fundamental dari nilai perusahaan yang dapat diciptakan untuk para pembeli yang melampaui biaya menciptakannya. Barney (2002), menyatakan bahwa keunggulan bersaing dapat muncul pada perusahaan ketika tindakan-tindakannya dalam industri atau pasar menciptakan nilai ekonomi dan ketika sedikit perusahaan pesaing melakukan tindakan yang sama. Ketika melakukan kajian terhadap strategi perusahaan, harus dipahami bahwa strategi tersebut berbeda antar-industri, antar-perusahaan, dan antar-situasi. Porter mengelompokkan strategi ini ke dalam strategi generik, yaitu strategi perusahaan dalam rangka mengungguli pesaing dalam industri sejenis : a. Strategi Diferensiasi (differentiation ). Cirinya adalah perusahaan memutuskan untuk membangun persepsi pasar potensial terhadap produk/jasa yang unggul agar tampak berbeda dibandingkan produk pesaing. Pelanggan diharapkan mau membeli dengan harga mahal karena adanya perbedaan itu. b. Strategi Kepemimpinan Biaya Menyeluruh ( overall cost leadership ). Cirinya adalah perusahaan mengkonsentrasikan perhatian pada harga jual produk yang murah untuk menekan biaya produksi, promosi, maupun riset. Jika perlu, produk yang dihasilkan hanya sekedar meniru produk pesaing. c. Strategi Fokus (focus ). Cirinya adalah perusahaan mengkonsentrasikan pada pangsa pasar tertentu untuk menghindar dari pesaing. Manajemen strategi adalah seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuannya (David , 2002:5) Manajemen strategi adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Dengan adanya Manajemen Strategi, memungkinkan suatu organisasi untuk lebih proaktif ketimbang reaktif dalam membentuk masa depan sendiri. Hal ini memungkinkan suatu organisasi untuk mengawali dan mempengaruhi aktivitas, dan dengan demikian dapat berusaha keras mengendalikan tujuan sendiri, membantu organisasi membuat strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis, dan rasional pada
pilihan strategi dan membantu perusahaan dalam menghadapi persaingan di lingkungan industri dimana perusahaan berada (Pearce II and Robinson Jr ., 2003:6). Strategi yang dilakukan dalam meningkatkan competitive advantage yaitu : 1. Membuat variasi produk dana dan pembiayaan. 2. Mensosialisasikan secara intensif dan kontiniu pemahaman kepada masyarakat mengenai kegiatan usaha bank syariah sehingga masih banyak masyarakat memiliki persepsi tidak tepat mengenai operasional bank syariah seperti melalui Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), MUI. 3. Membuka jaringan kantor bank syariah sehingga sangat berpengaruh terhadap kemampuan pelayanan bank syariah terhadap masyarakat yang menginginkan jasa bank syariah. 4. Merekrut sumber daya insani yang fresh graduate yang memiliki keterampilan teknis bank syariah dan kompetensi ataupun para praktisi perbankan yang memahami syariah dengan karakteristik SIFAT (Shiddiq/Jujur, Fathonah/Cerdas, Profesional Amanah/Akuntabel, Tabligh/Komunikatif) dan DUIIIIIIIIT (Doa, Usaha, Ibadah, Iman, Ikhlas, Ihsan, IPTEK, Istiqamah, Islami, Introspeksi dan Taqwa) sebagai prinsip dasar dalam berusaha. 5. Efisiensi dan efektifitas di segala bidang. Salah satu peran yang sangat menentukan dalam pengembangan bank syariah adalah fatwa ulama dari MUI, terutama yang bertugas sebagai Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Disamping keahliannya sebagai ahli syariah mereka harus tahu dan perlu mengikuti perkembangan dan praktek produk yang ditawarkan apakah sesuai syariah atau tidak sebagai hal yang lumrah terjadi dalam kehidupan perbankan (bank habitness) seperti denda, fee dan lain-lain. Di tengah persaingan yang ganas dalam memperebutkan market bersama para competitor, advantage diperlukan untuk unggul dibandingkan pesaing. Advantage sebuah bisnis beragam dan pada dasarnya dikategorikan menjadi 2 jenis : A. Comparative advantage Merupakan keunggulan-keunggulan yang kita miliki tanpa memerlukan extra effort, atau bahasa alami nya “sudah ada dari sono nya”. Seperti misalnya Telkomsel memiliki jaringan yang begitu luas dibandingkan dengan pesaingnya, hal ini merupakan comparative advantage dari Telkomsel. Tentu saja demikian, karena jaringan Telkomsel bergabung bersama dengan Telkom yang memiliki jaringan skala nasional. Contoh lainnya adalah Haagen Dazs, sebuah merk es krim asal New York yang sudah membuka market nya di Indonesia melalui Franchisor dari HongKong dan Jepang. Berbicara mengenai pemasarannya di Indonesia, Haagen Dazs merupakan kategori es krim dengan produk yang sangat unggul. Bagaimana tidak? Dalam filosofi produk mereka, bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan es krim mereka merupakan bahan-bahan terbaik dari seluruh dunia. Hal ini bagi pemasaran produk Haagen Dasz di Indonesia menjadi comparative advantage, karena “udah dari sono nya produknya bagus”, dan hal ini menjadikan rasa dari produk Haagen Dazs ini unggul dibandingkan produk merk lainnya. B. Competitive advantage
Competitive advantage berbeda dengan comparative. Apabila comparative adalah advantage yang “sudah ada dari sono nya”, competitive advantage adalah advantage yang kita ciptakan sendiri. Hal ini diperlukan, karena di tengah perkembangan dunia sekarang ini, siapa saja bisa menjadi pesaing kita dan memiliki comparative advantage yang sama atau bahkan lebih unggul. Competitive advantage ini juga dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan customer yang sebenarnya, karena pada konteksnya, tidak semua customer ternyata membutuhkan comparative advantage yang kita miliki. Contohnya saja dari kasus Haagen Dazs tadi, apakah masyarakat Indonesia membutuhkan rasa yang enak untuk sebuah es krim? Jawabannya tidak kan, hanya segmen market tertentu saja yang masuk ke dalam penggarapan comparative advantage mereka; sedangkan sebagian besar masyarakat Indonesia memilih es krim yang murah, walaupun rasanya tidak seenak Haagen Dazs (bisa jadi nyoba aja belum yah..) Competitive advantage ini adalah yang harus dicari, dibangun dan dikomunikasikan kepada customer. Tentunya dalam menentukan apa competitive advantage bisnis Anda, tidak bisa sembarangan, harus sesuai baik dengan customer yang Anda layani maupun dengan kapabilitas Anda sendiri. 3 Steps to found and decide what is your competitive advantage. 1. Do market research! Mengetahui apa yang diinginkan customer menjadi informasi mutlak yang harus dimiliki untuk kemudian dijadikan materi pertimbangan mengenai competivite advantage Anda. Market research yang dilakukan kepada para customer kita dapat menjawab pertanyaan kita mengenai apa yang customer inginkan, apa yang customer butuhkan dan apa yang customer ekspektasikan. Selain mengetahui tentang customer, penting juga dalam market research untuk mengobservasi Competitor. Untuk mengetahui comparative dan competitive advantage apa saja yang competitor miliki. Tentunya kita harus berbeda atau bahkan lebih unggul dari yang mereka miliki. Begitu pula dengan perlunya mencari tahu kondisi market dari sisi industri. Competitive advantage yang kita tentukan perlu dicari tahu apakah memungkinkan dilaksanakan dalan industri terkait, atau bahkan terdapat elemen-elemen penghambat yang berpengaruh. Contoh dari hal tersebut adalah pada saat sebuah perusahaan Forex Trading ingin menciptakan competitive advantage mereka melalui pengadaan kantor cabang yang tersebar luas di Indonesia. Hal ini tidak dapat dilakukan karena adanya kondisi industri yang tidak memungkinkan, yaitu berupa peraturan pemerintah yang menetapkan bahwa sebuah perusahaan Forex Trading tidak diberkenankan membuka cabang lebih dari 5 cabang. Hal-hal seperti ini tentu dapat menggagalkan ide competitive advantage Anda. 2. Study your internal advantage Mau sehebat apapun ide Anda, kalau tidak memiliki kapasitas melakukannya tentu tidak akan terwujud. Maka yang penting Anda lakukan adalah melakukan studi ke internal perusahaan Anda sendiri bagaimana kondisi di dalamnya, dari segi kompetensi produk, proses atau bahan SDM yang Anda miliki. Cukup banyak mereka yang menentukan competitive advantage justru dari keunggulan yang mereka sadari mereka miliki di internal bisnis mereka. 3. Check the advantage lifetime Setelah Anda menemukannya, langkah terakhir yang perlu Anda ricek adalah perihal lifetime yang dimiliki oleh advantage tersebut. Pastikan lifetime yang dimiliki cukup lama,
sehingga effort Anda untuk membangun diferensiasi dan mengkomunikasikannya kepada customer tidak menjadi sia-sia. Competitive advantage yang Anda bangun selayaknya menjadi ciri khas, diferensiasi dan tercemin dalam positioning yang Anda komunikasikan. Key Success Factors Key success factors (KSF) merupakan implikasi dari proses me-match-kan perusahaan terhadap lingkungannya yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal perusahaan. KSF adalah area atau aspek-aspek yang merupakan potensi untuk memperoleh competitive advantage dalam suatu industri tertentu, terutama dalam hal-hal yang penting bagi kemampuan perusahaan untuk bertahan dan berhasil dengan sepenuhnya memanfaatkan peluang yang ada dan menghindari tantangan yang dihadapi perusahaan. Mengidentifikasi KSF dapat dimulai dari: 1. Analisis konsumen dan permintaan. Siapakah konsumen perusahaan dan apakah yang mereka inginkan? Bagaimana cara konsumen tersebut memilih di antara perusahaan yang saling bersaing? 2. Analisis persaingan dalam industri, apakah faktor struktural utama yang memicu persaingan? Apakah dimensi yang utama dari persaingan? Sampai seberapa ketat persaingan yang terjadi? Bagaimana cara perusahaan memperoleh posisi persaingan yang lebih baik dibandingkan dengan pesaing? Informasi dari kedua hasil analisis tersebut kemudian diklasifikasikan dalam tiga aspek sebagai KSF perusahaan, yaitu: 1. Leverage of Phenomena; yaitu kemampuan perusahaan untuk menterjemah-kan pemahamannya terhadap fenomena perusahaan ke dalam strategi pemasaran; 2. Marketing Variable; berhubungan dengan efektivitas elemen bauran pemasaran; 3. Decision Making; seperangkat faktor yang mencerminkan kemampuan pengambilan keputusan dan menekankan informasi dan dukungan analitis sebagai keunggulan kompetitif. Critical succes factor Critical succes factor adalah indicator atau factor – factor yang mempengaruhi kesuksesan suatu perusahaan., Mengidentifikasi elemen elemen penting dari suksesnya sebuah perusahaan. Contohnya di bidang perbankan : dibutuhkan karyawan yang mampu menangani nasabah yang beraneka ragam, yang memiliki kesidiplinan yang tinggi, dan produktivitas yang baik dalam bekerja. Critical Success Factor adalah suatu analisa yang dapat dijadikan indikator atau solusi / pemecahan masalah, masalah yang terkait adalah penyebab keridak lancaran suatu usaha, buntunya suatu perusahaan dalam meningkatkan pendapatan. Critical Success Factors dari tiap-tiap industri berbeda-beda, bahkan dalam industri yang sama. Critical Success Factors dari waktu ke waktu juga akan mengalami perubahan seiring dengan perubahan kondisi persaingan dalam industri terutama industri jasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu informasi yang akurat dan tepat waktu untuk menghadapi persaingan tersebut. Perusahaan perlu melakukan analisis Critical Success Factors untuk mengetahui faktorfaktor kunci yang menentukan keberhasilan bersaing dalam lingkungan industri yang semakin kompleks. Critical Success Factors adalah variabel-variabel dalam lingkungan
usaha baik dalam variabel internal maupun eksternal yang mempengaruhi kesuksesan badan usaha dalam mencapai tujuannya. Critical success factors disebut juga key success factors, key variables (variabel kunci), critical variables, pulse point, atau key result area. Variable kunci adalah variabel yang mengidentifikasi faktor yang menjadi sebab kesuksesasn organisasi. Tujuan dari identifikasi critical success factors adalah untuk membuat keputusan dalam menentukan variabel-variabel mana yang penting dan variabel-variabel mana yang kurang penting dalam menunjang keunggulan kompetitif. Dengan mengidentifikasi atau menentukan critical success factors secara hati-hati dan tepat, maka Bank Jatim dapat mengetahui kekuatan utama yang dimilikinya dan juga dapat melakukan perbaikan-perbaikan terhadap kinerjanya yang kurang memuaskan berdasarkan hasil analisis tehadap critical success factors sehingga dapat meningkatkan kepuasan nasabah. Setiap critical success factors mempunyai indikator-indikator kinerja yang merupakan key variabels atau critical success factors yang telah diidentifikasi, yang digunakan untuk memantau dan mengendalikan faktor penentu keberhasilan. Misalnya perusahaan yang berorientasi pada konsumen dan menjadikan kualitas pelayanan nasabah sebagai salah satu critical success factors. Indikator yang dapat dirinci antara lain, sumber daya manusia, kualitas pelayanan, dan penyediaan fasilitas yang tersedia. Berdasarkan indikator-indikator tersebut, maka perusahaan dapat memperoleh gambaran operasional perusahaan, sehingga dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan guna memenuhi harapan konsumen atas kepuasan pelayanan yang diberikan oleh Bank Jatim Key Perfomance Indicator Key perfomance indicator adalah tolak ukur (indikator kunci yang bersifat terukur), yang memberikan informasi kepada kita sejauh mana kita berhasil mencapai sasaran kinerja yang ingin kita capai. Key perfomance indicator membutuhkan sistem monitoring yang baik agar dapat memantau sejauh mana pencapai telah berhasil. Di dunia perbankan, key perfomance indicator sangat dipengaruhi atau lebih diprioritaskan kepada kinerja karyawan dalam melakukan pelayanan terhadap nasabah – nasabah. Dengan dukungan sistem pemonitoringan inilah, maka pencapaian key perfomance indicator dalam setiap bulan atau dalam waktu yang telah ditentukan dapat terlaksana dengan baik,dapat dikelola dan dikendalikan dengan optimal.
Kesimpulan : Critical Succes factor (CSF) adalah salah satu atau bisa dibilang factor pendukung suatu perusahaan untuk sukses, satu analisa yang dapat menciptakan berbagai macam solusi yang membantu terbentuknya suatu kesuksesan.Setiap perusahaan diberbagai bidang dibutuhkan untuk membuat critical succes factor untuk mengetahui sejauh mana perkembangan suatu perusahaan tersebut, untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan tersebut. Bisa kita lihat dari kasus diatas bagaimana menganalisan masalah yang terjadi dan seberapa pentingnya CSF untuk kesuksesan dan kemajuan suatu perusahaan Untuk key perfomance indicator (KPI) dibutuhkan bagan sistem pemonitoringan agar setiap aktifitas untuk pencapaian kesuksesan tersebut terinci dan terkelola dengan baik. SWOT Analysis A scan of the internal and external environment is an important part of the strategic planning process. Environmental factors internal to the firm usually can be classified as strengths (S)
or weaknesses (W), and those external to the firm can be classified as opportunities ( O) or threats (T). Such an analysis of the strategic environment is referred to as a SWOT analysis. The SWOT analysis provides information that is helpful in matching the firm's resources and capabilities to the competitive environment in which it operates. As such, it is instrumental in strategy formulation and selection. Strengths A firm's strengths are its resources and capabilities that can be used as a basis for developing a competitive advantage. Examples of such strengths include:
patents strong brand names good reputation among customers cost advantages from proprietary know-how exclusive access to high grade natural resources favorable access to distribution networks
Weaknesses The absence of certain strengths may be viewed as a weakness. For example, each of the following may be considered weaknesses:
lack of patent protection a weak brand name poor reputation among customers high cost structure lack of access to the best natural resources lack of access to key distribution channels
In some cases, a weakness may be the flip side of a strength. Take the case in which a firm has a large amount of manufacturing capacity. While this capacity may be considered a strength that competitors do not share, it also may be a considered a weakness if the large investment in manufacturing capacity prevents the firm from reacting quickly to changes in the strategic environment. Opportunities The external environmental analysis may reveal certain new opportunities for profit and growth. Some examples of such opportunities include:
an unfulfilled customer need arrival of new technologies loosening of regulations removal of international trade barriers
Threats Changes in the external environmental also may present threats to the firm. Some examples of such threats include:
shifts in consumer tastes away from the firm's products emergence of substitute products new regulations increased trade barriers
The SWOT Matrix A firm should not necessarily pursue the more lucrative opportunities. Rather, it may have a better chance at developing a competitive advantage by identifying a fit between the firm's strengths and upcoming opportunities. In some cases, the firm can overcome a weakness in order to prepare itself to pursue a compelling opportunity. To develop strategies that take into account the SWOT profile, a matrix of these factors can be constructed. The SWOT matrix (also known as a TOWS Matrix) is shown below: SWOT / TOWS Matrix Strengths
Weaknesses
Opportunities S-O strategies W-O strategies
Threats
S-T strategies
W-T strategies
S-O strategies pursue opportunities that are a good fit to the company's strengths. W-O strategies overcome weaknesses to pursue opportunities. S-T strategies identify ways that the firm can use its strengths to reduce its vulnerability to external threats. W-T strategies establish a defensive plan to prevent the firm's weaknesses from making it highly susceptible to external threats.