LAPORAN PENDALAMAN MATERI PRACOASS IX SPLINTING
Disusun oleh : FIRMAN GUSWAMAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN JURUSAN KEDOKTERAN GIGI PURWOKERTO
2016
SPLI NTI NG
A. Definisi Splinting
Splint adalah suatu piranti yang dibuat untuk menstabilkan atau mengencangkan gigi-geligi yang goyang akibat suatu trauma atau penyakit (Newman, dkk., 2006). Tujuan splinting yaitu untuk memberikan sandaran terhadap jaringan pendukung gigi selama proses penyembuhan setelah cedera atau proses pembedahan. Splint membantu gigi dalam melakukan fungsinya ketika gigi dan jaringan pendukungnya tidak dapat berfungsi secara adekuat (Manson dan Eley, 2013). Pada perawatan periodontal, splint digunakan pada keadaan kegoyangan gigi akibat berkurangnya tinggi tulang alveolar (Djais, 2011). Pada prinsipnya kegoyangan gigi disebabkan oleh dua factor, yaitu berkurangnya
jaringan
ligamentum.
Metode
pendukung splint
yang
gigi
dan
terjadinya
dilakukan
tidak
pelebaran membantu
menyembuhkan struktur jaringan periodontal sehingga bila splint dilepaskan, gigi kemungkinan masih akan goyang. Splint hanya berperan sebagai terapi penunjang dalam perawatan penyakit periodontal (Takajuk, dkk., 2006). Penggunaan splint sebagai usaha untuk menstabilkan gigi cukup menjadi pertimbangan dalam mengurangi ketidaknyamanan pasien. Sebelum dilakukan splint perlu diketahui penyebab kegoyangan gigi atau migrasi patologis yang terjadi. Apabila kegoyangan gigi disebabkan oleh oklusi traumatic, maka terapi oklusal merupakan tindakan yang harus dilakukan pertama kali, selanjutnya kegoyangan dievaluasi. Akan tetapi apabila kegoyangan gigi disebabkan oleh penyakit periodontal, maka inflamasi harus dikontrol sebelum memutuskan penggunaan splint . Hal ini dikarenakan inflamasi dapat menghasilkan kegoyangan pada kondisi tekanan oklusal yang normal dan dukungan periodontal normal. Pada saat gigi di- splinting , seluruh gigi dalam kelompok splint
akan membagi
tekanan oklusal ke seluruh gigi dengan beban yang sama. Kekakuan dari
splint dan jumlah gigi yang digunakan akan menentukan proses pendistribusian tekanan (Djais, 2011). B. Indikasi Splinting
Beberapa indikasi splinting diantaranya yaitu: 1. Perubahan kualitas jaringan pendukung yang disebabkan oleh penyakit periodontal dan traumatic oklusi. 2. Stabilisasi pada trauma dental. 3. Trauma jangka panjang karena perawatan periodontal. 4. Stabilisasi
kegoyangan
gigi
yang
tidak
berkurang
dan
tidak
menunjukkan respon pada perawatan occlusal adjustment dan terapi periodontal. 5. Stabilisasi selama perawatan orthodontic (Newman, dkk., 2006). C. Kontraindikasi Splinting
1. Gigi yang tidak mungkin mendapatkan stabilitas oklusal dan kondisi periodontal yang baik. 2. Gigi yang terlibat tidak memberikan respon positif terhadap perawatan (Newman, dkk., 2006). D. Klasifikasi Splinting
1. Temporer Splint Temporer Splint merupakan jenis splint yang dapat digunakan untuk membantu penyembuhan setelah cedera atau perawatan bedah. Splint ini harus dipakai dengan mudah pada gigi yang goyang dan juga dengan mudah dilepaskan setelah penyembuhan . Temporer Splint tidak boleh ditempatkan pada gigi lebih dari dua bulan. Apabila pada waktu yang ditentukan stabilisasi gigi belum adekuat, maka dibutuhkan Permanent Splint (Manson dan Eley, 2004). Beberapa bentuk Temporer Splint diantaranya adalah : a. Splint dengan bahan tambalan komposit Splint dengan bahan tambalan komposit merupakan splint paling sederhana dan berguna dalam keadaan darurat. Pada teknik splint ini bahan tambal resin komposit diaplikasikan di permukaan
labial gigi yang mengalami kegoyahan lalu dihubungkan dengan gigi sebelah distal dan mesialnya.
Gambar 1. Splint komposit. b. Splint kawat dan resin akrilik Splint kawat dan resin akrilik adalah bentuk splint yang mudah dipakai. Splint ini sering digunakan untuk stabilisasi gigi insisivus. Splint ini lebih kuat dan dapat diandalkan dibandingkan dengan splint komposit. Beberapa metode splint kawat yang sering digunakan yaitu metode ESSIG dan metode Eylet ivy (Manson dan Eley, 2004).
Gambar 2. Splint kawat dan resin akrilik
Gambar 3. Metode ESSIG
Gambar 4. Metode eylet ivy. c. Splint dengan band orthodontic Splint dengan band orthodontic biasanya digunakan sebagai splint pada segmen posterior. Band stainless steel 0,005 inc dipasangkan ke gigi dan dipatrikan bersamaan. Tepi dari band harus dibentuk dan dipoles sehingga mampu mengurangi retensi plak dan menjaga jaringan lunak terhadap iritasi. d. Splint lepasan (biteguard ) Biteguard akrilik yang digunakan pada perawatan bruksism dapat juga digunakan sebagai splint. Splint
ini harus menutupi
permukaan oklusal gigi dan meluas 1-2 mm ke permukaan oklusal gigi.
Gambar 5. Splint lepasan (biteguard ) 2. Provisional Splint Provisional Splint merupakan jenis splint yang memiliki kegunaan yang hampir sama dengan Temporer Splint . Splint ini sering digunakan untuk tujuan diagnostic atau dalam kasus-kasus dengan hasil perawatan yang tidak dapat diperkirakan. Provisional Splint dapat digunakan selama beberapa waktu tertentu, dari beberapa bulan sampai beberapa tahun (Manson dan Eley, 2004).
Beberapa bentuk Provisional Splint diantaranya adalah : a. Bar Intrakoronal-Ekstrakoronal Splint ini digunakan untuk beberapa bulan sampai beberapa tahun. Bar Intrakoronal-Ekstrakoronal sering kali dilakukan dengan membongkar restorasi anterior dan menggunakan kavitasnya untuk splint (retensi). Bar Intrakoronal-Ekstrakoronal menggunakan resin komposit untuk retensi pada groove
yang telah dibuat. Groove
transversal dengan lebar 2-3 mm dengan kedalaman 1,5 mm. Bar ini dapat berupa kawat yang diplintir, fiber polyester, dan bar logam mulia yang di casting.
Gambar 6. Bar intrakoronal-ekstrakoronal b. Cobalt alloy framework Cast chrome-cobalt alloy framework dengan cangkolan untuk mrndapatkan retensi. Splint ini hanya digunakan pada malam hari sebagai alat retensi setelah prosedur bedah atau setelah perawatan orthodontik.
Gambar 7. Cobalt alloy framework
3. Permanent Splint Permanent Splint merupakan jenis splint yang digunakan dalam jangka waktu yang lama. Teknik Permanenr Splint diindikasikan apabila perawatan dengan menggunakan Temporer ataupun Provisional Splint mengalami kegagalan atau tidak menunjukkan keberhasilan perawatan (Manson dan Eley, 2004). Beberapa bentuk Permanent Splint diantaranya adalah : a. Splint Permanen Lepasan Bentuk dari splint permanen lepasan adalah GTSL. Untuk mencapai stabilitas yang maksimal digunakan cengkram jenis kontinyu dan menyertakan seluruh gigi yang ada. Splint permanen lepasan ini desainnya merupakan bagian dari gigitiruan kerangka logam (GTKL).
Gambar 8. Splint permanen lepasan b. Splint Permanen Cekat Splint permanen cekat merupakan penggabungan dan restorasi yang membentuk suatu kesatuan yang kaku dan direkatkan dengan penyemenan. Splint cekat ini dapat berupa multiple crown, inlay dan mahkota ¾. Jumlah gigi yang diperlukan untuk menstabilkan gigi goyang bergantung kepada derajat dan arah kegoyangan
Gambar 9 Splint permanen cekat
E. Daftar Pustaka
Djais, A.M., 2011, Berbagai Jenis Splint Untuk Mengurangi Kegoyangan Gigi Sebagai Perawatan Penunjang Pasien Penyakit Periodontal, Dentofasial, Vol.10, No. 2, Hal: 124-127. Manson, J. D., Eley, B. M., 2013, Buku Ajar Periodonti, edisi 2, EGC, Jakarta. Newman, M.G. Takei, H.H. Klokkevold, Perry, 2006,
Carranza’s Clinical
Periodontology, Edisi 10, Saunders, Philadelphia. Takajuk GM, Pawinska MW, Stokowskaw W, Wilczkom BA, Kendra BA, 2016, The clinical assessment of mobile teeth stabilization with fibre-kor . J Adv Med Sci ; 51 hal: 225-6.