SPIRITUALITAS PADA MILENIUM III Walid Peminat Mistik, tinggal di Yogyakarta. Yogyakarta. Apa yang menarik ketika disebutkan istilah ruang spiritualitas? Sebuah istilah yang sering digunakan untuk menunjuk entitas non-inderawi, immaterial dan berada pada akultas mental. Spiritualitas sebagai tradisi memang semakin ramai ramai dipra diprakte ktekka kkan n dan sebag sebagai ai wa!a wa!ana na serin sering g dibi!a dibi!ara raka kan n orang orang.. Mulai Mulai dari dari praktek"p praktek"prakt raktek ek magi # spiritism$ spiritism$ kelas kelas kampun kampung g hingg hinggaa pada pada gera gerakan kan-ge -gera rakan kan spiritual tingkat dunia sema!am New sema!am New Age, Age, spiritualitas seperti mewabah. %ahkan arti arti penti penting ng spiri spiritua tualita litass ini juga juga diseb disebutut-seb sebut ut dalam dalam sebua sebuah h buku buku laris laris yang yang berj berjud udul ul Megatrends 2000. 2000. %uku %uku lain lain yang yang juga juga menye menyebutbut-ny nyebu ebutt spirit spiritual ualita itass ialah karangan &ritjo 'apra yang berjudul( Science, Society, and Rising !"t!re #)**+$. %ahkan 'apra se!ara tidak langsung berani berspekulasi, bahwa spiritualitas akan menjadi inspirasi penting bagi sebuah proses titik balik dalam peradaban peradaban baru yang dibayangkannya. dibayangkannya. stilah titik balik itu itu sangat sangat menarik menarik ketika 'apra juga menyebut-nyebut adanya proses holistik dalam memandang realitas alam semesta #ekologi$. /unia dan isinya tidak hanya dilihat se!ara mekanistik menurut model 'artesian atau 0ewtonian, tetapi juga melibatkan unsur mistisisme dan pikiran-pikiran yang berasal dari terma agama-agama. 1agasan 'apra itu tentu saja tidak aneh. Sebab sejak ribuan tahun yang lalu, entitas spiritual sudah dikenal oleh umat manusia dan menjadi sumber kearian peradaban di masa lalu. 222 'orak pemahaman spiritual dengan men!uplik unsur-unsur ilmiah se!ara logis memang !ukup disenangi masyarakat. masyarakat. 3arena bahasa #simbol$ peradaban peradaban kita memang mengharuskan segala sesuatu harus inte""igi#"e atau inte""igi#"e atau bisa dipahami dengan akal sehat. Sehingga terma dalam khasanah spiritual itu bisa dikomunikasikan dan selanjutnya membuka kemungkinan dilakukan 4eriikasi. Salah satu usaha untuk mengilmiahkan spiritualitas ialah seperti yang pernah dilakukan oleh almarhum /r. /r. Pary Paryono ono Sury Suryodip odipuro uro #seor #seoran ang g direk direktur tur rumah rumah sakit sakit di Semar Semarang ang-5a -5aten teng$ g$..
/alam bukunya A"am Pi$iran, ia membuat sketsa matematis mengenai dimensi ke-6. 7al itu tentunya dimaksudkan agar spiritualitas bukanlah sebuah ruang yang !nto!c%a#"e tetapi justru reasona#"e.
Pemahaman spiritual dengan
penjelasan"penjelasan #ilmiah$ seperti itu memang lebih dekat dengan budaya %arat yang rasional. 'oba kita bandingkan dengan !ara orang 8imur dalam memberi pelajaran mengenai pengetahuan spiritual kepada publik. 3hususnya dalam budaya 5awa sebagai salah satu bentuk budaya yang dikenal lebih kental sebagai perpaduan antara mistik 7indu dan mistik slam. 9mumnya pengungkapan pengetahuan
spiritual
atau
mistik
itu
dilakukan
dengan
!ara sanepan
#perumpamaan$. Sedangkan !ara lain yang lebih populis ialah dengan menyusun kisah-kisah mistik. Misalnya seperti dalam kisah-kisah pewayangan. Seperti
yang
dilakukan
oleh
pujangga
5awa
terbesar
:.
0g.
:onggowarsito yang juga dikenal sebagai mistikus 5awa. /alam beberapa seratnya, ia mengungkap dimensi mistik dengan jalan membuat perumpamaanperumpamaan. Misalnya dalam Serat &irid 'idayat (ati. 3etika ia men!oba menjelaskan pengalaman spiritualnya #mistik$ tentang man!ngga"ing $aw!"a) g!sti, agar bisa diterima akal pikiran ia mengungkapkan, bahwa bersatunya 8uhan dan manusia itu ibarat $odo$ $inem!"an ing "enge #seperti katak berselimutkan liangnya$. Sementara dalam kisah pewayangan, hakekat spiritual diterangkan seperti dalam lakon yang berjudul( *resno +!ga%. /alam kisah itu di!eritakan bahwa antara jiwa dan badan mempunyai ruang yang bisa dijangkau, yaitu dengan laku spiritual yang disebut Ngrogo S!$mo.
5adi, ada perbedaan yang
!ukup prinsip antara tradisi 8imur dengan metode %arat dalam upaya menjangkau realitas spiritual. /alam budaya 5awa, tampak lebih mementingkan laku sebagai proses untuk men!apai dimensi spiritual. Sementara dalam metode spiritual yang kini marak sebagai akibat dari kerinduan masyarakat post industri, pemahaman spiritualitas tidak bisa lepas dari paradigma positi4istik yang dipahaminya selama ini. Yakni gagasan-gagasan positi4istik yang rasional-empirik. * * *
Apa yang dapat kita tangkap dari enomena ini, yaitu ketika wa!ana spiritualitas mengalami 4ariasi dan ber!ampur-baur dengan wa!ana-wa!ana ilmiah modern? Pertama, sesuai dengan siat metode ilmiah modern yang positi4istik. Maka ada ke!enderungan, setidaknya spiritualitas akan dipersepsi se!ara positi4istik pula. Akibatnya, spiritualitas akan !enderung menjadi entitas yang dianggap memiliki siat-siat terukur #!anti-ied $. %ahkan kadangkala, realitas yang selama ini tidak pernah didekati se!ara obyekti itu, kini seperti dipaksa mengaktual se!ara rei-ication #concreetism$, sehingga spiritualitas seolah sebuah entitas yang obyekti. 3edua, siat gaib sebuah realitas spiritual akan mengalami reduksi, baik pada tataran pemaknaan # "ang!age$ maupun pada proses reasoning #"ogic$, ketika pemaknaan itu didasarkan pada stru!tur logika bahasa # str!ct!re o- "ang!age$ yang telah mengalami internalisasi di alam modern. 9paya kuantiikasi terhadap ruang spiritual itu tampak pada beberapa ahli psikologi, /r. Palmer misalnya. a men!oba mentransormasikan aktiitas mental seseorang yang melakukan perjalanan spiritual ke dalam bahasa simbol yang telah kita kenal. Misalnya, berapa besaran energi gelombang-gelombang listrik yang meman!ar dari tubuh. Padahal, praktek spiritual dalam khasanah budaya 5awa, yang dipentingkan bukan soal berapa besaran energi yang terukur, tetapi unsur ritualnya yang sering dipersoalkan. /alam .rata$esawa misalnya. Ajaran ilmu keramat itu harus memenuhi syarat-syarat antara lain, tempat yang su!i, tempat yang sunyi dan diutamakan mengambil tempat yang tinggi #bukit$ untuk memulai mengenal $as!nyatan atau realitas spiritual. ;leh karena itu, perbedaan tasir atas spiritualitas menjadi demikian penting untuk dipersoalkan demi peradaban ke depan seperti yang pernah diramalkan oleh 5ohn 0aisbitt dan Patri!ia Aburdene. Sebab paradigma yang berbeda akan sangat menentukan bagaimana !orak kebudayaan manusia ke depan. Apakah spiritualitas merupakan sebuah proses batiniah manusia menuju pembentukan insan kamil. Atau justru spiritualitas dipahami sebagai sebuah materialitas yang mengada dengan !ara geist . Sementara, dikhawatirkan hal itu hanyalah sebuah trend spiritual sekedar untuk berbeda dengan pandangan mekanistis 0ewton yang dianggap kuno. 3alaupun ada upaya sungguh-sungguh
untuk merasionalkan realitas spiritual, maka salah satu hal yang akan sangat tumpang tindih ialah logika bahasa. Sebab apakah kita bisa menangkap adanya sistem "ogic yang sama dengan logika yang diambil struktur bahasa yang didasarkan pada pengalaman spiritual? Sangat boleh jadi untuk memahami sebuah realitas yang selama ini belum pernah terungkapkan itu membutuhkan pemahaman logika inormal #kebalikan logika ormal Aristoteles$. Sebab, bisa jadi ruang spiritual yang pernah kita bayangkan tidak seperti ruang matematis yang kita kenal. ;leh karena itu, ketika 5ohn 0aisbitt dan Patri!ia Aburdene mewartakan agama no, spiritual yes, apakah spiritualitas yang mereka pahami sama dengan spiritualitas yang telah dilakoni dalam budaya 8imur selama ribuan tahun? ***
/ 200 s!d!t1or1id mem#es!t sisi yang "!p!t