TERBATAS BAB I PENDAHULUAN
1. Umum Perkembangnya informasi dan teknologi memberikan dampak yang sangat besar terhadap tata kehidupan sosial, kesehatan sebagai bagian dari kebutuhan manusia tak luput juga menjadi sasaran. Kebutuhan akan kesehatan yang prima serta tuntutan akan jamin jaminan an kesel keselam amata atan, n, memp mempen enga garuh ruhii cara cara pand pandan ang g dan dan konse konsep p peny penyed edia ia jasa jasa pelayanan kesehatan yang profesional. Oleh karena itu untuk penyedia jasa pelayanan kesehat kesehatan an harus harus terus terus memben membenahi ahi berbaga berbagaii aspek aspek yang yang turut turut menduku mendukung ng didalam didalam pencapaian peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Rumah Rumah sakit sakit sebaga sebagaii salah salah satu unsur yang begerak begerak didalam didalam penyedi penyedia a jasa pelayana pelayanan n kesehata kesehatan n dituntu dituntutt untuk untuk lebih lebih mening meningkatk katkan an kinerjan kinerjanya ya secara secara optimal optimal sehingga profesionalitas rumah sakit sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan dapat dicapai dicapai.. Profesi Profesiona onalism lisme e pada pada pelayana pelayanan n kesehata kesehatan n dapat dapat dicapai dicapai bilamana bilamana dapat dapat mengikuti kemajuan dan pekembangan lmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) bidang kesehatan serta Teknologi Informasi. Seiring dengan perubahan sikap masyarakat yang semakin kritis terhadap jasa pelayanan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut maka dibutuhkan kesiapan yang menyeluruh baik perangkat keras ( hard were) were) maupun perangkat lunak ( soft ware) ware) dari penyedia jasa pelayanan kesehatan. Salah satu perangkat lunak yang harus ada di rumah sakit yaitu suatu prosedur operasional yang standar dalam pelayanan kesehatan, dimana ini akan menjadi acuan atau dasar dalam melakukan suatu tindakan pelayanan kesehatan. Melihat Melihat kenyataan kenyataan di atas maka Rumkital Rumkital Dr. Komang Komang Makes Makes berusaha berusaha lebih lebih profesional dan salah satu bentuk upaya yang dilaksanakan di lingkungan Rumkital Dr. Komang Makes adalah menyusun dan menerapkan Panduan Manajemen Klinis Mata dengan merujuk pada Panduan Manajemen Klinik yang ditetapkan oleh Perdami. 2. Maks Maksud ud dan dan tuj tujua uan n a. Maksud Buku Panduan Manajemen Klinis Mata ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi tenag tenaga a medis medis Rumki Rumkital tal Dr. Koma Komang ng Makes Makes dalam dalam memb memberi erika kan n pelay pelayan anan an kesehatan di bidang mata secara profesional. b. Tujuan
1) Memberikan pengetahuan dan keseragaman cara bertindak dalam memberikan pelayanan kesehatan di bidang mata. 2) Menda Mendapa patka tkan n mutu mutu seop seoptim timal al mung mungkin kin dalam dalam pemberian pelayanan kesehatan di bidang mata. 3. Tata Ur Urut a. BAB I Pendahuluan b. BAB II Panduan Manajemen Klinis Mata c. BAB III Penutup
1
TERBATAS
BAB-II PANDUAN MANAJEMEN KLINIS MATA
GAMBARAN UMUM KELAINAN REFRAKSI I.
MIOPIA Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekutan pembiasan sinar yang berlebihan,sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan didepan retina.
1. Miopia axial:kekuatan axial: kekuatan retraktif mata normal, tetapi diameter anterior-posterior bola ata lebih panjang. Mata biasanya lebih besar dari normal. Pada tipe miopia ini bias dijumpai myopic cresent dan stafiloma posterior 2. Miopia kurvatura: Bessar bola mata normal, tapi kurvatura kornea dan lensa lebih besar dari normal 3. Miopia indeks refraksi: perubahan perubahan indeks refraksi sering terlihat pada pasien Diabetes yang kadar gula darahnya tak terkontrol. 4. Perubahan Perubahan posisi lensa: perubahan lensa kearah depan sering terjadi sesudah tindakan bedah, terutama glaukoma Gejala miopia 1. Gejala paling penting yaitu melihat menjadi buram 2. Sakit kepala 3. Kecenderungan terjadinya juling saat melihat jauh 4. asien asien leb lebih ih jelas jelas meli meliha hatt dekat dekat Penatalaksanaan Pengob Pengobatan atan pasien pasien dengan dengan miopia miopia adalah adalah dengan dengan memberi memberikan kan koreksi koreksi sferis sferis negatip terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal.
II. HIPERMETROPIA Mata hipermetropia mempunyai kekuatan refraksi yang lemah, sinar sejajar yang dating dari obyek terletak jauh tak terhingga dibiaskan dibelakang retina.Berasarkan retina.Berasarkan struktur bola mata hipermetropia dibedakan menjadi beberapa tipe,yaitu: 1. Hipermetropia axial: Kekuatan refraksi mata normal, tetapi diameter anteriorposterior bola mata lebih pendek dari normal 2. Hipermetropia kurvatura: Kelengkungan kornea dan lensa lebih lemah dari normal 3. Hipermetropia indeks refraksi:Indeks refraksi: Indeks refraksi lebih rendah dari normal 4. Perubahan Perubahan posisi lensa: Hipermetropia Hipermetropia dapat disebabkan disebabkan perubahan perubahan posisi lensa ke belakang Berdasarkan akomodasi hipermetropia dibedakan secara klinis menjadi: 1. Hiperm Hipermetr etropi opia a manif manifes est: t: dida didapa patk tkan an tanp tanpa a sikl siklop ople legi gik, k, meru merupa paka kan n hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan lensa positif maksimal yang memberikan
2
TERBATAS tajam tajam peng penglih lihata atan n norma normal. l. Hipe Hiperme rmetro tropia pia ini ini terdir terdirii dari dari hiperm hipermet etrop ropia ia absol absolut ut ditambah dengan hipermetropia fakultatif.
2. Hipermetropia manifes absolut : merupakan bagian hipermetropia yang tidak dapat diimbangi dengan akomodasi 3. Hipermetropi Hipermetropi fakultatif: merupaka merupakan n bagian bagian hiperme hipermetrop tropia ia yang dapat dapat diukur diukur dengan dikoreksi dengan lensa positif,tetapi dapat juga dikoreksi dengan akomodasi tanpa tanpa lensa lensa koreksi. koreksi.pasi pasien en yang yang hanya hanya mempun mempunyai yai hipermet hipermetropi ropia a fakultat fakultatif if akan dapat melihat normal tanpa koreksi, tapi bila diberikan koreksi lensa positif yang memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan istirahat. 4. Hipermetropia Hipermetropia laten: merupa merupakan kan bagian bagian hipermet hipermetropi ropia a yang dapat dapat diatasi diatasi sepenuhnya sepenuhnya dengan akomodasi, akomodasi, tanpa sikloplegik, merupakan perbedaan antara hipemet hipemetropi ropia a total total dengan dengan manifes manifest. t. hipermet hipermetropi ropia a laten laten iniakan iniakan diatasi diatasi pasien pasien deng dengan an akomo akomoda dasi si trus trus mene menerus rus.Hi .Hipe perme rmetro tropia pia laten laten hsnys hsnys dspst dspst diuku diukurr bila bila diberikan sikloplrgik. Makin muda seseorang makin besar komponen hipermetropi laten. Dengan bertambahnya usia maka kemampuan akomodasi menjadi berkurang, sehingga hipermetropia laten menjadi fakultatif dan kemudian menjadi hipermetropia absolut. 5. Hipermetropi Hipermetropi total, total, yaitu seluruh jumlah hipermetropia laten dan manifest yang didapatkan setelah pemeriksaan dengan sikloplegik. Gejala hipermetropia 1. Bila Bila hiperm hipermet etrop ropia ia 3 diop dioptri tri atau lebih lebih,, atau atau pada pada usia tua, tua, pasie pasien n meng mengelu eluh h penglih penglihatan atan jauh jauh kabur.t kabur.turun urunnya nya tajam tajam penglih penglihatan atan jauh pada pada pasien pasien usia tua dise diseba babk bkan an menu menuru runn nnya ya ampl amplit itud ude e akom akomod odas asi, i, sehi sehing ngga ga tida tidak k dapa dapatt lagi lagi mengkompensasi kelainan hipermetropia nya. 2. penglihatan dekat lebih cepat buram. Karena kemampuan akmodasi menurun dengan bertambahnya usia, sehingga akomodasi tidak cukup adekuat lagi untuk peng penglih lihata atan n deka dekat.P t.Pen engli gliha hatan tan deka dekatt yang yang bura buram m akan akan lebih lebih terasa terasa lagi lagi pada pada keadaan kelelahan, atau penerangan yang kurang 3. sakit kepala kepala biasanya biasanya pada pada daerah daerah frontaldan frontaldan dipacu dipacu oleh oleh kegiatan kegiatan melihat melihat dekat dekat jangka panjang.jarang terjadi pada pagi hari.cenderung terjadi pada siang hari dan bias membaik spontan kegiatan melihat dekat dihentikan. 4. eyestrain 5. Sens Sensiti itiff terha terhada dap p cah cahaya aya.. 6. spasme akomodasi; yaitu terjadinya cramp m.cilliaris diikuti penglihatan buram intermit intermiten. en. Over aksi akomod akomodasi asi dapat dapat menyeb menyebabka abkan n pseudom pseudomiopi iopia.se a.sehing hingga ga penglihatan lebih jelas saat diberikan koreksi lensa negatip Penatalaksanaan Apabila disertai esopohria, hipermeropia dikoreksi penuh Apabila Apabila disertai disertai strabism strabismus us konverge konvergen, n, koreksi koreksi hipermet hipermetropi ropia a total, total, sebalik sebaliknya nya apabila disertai exophoria diberikan under koreksi.
III. ASTIGMATISMA Adalah keadaan dimana sinar sejajar tidak dibiaskan secara seimbang pada seluruh meridian. Pada astigmatisma regular,terdapat dua meridian utama yang terletak saling tegak lurus.
3
TERBATAS
Tipe-tipe astigmatisma 1. Astigmatisma Astigmatisma hipermetropikus hipermetropikus simpleks: simpleks: satu meridian utamanya utamanya emetropik, emetropik, meridian yang lainnya hipermetropik. 2. Astigmat Astigmatisma isma myopikus myopikus simpleks simpleks:: satu satu merid meridia ian n utama utamany nya a emet emetrop ropik, ik, meridian lainnya miopik. 3. Astig Astigmat matism isma a hiperm hipermet etrop ropiku ikus s kompo komposit situs: us: kedu kedua a merid eridia ian n utam tama hipermetropik dengan derajat yang berbeda. 4. Astigmat Astigmatisma isma miopikus miopikus kompositu kompositus: s: kedu kedua a merid meridian ian utama utamany nya a miop miopik ik dengan derajat yang berbeda 5. Astigmatisma Astigmatisma mikstus: satu meridian utamanya hipermetropik, meridian yang lain miopik. Bentuk-bentuk Astigmatisma 1. Asti Astigm gmat atis isma ma regu regula lar r 2. Astig Astigma matis tisma ma irreg irregula ular r 3. Asti Astigm gmat atis isma ma obli oblik k 4. Astigmatisma simetrik 5. Astig Astigma matis tisma ma asime asimetri trik k 6. Astig Astigma matis tisma ma with with the the rule rule 7. Astig Astigma matis tisma ma aga agains instt the rule rule Gejala Astigmatisma 1. Peng Pengli liha hata tan n kab kabur ur 2. Head til tilti tin ng 3. Menengok untuk melihat jelas 4. Mempersempit palpebra 5. Memegang bahan bacaan lebih dekat Penatalaksanaan Astigmatisma Koreksi dengan lensa silinder, bersama dengan sferis, kalau ada
IV. ANISOMETROPIA Pemeriksaan tajam penglihatan 1. Ditingka Ditingkatt pelayan pelayanan an keseha kesehatan tan mata mata prime primer. r. a. Pemeriks riksa aan me menggunakan ka kartu rtu sn snellen len Denga Dengan n pene peneran ranga gan n ruang ruangan an yang yang cukup cukup.. Pasie Pasien n diperi diperiksa ksa pada pada jarak jarak 6meter atau paling sedikit 5 meter dari kartu snellen. Apabila tidak tersedia ruang ruangan an yang yang cukup cukup,, maka maka peme pemerik riksaa saan n dapa dapatt dilak dilakuka ukan n pada pada jarak jarak 3 meter,dengan cara meletakkan kartu snellen diatas kepala pasien dan pasien melihat objek melalui bayangan dicermin yang diletakkan didepan pasien. Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan satu persatu mata dengan mata yang tidak diperiksa ditutup ditutup menggu menggunaka nakan n okluder. okluder.Pem Pemerik eriksaan saan dimulai dimulai dengan dengan mata kanan kanan terlebih dahulu, kecuali bila pasien mengeluh mata kiri melihat lebih buram, dapat diperiksa mata kiri terlebih dahulu. Pasien disuruh membaca huruf atau angka pada kartu snellens dari baris atas ke paling bawah, kemudian diulangi untuk mata sebelahnya.Keemudian kedua mata diperiksa secara bersamaan.
4
TERBATAS Apabila Apabila tajam tajam penglih penglihata atan n kedua kedua mata mata seimban seimbang, g, maka maka biasany biasanya a kedua kedua mata mata akan akan salin saling g memp memperk erkua uat,s t,seh ehing ingga ga didap didapatk atkan an tajam tajam peng penglih lihata atan n menggunakan dua mata sedikit lebih baik dibandingkan satu per satu mata. Hasil pemeriksaan kemudian dicatat, sebagai berikut:
VOD
:6/6 → VOU :6/5
VOS
:6/6
Karena pemeriksaan bias dilakukan dengan atau tanpa kaca mata, maka hasil hasil hasil pemeriksaan pemeriksaan dicatat dengan notasi s(sine= tanpa koreksi) dan c(cum= dengan koreksi) missal 6/6c, atau 6/12s. Hasil Hasil pemeriks pemeriksaan aan yang yang dicatat dicatat adalah adalah baris baris terakhir terakhir yang yang dapat dapat terbaca terbaca seluruhnya atau sebagian oleh pasien ,misalnya V :6/9 berarti pasien dapat membaca semua huruf / angka pada baris 6/9 V :6/9+ berarti pasien dapat membaca pada baris 6/9 ditambah beberapa pada baris dibawahnya. V :6/18 – atau lebih dijelaskan 6/18 (-2 huruf) berarti pasien dapat membaca pada baris 6/18 dengan 2 huruf salah Apabila Apabila pasien pasien tidak tidak dapat dapat membac membaca a huruf huruf terbesar terbesar pada pada kartu kartu snelen, snelen, pasien bias diminta mendekat kearah snelen, sehingga pada jarak yang lebih dekat dekat mung mungkin kin pasie pasien n bias bias memb membac aca a huruf huruf terbe terbesa sar.M r.Misa isall pasie pasien n bias bias memb membac aca a huruf huruf terbe terbesar sar pada pada jarak jarak 2 meter meter , maka maka V:2/6 V:2/60,a 0,apa pabil bila a hal hal tersebut tidak memungkinkan memungkinkan maka pemeriksaan pemeriksaan kita lakukan dengan hitung jari.pasien diminta menyebutkan berapa jari pemeriksa yang diperlihatkan dengan latar belakang gelap. Tajam penglihatan dicatat pada jarak berapa pasien bisa menghitung jari. V:1/60. berarti pasien dapat mengitung mengitung jari pada jarak jarak 1 meter meter (CF= (CF= coun counts ts Finge Finger).A r).Apa pabil bila a hitun hitung g jari jari tidak tidak bisa, bisa, maka maka dilakukan pemeriksan pemeriksan dengan gerakan gerakan tangan didepan didepan pasien dengan dengan latar belakang terang, missal jendela. Tajam penglihatan dicatat sebagai V:1/300 atau HM(hand movement).Apabila pasien tetap tidak dapat maka ruangan digelapkan dan kita sinari engan senter kearah mata pasien. Apabila pasien bisa bisa meng mengen enali ali perbe perbeda daan an saat saat disin disinari ari dan dan saat saat tidak tidak disin disinari ari,, yajam yajam penglihatannya adalah V:1/~ atau PL (Perception of light). Sebaliknya bila sinar tidak bisa dikenali oleh pasien, maka V:no ,atau PL= nol. Pada tajam penglihatan PL maka harus diperiksa proyeksinya, yaitu dari arah mana sinar datang dapat dikenali(nasal, temporal, atas , bawah) b. Pemeriksaan Refraksi Dilakuka Dilakukan n dengan dengan cara memeriks memeriksa a tajam tajam penglih penglihatan atan mata mata satu persatu. persatu. Dengan satu mata ditutup pasien diminta untuk membaca huruf pada kartu snellen snellen,apa ,apabila bila pasien pasien mampu mampu membac membaca a pada pada baris baris yang menunju menunjukkan kkan angka 20, maka dicatat tajam penglihatan tanpa kaca mata 6/20, selanjutnya
5
TERBATAS ditamba ditambah h lensa lensa S+0,50 S+0,50 D untuk untuk menghi menghilang langkan kan akomoda akomodasi si pasien. pasien. Bila akib akibat at pena penamb mbah ahan an lens lensa a tadi tadi peng pengli liha hata tan n bert bertam amba bah h jela jelas, s, maka maka kemungk kemungkinan inan pasien pasien menderi menderita ta hipermet hipermetropi ropia. a. Kemudi Kemudian an koreksi koreksi dengan dengan lensa lensa sferis sferis positif positif diterusk diteruskan an dengan dengan ditamba ditambah h perlaha perlahan-la n-lahan han sampai sampai dicapai dicapai tajam tajam penglih penglihatan atan terbaik. terbaik. Koreksi Koreksi diterusk diteruskan an dengan dengan menamb menambah ah len lensa positi sitif. f.s sampai pada satu satu saat pasie sien mengatak takan taja tajam m penglihatannya berkurang. Pada pasien hipermetropia tersebut kita berikan kore koreks ksii lens lensa a posi positi tiff terb terbes esar ar// terk terkua uatt yang yang masi masi memb member erik iksn sn taja tajam m penglih penglihatan atan 6/6. 6/6. Bila ditamba ditambah h lensa lensa S+0,50D S+0,50D tadi penglih penglihatan atan menjad menjadii bertambah kabur, maka kemungkinan pasien menderita miopia. Pada mata terseb tersebut ut kita kita berik berikan an lensa lensa sferis sferis nega negatip tip yang yang makin makin dikur dikuran angi gi secara secara perlahan-lahan sampai terlihat huruf pada baris 6/6. Apabila Apabila setelah setelah prosedu prosedurr diatas diatas tetap tetap belum belum dicapai dicapai tajam tajam penglih penglihata atan n maksimal, maka kemungkinan ada astigmatisma. c. Pemeriksaan Dengan Tehnik Fogging Dapat Dapat dilakuka dilakukan n dengan dengan atau atau tanpa tanpa silkopleg silkoplegik.A ik.Akom komoda odasi si dapat dapat dicegah dicegah dengan membuat mata sedikit miopia, sehingga tajam penglihatan mencapai 6/9 atau 6/12 kearah kearah miopia, miopia, dengan dengan cara memberika memberikan n lensa lensa S+0,25D S+0,25D.. pasien kemudian disuruh melihat juring astigmat pada kartu snellens. Pasien diminta diminta menyeb menyebutka utkan n garis garis mana mana yang yang terlihat terlihat paling hitam. hitam. Garis Garis yang yang terl terlih ihat at pali paling ng hita hitam m ini ini sesu sesuai ai deng dengan an meri meridi dian an yang yang pali paling ng besa besar r miopinya,sehingga koreksi dengan lensa silinder minus kita letakkan pada aksis tegak lurusnya. Power lensa silinder minus dinaikkan perlahan-lahan sampai didapatkan gambaran juring astigmat yang sama jelas/ hitam pada dua meridian yang saling tegak lurus. Apabila silinder yang diperlukan lebih dari C-0,75D,sebaiknya ditambahkan lensa S+0,25D tiap kenaikan silinder 0,5D 0,5D untu untuk k memp memper erta taha hank nkan an efek efek fogg foggin ing. g. Sete Setela lah h kore koreks ksii sili silind nder er ditentukan, lensa fogging dikurangi sampai didapatkan minus terkecil atau plus terbesar yang memberikan tajam penglihatan terbaik. Untuk mengetahui apakah apakah aksis aksis lensa lensa silinder silinder yang yang diberika diberikan n sudah sudah tepat tepat atau belum bisa dilakukan test swinging , pasien pasien disuruh disuruh melihat huruf terkecil terkecil pada kartu snelen, snelen, sementar sementara a pemerik pemeriksa sa memuta memutarr aksis aksis lensa lensa silinde silinderr 30° pada pada dua arah berlawanan, kemudian 15° dan akhirnya 5°, dan menanyakan apakah pada waktu diputar kedua arah yang berlawanan sama kaburnya. Apabila pada pada saat saat lensa lensa silin silinde derr diputa diputarr aksis aksisny nya a kedua kedua arah arah yang yang berla berlawa wana nan n memberikan efek kabur yang sama, maka aksis silinder yang kita berikan sudah tepat. 2. Pelayanan Kesehatan Mata Sekunder (SEC) Ditingka Ditingkatt pelayan pelayanan an kesehata kesehatan n mata mata sekunde sekunderr bisa dilakuka dilakukan n pemerik pemeriksaan saan refraksi seperti pada tingkat pelayanan kesehatan mata primer, ditambah dengan pemeriksaan lensometri. 3. Pelayanan Kesehatan Mata Tertier (TEC) Ditingkat pelayanan kesehatan mata tertier, bisa dilakukan pemerikaan refraksi seperti pada tingkat pelayanan kesehatan mata sekunder, ditambah dengan: a. Stre Streak ak reti retino nosc scop opii b. Teknik Jackson cross silinder
6
TERBATAS V. PROBLEMA LENSA KONTAK Adalah problema yang dijumpai spesifik akibat pemakaian lensa kontak, karena infeksi atau karena pemakaian lensa kontaknya sendiri.
Anamnesis Gejala dan Tanda 1. Apa keluhan utamanya, jenis lensa kontak yang dipakai, sudah berapa lama umur lensa kontaknya, berapa lama sehari lensa kontak dipakai, bila tidur apakah lens lensa a kont kontak akny nya a dipa dipaka kai, i, baga bagaim iman ana a pera perawa wata tan n seha sehari ri-h -har arin inya ya,, apak apakah ah menggunakan enzym. 2. Sakit Sakit,, fotop fotopho hobia bia,, rasa rasa sepe seperti rti ada ada bend benda a asing asing,, tajam tajam peng penglih lihata atan n menu menurun run,, mata merah dan rasa gatal Tergantung dari etiologi, maka diagnosisnya adalah : Keratitis/ ulkus kornea (bakteri, jamur, achantamoeba) 1. Giant Giant papi papilla llary ry conjun conjungti gtivit vitis is 2. Hipersen Hipersensitiv sitivitas itas terhadap terhadap solution solution lensa: lensa: hiperemi hiperemi conjungtiv conjungtiva, a, dan iritasi pada mata yang timbul setelah lens cleaning dan insersi lensa 3. Depo Deposit sit pada lensa lensa konta kontak: k: multi multiple ple small small depo deposit sit pada lensa lensa konta kontak k akan akan menimbulkan iritasi kornea dan konjungtiva. 4. Tigh Tightt len lens s synd syndro rome me 5. Aberasi Aberasi cornea cornea:: sering sering pada pada PMMA hard conta contact ct lens lens 6. Neov Neovasc ascul ulari arisa sasi si pada pada korn kornea ea 7. Perubahan epithel kornea 8. Inade Inadequ quat ate/ e/ incomp incomplet lete e blinkin blinking g 9. Disl Dislok okas asii lensa lensa kon konta tak k EVALUASI Pelayanan kesehatan mata Primer (PEC) Dengan menggunakan lampu senter dan lup dapat dikenali adanya kelainan pada mata, seperti keratitis, konjungtivitis, ulkus kornea, dan kelainan lain yang termasuk dalam problema lensa kontak Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) Dengan menggunakan lampu senter, lup, slit lamp, strip fluoresin, dan lainnya dapat dikenali adanya konjungtivitis, keratitis/ ulkus kornea, dan kelainan lain yang termasuk dalam problema lensa kontak Pelayanan kesehatan mata tertier (TEC) Dengan menggunakan lampu senter, lup, slit lamp, strip fluoresin, kalau perlu sediaan apus apus dan dan biakan biakan dari dari ulkus ulkus korne kornea a , dari dari lensa lensa kontak kontaknya nya atau atau dari dari temp tempat at lensa lensa kontaknya. Pada TEC dilakukan: 1. Pada Pada kond kondis isii tida tidak k ada ada infe infeks ksi, i, dima dimana na lens lensa a kont kontak ak masi masih h ada ada di mata mata,, dievaluasi letak atau kedudukannya, adanya deposit, goresan dan lain-lain. 2. Pemeriks riksa aan mata pada saa saat lensa kon kontak sudah dilep lepas, dila ilakuk kukan peme pemeri riks ksaa aan n conj conjun ungt gtiv iva a tars tarsal alis is supe superi rior or untu untuk k meli meliha hatt adan adanya ya papi papil; l; konju konjung ngtiv tiva a bulbi bulbi,, korne kornea a dan dan peme pemerik riksaa saan n permu permukaa kaan n bola bola mata mata deng dengan an menggunakan test fluoresin 7
TERBATAS 3. Pemeriksaan Pemeriksaan lensa lensa kontak kontak dengan dengan menggunaka menggunakan n lensa pembesar pembesar untuk melihat adanya deposit dan goresan pada lensa kontak 4. Pemeriksaan Pemeriksaan sediaan sediaan langsung langsung apus dan dan biakan, biakan, bila ada ada ulkus ulkus kornea kornea 5. Kala Kalau u perlu perlu diambil diambil bahan bahan biakan biakan yang yang diam diambil bil dari lensa lensa konta kontak k atau atau tempat tempat lensa kontak. Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer(PEC) 1. Bila ada ada problema problema lensa lensa kontak, kontak, mata merah, merah, lensa lensa kontak harus harus segera segera dilepas dilepas dan diobati, diberikan obat tetes mata chloramfenicol 2. Cara mele melepask paskan an lensa lensa kontak kontak lunak lunak oleh oleh dokter dokter:: a. Cuci tangan terlebih dahulu b. Pasi Pasien en dim dimin inta ta mel melih ihat at kea keata tas, s, let letak akka kan n jari jari teng tengah ah tan tanga gan n kana kanan n pada pada kelopak bawah dan sentuh pinggir lensa kontak dengan jari telunjuk.Kemudian dengan bantuan ibu jari,lensa kontak dicubit perlahan-lahan antara ibu jari dan telunjuk sehingga lensa terlipat dan dengan mudah dapat dikeluarkan 3. Cara melepa melepas s lensa lensa kontak kontak RGP oleh oleh dokter: dokter: a. Cuci tangan terlebih dahulu b. Ujun Ujung g pipe pipett peng penghi hisa sap p dice dicelu lupk pkan an ked kedal alam am air air ber bersi sih h laya layak k minu minum, m, lal lalu u kita tempelkan ujung karet penghisap pada lensa RGP di mata. Kemudian pipet penghi penghisap sap beserta beserta lensa lensa RGP yang yang sudah sudah menemp menempel el kita tarik pelan-pe pelan-pelan lan keluar dari mata. Perlu diingat bahwa cairan untuk perawatan lensa kontak lunak dan lensa RGP tidak sama. Juga untuk membilas lensa RGP cukup dengan air bersih layak minum. Ini tidak boleh dilakukan pada lensa kontak lunak, karena adanya mineral-mineral yang terkandung di dalam air minum dan dapat diserap oleh lensa kontak lunak. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) Bila ada problem lensa kontak, mata merah: 1. Lensa Lensa kontak kontak harus harus sege segera ra dilepas dilepas 2. Diobati, Diobati, beri beri terapi terapi seperti seperti pada ulkus/ ulkus/ keratit keratitis is pada umum umum nya 3. Bila menemu menemuii kesuli kesulitan tan dapat dapat diruju dirujuk k
1.
Pelayanan kesehatan mata tertier (TEC) Bila ada infeksi : a. Lensa kontak segera dilepas b. Diob Diobat ati, i, ber berii ter terap apii sepe sepert rtii pad pada a ulk ulkus us// ker kerat atit itis is pada pada umum umum nya nya
2.
Bila ila ad ada sp spesifi ifik pro prob blema le lensa kontak tak Giant papillary conjungtivitis: a. Lensa kontak segera dilepas b. Berikan topikal mast cell stabilizer, chromolyn chromoglycate tetes mata c. Perb Perbai aiki ki hygi hygien ene, e, bila bila perl perlu u gan ganti ti clea cleani ning ng sys system tem d. Bila Bila kea keada daan an sud sudah ah mem memba baik ik ( 1-4 1-4 bln bln)) gant gantii lens lensa a kont kontak ak den denga gan n desi design gn dan bahan baru yang berbeda dengan sebelumnya.
3.
Hypersensitivitas/ re reaksi to toxis: a. Lensa kontak segera dilepas b. Paka Pakaii art artif ific icia iall tea tears rs tanp tanpa a baha bahan n pen penga gawe wett 4-6 4-6 x seha sehari ri 8
TERBATAS c. Gant Gantii lens lensa a kont kontak ak den denga gan n desi design gn dan dan bah bahan an bar baru u yang yang ber berbe beda da den denga gan n bahan sebelumnya, bila keadaan sudah membaik. 4.
Contact lens deposits: a. Lensa kontak segera dilepas b. Ganti Ganti lensa lensa kona konak k luna lunak k baru baru bila bila kead keadaa aan n memb membai aik. k. Disar Disaran ankan kan memakai lensa kontak yang sekali pakai. Pada lensa RGP deposit umumnya mudah dapat dihilangkan. Selanjutnya perlu memakai enzym treatment juga. c. Diberi pelatihan tentang perawatan lensa kontak, juga tentang perawatan dengan enzym tiap satu minggu sekali. 5. Tigh Tightt lens lens syn syndr drom ome: e: a. Lensa kontak segera dilepas b. Setelah gejala hilang, segera di fit ulang dengan lensa kontak yang lebih flat. Kalau lensa RGP dapat dicoba dengan pengecilan diameter lebih dulu atau tindakan lain yang akan membuat fitting lensa lebih loose (longgar)
6.
Aberasi cornea a. Lensa kontak segera dilepas b. Setelah keadaan baik dan stabil (refraksi dan keratometri keratometri telah membaik dan menetap menetap setelah 3x pemeriksaan). pemeriksaan). Kemudian dilakukan fitting ulang
7.
Neovascularisasi pa pada co cornea a.
Lensa kontak segera dilepas b. Berikan topikal steroid c. Di fit ulang dengan lens kontak dengan Dk yang lebih tinggi dan pemakaian yang daily- wear
8.
Perubahan epithel cornea a. Lensa kontak segera dilepas b. Bila ila epithe thel korn korne ea sudah membaik beri berik kan len lensa kontak tak baru. ru. Pada lensa lensa RGP RGP dicob dicoba a dulu dulu deng dengan an lensa lensa yang yang diperb diperbai aiki, ki, misaln misalnya ya deng dengan an memperkecil diameter lensa kontak c. Guna Gunaka kan n cai caira ran n yang yang tida tidak k men menga gand ndun ung g baha bahan n pen penga gawe wett d. Kedipan yang tidak sempurna e. Beri Berika kan n art artif ific icia iall ear ears s yan yang g tid tidak ak meng mengan andu dung ng baha bahan n pen penga gawe wett f. Pentin ting untuk tuk mengajark jarka an cara cara men mengedip yan yang benar pada pemakai kai lensa kontak
9.
Dislokasi lensa Lensa kontak diperiksa, apakah ada kerusakan atau tidak, bila tidak ada, clean & disinfect lensa, periksa kembali fitting nya. Periksa segment depan mata dengan seksama. Bila ada infeksi kornea, follow up pada hari berikutnya dan diteruskan sampai sembuh. Bila pada kondisi kondisi non infeksi, infeksi, follow follow up 1-4 minggu berikutnya berikutnya tergantung tergantung kondisi kondisi klinisnya. Penderita yang diberi steroid topikal harus di follow up lebih ketat.
9
TERBATAS Rekomendasi Pada semua problema lensa kontak 1. Lensa Lensa kontak kontak pada pada umumn umumnya ya lebih lebih aman aman kalau kalau dilepas dilepas 2. Setelah Setelah pemeriks pemeriksaan aan baru baru tindakan tindakan selanjut selanjutnya nya atau diruju dirujuk k Peng Penggu guna naan an lensa lensa konta kontak k pada pada pelay pelayan anan an keseh kesehata atan n mata mata prime primer, r, perlu perlu dapa dapatt memb membed edak akan an soft soft conta contact ct lens lens dan dan lensa lensa RGP (rigid (rigid gas gas perme permeab able) le) dan dan dapa dapatt melepaskan/ mengeluarkan lensa kontak bila didapatkan problema lensa kontak pada penderita yang datang. Cara melepaskan lens kontak pada kedua jenis lens kontak itu berbeda. Pada Pada pelayan pelayanan an kesehata kesehatan n mata mata sekunde sekunderr dapat dapat dilakuka dilakukan n usaha usaha pertolo pertolonga ngan n dan pengobatan bila menemui kesulitan dapat dirujuk ke pelayanan kesehatan tertier.
KONJUNGTIVITIS Adalah suatu inflamasi atau peradangan pada konjungtiva, yang dapat disebabkan oleh infeksi infeksi virus, virus, bakteri, bakteri, iritasi iritasi atau atau reaksi reaksi alergi/ alergi/ hiperse hipersensit nsitivita ivitas. s. Peradad Peradadnga ngan n dapat dapat terjadi acute dan chronis.acute bila peradangan terjadi dalam beberapa hari sampai 2minggu, umumnya disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Kronis bila peradangan terus nerlangsung dan tidak tidak sembuh lebih dari 2 minggu. Umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri yang resisten terhadap pengobatan, reaksi alergi/hipersensitivitas, atau iritasi kronis(dry eye). Konjungtivitis merupakan salah satu masalah penyakit mata tersering yang ditemukan dinegara berkembang. Gejala klinis 1. Mata me merah 2. Rasa mengganjal, gatal, berair/ sekret 3. Umumny Umumnya a tidak tidak ada ada penurun penurunan an pengli penglihat hatan an Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Riwayat Riwayat trauma/ trauma/ kelilipan kelilipan,, kontak kontak dengan dengan penderita penderita mata mata merah, merah, riwayat iritasi iritasi dan alergi/ hipersensitivitas (udara, debu, obat, makanan) 2. Peme Pemeri riks ksaa aan n taja tajam m peng pengli liha hata tan n deng dengan an kart kartu u snel snelle len n dan dan kore koreks ksii terb terbai aik k menggunakan pinhole 3. Pemeriks Pemeriksaan aan dengan dengan lampu lampu senter dan lup untuk untuk melihat, melihat, konjungti konjungtiva va bulbi dan tarsal, dan memastikan pada kornea tidak ditemukan kelainan akibat peradangan konjungtiva 4. Konjungtivitis bakteri bila ditemukan konjungtiva hiperemis, sekret mukopurulen atau purulen, purulen, dapat dapat disertai disertai membra membrane ne atau pseudom pseudomemb embran ran pada pada konjunt konjuntiviti ivitis s tarsalis 5. Konj Konjun ungt gtiv ivit itis is viru virus s dite ditemu muka kan n konj konjun ungt gtiv iva a hipe hipere remi mis, s, sekr sekret et umum umumny nya a mukoserosa, dan pembesaran kelenjar limfe preauriculer 6. Konj Konjun ungti gtivit vitis is allerg allergii bila bila memp mempun unyai yai riwaya riwayatt alergi alergi atau atau atopi atopi dan dan ditem ditemuka ukan n keluhan gatal, dan hiperemis konjungtiva 7. Curig Curigai ai steve steven n jhon jhonson son syndro syndrome me jika jika terja terjadi di konjun konjungt gtivi ivitis tis pada pada kedua kedua mata mata yang timbul setelah min atau mendapatkan terapi obat-obatan. 8. Curigai Curigai konjung konjungtivit tivitis is gonoroe gonoroe,, tertama tertama pada pada bayi bayi baru lahir. Jika ditemuka ditemukan n konjungtivitis pada dua mata dengan sekret purulen yang sangat banyak.
10
TERBATAS
Pelayanan kesehatan mata sekunder(SEC) 1. Sama Sama den denga gan n fasili fasilitas tas prime primer r 2. Pemeriksaan Pemeriksaan komposisi komposisi air mata dengan melakukan melakukan pemeriksaan pemeriksaan schirmer, BUT dan ferning, uji anel melalui pungtum lakrimalis untuk menilai ada atau tidaknya sumbatan 3. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk menilai keadaan konjungtiva bulbi, tarsal, forniks dan kornea a. Melihat gambaran sekret (mucoserosa, mucopurulen, purulen) b. Meli Meliha hatt gam gambara baran n foli folike kel, l,pa papi pil, l, memb membra rane ne pada pada konju konjung ngti tivi viti tis s tars tarsal al superior dan inferior,dan konjugtivitis forniks c. Meli Meliha hatt gam gamba bara ran n inj injek eksi si dan dan nod nodul ul pada pada konj konjun ungt gtiv ivit itis is bulb bulbii d. Mema Memast stik ikan an tida tidak k dit ditem emuk ukan an kela kelain inan an pada pada korn kornea ea e. Meli Meliha hatt kela kelain inan an pad pada a komp kompos osis isii air air mata mata,, obst obstru ruks ksii kele kelenj njar ar mei meibo bom m 4. Pemeriksaan swab sekret dengan pewarnaan gram bila dicurigai infeksi bakteri, giemsa bila dicurigai virus Pelayanan kesehatan mata tertier(TEC) 1. Sama Sama deng dengan an fasili fasilitas tas seku sekund nder er 2. Pemeriksaan kultur swab sekret konjungtiva Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Berikan tetes mata chloramfenikol (0,5%-1 %) 6x sehari atau salp mata 3x sehari selama minimal 3 hari bila dicurigai infeksi bakteri 2. Berikan Berikan salp salp anti anti virus virus bila bila dicurig dicurigai ai infeksi infeksi virus 3. Berikan tetes mata anti alergi alergi (steroid) (steroid) bila bila dicurigai dicurigai alergi/ alergi/ hioersensitivitas hioersensitivitas 4. Berikan Berikan tetes tetes mata mata buatan buatan 6x sehari sehari bila bila dicuriga dicurigaii iritasi iritasi 5. Pada Pada steven jhonson jhonson syndrom syndrome e diberikan diberikan tetes tetes mata anti inflamas inflamasii (steroid)dan (steroid)dan air mata buatan/ lubrikan kemudian dirujuk ke dokter spesialis kulit. 6. Pada Pada konjungtiv konjungtivitis itis gonoroe, gonoroe, pada pada bayi di injeksik injeksikan an penicillin penicillin procain procain 50.000 50.000 IU/ kg BB/hr dan kloramfenicol tetes mata (0,5%-1%) tiap jam. 7. Bila tidak tidak ada perbaikan perbaikan dalam imingu pada pada konjungtiviti konjungtivitis s bakteri, 2 minggu minggu pada pada konjungtivitis virus dan alergi segera rujuk ke fasilitas sekunder atau tersier Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Berikan tetes mata antibiotik spektrum luas 6 kali sehari, atau salp mata 3 kali sehari bila dicurigai infeksi bakteri 2. Berikan salp mata mata anti anti virus aziklovir 5 kali sehari bila dicurigai dicurigai infeksi infeksi virus virus 3. Beri Berika kan n tete tetes s mata mata anti anti aler alergi gi (kro (kromo moli lin n glik glikat at)) dan/ dan/at atau au anti anti infl inflam amas asii bila bila dicurigai reaksi alergi/ hipersensitivitas. 4. Berikan tetes/gel lubrikan atau air mata buatan bila ditemukan iritasi
5. Dicari faktor predisposisi penyakit yaitu sistemik (diametes melitus, TBC,kondisi imunitas yang rendah, cacingan, kondisi immunocompromised) 6. Keadaan konjungtiva diperiksa 3 hari hingga didapatkan perbaikan klinis, bila tidak ada perbaikan, memburuk atau terjadi komplikasi dalam 1 bulan, dirujuk ke dokter mata konsultan infeksi dan imunoogi atau fasilitas mata tersier. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC)
11
TERBATAS 1. Beri Beri tetes tetes mata mata antib antibiot iotika ika sesuai sesuai dengan dengan hasil hasil gram gram kultu kultur, r, 6 kali kali sehari sehari atau salp mata 3 kali seharibila infeksi bakteri 2. Beri tetes tetes anti anti virus virus idosukrid idosukridin in atau aziklo aziklovir vir bila infeks infeksii virus 3. Beri tetes mata anti histamine atau kortikosteroid bila ditemukan reaksi alergi atau hipersensitivitas 4. Bila Bila dite ditemu muka kan n komp kompli lika kasi si pada pada korn kornea ea,, pena penata ta laks laksan anaa aan n sesu sesuai ai deng dengan an penatalaksanaan keratitis/ulkus kornea 5. Pada steven Johnson syndrome, beri terapi anti inflamasi (steroid) topikal dan lubrikan/air mata buatan, disertai terapi dari bagian spesialis kulit. 6. Pada Pada konj konjun ungt gtiv ivit itis is gono gonoro roe, e, beri beri gent gentam amic icyn yn/c /cip ipro rofl flox oxac acin in salp salp mata mata,, inj.ceftriaxon 1gr single dose iv, jika ada ulkus beri ceftriaxon 1gr iv tiap 12 jam selama 3 hari. Bila alergi beri ciprofloxacin 500mg oral 2 kali sehari selama 5 hari. Pada bayi beri gentamicyn/ciprofloxacin salp mata, injj.ceftiaxone 25-50 mg/kg.BB atau cefotaxim 100mg/kg.BB iv atau im 7. Beri tataes/gel tataes/gel mata lubrikan dan air air mata buatan bila ditemukan ditemukan iritasi 8. Pemeriksaan faktor predisposisi lokal (dry eye, obstruksi duktus nasolakrimalis, dll) dll) dila dilanj njut utka kan n pena penata tala laks ksan anaa aan n terh terhad adap ap kela kelain inan an ters terseb ebut ut.. Peme Pemerk rksa saan an laboratorium darah urin, feses bila dicurigai faktor predisposisi sistemik 9. Beri Beri terap terapii oral oral atau atau paren parenter teral al sistem sistemik ik bila bila ditem ditemuk ukan an faktor faktor predis predispo posis sisii sistemik sesuai hasil konsultasi bagian yang bersangkutan 10. Keadaan konjungtiva dperiksa setiap 3 hari hingga didapati perbaikan klinis dan evaluasi pengobatan terhadap faktor predisposisi sistemik dan lokal.
KERATITIS DAN ULKUS KORNEA Adalah peradangan kornea yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus atau suatu prose proses s alergi alergi imuno imunolo logi. gi. Infek Infeksi si korne kornea a pada pada umum umumny nya a didah didahulu uluii oleh oleh traum trauma, a, penggunaan len lensa kon kontak tak, pemakaia kaian n kor kortik tikoste steroid roid topikal kal yan yang tid tidak terkontrol.merupakan penyebab kebutaan ketiga terbanyak di Indonesia. Gejala Klinis 1. Penu Penurun runan an taja tajam m pengl pengliha ihatan tan 2. Mata Mata merah merah,, berai berair, r, silau silau,, nyeri nyeri 3. Tamp Tampak ak lesi/ lesi/kek kekeru eruha han n di korne kornea a Evaluasi Pelayanan kesehatan mata Primer(PEC) 1. Riwayat trauma (kelilipan benda asing dikornea, khusus riwayat trauma tumbuhtumbuhan atau penggunaan obat tetes mata tradisional yang berasal dari tumbuhtumbuhan yang dapat dicurigai disebabkan oleh jamur , penggunaan lensa kontak) penggunaan kortikosteroid topikal 2. Peme Pemeri riks ksaa aan n taja tajam m peng pengli liha hata tan n deng dengan an kart kartu u snel snelle len n dan dan kore koreks ksii menggunakan pin hole 3. Pemeriksaan Pemeriksaan dengan dengan lampu senter dan lup untuk untuk melihat melihat keadaan keadaan kornea
terb terbai aik k
Pelayanan kesehatan mata secunder (SEC) 1. Riwayat trauma (kelilipan benda asing dikornea, khusus riwayat trauma tumbuhtumbuhan atau penggunaan obat tetes mata tradisional yang berasal dari tumbuh-
12
TERBATAS
2. 3. 4.
5.
tumbuhan yang dapat dicurigai disebabkan oleh jamur , penggunaan lensa kontak) penggunaan kortikosteroid topikal Peme Pemeri riks ksaa aan n taja tajam m peng pengli liha hata tan n deng dengan an kart kartu u snel snelle len n dan dan kore koreks ksii terb terbai aik k menggunakan pin hole Peme Pemerik riksaa saan n TIO deng dengan an palp palpasi asi.. Pemerik Pemeriksaan saan dengan dengan slit lamp untuk untuk menilai menilai keadaan keadaan kornea kornea dan segmen segmen anterior anterior lainnya: a. Melihat gambaran sekret (serosa, muco purulen, purulen) b. Bentu Bentuk k ulku ulkus s (pun (pungta gtata, ta, filam filamen ent, t, den dendri dritik tik,, geog geograf rafik, ik, oval, oval, inters interstit titia ial, l, dll) dll) c. Keda Kedala lama man n ulku ulkus s (sup (super erfi fici cial al,, dala dalam, m, apa apaka kah h ada ada kece kecend nder erun unga gan n untu untuk k perforasi (impending perforation) dan perforasi d. Hipopion dapat ada atau tidak ada Pemerik Pemeriksaan saan kerokan kerokan kornea kornea dengan pewarnaa pewarnaan n gram dan pemeriksa pemeriksaan an langsung langsung dengan KOH 10%
Pelayanan kesehatan mata tersier(TEC) 1. Riwayat Riwayat trauma trauma (kelilipa (kelilipan n benda benda asing asing dikornea dikornea,, khusus khusus riwayat riwayat trauma trauma tumbuh-tumbuhan atau penggunaan obat tetes mata tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang dapat dicurigai disebabkan oleh jamur , penggunaan lensa kontak) penggunaan kortikosteroid topikal 2. Pem Pemerik eriksa saan an taj tajam am peng pengli liha hata tan n den denga gan n kart kartu u sne snell llen en dan dan kore koreks ksii terb terbai aik k menggunakan pin hole 3. Pemeriksaan TIO dengan palpasi. 4. Pem Pemerik eriksa saan an deng dengan an slit slit lam lamp unt untuk uk menil enilai ai kead keadaa aan n ko kornea rnea dan dan seg segme men n anterior lainnya: a. Melihat gambaran sekret (serosa, muco purulen, purulen) b. Bentu Bentuk k ulku ulkus s (pun (pungta gtata, ta, filam filamen ent, t, den dendri dritik tik,, geog geograf rafik, ik, oval, oval, inters interstit titia ial, l, dll) dll) c. Keda Kedala lama man n ulku ulkus s (sup (super erfi fici cial al,, dala dalam, m, apa apaka kah h ada ada kece kecend nder erun unga gan n untu untuk k perforasi (impending perforation) dan perforasi d. Hipopion dapat ada atau tidak ada 5. Pemeriks riksa aan kero kerok kan korn korne ea den dengan pew pewarna rnaan gram ram dan dan pem pemeriks riksa aan langsung dengan KOH 10% 6. Lakukan kan fo foto kea keadaan ko korne rnea da dan se segmen an anteri terio or la lainnya 7. Pem Pemerik eriksa saan an kul kultu turr kero keroka kan n korn kornea ea den denga gan n agar agar dar darah ah domb domba, a, tio tiogl glik ikol olat at,, dan agar sabauraud dekstrosa 8. Bila segmen posterior sulit dinilai, lakukan pemeriksaan USG. Bila didapatk didapatkan an adanya adanya kekeruha kekeruhan n vitreus vitreus dan tanda-ta tanda-tanda nda endopth endopthalm almitis itis lakukan lakukan prosedur endophtalmitis Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer(PEC) 1. Beri Beri tete tetes/ s/ salp salp mata mata klor kloram amen enik ikol ol (0,5 (0,5-1 -1%) %) 6 kali kali seha sehari ri atau atau salp salp mata mata tetrasiklin 3 kali sehari sekurang-kurang nya selama 3 hari
2. 3. 4.
Jangan beri kombinasi antibiotik dengan obat yang mengandung kortikosteroid Jang Jangan an mengg enggun unak akan an obat obat-o -oba bata tan n trad tradis isio iona nall Segera rujuk ke spesialis mata bila : a. Taja Tajam m peng pengli liha hata tan n awal awal bur buruk uk atau atau men menur urun un set setel elah ah 3 har harii peng pengob obat atan an b. Tampak le lesi pu putih di ko kornea
13
TERBATAS c. Teta Tetap p beri beri klor kloram amfe feni niko koll tetes tetes ma mata saat saat mer meruj ujuk uk ke spe spesi sial alis is mata mata di di fasilitas sekunder dan tersier Pelayanan kesehatan mata sekunder(SEC) a. Pasien sebaiknya dirawat apabila: a. Lesi Lesi ulk ulkus us korn kornea ea meng mengan anca cam m pen pengl glih ihat atan an,, meng mengan anca cam m per perfo fora rasi si b. Pasi Pasien en dian diangg ggap ap kura kurang ng patu patuh h unt untuk uk pemn pemner eria ian n oba obatt tia tiap p jam jam c. Dipe Diperl rluk ukan an fol follo low w up unt untuk uk men menil ilai ai keb keber erha hasi sila lan n tera terapi pi b. Apabila di d itemukan ga g ambaran ul u lkus kornea dendritik, geografik atau stroma, dapat diberikan salp mata aziklovir 5 kali sehari atau tetes mata idosukridin tiap jam c. Bila pada pemeriksaan kerokan kornea didapati hasil gram positip atau negatip berikan antibiotika tetes mata golongan aminoglikosid (gentamicyn, (gentamicyn, dibekasin,tobramicy dibekasin,tobramicyn) n) dengan konsentrasi yang ditingkatkan ditingkatkan (fortified) tiap jam atau golonga golongan n quinolo quinolone ne (ciproflo (ciproflokxac kxacyn, yn, ofloxacy ofloxacyn,le n,levofl vofloxac oxacyn) yn) tiap 5 menit pada 1 jam pertama dan dilakukan tiap jam. Keadaan kornea diperiksa tiap hari hingga didapatkan didapatkan adanya kemajuan kemajuan pengobatan, pengobatan, yang kemudian kemudian frekwensi frekwensi pemberian dapat dikurangi hingga 2 minggu. d. Bila kerokan kornea didapatkan hifa jamur(KOH +) beri tetes mata natasimin 5% tiap jam dan salp mata natamisin 5% tiga kali sehari. Kead Keadaa aan n korn kornea ea dipe diperi riks ksa a tiap tiap hari hari hing hingga ga dida didapa patk tkan an adan adanya ya kema kemaju juan an pengob pengobatan atan,, yang kemudi kemudian an frekwens frekwensii pemberi pemberian an dapat dapat dikurang dikurangii hingga hingga 3-5 minggu. e. Terapi tambahan yang dapat diberikan adalah tetes mata silkoplegik dan anti glaukoma apabila didapati peningkatan TIO. Pemberian analgesic apabila diperlukan f. Lakukan pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam PP sebagai salah satu faktor resiko ulkus kornea g. Rujuk ke spesialis mata konsultan infeksi dan imunologi mata atau klinik mata tersier apabila didapatkan: a. Ulku Ulkus s korn kornea ea yan yang g terj terjad adii pada pada pas pasie ien n yang yang han hanya ya mem mempu puny nyai ai sat satu u mata mata b. Ulkus kornea pada anak-anak c. Adanya kecen cenderun rungan untuk tuk perfo rforas rasi d. Kecurigaan ulkus kornea jamur, tapi tidak mempunyai fasilitas pemeriksaan langsung KOH 10% atau pewarnaan jamur lainnya e. Tida idak didapatka tkan kemajua juan tera terap pi setela telah h 3 hari pengobatan (ulk (ulku us kornea bakteri) atau 7 hari pengobatan (ulkus kornea Jamur) Pelayanan kesehatan mata tersier(TEC) 1. Pasien sebaiknya dirawat apabila: Lesi ulkus kornea mengancam penglihatan, mengancam perforasi Pasien dianggap kurang patuh untuk pemberian obat tiap jam Diperlukan follow up untuk menilai keberhasilan terapi 2. Apabila ditemukan gambaran ulkus kornea dendritik, geografik atau stroma, dapat diberikan salp mata aziklovir 5 kali sehari atau tetes mata idosukridin tiap jam 3. Bila pada pemeriksaan kerokan kornea didapati hasil gram positip atau negatip berikan antibiotika tetes mata mata golo golong ngan an amin aminog ogli liko kosi sid d (gen (genta tami micy cyn, n, dibe dibeka kasi sin, n,to tobr bram amic icyn yn)) deng dengan an kons konsen entr tras asii yang yang diti diting ngka katk tkan an (for (forti tifi fied ed)) tiap tiap jam jam atau atau golo golong ngan an quin quinol olon one e 14
TERBATAS (ciproflo (ciproflokxac kxacyn, yn, ofloxacy ofloxacyn,le n,levofl vofloxa oxacyn) cyn) tiap 5 menit menit pada pada 1 jam pertama pertama dan dilakukan tiap jam. Keadaan kornea diperiksa tiap hari hingga didapatkan adanya kemajuan kemajuan pengobatan, pengobatan, yang kemudian kemudian frekwensi frekwensi pemberian pemberian dapat dikurangi hingga 2 minggu. 4. Bila kerokan kornea didapatkan hifa jamur(KOH +) beri tetes mata natasimin 5% tiap jam dan salp mata natamisin 5% tiga kali sehari. Keadaan Keadaan kornea diperiksa tiap hari hingga didapatkan adanya kemajuan pengobatan, yang kemudian frekwensi pemberian dapat dikurangi hingga 3-5 minggu. 5. Terapi tambahan yang dapat diberi diberika kan n adala adalah h tete tetes s mata mata silkop silkopleg legik ik dan dan anti anti glauk glaukom oma a apab apabila ila didap didapati ati peningkatan TIO. Pemberian analgesic apabila diperlukan. 6. Lakukan Lakukan pemerik pemeriksaan saan gula gula darah puasa dan 2 jam PP sebagai salah satu faktor resiko ulkus kornea 7. Tindakan bedah: a. Keratektomi superficial tanpa membuat perlukaan pada membrane bowman, dengan indikasi: b. Keratitis virus epithelial c. Erosi kornea rekuren 8. Keratekt Keratektomi omi superfici superficial al hingga hingga membran membrane e bowman bowman atau stroma stroma anterio anteriorr dengan dengan indikasi: Untuk menegakkan diagnosis, terutama pada ulkus kornea jamur Menghilangkan materi infeksi, terutama jamur 9. Tarsorafi la lateral at atau me medial, de dengan in indikasi : a. Kera Kerati titi tis s ter terpa papa par r b. Kerat Keratiti itis s neuro neuropa paral raliti itik k 10. 10. Tiss Tissue ue adhe adhesi sive ve atau atau graf graftt amn amnio ion n mul multi tila laye yer, r, deng dengan an indi indika kasi si a. Ulkus Ulkus kornea kornea denga dengan n tissue tissue loss loss beruku berukuran ran kecil kecil b. Perforas Perforasii kornea kornea perifer perifer beruk berukuran uran kecil kecil 11. Flap konjungtiva, dengan in indikasi: a. Kecenderun rungan per perfora forasi si// desc desce ematoce tocelle b. Perforasi kornea di perifer 12. 12. Patc Patch h gra graft ft deng dengan an flap flap konj konjun ungt gtiv iva, a, den denga gan n ind indik ikas asi: i: a. Kecenderun rungan per perfora forasi si// desc desce ematoce tocelle b. Perforasi kornea di perifer 13. Keratoplasi te tembus, de dengan in indikasi: a. Mem Mempertah tahankan inte integ grita ritas s bola mata b. Meng Mengga gant ntii jari jaring ngan an korn kornea ea yang yang teri terinf nfek eksi si deng dengan an dono donorr korn kornea ea 14. Fascia lata graft, de dengan indikasi: Memperta Mempertahan hankan kan integrit integritas as bola bola mata , dimana dimana sulit sulit untuk untuk mendap mendapatka atkan n donor donor kornea.
UVEITIS Adalah peradangan pada jaringan uvea (iris, badan ciliar dan koroid) akibat infeksi, trauma, neoplasia atau proses auto imun. Penyakit ini dapat dikelompokkan menurut letak letak anato anatomi( mi(uv uveit eitis is anter anterior ior,, inter inter media media,, post posteri erior, or, atau atau panu panuvei veitis tis), ), menu menurut rut gamb gambara aran n patol patolog ogik ik (gran (granul ulom omato atosa sa atau atau non non granu granulom lomato atosa sa atau atau secara secara klinis klinis (idi (idiop opat atik ik atau atau berh berhub ubun unga gan n deng dengan an peny penyak akit it sist sistem emik ik). ). Pena Penang ngan anan an uvei uveiti tis s memerlukan anamnesis yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan opthalmologis yang
15
TERBATAS menyeluruh, pemeriksaan penunjang dan penanganan yang tepat. Uveitis merupakan salah satu penyebab kebutaan. Gejala klinis 1. Mata merah disertai rasa sakit 2. Foto fo fobia dan dan pen penurun runan taja tajam m pen penglih lihatan tan yan yang beva bevari ria asi dari dari rin ringan hingga berat Evaluasi: Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Riwa Riwaya yatt mata mata mer merah ah deng dengan an penu penuru runa nan n taja tajam m pen pengl glih ihat atan an yan yang g beru berula lang ng,, silau silau,, dapa dapatt diser disertai tai rasa rasa sakit sakit pada pada uveit uveitis is anter anterior ior,, seda sedang ngkan kan pada pada uveit uveitis is posterior umumnya terjadi penurunan tajam penglihatan pada mata tenang 2. Pem Pemerik eriksa saan an taj tajam am peng pengli liha hata tan n deng dengan an kar kartu tu sne snell llen ens, s, dan dan men mengg ggun unak akan an pin hole 3. Pemeriksaan dengan sentolop dan lup untuk memeriksa pelebaran pmbuluh pmbuluh darah konjung konjungtiva tiva dan sirkum sirkum kornea kornea serta serta melihat melihat ukuran ukuran pupil pupil yang mengecil, atau irregular, dan memeriksa refleks fundus 4. Pemeriksaan TI TIO de dengan ca cara pa palpasi
Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Menanya Menanyakan kan riwayat riwayat penyaki penyakitt infeksi sistemik sistemik yang mungkin mungkin berhubun berhubungan gan seperti seperti infeksi TB, sifilis, toksoplasmosis, toksoplasmosis, penyakit penyakit lyme, brucellosis, lepra, maupun penyakit sistemik non infeksi seperti sarkoidosis, remathoid arthtritis, limfoma, serta riwayat trauma dan operasi mata sebelumnya. 2. Pemerik Pemeriksaan saan TIO TIO menggun menggunaka akan n tonomet tonometer er schiotz. schiotz. 3. Pemeriksaan Pemeriksaan dengan lampu celah untuk menilai peradangan peradangan pada bilik mata depan (sel, flare, dan hipopion), keratic presipitat(ukuran kecil, sedang atau mungkin timbul (katarak,glaukoma, band keratopathy), menilai peradangan pada badan kaca (sel, flare, snowball, dan snowbanks) 4. Pemeriksaan oftalmoskop direk atau indirek untuk mencari edema macula sistoid, koroiditis, retinitis, vaskulitis, ataun optik neuritis 5. Pemerik Pemeriksaan saan sistemis sistemis pada padam m kulit, kulit, sendi, sendi, dll dll 6. Pemerik Pemeriksaan saan penunja penunjang ng dilakukan dilakukan untuk mencari mencari kelainan kelainan sistemik sistemik yang mngkin mngkin meny menyert ertai ai uveit uveitis is dan dan dipili dipilih h deng dengan an cerma cermatt sesua sesuaii deng dengan an gejal gejala a dan dan tand tanda a penyakit sistemik pada masing-masing penderita Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Sepe Seperti rti fasil fasilita itas s sekun sekunde der r 2. Pemeriksaan lampu celah untuk mengevaluasi kembali tingkat peradangan pada bilik mata depan, badan kaca, papil optik, macula, koroid, dan retina perifer. 3. Pemeriksaan Pemeriksaan FFA FFA (floresein (floresein fundus angiografi) angiografi) bila media cukup jernih 4. Tap Tap dan dan kultu kulturr baha bahan n dari dari bilik bilik mata depan depan dan badan badan kaca kaca bila bila dicur dicuriga igaii kasus kasus disebabkan infeksi bakteri, jamur, tap vitreus untuk kasus yang dicurigai infeksi(virus, parasit, toxoplasma) 5. Pada Pada kelai kelaina nan n spesif spesifik ik sepert sepertii nuve nuveiti itis s rekure rekuren, n, bilat bilatera eral, l, uveiti uveitis s berat berat,, uveit uveitis is poste posterio rior, r, usia usia pend penderi erita ta muda muda dan dan dicur dicuriga igaii adan adanya ya kelai kelaina nan n sistem sistemik ik yang yang mendas mendasari, ari, perlu perlu dilakuka dilakukan n pemeriks pemeriksaan aan darah, darah, radiolo radiologist gist dan skin test untuk untuk
16
TERBATAS mencari mencari penyeb penyebab ab uveitis. uveitis. Pemerik Pemeriksaan saan penunja penunjang ng dipilih dipilih dengan dengan cermat cermat dan diarahka diarahkan n sesuai sesuai dengan dengan keluhan keluhan dan gejala gejala klinis klinis yang dijumpai dijumpai pada pada masingmasingmasing penderita. a. pemerik pemeriksaa saan n laborato laboratorium rium darah: darah: 1) Darah lengkap, ESR 2) VDRL, TPHA 3) Penanda auto imun (ANA, RF, anti-doblestanded DNA) 4) Kalsium, kadar serum ACE ( sa sakoidosis) 5) Toxoplasma serologi dan TORCH b. peme pemerik riksa saan an radio radiolog logist ist:: 1) Thoraks (TB, sarkoidosis, histoplasmosis) 2) Tulang belakang dan sendi sarkoiliaka (ankilosing spondilitis) 3) Sendi Sendi lain (rematho (remathoid id arthritis arthritis,, juvenile juvenile rematho remathoid id arthtritis) c. Skin Skin test test : uji uji mant mantou oux x d. Pemeriks Pemeriksaan aan menggu menggunaka nakan n lensa 3 mirror untuk untuk melihat melihat dan menilai menilai sudut bilik bilik mata, polus posterior dan retina perifer Penatalaksanaan : Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Pada Pada uveitis uveitis anterior anterior diberika diberikan n kortikos kortikostero teroid id 17lauco 17laucom m 6 kali sehari sehari dan untuk untuk menc menceg egah ah sineki sinekia a poste posterio riorr dan dan meng mengura urang ngii spasm spasme e siliar siliar dapa dapatt diberi diberikan kan sikloplegia (sulfas atropine 0,5-1%) 3 kali sehari. Bila penyakit berulang rujuk ke fasilitas sekunder 2. Pada panuveitis dan uveitis intermediate berikan midriatikum dan rujuk ke fasilitas sekunder Pelayanan kesehatan mata sekunder 1. Pemberian kortikosteroid secara 17laucom, periokular, sistemik (oral atau iv) 2. Pemberian sikloplegia 3. Pemberian obat-obatan untuk menurunkan TIO. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Pemberian Pemberian kortikosteroid kortikosteroid secara 17laucom, 17laucom, periokular, periokular, sistemik (oral, subtenon atau iv) dan sikloplegia 2. Pemberian anti inflamasi non steroid 3. Pemberian Pemberian obat jenis sitotoksik seperti alkylating agents (siklofosfamid, (siklofosfamid, klorambusil), anti metaboit (azatrioprin, metoterxat) dan sel T supresor (siklosporin) 4. Terapi Terapi operatif operatif untuk evaluasi evaluasi diagnos diagnostic tic (parase (parasentes ntesis, is, vitreus vitreus tap dan 17lauco 17lauco korioretinal untuk menyingkirkan neoplasma atau proses infeksi ) bila diperlukan. 5. Terapi untuk memperbaiki dan mengatasi mengatasi komplikasi seperti katarak, mengontrol mengontrol 17laucoma dan vitrektomi
GLAUKOMA AKUT Adala Adalah h glauk glaukom oma a yang yang diseb disebab abka kan n oleh oleh peni pening nggia gian n tekan tekanan an intra intra ocula ocularr yang yang mendad mendadak. ak. Glaukom Glaukoma a akut akut dapat dapat primer primer atau atau sekunde sekunder. r. Glaukom Glaukoma a primer primer adalah adalah glaukoma yang timbul dengan sendirinya pada orang yang mempunyai bakat bawaan
17
TERBATAS glaukom glaukoma, a, sedang sedangkan kan glaukom glaukoma a sekunde sekunderr adalah adalah glaukom glaukoma a yang timbul timbul sebagai sebagai penyulit penyakit mata lain ataupun sistemik. Bila Bila teka tekana nan n intr intra a ocul ocular ar yang yang mend mendad adak ak ting tinggi gi ini ini tida tidak k diob diobat atii sege segera ra akan akan mengakibatkan kehilangan penglihatan sampai kebutaan yang permanent. Gejala dan tanda klinis 1. Sakit Sakit hebat dimata dimata yang bersifat bersifat mendad mendadak ak dan dapat dapat menjalar menjalar ke kepala. kepala. Dapat disertai rasa mual dan kadang-kadang muntah 2. Mata merah 3. Peng Penglih lihata atan n menu menurun run tajam tajam Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Pemeriksaan dengan lampu senter dan lup. 1. Tajam Tajam peng penglih lihata atan n kura kurang ng 2. Mata Mata merah merah,, bengk bengkak, ak, mata mata bera berair ir 3. Korne Kornea a suram suram karen karena a ede edema ma 4. Bilik Bilik mata mata depan depan dangkal dangkal dan pupil lebar dapat dapat pula terlihat terlihat penyaki penyakitt mata lain seperti uveitis, hifema, akibat trauma, luksasi lensa, katarak hipermatur, tumor dan lain sebagainya. Glaukoma akut sering disalah diagnosa kan dengan radang 5. Bola mata teraba dengan palpasi (tonometri digital) lebih keras dibandingkan mata normal/sebelahnya dan tekanan intra ocular sangat meningkat dengan tonometer schiotz
Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC)
1. Glau Glauko koma ma akut akut sudu sudutt tert tertut utup up primer (GPSTA) (GPSTA) adalah glaukoma yang ditandai oleh penutupan anyaman trabekulum oleh pangkal iris atau sinekia anterior perifer sehingga menyebabkan obstruksi total aliran keluar cairan aquos secara tiba-tiba. Pada jenis ini TIO meningkat secara cepat sebagai akibat dari penutupan trabekulum yang mendadak oleh iris perifer. a. Peme Pemeri riks ksaa aan n visu visus s deng dengan an kart kartu u snel snelle len n atau atau char chartt proje roject ctor or deng dengan an koreksi terbaik serta pin hole : visus menurun b. Peme Pemeri riks ksaa aan n biomi biomikr kros osko kopi pi untu untuk k melih melihat at segm segmen en ante anteri rior or:: inj.c inj.cil illi liar aris is,, edem epithel kornea, bilik mata depan dangkal, kadang ditemukan sel dan flare di cairan aquos, pupil melebar dengan refleks menurun dan katarak vogt c. Peme Pemeri riks ksaa aan n sudut sudut bili bilik k mata ata depan depan meng menggu guna naka kan n tekn teknik ik Van Van Herri Herrick ck,, dan sebaiknya dengan goniskopi d. TIO diu diukur dengan ton tonometer ter sch schiotz iotz : TIO TIO yang tin tinggi sekita kitarr 45-75 -75 mmHg e. Setelah terapi awal dilakukan : 1) Bola mata tera terab ba dengan palpasi (to (tonometri tri dig digit ita al) lebih kera keras s 2) Pemeriksaan fun funduskopi:papil N. N.II tap tapak swo swollen dan dan hi hiperemis selama serangan akut 3) Pemeriksaan lap.pandang sederhana/perimetri goldmann: lap.pandang dapat menyempit
18
TERBATAS
2. Glaukoma akut sekunder adalah glaukoma yang diakibatkan atau dihubungkan dihubungkan dengan penyakit-penyakit penyakit-penyakit lain pada pada mata, mata, baik baik yang yang masih masih ada ada maup maupun un yang yang perna pernah h dide diderit rita a sebelu sebelumn mnya. ya. Glaukoma jenis ini meliputi semua kasus dengan peninggian TIO walaupun belum terbukti terbukti kerusaka kerusakan n papil papil N.II dan lap.pan lap.pandan dang. g. contoh contoh glaukom glaukoma a akut sekunde sekunder r adala adalah h glauko glaukoma ma yang yang diseb disebab abka kan n oleh oleh neova neovasku skular lar,, uveiti uveitis, s, hifem hifema, a, kata katarak rak intumesen, katarak hipermatur, subluksasi/luksasi lensa, dll. Alat pemeriksaan mirip dengan pemeriksaan pada glaukoma primer sudut tertutup akut, tetapi dicari actor penyebabnya. Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Klasifikasi glaukoma akut mirip dengan klasifikasi di fasilitas sekunder. 1. Pemerik Pemeriksaan saan tajam tajam penglihata penglihatan n dengan kartu kartu snellen snellen atau atau chart projector projector dengan dengan koreksi terbaik serta menggunakan pin-hole 2. Pemeriksaan Pemeriksaan biomikroskop biomikroskopii dengan dengan slit lamp untuk menilai segmen anterior. 3. TIO diperiksa diperiksa menggun menggunaka akan n tonome tonometer ter aplanasi aplanasi goldmann goldmann,, tonomete tonometerr schiotz, schiotz, non contact tonometer atau tonopen 4. Sudut bilik mata mata depan depan diperiksa diperiksa dengan gonioskop gonioskop direk atau indirek 5. Setelah Setelah terapi terapi awal awal,, dilakuka dilakukan n pemerik pemeriksaan saan:: a. Papil N.II diperiksa dengan funduskopi direk atau indirek, akan lebih baik jika jika memp mempun unya yaii fasili fasilitas tas sepe seperti rti stereo stereofu fund ndusk uskop opi, i, OCT (optik (optikal al cohe coheren rentt tomography) dan HRT ( Heidelberg Retinal Tomography) b. Lap. Lap.pa pand ndan ang g dipe diperi riks ksa a den dengan gan peri perime mete terr kine kineti tic c (gol (goldm dman ann) n) dan/ dan/at atau au perimeter static (humprey, octopus dll) Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Perto Pertolon longa gan n perta pertama ma adal adalah ah menu menurun runka kan n TIO secep secepat atnya nya deng dengan an memb memberi erika kan n srentak obat-obatan yang terdiri dari : a. Asetasolamid HCl 500 mg, dilanjutkan 4x250 mg/hari b. KCl 0,5 gr 3x sehari c. Timolol 0,5% 2x1 tetes/hari d. Tetes mata kombinasi kortikosteroid + antibiotika 4-6 x 1 tetes/hari e. Terapi simtomatik 2. Rujuk Rujuk segera ke dokter dokter spesialis spesialis mata/ pelayan pelayanan an tingkat tingkat sekunder sekunder /tersier /tersier setelah diberikan pertolongan pertama tersebut
1)
2)
Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Glaukoma ak akut su sudut te tertutup pr primer Penatalaksanaan nya dapat dibagi atas 4 tujuan, yakni: a. segera menghentikan serangan akut dengan obat-obatan (medikamentosa inisial). Terapi medikamentosa segera Penderita segera diberikan kombinasi obat-obatan: a) Pilokarpin 2% 1tetes 1tetes tiap ½ -1 jam pada mata yang yang mengalami mengalami serangan dan 3x1 tetes pada mata sebelahnya. )b Timolo Timololl 0,5% 0,5% 2x1te 2x1tetes tes/h /hari ari )c Kombinasi kortikosteroid dan antibiotik 6x1 tetes/hari )d Asetazo Asetazolam lamide ide 500mg, 500mg, diikuti diikuti 4x250mg 4x250mg,, KCl 3x0,5gr/ha 3x0,5gr/hari ri
19
TERBATAS )e Obat Obat hiperosmot hiperosmotik ik dapat diberikan diberikan bila penderita penderita dirawat, dirawat, berupa berupa glycerin glycerin 50% 3x100-150 cc(sesuai dengan berat badan) oral/hari. )f Obat Obat-o -oba batt simto simtoma mati tik k 3) Mela Melaku kuka kan n irid iridek ekto tomi mi peri perife ferr pada pada mata mata yang yang meng mengal alam amii serangan sebagai terapi definitive (tindakan bedah inisial) a. setelah 24 jam pemberian medikamentosa b. iridektomi perifer pada mata besangkutan 4) Melindungi mata sebelahnya dari kemungkinan terkena serangan akut. Terapi pilokarpin 1-2% 3x1tetes/hari sampai iridektomi pencegahan dilakukan 5) Menangani Menangani sekuele jangka jangka panjang panjang akibat serangan serangan serta jenis tindakan yang dilakukan. Dapat diberikan terapi medikamentosa dan bila TIO tetap belum normal maka dilakukan trabekulotomi
2. Glaukoma akut sekunder Peng Pengob obat atan an glau glauko koma ma akut akut seku sekund nder er adal adalah ah sege segera ra menu menuru runk nkan an TIO TIO dan dan meng mengob obat atii peny penyak akit it peny penyeb ebab abny nya a atau atau meka mekani nism smen enya ya baik baik deng dengan an tera terapi pi medikamentosa atau terapi bedah Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1 Glaukoma akut sudut tertutup primer Penanganannya mirip dengan penanganan di fasilitas sekunder. 1. Medikamentosa inisial 2. Tindakan bedah inisial: a) Tinda Tindaka kan n iride iridekto ktomi mi perif perifer er dapa dapatt dilak dilakuk ukan an dengan bedah insisional atau laser argon-yag atau diode. Tindakan tersebut dapat didahului dengan gonioplasti/iridoplasti b) Terapi bedah trabekulotomi, bila iridektoi perifer tidak efektif.
2. Glaukoma akut sekunder Penanganannya mirip dengan penanganan pada fasilitas sekunder GLAUKOMA KRONIS Adalah kelompok penyakit mata yang umumnya ditandai kerusakan syaraf N.II dan kehila kehilanga ngan n lap.pa lap.pand ndan ang g yang yang karak karakter terist istikik-pro progre gresif sif serta serta berhu berhubu bung ngan an deng dengan an berbagai faktor resiko terutama TIO yang tinggi. Glaukoma bila tidak diobati secara tepat dapat menimbulkan menimbulkan kerusakan yang permanent. permanent. Glaukoma kronis dapat dibagi menjadi glaukom glaukoma a kronis kronis primer primer dan sekunde sekunder. r. Kasus Kasus glaukom glaukoma a sekunde sekunderr dapat dapat diketahu diketahuii secara secara kebet kebetula ulan n bila bila melak melakuka ukan n peng penguku ukuran ran TIO, TIO, terut terutam ama a pada pada merek mereka a yang yang tergolong kasus dicurigai berisiko glaukoma, seperti mereka yang berusia 40 thn atau lebih, lebih, ada keluarga keluarga menderi menderita ta glaukom glaukoma, a, penderi penderita ta miopia, miopia, penyaki penyakitt kardiova kardiovaskul skuler, er, hipertensi, hipotensi, vasospasme, diabetes melitus, dan migren. Upaya pencegahan kebutaan akibat glaukoma memerlikan penyuluhan dan penjaringan glaukoma secara aktif di masyarakat, baik untuk penemuan kasus maupun deteksi dini. Gejala dan tanda klinis 1. Dapat tanpa gejala sampai terjadi kerusakan, sehingga dikatakan sebagai pencuri penglihatan 2. Mata terasa pegal, kadang-kadang pusing 20
TERBATAS
3. Rasa tidak nyaman atau mata cepat lelah 4. Mungkin ada riwayat penyakit mata, trauma atau pemakaian obat kortikosteroid 5. Pada yang lanjut dapat ditemukan: jalan menabrak-nabrak Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Pemeriksaan Pemeriksaan tajam penlihatan dengan kartu snelen dengan koreksi terbaik dan pinhole: biasanya tajam pnglihatan masih baik. Pada stadium lanjut dapat dikoreksi tajam penglihatan tidak penuh dengan pupil melebar dan berwarna hitam. 2. Peme Pemerik riksaa saan n deng dengan an lampu lampu senter senter dan lup: lup: gamb gambara aran n bola bola mata mata tidak tidak berbe berbeda da dengan gambaran mata normal. Pupil dapat terlihat midriasis dan refleks cahaya yang lambat. 3. Peme Pemerik riksaa saan n fundu fundus s kopikopi-ras rasio io CD (perba (perband ndin inga gan n anta antara ra lebar lebar cekun cekunga gan n papil papil terhadap lebar papil N.II ) sebesar 0,6 atau lebih. 4. Pemeriksaan Pemeriksaan TIO dengan tonometer tonometer schiotz: schiotz: TIO 28mmHg 28mmHg (4,5/7,5) atau lebih. lebih. 5. Pemeriksaan lap.pandang dengan test konfrontasi: menyempit. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Klasifikasi glaukoma berdasarkan pemeriksaan sudut bilik mata depan (gonioskopi) dibagi ke dalam glaukoma sudut terbuka dan glaukoma glaukoma sudut tertutup. Berdasarkan Berdasarkan etiolog etiologinya inya dibagi dibagi kedalam kedalam glaukom glaukoma a primer primer dan glaukom glaukoma a sekunde sekunder. r. Glaukoma Glaukoma prim primer er adal adalah ah glau glauko koma ma yang yang timb timbul ul deng dengan an send sendir irin inya ya pada pada oran orang g yang yang memp mempun unya yaii baka bakatt bawa bawaan an glauk glaukom oma, a, seda sedang ngkan kan glauk glaukom oma a sekun sekunde derr adala adalah h glaukoma yang timbul sebagai penyulit penyakit mata lain baik yang sedang maupun yang pernah diderita serta penyakit sistemik. 2. Pada fasilitas fasilitas sekunder sekunder dan tersier, glaukoma glaukoma kronis dibagi dibagi menjadi: menjadi: a. glaukoma sudut terbuka primer adalah glaukoma primer yang ditandai sudut bilik mata depan yang terbuka, atropi dan ekskavasi pada pada papil papil N.II serta lap.panda lap.pandang ng karakteri karakteristik stik,, yang yang besifat besifat progresif progresif lambat, lambat, disebabkan oleh berbagai faktor resiko, terutama TIO yang terlalu tinggi untuk kelangsungan kesehatan mata. b. glaukoma sudut terbuka sekunder gambaran gambara n kliis yang miripdengan glaukoma sudut terbuka primer antara lain adalah glaukoma pigmenter, pigmenter, glaukoma glaukoma kortikosteroid, kortikosteroid, glaukoma glaukoma pseudoeksfoliasi, pseudoeksfoliasi, glaukoma angle recess setelah trauma tumpul, dll c. glaukoma kronis sudut tertutup primer 1) Glaukoma jenis ini adalah glaukoma glaukoma primer yang ditandai dengan tertutup tertutupnya nya trabeku trabekulum lum oleh oleh iris perifer perifer secara secara perlaha perlahan. n. Bentuk Bentuk primer primer berkembang pada mereka yang memiliki faktor predisposisi anatomi berupa sudut bilik mata depan trgolong sempit. 2) Selain sudut bilik mata depan yang tertutup, gambaran klinisnya asimptomatis mirip glaukoma sudut terbuka primer. Glaukoma tersebut dapat pula berkembang dari bentuk intermiten, sub akut atau merambat (creeping). Glaukoma jenis ini juga merupakan kelanjutan glaukoma akut sudut tertutup primer yang tidak mendapat pengobatan atau setelah mendapat pengobatan yang tidak tidak sempurna sempurna atau setelah setelah terapi terapi iridekto iridektomi mi perifer/ perifer/trab trabekul ekulokto oktomi mi (glaukoma residual) 3. Pemerik Pemeriksaan saan tajam tajam penglihata penglihatan n menggunak menggunakan an kartu snellens snellens dengan dengan koreksi dan pin-hole pin-hole.. Tajam Tajam penglih penglihatan atan sentral sentral sering sering masih masih baik baik walaupu walaupun n penyaki penyakitt sudah sudah stadium lanjut.
21
TERBATAS
4. Pemerik Pemeriksaan saan dengan dengan biomikro biomikroskop skopi: i: gambara gambaran n bola mata tidak tidak berbeda berbeda dengan dengan gambaran normal. Pupil dapat terlihat midriasis dan refleks cahaya yang lambat. Bilik mata depan dalam dengan sudut bilik mata depan yang terbuka lebar pada glaukom glaukoma a sudut sudut terbuka terbuka primer. primer. Bilik Bilik mata mata depan depan dangkal dangkal dan sudut sudut bilik bilik mata mata depan sempit pada glaukoma sudut tertutup primer. Kelainan glaukoma jenis ini bersifat bilateral walaupun tidak selalu simetris pada kedua mata. Pada glaukoma sudut terbuka sekunder harus dicari faktor penyebab. 5. Peme Pemeri riks ksaa aan n sudu sudutt bili bilik k mata mata depa depan n meng menggu guna naka kan n tekn teknik ik Van Van Herr Herric ick k dan dan sebaiknya menggunakan gonioskopi. 6. Pemeriksaan funduskopi: terlihat atropi papil glaukomatosa 7. Pemeriksaan TIO dengan tonometer schiot z; TIO umumnya lebih dari 21 mmHg 8. Peme Pemeri riks ksaa aan n lap. lap. Pand Pandan ang g deng dengan an alat alat peri perime mete terr sede sederh rhan ana a atau atau peri perime metr trii goldmann: cacat lap. Pandang glaukomatosa Masa Masala lah h diag diagno nosi sis s glau glauko koma ma sudu sudutt terb terbuk uka a prim primer er stad stadiu ium m dini dini adal adalah ah akib akibat at terdapatnya terdapatnya sekitar 2,5% diantara populasi memiliki TIO lebih dari 21 mmHG (hipertensi okuli). okuli). Masalah Masalah lain adalah banyaknya banyaknya variasi variasi normal normal papil papil N.II yang sering sering sukar sukar dibedaka dibedakan n dengan dengan kerusaka kerusakan n dengan dengan kerusaka kerusakan n dini dini akibat akibat glaukom glaukoma a (glaukom (glaukoma a suspect). Selain itu sukarnya menjumpai cacat awal lap. Pandang. Keadaan papil N.II yang yang menc mencuri uriga gakan kan adala adalah h rasio rasio C/D lebih lebih 0,4; 0,4; asime asimetri tri papi papill C/D vertic vertical al – C/D horizontal lebih dari 0,2 dan batas ekskavasi yang tak teratur. Keadaan inipun harus didiagn didiagnosis osis bandin banding g dengan dengan glaukom glaukoma a tekanan tekanan rendah rendah (glauko (glaukoma ma normote normotensi/ nsi/ low tension tension glaukom glaukoma, a, normote normotensio nsion n glaukom glaukoma). a). Pemeriks Pemeriksaan aan lapang lapangan an pandan pandang g pada pada kasus-kasus tersebut dilakukan dengan perimetri goldmann. Pelayanan kesehatan mata tersir (TEC ) 1. Klasifikasi glaukoma mirip dengan klasifikasi pada fasilitas sekunder. 2. Pemerik Pemeriksaan saan tajam tajam penglihatan penglihatan menggun menggunaka akan n kartu snellen snellen atau chart projector projector dengan koreksi dan pin-hole. Tajam penglihatan sentral sering masi baik walaupun penyakit sudah stadium lanjut. 3. Pemerik Pemeriksaan saan dengan dengan biomikro biomikroskop skopi: i: gambara gambaran n bola mata tidak tidak berbeda berbeda dengan dengan gambran mata normal.pupil dapat terlihat midriasis dan reflek cahaya yang lambat. Bilik mata depan dalam dengan sudut bilik mata depan yang terbuka lebar pada glaukom glaukoma a sudut sudut terbuka terbuka primer. primer. Bilik Bilik mata mata depan depan dangkal dangkal dan sudut sudut bilik bilik mata mata depan sempit pada glaukoma sudut tertutup primer. Kelainan glaukoma jenis ini bersifat bilateral walaupun tidak selalu simetris pada kedua mata. Pada glaukoma sudut terbuka sekunder harus dicari faktor penyebab. 4. Pemerik Pemeriksaan saan sudut sudut bilik bilik mata depan depan denga dengan n gonioskop gonioskopi. i. 5. Pemeriksaan Pemeriksaan funduskopi: gambar dan uraikan papil syaraf optik, aplanasi, tono-pen, dan bila ada dengan tonometer non kontak 6. Pemeriksaan lap. Pandang dengan alat perimeter kinetic dan static baik manual maupun komputer: bila memungkinkan dengan octopus atau Humphrey. 7. Bila memungkinkan evaluasi papil syaraf optik adan serabut syaraf retina dengan alat diagnostic imaging seperti HRT (Heidelberg retinal tomography)
Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. TIO diturunk diturunkan an dengan dengan obat-oba obat-obatan tan secara secara bertaha bertahap p berupa: berupa:
22
TERBATAS a. Timolol 0,25% - 0,5% 2x1tetes/hari (bila tidak ada kontra indikasi) b. Pilokarpin 2% 4x1tetes/hari c. Asetazolamide 3-4 x 125-250 mg/hari d. KCl 2-3 x 0,25-0,5 gr/hari 2. Obat-obatan prinsipnya diberikan secara sendiri-sendiri, tetapi dapat dikombinasikan tergantung dari sasaran TIO diharapkan lebih rendah dari 21mmHg. 3. Oleh karena obat-obatan obat-obatan diberikan untuk jangka lama danterus-menerus, danterus-menerus, sangat penting diperhatikan kepatuhan kepatuhan penderita dalam melaksanakan melaksanakan pengobatannya pengobatannya.. Penderita dirujuk ke spesialis mata, pelayanan tingkat sekunder atau tersier bila TIO tetap tetap diatas diatas 21 mmHg, mmHg, penderi penderita ta tidak tidak patuh, patuh, tidak tidak tahan tahan terhada terhadap p obat-ob obat-obatan atan,, dalam stadium lanjut glaukoma dan/atau untuk menilai progresifitas peyakitnya. 4. Upaya Upaya penc penceg egah ahan an kebu kebutaa taan n akiba akibatt glauk glaukom oma a meme memerlu rluka kan n penyu penyulu luhan han dan dan penjarin penjaringan gan glaukom glaukoma a secara secara aktif aktif di masyara masyarakat, kat, baik untuk untuk penemu penemuan an kasus kasus maupun deteksi dini. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Glaukoma sudut terbuka primer tujuan pengobatan pada penderita yang terbukti menderita glaukoma sudut terbuka primer adalah mencegah berlanjutnya kerusakan papil saraf optik. Sampai saat ini belum belum ada criteria criteria yang yang memuask memuaskan an untuk untuk meneta menetapka pkan n tingkat tingkat TIO yang yang dapat dapat ditera diterapk pkan an aman aman untuk untuk memp mempert ertah ahan anka kan n kead keadaa aan n lap. lap. Pand Pandan ang g bagi bagi semu semua a penderita. Ada yang menurunkan 30% lebih rendah dari TIO awal. Ada pula yang mene meneta tapk pkan an targ target et pres pressu sure re deng dengan an perh perhit itun unga gan n khus khusus us yang yang bers bersif ifat at individual/mata. a. Medikamentosa 1) Pemilih iliha an obat untuk tuk pengobatan tan awal wal di didasark sarka an pada penila ilaian ian mata penderita dan status kesehatan umum. Bila cacat lap. Pandang belum lanjut atau TIO tidak terlalu tinggi maka terapi dapat dicoba pada satu mata terlebih dahulu untuk menilai manfaat an efek samping. 2) Terapi medikamentosa bersifat monoterapi dimulai dengan timolol maleat (C. timol) 0,25%-0,5%, 1-2 x sehari. Bila tidak ada kontraindikasi kontraindikasi atau obat-obat obat-obat baru yang lain (seperti glaupen, glauplus, xalatan, travatan, dorzol, azop azopt) t).. Bila Bila deng dengan an obat obat pert pertam ama a kead keadaa aan n TIO TIO yang yang diha dihara rapk pkan an belumtercapai tetapi obat tersebut dianggap berespon baik (mencapai nilai efekti efektiff farma farmako kolog logis) is) dapa dapatt ditam ditamba bahka hkan n obat obat tetes tetes lainn lainnya, ya, tetap tetapii bila bila diangga dianggap p tidak tidak efektif efektif maka maka obat obat pertama pertama diganti diganti dengan dengan obat lain, lain, lalu penilaia penilaian n diukang diukang lagi. lagi. Bila dengan dengan monoter monoterapi api atau atau kombin kombinasi asi ternyata ternyata belum mencapai sasaran berupa penurunan TIO yang tidak memuaskan atau tetap erlanjutnya kerusakan atau sejak awal tekanan lebih dari 30 mmHg maka maka dapa dapatt dibe diberi rika kan n tera terapi pi sist sistem emik ik deng dengan an peng pengha hamb mbat at karb karbon onik ik anhidrase. Obat ini biasanya dimulai 125 mg, 3-4 x sehari. Bila efektivitas yang diharapkan belum tercapai, maka dosis ditingkatkan menjadi 250 mg tiap tiap 6 jam jam atau atau 500 500 mg seti setiap ap 12 jam. jam. Pada Pada seti setiap ap pemb pember eria ian n obat obat asetazolamide asetazolamide harus disertakan pemberian obat preparat kalium (KCl 0,5 gr) 2-3 x, 0,25-0,5 gr per hari b. Tindakan bedah Bila dengan dengan tindaka tindakan n medikam medikamento entosa sa diatas diatas belum belum memuask memuaskan an sebaikny sebaiknya a penderita penderita dipertimbangkan dipertimbangkan untuk dilakukan dilakukan terapi bedah (trabekul ( trabekulektomi ektomi atau
23
TERBATAS non penetra penetrating ting filtering filtering surgery) surgery) atau atau dikonfirm dikonfirmasik asikan an untuk untuk kemung kemungkina kinan n tindakan lain ke pelayanan tingkat tersier. Instruksi bagi penderita
1. Dalam pengobatan glaukoma penting sekali untuk memberi memberikan kan instruks instruksii pada pada penderi penderita ta mengen mengenai ai waktu waktu dan pemaka pemakaian ian obat, obat, termasu termasuk k cara meneka menekan n daerah daerah kantus kantus internus internus untuk untuk mencega mencegah h absorbsi absorbsi sistemik obat tetes. Dokter harus merencanakan dan membicarakan saat dan jenis pengobatan dan meyakini bahwa nama obat dan pemberiannya ada tertulis di label botol obat tetes. 2. Tambahan pula pasien harus diberitahu dengan kata-kata yang sederhana sederhana mengenai mengenai mekanisme mekanisme terjadinya glaukoma, glaukoma, alasan dan tujuan tujuan pengob pengobatan atan,, cara berbagai berbagai obat obat bekerja bekerja dan efek samping samping yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dalam upaya menjaga kepatuhan penderita dalam obat. 3. Pasien Pasien harus harus diyakink diyakinkan an perlunya perlunya pemerik pemeriksaa saan n kontr kontrol ol berka berkala la seum seumur ur hidup hidup meng mengen enai ai TIO, TIO, penil penilai aian an papi papill N.II N.II dan dan lap. lap. Pand Pandan ang, g, sert serta a peng penggu guna naan an obat obat tete tetes s yang yang bena benar/ r/pa patu tuh h sepe sepert rtii yang yang diinstruksikan kepadanya. 4. Pend Pendei eita ta seba sebaik ikny nya a meng menget etah ahui ui nama nama dan dan konsent konsentrasi rasi obat obat yang sedang sedang diguna digunakan. kan. Kartu Kartu pengen pengenal al tanda tanda penderi penderita ta glaukoma yang harus dibawa penderita mungkin ada manfaatnya. Penting pula pasien dan dokter lain yang merawatnya mengetahui efek samping, alergi, dan kemungkinan keracunan obat glaukoma. 5. Bila dengan penatalaksanaan diatas masih juga menunjukkan kemunduran maka dirujuk ketingkat tersier untuk dipelajari lebih lanjut. 6. Keluarga la langsung pe perlu di diikutsertakan da dalam penatalaksanaan penderita. 2. Glaukoma sudut terbuka sekunder Cari faktor penyebab seperti yang tertulis diatas, kemudian tentukan: 1. Medikamentosa 2. Tindakan bedah: a. Iridektomi perifer b. Trabekulektomi c. Bedah katarak/ekstraksi lensa 3. Glaukoma kronis sudut tertutup primer 1. Tindakan bedah iridektomi perifer pada kedua mata 2. Medikamentosa obat-obat glaukoma untuk menurunkan TIO a. Pilokarpin 2% 4xsehari b. Timolol 0,5% 2x sehari c. Asetazolamide 2-3 x 250 mg sehari disertai dengan KCl 2-3 x 500 mg d. Oabat-obat baru seperti: glaupen, glauplus, xalatan, travatan, dorzol, azopt 3. Tindakan bedah trabekulektomi, trabekulektomi, bila tindakan iridektomi perifer dan obatobat TIO masih diatas 21 mmHg 24
TERBATAS
Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Glaukoma sudut terbuka primer Medikamentosa a. Prins Prinsip ip terap terapii mirip mirip deng dengan an pena penang ngan anan an pada pada fasilita fasilitas s sekunde sekunder, r, namun namun dapat dapat pula menggu menggunak nakan an obat-ob obat-obat at jenis jenis terbaru, terbaru, seperti: 1) Prostaglandin analog (glaupen, glauplus, xalatan, travatan) 2) Penghambat karbonik anhidrase topikal (dorzol, azopt) 3) Alpha 2 agonist adrenergik. a) terap terapii laser laser berup berupa a trabe trabeku kulop loplas lasti ti argon argon laser, laser, trabe trabekul kulop opla lasti sti laser laser selektif. b) Terapi bedah berupa trabekulektomi tanpa/ atau dengan mitomisin C/5fluorourasil, non penetrating filtering surgery, operasi drainase implant, siklodiatermi dan operasi kombinasi katarak dan glaukoma. 2. Galukoma sudut terbuka sekunder a. Cari faktor penyebab b. Medikamentosa 1) Pros Prosta tagl glan andi din n anal analog og (gla (glaup upen en,, glauplus, xalatan, travatan) 2) Peng Pengha hamb mbat at karbo karbonik nik anhid anhidras rase e topikal (dorzol, azopt) 3) Alpha 2 agonist adrenergik. c. Terapi laser berupa trabekuloplasti argon laser, trabekuloplasti laser selektif d. Terapi bedah berupa trabekolektomi tanpa/ atau atau deng dengan an mitom mitomisi isin n C/ 5- fluoro fluoroura urasil sil,, non non pene penetra tratin ting g filte filterin ring g surge surgery, ry, operasi operasi drainase drainase implant implant,, siklodiat siklodiatermi ermi atau atau operasi operasi kombin kombinasi asi katarak katarak dan glaukoma. 3. Glaukoma kronis sudut tertutup primer a. Terapi medikamentosa diberikan baik sebalum terapi defenitif iridektomi perifer maupun setelahnya b. Tindakan bedah trabekulektomi bila TIO diatas 21 mmHg setelah tindakan iridektomi perifer dan medikamentosa. c. Tindakan bedah kombinasi trabekulektomi dan katarak bila ada indikasi keduanya. Tindakan iridektomi perifer laser atau trabekuloplasti 1. Pra Pra dan dan sete setela lah h tin tinda daka kan n dib diber erik ikan an alph alpha a 2 agon agonis istt 2. Pemberian anti inflamasi topikal setelah tindakan selama 2-3 hari 3. Foll Follow ow up tind tindak akan an lase laserr sete setela lah h 1 hari hari,, 1 ming minggu gu,, selan selanju jutn tnya ya 4-8 4-8 mingg minggu u setelah tindakan IP/ trabekuloplasti laser. 4. Bila ila TIO TIO naik pertim rtimb bangkan pemberia rian medika ikamentos tosa atau tau tin tindakan trabekulektomi. 5. Min Minggu ke ke-8 lak lakukan kan go goniosk iosko opi da dan ce cek TI TIO Perawatan setelah tindakan trabekulektomi 1. Berik Berikan an komb kombina inasi si antib antibio iotik tik dan dan anti anti infla inflama masi si topika topikall serta serta antib antibio iotik tik sistemik.
25
TERBATAS
2. 3. 4. 5.
Kontrol 1 hari pasca bedah Kontrol 7-10 hari pasca bedah Kontrol 1 minggu sampai 1 bulan Kontrol tiap 4-6 bulan bila keadaan baik
Evaluasi dan follow up pasien glaukoma kronis 1. Perhatikan Perhatikan ada ada tidaknya tidaknya progresivitas progresivitas papil papil atropi glaukomatosa glaukomatosa 2. Fundusko Funduskopi, pi, OCT, OCT, HRT, HRT, evalu evaluasi asi 6-12 6-12 bulan bulan.. 3. Perha Perhatik tikan an ada ada tidak tidaknya nya perta pertamb mbah ahan an skoto skotoma ma// kelai kelaina nan n lap. lap. Pand Pandan ang g dengan automatic perimeter setiap 6-12 bulan: octopus, Humphrey. 4. Lakukan Lakukan gonio gonioskop skopii minimal minimal seti setiap ap 3 bulan bulan..
GLAUKOMA SUSPECT Hal-hal berikut ini termasuk dalam glaukoma suspect: 1. TIO diatas 21 mmHg disertai discus optik dan lap. Pandang yang normal, atau 2. Keadaan papil optik dan atau lap. Pandang yang dicurigai dengan TIO yang normal Gejala dan tanda klinis Pusing, sakit sekitar mata atau tanpa gejala Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Peme Pemeri riks ksaa aan n taja tajam m pen pengl glih ihat atan an den denga gan n kart kartu u sne snell llen en dan dan pin pin-h -hol ole. e. 2. Peme Pemeri riks ksaa aan n bola bola mat mata a den denga gan n lamp lampu u sen sente terr dan dan lup lup:: bola bola mat mata a bai baik. k. 3. Pemeriksaan saraf optik demgan funduskopi: rasio CD lebih dari 0,6 diatas 28 mmHg. 4. Peme Pemeri riks ksaa aan n lap lap.. Pan Panda dang ng deng dengan an tes tes kon konfr fron onta tasi si.. Pelayanan kesehatan mata sekunder 1. Peme Pemerik riksaa saan n taja tajam m peng penglih lihata atan n deng dengan an meng menggu guna naka kan n sne snelle llen n dan dan pin-ho pin-hole le 2. Pemeriksaan Pemeriksaan dengan menggunakan menggunakan biomikroskopi slit lamp. Gambaran bola mata tidak berbeda dengan gambaran mata normal. 3. Peme Pemeri riks ksaa aan n sudu sudutt mili milik k mata mata dep depan an men mengg ggun unak akan an tek tekni nik k Van Van Herr Herric ick k dan dan sebaiknya menggunakan gonioskopi. 4. Pemeriksaan funduskopi untuk menilai papil optik 5. Pemerik riksaa saan TI TIO de dengan to tonometer ter Sc Schiotz iotz 6. Peme Pemeri riks ksaa aan n lap. lap. Pand Pandan ang g deng dengan an ala alatt peri perime mete terr seder sederha hana na ata atau u peri perime metr trii Goldmann Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Pemerik Pemeriksaan saan tajam tajam penglih penglihatan atan dengan dengan kartu kartu snellen snellen atau atau chart chart projecto projector r dengan koreksi pin-hole 2. Pemerik Pemeriksaan saan dengan dengan biomikr biomikrosko oskopi pi slit lamp: lamp: gambara gambaran n bola bola mata mata tidak tidak berbeda dengan gambaran mata normal. 3. Peme Pemeri riks ksaa aan n sud sudut ut bili bilik k mat mata a depa depan n deng dengan an goni gonios osko kopi pi.. 4. Pemeriksaan funduskopi, gambar dan uraikan papil saraf optik.
26
TERBATAS 5. Peme Pemeri riks ksaa aan n TIO den denga gan n tonom tonomet eter er Schi Schiot otz, z, tono tonome metr trii aplan aplanas asi, i, tono tono-p -pen en dan bila ada dengan tonometer non kontak. 6. Pemerik Pemeriksaan saan lap. Pandan Pandang g dengan dengan alat perimete perimeterr kinetic kinetic dan static baik baik manual manual maupun maupun komput komputer, er, bila memung memungkink kinkan an dengan dengan perimete perimeterr octopus octopus atau Humphrey. 7. Bila Bila memu memung ngkin kinkan kan evalua evaluasi si papi papill saraf saraf optik optik dan dan serab serabut ut saraf saraf retin retina a dengan dengan alat diagnost diagnostic ic imaging imaging seperti seperti OCT(opt OCT(optikal ikal coheren coherence ce tomograp tomography) hy) dan HRT(Heidelberg retinal topography). Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Untuk Untuk memasti memastikan kan glaukom glaukoma a pada pada pasien pasien glaukom glaukomasus asuspec, pec, sebaikny sebaiknya a dikirim dikirim ke fasilitas sekunder untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Buat Buat dasar dasar meng mengen enai ai TIO, TIO, papil papil saraf saraf optik optik (gamb (gambar ar diagra diagram) m) dan dan lap. lap. Pandang. 2. Teta Tetapk pkan an teka tekana nan n tar targe gett awa awal: l:pe penu nuru runa nan n 2020-30 30% % dar darii TIO TIO awal awal 3. Fol Follow low up up pa pasie sien te terha rhadap pro prog gres resivi ivitas. tas. Pelayanan kesehatan mata tertier (TEC) 1. Buat data dasar mengenai TIO, papil saraf optik dan serabut saraf retina (dengan gambar diagram, HRT, atau OCT) 2. Buat data dasar mengenai lap. Pandang dengan perimeter computer. Penatalaksanaan terhadap pasien yang mendapat terapi obat anti glaukoma 1. Teta Tetapk pkan an teka tekana nan n tar targe gett awa awal: l: pen penur urun unan an 20-3 20-30% 0% dari dari TIO TIO awal awal.. 2. Pilih ob obat te terhadap individu: a. Quality ofn lif b. Biaya c. Efek samping Follow up 1. Pemeriksaan mata: a. b. c. d. e. f. 2.
3.
TIO: variasi diurnal bila perlu. Biomikroskopi lampu celah. Gonioskopi. Funduskopi. OCT/HRT. Perimetri: Goldmann/octopus/Humphrey.
Perhatikan ef efek samping ob obat a. Lokal b. Sistemik Diskusi mengenai faktor resiko dan rencana pengobatan.
pengobatan
Target pressure (TP)
Resiko tinggi untuk terjadi kerusakan
27
Interval follow up
Evaluasi papil saraf optik, serabut
TERBATAS saraf retina dan lap. Pandang 6-18 bulan 6-12 bulan 6-12 bulan 3-12 bulan
Tidak diobati Tidak diobati Diobati Diobati
Tidak ada 6-18 bulan Ada 3-12 bulan Turun Tidak ada 3-12 bulan Turun tetapi ada 2 hari – 4 bulan tidak mencapai TP KATARAK PADA PENDERITA DEWASA Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang menyebabkna penurunan tajam penglihatan (visus), dimana paling sering berkaitan dengan proses degenerasi degenerasi lensa pada penderita penderita berusia lanjut yaitu diatas 40 tahun (katarak senilis). Katarak pada penderita dewasa (diatas 18 tahun) selain karena proses degenerasi, juga dapat disebabkan oleh penyakit mata seperti glaukoma, uveitis, trauma mata, dan lain-lain; ataupun menderita kelainan sistemik sistemik seperti seperti DM, penggu penggunaa naan n obat-ob obat-obatan atan yang steroid, steroid, dll. Katarak Katarak biasany biasanya a ditem ditemuk ukan an pada pada kedua kedua mata mata (bila (bilater teral al), ), tetap tetapii dapa dapatt juga juga terja terjadi di pada pada satu satu mata mata (monocular). Gejala dan tanda 1. Penurun runan vi visus sus se secara perla rlahan-la -lahan 2. Ukur Ukuran an kaca kaca mata mata sema semaki kin n seri sering ng meng mengal alam amii peru peruba baha han. n. 3. Keluhan silau (glare) 4. Kesulitan untuk membaca Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Pemerik riksaa saan visu isus dengan kart kartu u sne snellen len dengan kore koreks ksii terb terba aik sert serta a menggunakan pin-hole 2. Pemerik Pemeriksaan saan lampu senter senter dan lup untuk untuk segmen segmen anterior anterior dimana dimana tidak tidak ditemukan kekeruhan kornea dan tampak reflek pupil yang masih baik. 3. TIO di diukur de dengan to tonometri Sc Schiotz 4. Jika Jika TIO TIO dal dalam am bat batas as nor norma mall (kur (kuran ang g dari dari 21 21 mmHg mmHg)) dila dilaku kuka kan n dila dilata tasi si pup pupil il deng dengan an tete tetes s mata mata trop tropic icam amid ide e 0,5% 0,5%,, sete setela lah h pupi pupill cuku cukup p leba lebarr dila dilaku kuka kan n pemeriksaan dengan lampu senter dan lup untuk untuk melihat adanya kekeruhan lensa. 5. Peme Pemerik riksaa saan n fundu fundusko skopi pi deng dengan an oftal oftalmo mosko skop p lang langsun sung g untuk untuk melih melihat at segmen posterior jika katarak masih tidak terlalu keruh. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Peme Pemerik riksaa saan n visus visus deng dengan an kartu kartu snelle snellen n deng dengan an koreks koreksii terba terbaik ik serta serta menggunakan pin-hole. 2. Peme Pemeri riks ksaa aan n lam lampu pu sent senter er dan dan lup lup unt untuk uk segm segmen en ante anteri rior or 3. TIO di diukur de dengan to tonometri Sc Schiotz 4. Jika Jika TIO TIO dal dalam am bat batas as nor norma mall (kur (kuran ang g dari dari 21 21 mmHg mmHg)) dila dilaku kuka kan n dila dilata tasi si pup pupil il deng dengan an tete tetes s mata mata trop tropic icam amid ide e 0,5% 0,5%,, sete setela lah h pupi pupill cuku cukup p leba lebarr dila dilaku kuka kan n pemeriksaan dengan lampu senter dan lup untuk untuk melihat adanya kekeruhan lensa. 5. Dilakukan pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop langsung ataupun tidak langsung.
28
TERBATAS
Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Pemeriksaan Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector dengan koreksi terbaik serta menggunakan pin-hole. 2. Peme Pemeri riks ksaa aan n lam lampu pu sent senter er dan dan lup lup unt untuk uk segm segmen en ante anteri rior or 3. TIO diukur dengan tonometer non-contact, aplanasi, atau Schiotz 4. Jika Jika TIO TIO dal dalam am bat batas as nor norma mall (kur (kuran ang g dari dari 21 21 mmHg mmHg)) dila dilaku kuka kan n dila dilata tasi si pup pupil il deng dengan an tete tetes s mata mata trop tropic icam amid ide e 0,5% 0,5%,, sete setela lah h pupi pupill cuku cukup p leba lebarr dila dilaku kuka kan n pemeriksaan dengan lampu senter dan lup untuk untuk melihat adanya kekeruhan lensa apakah sesuai dengan tajam penglihatan pasien. 5. Derajat ka katarak ditentukan oleh: a. Derajat 1: nucleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12, tampak sedikit keruh dengan warna agak keputihan. Refleks fundus juga masih dengan mudah diperoleh dan usia penderita biasanya kurang dari 50 tahun
b. Derajat Derajat 2: Nukleus Nukleus dan kekerasa kekerasan n ringan, ringan, tampak tampak nucleus nucleus sudah sudah mulai mulai bewarna bewarna kekunin kekuningan, gan, visus visus biasanya biasanya antara antara 6/12 6/12 sampai sampai 6/30. 6/30. reflek fundus juga masih mudah diperoleh pada katarak jenis ini paling sering memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis posterior. c. Deraj Derajat at 3: Nukle Nukleus us deng dengan an kekera kekerasa san n mediu medium, m, diman dimana a nucle nucleus us tampa tampak k berwa berwarna rna kunin kuning g diser disertai tai deng dengan an keker kekeruh uhan an korte korteks ks yang yang berwarna keabu-abuan. Visus biasanya antara 3/60 sampai 6/30. d. Derajat 4: Nukleus Nukleus keras, keras, dimana dimana nucleus nucleus sudah sudah berwarna berwarna kuning kecoklatan dan visus biasanya antara 3/60 sampai 1/60, dimana refleks fundus maupun keadaan fundus sudah sulit dinilai. e. Derajat Derajat 5: Nukleus Nukleus sangat sangat keras, keras, nucleus nucleus sudah sudah berwarna berwarna kecoklatan bahkan ada yang berwarna agak kehitaman. Visus biasanya hanya 1/60 atau lebih jelek dan usia penderi penderita ta sudah sudah diatas diatas 65 tahun. tahun. Katarak Katarak ini sangat keras dan disebut juga brunescent cataract atau black cataract 6. Dilakukan pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop langsung ataupun tidak langsung. Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer(PEC) 1. Pena Penata tala laks ksan anaa aan n bers bersif ifat at non non beda bedah, h, dima dimana na pasi pasien en deng dengan an visu visus s 6/12 6/12 diberikan kacamata dengan koreksi terbaik 2. Jika Jika vis visus us < 6/1 6/12 2 atau atau sud sudah ah men mengg ggan angg ggu u untu untuk k mela melaku kuka kan n kegi kegiat ata a seha sehari ri-hari berkaitan dengan pekerjaan pasien atau ada indikasi lain untuk operasi, pasien dirujuk ke spesialis mata pada fasilitas sekunder atau tersier. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Pena Penata ta laks laksan anaa aan n bers bersif ifat at non non bedah bedah,, diman dimana a pasi pasien en deng dengan an visu visus s > 6/12 6/12 diberikan kaca mata dengan kreksi terbaik. 2. Jika visus < 6/12 atau sudah mengganggu untuk melakukan kegiatan seharihari berkaitan dengan pekerjaan pasien atau ada indikasi lain untuk operasi, dapat dilakukan operasi ECCE(extra capsular cataract extraksi)
29
TERBATAS 3. Oper Operas asii kata katara rak k dila dilaku kuka kan n mengg enggun unak akan an mikro mikrosk skop op oper operas asii dan dan peal pealat atan an bedah mikro, dimana dimana pasien dipersiapkan dipersiapkan implantasi implantasi lensa tanam (IOL: intra ocular lens). 4. Ukuran lensa tanam dihitung berdasarkan data keratometri serta meng menggu guna naka kan n biom biomet etri ri A-sc A-scan an,, teta tetapi pi bisa bisa juga juga berd berdas asar arka kan n anam anamne nesi sis s menggunakan menggunakan IOL standar(power +20.00) dikurangi ukuran kaca mata yang selama ini digunakan pasien. Misalnya jika pasien menggunakan kaca mata S-6.00 dapat diberikan IOL power +14.00 5. Perh Perhat atik ika an juga juga reko rekome mend ndas asii tind tindak akan an beda bedah h kata katara rak k pada pada bagi bagian an akhi akhir r tulisan ini. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Penatala talak ksan sanaan bersif rsifa at bedah, jika ika visu visus s sudah mengganggu untuk tuk melakukan kegiatan sehari-hari berkaitan dengan pekerjaan pasien atau ada indikasi lain untuk operasi. 2. Oper Operas asii kata katara rak k dila dilaku kuka kan n meng menggu guna naka kan n mikr mikros osko kop p oper operas asii dan dan pera perala lata tan n bedah mikro, pasien dipersiapkan untuk implantasi lensa tanam (IOL) 3. Ukuran lensa tanam dihitung berdasarkan data keratometri serta menggunakan biometri A-Scan. 4. Teknik bedah katarak menggunakan teknik manual ECCE ataupun fako fakoem emul ulsi sifi fika kasi si deng dengan an memp memper erti timb mban angk gkan an dera deraja jatt kata katara rak k serta serta ting tingka katt kemampuan ahli bedah 5. Oper Operas asii kata katara rak k hany hanya a dila dilaku kuka kan n jika jika visu visus s suda sudah h meng mengga gang nggu gu kegi kegiat atan an sehari-hari pasien dimana pasien berkesempatan berkesempatan melakukan diskusi dengan dokter mengen mengenai ai alternat alternative ive lain selain selain operasi, operasi, resiko resiko operasi, operasi, serta serta perawata perawatan n pasca pasca operasi. 6. Pasien mengisi Surat Izin Tindakan Medis (informed concent) 7. Setia Setiap p kali kali mela melakuk kukan an peme pemerik riksaa saan n pre-op pre-opera erasi si menca mencaku kup p hal-h hal-hal al berik berikut ut:: a. Anamnesis sis riwa riway yat penyakit kit lam lama, penyak yakit lai lain atau taupun alerg lergii b. Visus ta tanpa ko koreksi de dengan sn snellen se serta re refraksi te terbaik. c. Pengukuran TIO d. Penilaian fungsi pupil (refleks pupil) e. Pemeriks riksa aan ma mata luar (e (exte xterna rnal exa exam mina inatio tion) de dengan se senter ter da dan lu lup, atau slit lamp bergantung fasilitas f. Pemeriksaan fundus dengan dilatasi pupil 8. Dokter spesialis mata yang melakukan operasi katarak sebaiknya memperhatikan persiapan pre-operasi sebagai berikut: a. Memeriksa pasien sebelum operasi b. Memberikan in i nformasi ke k epada pa pasien te t entang resiko, keuntungan dan kerugian operasi serta harapan yang sewajarnya dari hasil operasi c. Memperoleh su surat izin titindakan medis(informed concent) d. Memastikan bahwa hasil keratometri dan biometri A-scan A-scan sesuai sesuai dengan dengan mata mata yang yang akan akan dioperas dioperasi, i, jika pasien pasien direnca direncanaka nakan n implantasi lensa tanam e. Menentukan kekuatan lensa tanam yang sesuai, jika pasien tesebut direncanakan implantasi lensa tanam.
30
TERBATAS f. Membuat rencana pembedahan(jenis anesthesia, pene penemp mpat atan an saya sayata tan n dan dan kons konstr truk uksi si luka luka,, refr refrak aksi si pasc pasca a oper operas asii yang yang direncanakan sertajadwal pemeriksan pasca bedah. g. Melakukan evaluasi pre-operasi diatas termasuk pemerik pemeriksaa saan n laborato laboratorium rium serta serta berdisku berdiskusi si dengan dengan pasien pasien ataupun ataupun keluarga keluarga ppasien yang dianggap lebih mengerti dan dapat bertindak atas nama pasien.
9. Operasi Operasi katarak katarak bilatera bilaterall (operas (operasii dilakuka dilakukan n pada pada kedua kedua mata mata sekaligu sekaligus s secara secara beruruta berurutan) n) sangat sangat tidak tidak dianjurk dianjurkan an berkaita berkaitan n dengan dengan resiko resiko pasca pasca operasi(endofthalm operasi(endofthalmitis)yang itis)yang bisa berdampak berdampak kebutaan. kebutaan. Tetapi ada beberapa beberapa keadaan khusus yang bisa dijadikan alas an pembenaran dan keputusan tindakan operasi katarak bilateral ini harus dipikirkan sebaik-baiknya. 10. 10.
Operas Operasii tida tidak k bole boleh h dila dilaku kukan kan pada pada kead keadaa aan n seba sebaga gaii berik berikut ut:: a. Pasien menolak tindakan operasi b. Pemberia rian ka kaca ma mata at ataupun al alat Ba Bantu pe penglihatan lai lainnya ma masih cukup memuaskan bagi pasien c. Ada dugaan bah bahwa operasi tidak dapat meningkatkan penglihatan pasca operasi d. Kualitas hidup pasien belum terganggu dengan gangguan penglihatan yang yang dial dialam amin inya ya belu belum m terg tergan angg ggu u deng dengan an gang ganggu guan an peng pengli liha hata tan n yang yang dialaminya e. Pasien tidak dapat menjalani operasi katarak berkaitan dengan penyakit mata lain ataupun keadaan kesehatan akibat penyakit lainnya. f. Pasien tid tidak da dapat me memberikan sur surat izi izin tin tindakan me medis yan yang sa sah secara hukum karena kurang pengertian ataupun kurang informasi
11. Dokter spesialis mata yang melakukan operasi ataupun staf dokter tersebut berke berkewa wajib jiban an mend mendidi idik, k, menje menjela laska skan n dan dan memb memberi eri instr instruk uksi si kepad kepada a pasie pasien n mengenai gejala ataupun tanda-tanda mengenai kemungkinan terjadinya komplikasi pasc pasca a oper operas asi, i, peng penggu guna naan an prot protek eksi si mata mata,, adan adanya ya pemb pembat atas asan an kegi kegiat atan an,, pengob pengobatan atan , jadwal jadwal kunjung kunjungan an lanjuta lanjutan n (follow (follow up) dan petunj petunjuk uk dimana dimana harus harus mendap mendapatka atkan n perawata perawata darurat darurat bila diperluk diperlukan. an. Dokter Dokter spesiali spesialis s mata/st mata/staf af juga juga meneran menerangkan gkan mengen mengenai ai tanggun tanggung g jawab jawab pasien pasien untuk untuk mengiku mengikuti ti petunju petunjuk k yang harus harus dilak dilakuka ukan n selam selama a peraw perawata atan n pasca pasca opera operasi si dan dan pasie pasien n harus harus sege segera ra menghubungi dokter tersebut jika mengalami masalah. 12. 12.
Peme Pemeri riks ksaa aan n lanj lanjut utan an pasc pasca a ope opera rasi si (fo (foll llow ow up) up):: a. Frekwensi pem pemerik riksaan pac paca bed bedah dit ditentukan ber berdasarkan tin tingkat pencapaian visus optimal yang diharapkan. b. Pasie Pasien n deng dengan an resiko resiko tingg tinggi, i, sepert sepertii pasie pasien n deng dengan an satu satu mata mata,, meng mengal alam amii kompli komplika kasi si intra intra opera operasi si atau atau ada ada riwaya riwayatt penya penyakit kit mata mata lain lain sebelumnya seperti uveitis, glaukoma, dll, maka pemeriksaan harus dilakukan satu hari setelah operasi. c. Pada pa pasien yan yang dia dianggap tid tidak ber bermasalah ba baik kea keadaan pr preoperasi operasi maupun maupun intra intra operasi operasi serta serta diduga diduga tidak tidak akan mengalami mengalami komplik komplikasi asi lainnya maka dapat mengikutin petunjuk pemeriksaan lanjutan sebagai berikut: 1) Kunjungan pertama: dijadwalkan dalam waktu 48 jam setelah operasi (untuk mendeteksi dan mengatasi komplikasi dini seperti
31
TERBATAS kebocoran luka yang enyebabkan bilik mata dangkal, hipotonus, peningkatan TIO, edema kornea, ataupun tanda-tanda peradangan). 2) Kunjungan ke dua: dijadwalkan hari ke 4-7 setelah oper operas asii jika jika tida tidak k diju dijump mpai ai masa masala lah h pada pada kunj kunjun unga gan n pert pertam ama, a, yait yaitu u mendeteksi dan mengatasi kemungkinan endofthalmitis yang paling sering terjadi pada minggu pertama pasca operasi. 3) Kunjungan ke ketiga: di dijadwalkan se sesuai de dengan kebutuhan pasien Dimana bertujuan untuk memberikan kaca mata sesuai dengan refraksi terbaik yang diharapkan.
13. Obat-obat yang digunakan pasien pasca operasi bergantung dari keadaan mata mata serta serta dises disesua uaika ikan n deng dengan an kebu kebutuh tuhan an masin masing-m g-mas asing ing pasie pasien n (misal (misalny nya a analg analgeti etika, ka, antib antibiot iotika ika oral, oral, anti anti glau glaukom koma, a, atau atau edem edema a korne kornea, a, dll). dll). Tetap Tetapii penggu penggunaa naan n tetes tetes mata mata kombinas kombinasii antibio antibiotika tika dan steroid steroid harus harus diberika diberikan n pada pada pasien untuk digunakan setiap hari selama minimal 2 minggu pasca operasi. PTERYGIUM Adalah pertumbuhan jaringan fibrovascular berbentuk segi tiga yang tumbuh dari arah konjungtiva konjungtiva menuju kornea pada daerah inter palpebra. Asal kata pterygium adalah dari bahasa yunani, yaitu pteron yang artinya “wing” atau sayap. Insiden pterygium cukup tinggi di Indonesia yang terletak didaerah equator, yaitu 13,1%. Diduga bahwa paparan ultra violet merupakan salah satu faktor esiko terjadinya pterygium. Pterygium umumnya tumbuh pada daerah inter palpebra, lebih sering terdapat pada bagian nasal konjungtiva. Puncak segitiga disebut apeks, yaitu bagian pterygium yang tumbuh masuk ke jaringan kornea. Usia penderita biasanya pada usia dewasa muda (diatas 40 tahun). Derajat pertumbuhan pterygium ditentukan berdasarkan bagian kornea yang tertutup oleh pertumbuhan pterygium, dan dapat dibagi menjadi 4, yaitu: 1. Derajat 1: jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea 2. Derajat 2: jika pterygium pterygium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih lebih dari 2 mm melewati kornea 3. Derajat Derajat 3: jika ptery pterygium gium suda sudah h melebihi melebihi deraja derajatt 2 tetapi tetapi tidak tidak melebihi melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam keadaan normal sekitar 3-4 mm) 4. Derajat Derajat 4: jika pertumb pertumbuha uhan n pterygium pterygium sudah sudah melewati melewati pupil sehingga sehingga mengganggu penglihatan. Prinsip penanganan pterygium dibagi 2, yaitu cukup dengan pemberian obat-obatan jika pterygium masih derajat 1 atau 2, sedangkan tindakan bedah dilakukan pada pterygium yang melebihi derajat 2. tindakan bedah juga dapat dipertimbangkan pada pterygium derajat 1 atau 2 jika penderita sudah mengeluh maupun karena alas an kosmetik. Gejala dan Tanda
32
TERBATAS Gejala Gejala klinis klinis pterygi pterygium um pada pada tahap tahap awal awal biasanya biasanya ringan bahkan sering tidak ada keluhan sama sekali (asimtomatik). Beberapa keluhan yang sering dialami pasien antara lain: 1. Mata Mata seri serin ng berair rair dan tampak merah rah. 2. Merasa se seprti ad ada be benda as asing. 3. Timb Timbul ul asti astigm gmat atis isma ma akib akibat at korn kornea ea terta tertari rik k oleh oleh pertu pertumb mbuh uhan an ptery pterygi gium um tersebut tersebut,, biasany biasanya a astigma astigmatism tisme e “with the rule”atau rule”ataupun pun astigma astigmatism tisme e irregular irregular sehingga mengganggu pengihatan. Pada pterygium lanjut (derajat 3 dan 4), dapat menutupi pupil dan aksis visual sehingga tajam penglihatan juga menurun. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Peme Pemeri riks ksaa aan n cuku cukup p deng dengan an lup lup dan dan lamp lampu u sent senter er,, dipe diperi riks ksa a segme segmen n ante anteri rior or serta ditentukan derajat pertumbuhan pterygium. 2. Taja Tajam m peng pengli liha hata tan n pend pender erit ita a dipe diperi riks ksa a deng dengan an snel snelle len. n. 3. TIO diuku diukurr deng dengan an tonom tonomet eter er Schio Schiotz tz untk untk mema memasti stika kan n tidak tidak adan adanya ya penyakit penyerta lainnya. Pada pterygium derajat 4 yang tidak dapat diukur dengan tonometer Schiotz, perkiraan TIO diperiksa dengan cara palpasi digital (dengan jari tangan). Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Peme Pemeri riks ksaa aan n deng dengan an slit slit lamp lamp,, diper diperik iksa sa segm segmen en ant anter erio iorr serta serta dit diten entu tuka kan n derajat pertumbuhan pterygium. 2. Taja Tajam m peng pengli liha hata tan n pend pender erit ita a diuk diukur ur deng dengan an kart kartu u snel snelle len, n, lalu lalu diko dikore reks ksii dengan trial frame. 3. TIO diukur dengan tonometer Schiotz untk memastikan tidak adanya penyakit penyerta lainnya. Pada pterygium derajat 4 yang tidak dapat diukur dengan tonometer Schiotz, perkiraan TIO diperiksa dengan cara palpasi digital (dengan jari tangan). Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Peme Pemeri riks ksaa aan n deng dengan an slit slit lamp lamp,, diper diperik iksa sa segm segmen en ant anter erio iorr serta serta dit diten entu tuka kan n derajat pertumbuhan pterygium. 2. Taja Tajam m peng pengli liha hata tan n pend pender erit ita a diuk diukur ur deng dengan an kart kartu u snel snelle len, n, lalu lalu diko dikore reks ksii dengan trial frame. 3. Asti Astigm gmat atis isme me korn kornea ea dipe diperi riks ksa a deng dengan an kera kerato tom meter eter baik baik seca secara ra manu manual al maupun menggunakan alat auto-refrakto-keratometer. 4. TIO TIO diuku diukurr deng dengan an cara cara apla aplana nasi si atau ataupu pun n mengg menggun unak akan an tono tonom meter eter non non kontak. Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer(PEC) 1. Pena Penata tala laks ksan anaa aan n bers bersif ifat at non bedah bedah,, pend pender erit ita a dibe diberi ri peny penyul uluh uhan an untuk untuk menguragi iritasi ataupun paparan terhadap ultra violet. 2. Pada Pada pteryg pterygiu ium m deraj derajat at 1-2 yang yang meng mengal alam amii anfla anflama masi, si, pasie pasien n dapa dapatt diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid seperti C-Xitrol ® 3 kali sehari selama 5-7 hari. Diperhatikan juga bahwa penggunaan korikosteroid tidak dibenark dibenarkan an pada pada penderi penderita ta dengan dengan TIO yang tinggi ataupun ataupun mengal mengalami ami kelainan kelainan kornea. 33
TERBATAS
Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Penata Penatalaks laksanaa anaan n bersifat bersifat non bedah bedah pada pada pterygiu pterygium m derajat derajat 1 dan 2, yaitu yaitu edukasi edukasi terhada terhadap p pasien pasien untuk untuk mengura mengurangi ngi iritasi iritasi dan paparan paparan ultra ultra violet. violet. Jika pterygium engalami inflamasi, dapat diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid seperti C-Xitrol ® 3 kali sehari selama 5-7 hari. Diperhatikan juga bahwa penggunaan korikosteroid tidak dibenarkan pada penderita dengan TIO yang tinggi ataupun mengalami kelainan kornea. 2. Pada Pada pter pteryg ygiu ium m dera deraja jatt 3 dan dan 4, dila dilaku kuka kan n tind tindak akan an beda bedah h beru berupa pa avul avulsi si (pengangkatan) pterygium. Sedapat mungkin setelah avulse pterygium maka bagian konjung konjungtiva tiva bekas bekas pterygiu pterygium m tersebut tersebut diutupi diutupi dengan dengan cangkok cangkok konjung konjungtiva tiva yang yang diambil dari bagian konjungtiva superior untuk menurunkan angka kekambuhan. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Penata Penatalaks laksanaa anaan n pada pada fasilitas fasilitas tersier tersier bersifat bersifat bedah bedah engan engan memperh memperhatik atikan an tujuan utama dari pengangkatan dari pterygium, yaiu: a. Memberikan hasil yang baik secara kosmetik b. Mengupayakan komplikasi yang seminimal mugkin c. Angka kekambuhan yang rendah 2. Teknik Teknik operasi operasi yang yang dilakukan dilakukan adalah adalah dengan avulsi avulsi pterygium pterygium disertai disertai cangkok cangkok konjung konjungtiva tiva(conj (conjung ungtival tival limbal limbal graft) graft) penggu penggunaa naan n mitomisi mitomisin n C sebaikn sebaiknya ya hanya hanya pada untuk penanganan kasus pterygium yang rekuren, mengingat komplikasi dari mitomisin C yang cukup berat 3. Seba Sebaga gaii perba perband nding ingan an angk angka a kekam kekambu buha han n pasca pasca peng pengan angka gkatan tan pteryg pterygium ium dapat dilihat dari berbagai laporan sebagai berikut:
TECHNIQUE
RECURENCE RATE
Bare sclera
61% (Tan et al) 40% (Figueredo et al)
Conjungtival graft
18% (Wong et al) 25,9% (Mabar et al)
Conjungtival limbal graft
14,6% (Mutlu et al)
Intra-operative mitomycin C
5,8% (Helal et al)
34
TERBATAS
Amniotic membrane transplantation
10,9% (Prabhasawat et al) 3% (Solomon et al)
KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK Kelainan refraksi merupakan istilah yang dipakai untuk keadaan ametropia akibat dari satu atau lebih komponen optik bola mata memperlihatkan variasi yang bermakna dari nilai variasi biologis yang normal; dan bukan merupakan penyakit atau kelainan bola mata congenital. Komponen yang berkontribusi terhadap kelainan refraksi antara lain panjang sumbu bola mata, kurvatura kornea dan power lensa mengalami penyesuaian selama anak mengalami mengalami proses emetropisasi emetropisasi sehigga status r efraksi mata anak bersifat dinamis. dinamis. Variasi Variasi kompon komponen en ini sangat sangat luas yang yang sifatnya sifatnya individual individual sehingg sehingga a pada pada sekel sekelom ompo pok k indivi individu du dapa dapatt meni menimb mbulk ulkan an amet ametrop ropia ia bera beratt yag yag sulit sulit diperk diperkira iraka kan n sebelumya. Tidak semua kelainan refraksi/ametropia refraksi/ametropia pada anak perlu dikoreksi. Kelainan ametropia yang berat yang membuat mata anak tidak mendapat clear retinal image perlu dikoreksi agar agar tidak tidak meng mengga gang nggu gu proses proses perke perkemb mban anga gan n peng penglih lihata atan n yang yang norm normal, al, karen karena a keterlambatan koreksi akan menimbulkan cacat penglihatan yang serius dan bahkan menimbulkan kebutaan. Bila ditemukan kelainan refraksi pada anak, harus ditentukan apakah perlu dilakukan koreksi. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan koreksi yang terbaik untuk kelainan refraksi pada anak dengan memperhatikan jenis dan derajat ametropia, umur anak, dan potensi terjadinya ambliopia. Gejala dan tanda Gejala dan tanda tergantung dari jenis (miopia, hipermetropia, astigmatisme), derajat kelaina kelainan n refraksi refraksi dan umur umur penderi penderita. ta. Pada Pada hipermet hipermetropi ropia a dan dapat dapat berupa berupa gejala gejala mengerutkan mengerutkan muka, melirik, hiperaktif, sakit di mata, tidak senang membaca buku, sakit kepala bila lelah). Pada miopia tinggi anak harus melihat dengan jarak yang sangat dekat, atau keluhan buram jauh pada anak yang verbal (sudah dapat berkomunikasi). Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Mengena Mengenaii gejala gejala dan tanda tanda pada pada masing masing-mas -masing ing kelaia kelaian n refraksi refraksi sesuai sesuai usia. usia. Usia biasanya dibagi 3 kelompok yaitu <2tahun, usia pra-sekolah, dan usia sekolah 2. Pemeriks Pemeriksaan aan posis posisii dan gerak gerak bola bola mata. mata. 3. Peme Pemeri riks ksaa aan n visu visus s yang yang dise disesu suai aika kan n deng dengan an umur umur (kel (kelom ompo pok k non non verb verbal al dengan dengan pemeriks pemeriksaan aan fiksasi, fiksasi, symbol symbol chart, chart, E chrt dan kelompo kelompok k verbal verbal dengan dengan snellen chart). 4. Pemeriks Pemeriksaan aan segme segmen n anterior anterior denga dengan n senter senter dan lup. lup. 5. Peme Pemerik riksa saan an fundu fundusko skopi pi kedu kedua a mata mata deng dengan an optha opthalm lmosk oskop op direk direk,, deng dengan an sebelumnya dilakukan dilatasi pupil dengan tropicamide 0,5%. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC)
35
TERBATAS
1. Mengena Mengenaii gejala gejala dan tanda tanda pada pada masing-mas masing-masing ing kelaian kelaian refraksi refraksi sesuai sesuai usia. Usia biasanya dibagi 3 kelompok yaitu <2tahun, usia pra-sekolah, dan usia sekolah 2. Pemerik riksaa saan po posis sisi da dan ge gerak rak bola mata. ta. 3. Peme Pemeri riks ksaa aan n statu status s refra refraks ksii denga dengan n pemer pemerik iksa saan an obje objekt ktif if stre strek k retin retinos osko kopi pia a pupil lebar untuk kelompok usia >2 tahun dan kelompok usia pra-sekolah. 4. Pemeriksaan ref refraksi subjektif pada kelompok usia prara-sekolah dan kelompok usia sekolah 5. Peme Pemeri riks ksaa aan n seg segme men n ant anter erio iorr den denga gan n lup lup,, sen sente ter, r, dan dan sli slitt lam lamp. p. 6. Peme Pemeri riks ksaa aan n seg segme men n pos poste teri rior or deng dengan an opth opthal almo mosk skop op dire direk. k. 7. Peme Pemeri riks ksaa aan n kem kemun ungk gkin inan an ambl amblio iopi pia a dan dan atau atau mata mata juli juling ng.. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Mengena Mengenaii gejala gejala dan tanda tanda pada pada masing masing-mas -masing ing kelaia kelaian n refraksi refraksi sesuai sesuai usia. usia. Usia biasanya dibagi 3 kelompok yaitu <2tahun, usia pra-sekolah, dan usia sekolah 2. Pemeriks Pemeriksaan aan posis posisii dan gerak gerak bola bola mata. mata. 3. Pemeriksaan Pemeriksaan status status refraksi refraksi dengan dengan pemeriksaan pemeriksaan objektif strek retinoskopia retinoskopia pupil lebar untuk kelompok usia >2 tahun dan kelompok usia pra-sekolah. 4. Pemeriks Pemeriksaan aan refraksi refraksi subjektif subjektif pada kelompo kelompok k usia pra-seko pra-sekolah lah dan kelompok kelompok usia sekolah 5. Pemeriksaan Pemeriksaan segmen segmen anterior dengan lup, senter, dan slit lamp. lamp. 6. Pemeriks Pemeriksaan aan segmen segmen posteri posterior or dengan dengan opthalmo opthalmoskop skop direk. direk. 7. Mendeteksi adanya faktor-faktor ambliopia. Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Koreksi Koreksi kelainan kelainan refraksi refraksi pada kelomp kelompok ok usia sekolah sekolah bila pada pada pemeriksa pemeriksaan an subjektif visus mencapai 6/6. 2. Rujuk Rujuk ke ke fasili fasilita tas s sekun sekunde der, r, bila: bila: a. Pada Pada kel kelom ompo pok k usia usia sek sekol olah ah vis visus us den denga gan n kore koreks ksii tida tidak k menc mencap apai ai 6/6 6/6.. b. Pada Pada kel kelom ompo pok k usia usia <2 <2 tahu tahun n dan dan kelo kelomp mpok ok usi usia a prapra-se seko kola lah h dida didapa patk tkan an tanda tanda dan gejala gejala kelainan kelainan refraksi refraksi dan kemamp kemampuan uan penglih penglihata atan n tidak tidak sesuai sesuai dengan umur. c. Diju Dijump mpai ai kel kelai aina nan n posi posisi si bol bola a mat mata a (ke (kela lain inan an ref refra raks ksii + mat mata a juli juling ng)) 3. Kore Koreks ksii kela kelain inan an refr refrak aksi si pada pada semu semua a kelo kelom mpok pok haru harus s berd berdas asar arka kan n pertimbangan: besarnya kelainan refraksi cukup mengganggu aktivitas. Kemampuan akomodasi pasien; kebutuhan tajam penglihatan sesuai umur; resiko yang timbul akibat adanya kelainan refraksi. Rujuk ke TEC apabila dijumpai ambliopia dan/atau mata juling. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Kore Koreks ksii kela kelain inan an refr refrak aksi si pada pada semu semua a kelo kelomp mpok ok umur umur haru harus s berd berdas asar arka kan n pertimbangan: a. Apakah besarnya kelainan refraksi cukup mengganggu aktivitas. b. Kemampuan akomodasi pasien. c. Kebutuhan tajam penglihatan sesuai umur. d. Resiko yang timbul akibat adanya kelainan refraksi. 2. Penata Penatalaks laksanaa anaan n ambliopia ambliopia dan akomo akomodati datiff esotropia esotropia
36
TERBATAS 3. Korek Koreksi si (tind (tindaka akan) n) sisa sisa esotro esotropia pia pada pada kasus kasus akom akomod odati atiff esotr esotrop opia ia setel setelah ah koreksi kaca mata diberikan. Rekomendasi Pemberian koreksi kaca mata pada anak harus memperhatikan hal di bawah ini: 1. Jenis kelainan refraksi. 2. Besar kelainan refraksi. 3. Umur Umur penderi penderita: ta: kaca mata tidak tidak diperluk diperlukan an bila kebutuh kebutuhan an untuk untuk aktivita aktivitas s sehari-hari tidak terganggu. 4. Apak Apakah ah kelai kelaina nan n refrak refraksi si terse tersebu butt merup merupaka akan n faktor faktor penye penyeba bab b ambli ambliop opia. ia. Hipermetropia >3D, astigmatisma >0,75 D, anisometropia, isoametropia tinggi 5. Follow up teratur.
KATARAK KONGENITAL Katarak Katarak congen congenital ital adalah adalah kekeruha kekeruhan n lensa lensa yang timbul sejak sejak lahir, lahir, dan merupak merupakan an salah satu kebutaan pada anak yang cukup sering dijumpai. dijumpai. Prognosis visus tergantung tergantung dari jenis jenis katarak katarak (unilate (unilateral/b ral/bilat ilateral eral,, total/pa total/partia rtial) l) ada tidaknya tidaknya kelainan kelainan mata yang yang menyertai katarak, tindakan operasi (waktu operasi, teknik operasi, komplikasi operasi) dan rehabilitasi tajam penglihatan pasca operasi. Gejala dan tanda Gejala yang paling sering dan mudah dikenali adalah leukokoria. Gejala ini kadangkadang tidak terlihat jelas pada bayi yang baru lahir karena pupil miosis. Bila katarak binocular, penglihatan kedua mata buruk, orang tua biasanya membawa anak dengan keluhan anak kurang melihat, tidak focus, atau kurang bereaksi terhadap sekitar. Gejala lain yang dapat dijumpai antara lain foto fobia, strabismus, nystagmus. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Pemeriksaan posisi dan gerak bola mata. 2. Pemeriks Pemeriksaan aan visus visus yang yang disesu disesuaika aikan n dengan dengan uur. uur. 3. Peme Pemerik riksa saan an segme segmen n anter anterio iorr deng dengan an sente senterr dan dan lup, lup, sebel sebelum um dan dan sesud sesudah ah dilakukan dilatasi pupil dengan tropicamide 0,5%. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Pemeriksaan posisi dan gerak bola mata. 2. Pemeriks Pemeriksaan aan visus visus yang yang disesu disesuaika aikan n dengan dengan uur. uur. 3. Peme Pemerik riksa saan an segme segmen n anter anterio iorr deng dengan an sente senterr dan dan lup, lup, sebel sebelum um dan dan sesud sesudah ah dilakukan dilatasi pupil dengan tropicamide 0,5%. 4. Kons Konsult ultas asii ke deprt deprtem emen en pedia pediatri trik k untuk untuk evalua evaluasi si kemu kemung ngkin kinan an penya penyakit kit penyerta dan toleransi operasi. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Pemeriksaan posisi dan gerak bola mata. 2. Pemeriks Pemeriksaan aan visus visus yang yang disesu disesuaika aikan n dengan dengan uur. uur. 3. Pemeriks Pemeriksaan aan segmen segmen anterio anteriorr dengan dengan senter senter dan lup, lup, sebelum sebelum dan sesudah sesudah dilakukan dilatasi pupil dengan tropicamide 0,5%. 4. Pemeriks Pemeriksaan aan USG, USG, terutam terutama a bila bila bilater bilateral. al.
37
TERBATAS
5. Kons Konsult ultas asii ke deprt deprtem emen en pedia pediatri trik k untuk untuk evalua evaluasi si kemu kemung ngkin kinan an penya penyakit kit penyerta dan toleransi operasi. 6. Pemeriksaan Pemeriksaan biometri biometri bila direncanakan direncanakan pemasan pemasangan gan lensa tanam. Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Pend Penderi erita ta sege segera ra rujuk rujuk ke fasili fasilitas tas tersi tersier er untuk untuk peme pemerik riksaa saan n dan dan pana panang ngan anan an selanjutnya Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) Pend Penderi erita ta sege segera ra rujuk rujuk ke fasili fasilitas tas tersi tersier er untuk untuk peme pemerik riksaa saan n dan dan pana panang ngan anan an selanjutnya Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) Bila kekeruhan total atau senralharus segera operasi. Bila kekeruhan hanya minim atau hanya sebagian, baik bilateral atau unilateral, operasi mungkin tidak perlu atau dapat ditunda. Rehabilitasi tajam penglihatan dapat dilakukan dengan pemberian kaca mata atau lensa kontak atau pemasangan lensa tanam. Rekomendasi Rekomendasi pra-operasi 1. Pasi Pasien en dibe diberi ri penj penjel elas asan an meng mengen enai ai kead keadaa aan n peny penyak akit itny nya, a, resi resiko ko oper operas asi, i, prognosi prognosis s tajam tajam penglih penglihatan atan dan perawata perawatan n rehabili rehabilitasi tasi tajam tajam penglih penglihatan atan pasca pasca operasi. 2. Pasien/ Pasien/oran orang g tua menand menanda a tangani tangani informed informed conce concent. nt. Rekomendasi pasca operasi 1. Pasi Pasien en dibe diberi ri penj penjel elas asan an tent tentan ang g kemu kemung ngki kina nan n komp kompli lika kasi si tind tindak akan an dan dan komplik komplikasi asi jangka jangka panjan panjang. g. Follow Follow up teratur teratur dan periodic periodic untuk evaluas evaluasii tajam tajam penglihatan dan perkembangan refraksi, terutama penjelasan masalah ambliopia. 2. Konsul ke departemen departemen terkait untuk untuk evaluasi ulang penyakit penyerta. penyerta.
GLAUKOMA PADA ANAK Glaukoma pada anak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Glaukoma congenital (infantile) primer 2. Glaukoma juvenilis 3. Glaukom Glaukoma a sekunde sekunder, r, disgene disgenesis sis segmen segmen anterior anterior (contoh: (contoh: Anomali Anomali peters, peters, syndrome axenfeld-Reiger, Anidria, homosistinuria)
Glaukoma congenital primer Gejala dan tanda klinis 1. Pembesaran Pembesaran diameter kornea, kekeruhan (edema) kornea akibat peningkatan TIO, cupping nervus optikus. 2. Pada Pada bayi sering sering ditemuka ditemukan n epifora, epifora, blepharo blepharosm, sm, fotofobi fotofobia. a. Evaluasi
38
TERBATAS Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Peng Penguk ukura uran n diame diameter ter korne kornea. a. Pengukuran ini dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan penggaris. Didapatkan diameter kornea yang lebih besar dari normal. Diameter kornea rata-rata adalah 10 mm (kisaran 9,5-10,5 mm) pada saat lahir, kemudian meningkat menjadi 11,8 mm pada usia 1 tahun. Diameter kornea sebesar 12 mm atau lebih pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dapat dianggap tidak normal.
2. Pemeriksaan segmen anterior dengan lampu senter dan lup. Dinilai keadaan kornea, iris/pupil dan bilik mata depan. 3. Peng Penguk ukur uran an TIO TIO Dilakuka Dilakukan n dengan dengan tonometer tonometer schiotz. schiotz. Pada Pada bayi dan anak yang tidak koperati koperatif, f, penilaia penilaian n dilakuka dilakukan n dalam dalam anesthe anesthesia sia umum. umum. Dalam Dalam hal ini perlu perlu diperhi diperhitung tungkan kan pengaruh obat anestesi yang digunakan terhadap pembacaan TIO normal pada bayi adalah 10-15 mmHg. Pada glaukoma primer congenital nilai TIO umumnya melebihi 25 mmHg, dan sering diatas 30 mmHg. Nilai TIO yang rendah secara relative dalam anes aneste tesi si umum mum pada pada pasi pasien en deng dengan an mani manife fest stas asii klin klinis is yang yang jela jelas, s, tida tidak k menyingkirkan diagnosis glaukoma. Pelayanan kesehatan mata sekunder(SEC) 1. Peng Penguk ukura uran n diame diameter ter korne kornea. a. Pengukuran ini dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan penggaris. Didapatkan diameter kornea yang lebih besar dari normal. Diameter kornea rata-rata adalah 10 mm (kisaran 9,5-10,5 mm) pada saat lahir, kemudian meningkat menjadi 11,8 mm pada usia 1 tahun. Diameter kornea sebesar 12 mm atau lebih pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dapat dianggap tidak normal. 2. Pemeriks Pemeriksaan aan segmen segmen anteri anterior or dengan dengan lampu lampu celah (slit (slit lamp). lamp). Dinilai keadaan kornea, iris/pupil, bilik mata depan. Pada penderita dijumpai edema kornea akibat peningkatan TIO. 3. Peng Penguk ukur uran an TIO TIO Dilakukan dengan tono-pen atau tonometri schiotz TIO normal pada bayi: 10-15 mmHg. Pada glaukoma primer congenital nilai TIO umumnya melebihi 25 mmHg; dan sering kali diatas 30mmHg. Pada Pada bayi bayi dan anak anak yang tidak koperati koperatif, f, penilaia penilaian n dilakuka dilakukan n dalam dalam anesthe anesthesia sia umum. Dalam hal ini perlu diperhitungkan pengaruh obat anestesi yang digunakan terhadap pembacaan TIO normal pada bayi adalah 10-15 mmHg. Pada glaukoma primer congenital nilai TIO umumnya melebihi 25 mmHg, dan sering diatas 30 mmHg. Nilai TIO yang rendah secara relative dalam anestesi umum pada pasie pasien n deng dengan an manif manifes estas tasii klini klinis s yang yang jelas, jelas, tidak tidak menyi menying ngkir kirka kan n diagn diagnosi osis s glaukoma.
4. Gonioskopi (dalam anestesi umum): ditemukan anomali sudut bilik mata. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Peng Penguk ukura uran n diame diameter ter korne kornea. a. Pengukuran ini dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan penggaris. Didapatkan diameter kornea yang lebih besar dari normal. Diameter kornea rata-rata adalah 10 mm (kisaran 9,5-10,5 mm) pada saat lahir, kemudian meningkat menjadi 11,8 mm pada usia 1 tahun. Diameter kornea sebesar 12 mm atau lebih pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dapat dianggap tidak normal. 39
TERBATAS 2. Pemeriks Pemeriksaan aan segmen segmen anteri anterior or dengan dengan lampu lampu celah (slit (slit lamp). lamp). Dinilai keadaan kornea, iris/pupil, bilik mata depan. Pada penderita dijumpai edema kornea akibat peningkatan TIO. 3. Peng Penguk ukur uran an TIO TIO Dilakukan dengan tono-pen atau tonometri schiotz TIO normal pada bayi: 10-15 mmHg. Pada glaukoma primer congenital nilai TIO umumnya melebihi 25 mmHg; dan sering kali diatas 30mmHg. Pada Pada bayi bayi dan anak anak yang tidak koperati koperatif, f, penilaia penilaian n dilakuka dilakukan n dalam dalam anesthe anesthesia sia umum. Dalam hal ini perlu diperhitungkan pengaruh obat anestesi yang digunakan terhadap pembacaan TIO normal pada bayi adalah 10-15 mmHg. Pada glaukoma primer congenital nilai TIO umumnya melebihi 25 mmHg, dan sering diatas 30 mmHg. Nilai TIO yang rendah secara relative dalam anestesi umum pada pasie pasien n deng dengan an manif manifes estas tasii klini klinis s yang yang jelas, jelas, tidak tidak menyi menying ngkir kirka kan n diagn diagnosi osis s glaukoma. 4. Gonioskopi (dalam anestesi umum): ditemukan anomaly sudut bilik mata. 5. USG Peningkatan panjang aksis bola mata diukur dengan B-Scan Ultra sonography Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Rujuk ke fasilitas sekunder Pelayanan kesehatan mata sekunder(SEC) 1. Pembedahan Prosedu Prosedurr operasi operasi initial initial pilhan pilhan adalah adalah gonioto goniotomi mi atau atau trabekul trabekulekto ektomi. mi. Selain Selain itu trabekulektomi; siklokrioterapi, implantasi katup dapat dilakukan. 2. Tera Terapi pi medik medikam amen ento tosa sa a. Terapi me medikamentosa pa pasca op operasi da dapat di diberikan un untuk mempertahankan TIO yang normal. Yang paling sering digunakan adalah beta bloker, miotikum, dan penghambat karbonic-anhidrase. b. Dosis asetazolamide: 15 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis. 3. Rujuk Rujuk ke fasilitas fasilitas tersier untuk untuk skrining skrining dan konseli konseling ng genetika genetika terutam terutama a pada kasus familial. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Pembedahan Prosedu Prosedurr operasi operasi initial initial pilhan pilhan adalah adalah gonioto goniotomi mi atau atau trabekul trabekulekto ektomi. mi. Selain Selain itu trabekulektomi; siklokrioterapi, implantasi katup dapat dilakukan. 2. Terapi medikamentosa Terapi medikamentosa pasca operasi dapat diberikan untuk mempertahankan TIO yang normal. normal. Yang Yang paling paling sering sering digunaka digunakan n adalah adalah beta bloker, miotikum miotikum,, dan penghambat karbonic-anhidrase. Dosis asetazolamide: 15 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis. 3. Konseling ge genetika dan skrining mu mutasi ge gen CYP1B1 Konseling genetika, disertai skrining mutasi gen yang berkaitan dengan glaukoma congenital primer (gen CYP1B1), perlu dilakukan pada kasus-kasus familial; untuk mend mendete eteksi ksi carrie carrierr dan dan kasus kasus deng dengan an resiko resiko mend menderi erita ta peny penyaki akitt yang yang sama sama.. Skrining Skrining juga juga dianjurk dianjurkan an pada pada komunit komunitas as disuatu disuatu daerah daerah tertentu tertentu dengan dengan angka angka insidens yang tinggi terhadap penyakit ini.
40
TERBATAS
RETINOBLASTOMA Retinoblastoma adalah tumor mata primer yang berasal dari retina dan biasanya pada anak-anak dibawah 5 tahun, dengan insiden tertinggi pada usia 2-3 tahun. Tumor ini bersifat multifokal, sehingga dapat dijumpai pada kedua mata (bilateral) atau beberapa lesi pada satu mata (monocular). (monocular). Pada jenis bilateral biasanya dijumpai dijumpai pada usia yang lebih muda dan bersifat herediter. Gejala dan tanda Gejala yang paling sering dijumpai adalah mata kucing (leukokoria). Gejala lain misalnya strabismus, hifema spontan, hipopion, heterocrhomia iris, buftalmos dan pada stadium yang sangat lanjut dapat memperlihatkan gejala proptosis. Kadang-kadang tumor ini memberi gambaran seperti sellulitis orbita, endoftalmitis dan bahkan pernah dijumpai pada mata yang ftisis. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Pemeriksaan posisi dan gerak bola mata. 2. Pemeriksaan visus yang disesuaikan dengan umur. 3. Pemeriksaan se segmen an anterior de dengan se senter da dan lu lup. 4. Pemeriksaan funduskopi kedua mata (multifokal) dengan oftalmoskopi direk, dengan sebelumnya dilakukan dilatasi pupil dengan tropicamide 0,5% Pelayanan kesehatan mata sekunder(SEC) 1. Pemeriksaan posisi dan gerak bola mata. 2. Pemeriksaan visus yang disesuaikan dengan umur. 3. Pemeriksaan se segmen an anterior de dengan se senter da dan lu lup. 4. Pemeriksaan seg segmen pos posterior den dengan opt optalmoskopi direk rek dan dan ind indirek dengan sebelumnya melebarkan pupil dengan tropicamide 0,5%. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Pemeriksaan posisi dan gerak bola mata. 2. Pemeriksaan visus yang disesuaikan dengan umur. 3. Pemeriksaan segmen anterior dengan senter dan lup. 4. Pemerik Pemeriksaan saan segmen segmen posteri posterior or dengan dengan optalmo optalmoskop skopii direk direk dan indirek 5. Pemeriksaan USG. 6. Bila mata sudah proptosis atau bila curiga sudah meluas ke ekstraokular atau bila tumor bilateral dilakukan pemeriksaan CT-Scan dan konsultasi ke departemen pediatrik untuk evaluasi metastasis (LP, BMP). a. b. c.
CT-Scan → oleh departemen Radiologi LP BMP
7. Bila Bila dilak dilakuk ukan an tinda tindakan kan opera operasi, si, dilaku dilakuka kan n peme pemerik riksaa saan n patologis jaringan tumor dengan memperhatikan perluasan tumor ke N.II dan tepi sayatan N.II, sclera, koroid, badan siliar dan iris. Penatalaksanaan
41
TERBATAS Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Pend Penderi erita ta segera segera diruj dirujuk uk ke fasili fasilita tas s terti tertier er untuk untuk peme pemerik riksaa saan n dan dan pena penang ngan anan an selanjutnya. Pelayanan kesehatan mata sekunder(SEC) Pend Penderi erita ta segera segera diruj dirujuk uk ke fasili fasilita tas s terti tertier er untuk untuk peme pemerik riksaa saan n dan dan pena penang ngan anan an selanjutnya Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Bila ila tu tumor ma masih sih te terba rbatas in intra traokuler ler da dan sta stad dium ium din dini, i, dan fa fasili ilitas tas ya yang tersedia, diberikan salah satu atau kombinasi dari terapi dibawah ini, yaitu: a. Krioterapi b. Fotokoagulasi laser c. Kemoterapi d. Radioterapi (plaque) 2. Bila tumor masih masih terbatas terbatas intraokuler intraokuler,, tapi stadium sudah lanjut lanjut atau terda terdapa patt vitreo vitreous us seed seeding ing,, dapa dapatt dilak dilakuka ukan n enukl enuklea easi si deng dengan an memo memoton tong g N.II N.II sepanjang mungkin. Bila potongan N.II dan tepi sayatan N.II bebas tumor dan sclera serta sebagian besar koroid belum terinvasi tumor, terapi tambahan tidak diperlukan. Bila potongan N.II dan tepi sayatan N.II tidak bebas tumor, atau sclera atau sebagian besa besarr koro koroid id suda sudah h teri terinv nvas asii tumo tumor, r, tera terapi pi dila dilanj njut utka kan n deng dengan an radi radias asii oleh oleh departe departemen men radiolog radiologii dan kemoter kemoterapi api oleh oleh departe departemen men pediatri pediatrik. k. Radiasi Radiasi tidak tidak diberikan pada anak dibawah 1 tahun. 3. Bila ma mata su sudah pr proptosis, ya yang me menunjukkan tu tumor su sudah me meluas ke ke ekstraokuler tetapi belum ada tanda-tanda destruksi tulang orbita atau metastasis atau perluasan tumor ke intracranial, dapat dilakukan eksenterasi orbita dilanjutkan deng dengan an radiot radiotera erapi pi dan dan kemote kemoterap rapi. i. Bila Bila tumo tumorr terlal terlalu u besar besar dapa dapatt dilaku dilakuka kan n kemoreduksi dulu kemudian eksenterase yang dilanjutkan lagi dengan kemoterapi dan radioterapi. 4. Bila tan tanda-ta -tanda met metastasis ata atau per perluasan ke in intracranial sud sudah ada ada, tidak dilakukan operasi, hanya diberi radioterapi dan kemoterapi. Rekomendasi Rekomendasi pra-terapi/ pra-operasi 1. Pasien diberi penjelasan mengenai keadaan penyakitnya, tindakan, serta kemungkinan prognosis. 2. Pasien/ oran rang tua menanda tangani informed concent.
resiko
Rekomendasi pasca operasi 1. Pasien di diberi pe penjelasan un untuk fo follow up up te teratur da dan me memperhatikan kemungkinan-kemu kemungkinan-kemungkinan ngkinan yag mungkin mungkin timbul seperti tumor residif, metastasis, metastasis, komplikasi tindakan, dan munculnya lesi tumor baru pada mata yang sehat. 2. Konsul genetik.
STRABISMUS I.
Exotropia
42
TERBATAS Exotropia adalah keadan dimana satu mata berfiksasi pada objek yang menjadi pusat perh perhat atia ian n seda sedang ngka kan n mata mata yang yang lain lain menu menuju ju kear kearas ash h lain lain yait yaitu u kear kearah ah luar luar (eksod (eksodev evias iasi). i). Exotro Exotropi pia a merup merupak akan an kelain kelainan an kedu kedudu dukan kan bola bola mata mata yang yang sering sering ditem ditemuk ukan an.. Anak Anak-an -anak ak terten tertentu tu memp mempun unya yaii resiko resiko yang yang lebih lebih tingg tinggii untuk untuk terjad terjadii exotropia meliputi anak yang mengalami gangguan perkembangan saraf, premature, atau berat lahir rendah dan anak dengan riwayat keluarga juling serta anomaly ocular atau sistemik. Gejala dan tanda 1. Pada ke kebanyakan ka kasus aw awalnya be bersifat in i ntermiten de dengan on onset umumnya pada usia dibawah 3 tahun. 2. Deviasi menjadi ma manifest terutama lelah, me melamun, atau sakit dimana mekanisme kompensasi fusi menurun. 3. Pasien da dapat me menutup salah sa satu mata bila terpapar ca cahaya terang sekali. 4. Bila bersifat intermiten jarang ditemukan ambliopia. 5. Kelaina Kelainan n refraksi refraksi bersifat bersifat spheris spheris negatip negatip,, namun namun dapat dapat spheres spheres positif atau bahkan emetropia. 6. Penglihatan ga ganda ka kadang-kadang di dikeluhkan pe penderita ya yang ju juling intermiten. Evaluasi Pemeriksaan pada pasien dengan strabismus yang onsetnya dimulai sejak kecil meliputi semua semua aspek aspek pemerik pemeriksaan saan anak dan mata anak anak atau atau mata mata orang orang dewasa dewasa dengan penekanan penekanan pada sensori, motor, refraksi dan fungsi akomodasi. Al-hal pnting yang perlu ditekankan pada pasien strabismus, adalah sebagai berikut: Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Pemeriksaan vi visus di dilakukan se sesuai ke keadaan. Bi Bila pe penderita ad adalah bayi, bayi, pemerik pemeriksaan saan visus visus secara secara subyekt subyektif if belum belum dapat dapat dilakuka dilakukan, n, hanya hanya dapat dapat dilakukan dengan memperlihatkan sesuatu yang berwarna warni didepan wajah bayi tersebut, perhatikan perhatikan apakah ada upaya mengikuti. mengikuti. Bila anak yang sudah lebih besar pemeriksaan dilakukan sesuai tingkatan usia dan kemampuan masing-masing anak, demikian pula yang dewasa. 2. Pemeriksaan de dengan la lampu se senter da dan lu lup un untuk se segmen an anterior, dinilai bagaimana keadaan kornea, iris/pupil termaasuk reflek pupil dan lensa. 3. Dilakukan penilaian pergerakan bola mata, untuk melihat ada tidaknya hambatan pergerakan bola mata. 4. Penentuan kedudukan bola mata dengan cara Hirschberg. 5. Funduskopi dengan oftalmoskop direk. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Pemeriksaan vi visus di dilakukan se sesuai ke keadaan. Bi Bila pe penderita ad adalah bayi, bayi, pemerik pemeriksaan saan visus visus secara secara subyekt subyektif if belum belum dapat dapat dilakuka dilakukan, n, hanya hanya dapat dapat dilakukan dengan memperlihatkan sesuatu yang berwarna warni didepan wajah bayi tersebut, perhatikan perhatikan apakah ada upaya mengikuti. mengikuti. Bila anak yang sudah lebih besar pemeriksaan dilakukan sesuai tingkatan usia dan kemampuan masing-masing anak, demikian pula yang dewasa. 2. Dilakukan re refraksi ob objektif de dengan st streak re retinoskopy da dalam si sikloplegi. 3. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior, dinilai keadaan kornea, iris/pupil termasuk reflek pupil dan lensa. 43
TERBATAS 4. Dilakukan fu funduskopi de dengan of oftalmoskop di direk/indirek un untuk me melihat segmen posterior. 5. Dilakukan penilaian pergerakan bola mata. 6. Penentuan ke kedudukan bo bola ma mata de dengan ca cara Hi Hirschberg, co coveruncover test alternate Cover test (ACT). Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Peme Pemeri riks ksaa aan n visu visus s dila dilaku kuka kan n sesu sesuai ai kead keadaa aan. n. Bila Bila pend pender erit ita a adal adalah ah bayi bayi,, pemerik pemeriksaan saan visus subyekti subyektiff dengan dengan cara Central, Central, Steady, Steady, Maintain Maintain (CSM), (CSM), bila penderita anak yang sudah lebih besar pemeriksaan pemeriksaan dilakukan sesuai tingkatan usia dan kemampuan masing-masing anak, demikian pula yang dewasa. 2. Dilakukan refraksi objektif dengan streak retinoskopy retinoskopy dalam dalam sikloplegi. 3. Pemeriks Pemeriksaan aan dengan dengan slit lamp untuk untuk melihat melihat segmen segmen anterior, anterior, dinilai dinilai keadaan keadaan kornea, iris/pupil termasuk reflek pupil dan lensa. 4. Dilakuka Dilakukan n fundusk funduskopi opi dengan dengan oftalmos oftalmoskop kop direk/indir direk/indirek ek untuk melihat melihat segmen segmen posterior. 5. Dilakuka Dilakukan n penilai penilaian an perger pergerakan akan bola bola mata. mata. 6. Pene Penent ntua uan n kedu kedudu dukan kan bola bola mata mata deng dengan an cara cara Hirsc Hirschb hberg erg,Kr ,Krim imsky sky,, Alter Alterna nate te Cver Test (ACT)/ Prism Cover Test (PCT). 7. Ukur Ukur deviasi deviasi jauh dan dekat dekat serta serta dinilai dinilai ada tidakn tidaknya ya A & V pattern. pattern. Demikian Demikian pula harus dilakukan pemeriksaan deviasi dengan dan tanpa koreksi kaca mata kalau terdapat kelainan refraksi. Bila dicurigai ada Stimulated Divergence Excees perlu dilakukan pemeriksaan sudut deviasi setelah oklusi paling sedikit 1 jam pada salah satu mata. 8. Penilaian status sensoris. Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Rujuk ke fasilitas sekunder Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Bila terdapat terdapat kelainan reafraksi, koreksi dengan kaca mata mata yang yang sesuai. sesuai. 2. Bila terdapat ambliopia, lakukan terapi ambliopia dengan patching mata yang dominant. 3. Bila dengan pemberian kaca mata tidak ada perbaikan pada deviasinya maka diruju dirujuk k pada pada fasili fasilitas tas keseh kesehata atan n tersi tersier er untuk untuk dilaku dilakuka kann nn pena penata talak laksa sanaa naan n selanjutnya. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Bila terdap terdapat at kelain kelainan an refraksi, refraksi, berika berikan n koreksi koreksi terbaik. terbaik. 2. Bila Bila ada ada ambli ambliop opia, ia, lakuk lakukan an terap terapii ambli ambliop opia ia deng dengan an patching mata mata yang yang dominant. 3. Bila dengan dengan koreksi koreksi kelainan kelainan refraksi, tetap eksotropia, eksotropia, lakukan lakukan operasi. operasi. 4. Jenis operasi yang dilakukan disesuaikan dengan diagnosis dan pola deviasi yang ada dan keadaan visus masing-masing mata. 5. Bila tipe Divergence Excees dapat dilakukan reses rektus lateral pada kedua mata. 6. Bila tipe basic dan bila visus salah satu mata tidak baik, dapat dilakukan reses – resek pada mata yang tidak dominant atau yang visus nya lebih buruk. 7. Bila tipe Convergence Insufficiency dapat dilakukan resek rektus medius.
44
TERBATAS
II. Esotropia Esotropia adalah keadaan dimana satu mata berfiksasi pada objek yang menjadi pusat perhatian sedangkan mata yang lain menuju arah lain yaitu kearah hidung. Esotropia ada yang bersifat congenital yaitu onsetnya sampai dengan usia 6 bulan, dan bisa pula didapat yaitu onsetnya setelah usia 6 bulan. Disamping Disamping itu bila dilihat dari status refraksi ada yang bersifat akomodatif dan ada pula yang bersifat non-akomodatif. Gejala dan tanda 1. Juli Juling ng ke dala dalam m 2. Kelainan refraksi biasanya sphere positif, namun dapat sphere negatip bahkan emetropia Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Peme Pemerik riksa saan an visus visus dilaku dilakuka kan n sesua sesuaii keadaa keadaan. n. Bila pend penderi erita ta adalah adalah bayi, bayi, pemeriksaan visus tidak dapat dilakukan secara subyektif, bila penderita anak yang sudah lebih besar pemeriksaan dilakukan sesuai tingkatan usia dan kemampuan masing-masing anak, demikian pula yang dewasa. 2. Peme Pemeri riks ksaa aan n deng dengan an lamp lampu u sent senter er dan dan lup lup untu untuk k segm segmen en ante anteri rior or,, dini dinila laii bagaimana keadaan kornea, iris/pupil, reflek pupil dan lensa. 3. Dilakukan funduskopi funduskopi dengan dengan oftalmoskop oftalmoskop direk untuk untuk melihat melihat segmen segmen posterior. posterior. 4. Dilakuka Dilakukan n penilai penilaian an perger pergerakan akan bola bola mata. mata. 5. Penent Penentuan uan kedudu kedudukan kan bola bola mata denga dengan n cara Hirscberg Hirscberg.. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Peme Pemerik riksa saan an visus visus dilaku dilakuka kan n sesua sesuaii keadaa keadaan. n. Bila pend penderi erita ta adalah adalah bayi, bayi, pemeriksaan visus tidak dapat dilakukan secara subyektif, bila penderita anak yang sudah lebih besar pemeriksaan dilakukan sesuai tingkatan usia dan kemampuan masing-masing anak, demikian pula yang dewasa. 2. Dilakukan refraksi objektif dengan streak retinoskopi retinoskopi dalam dalam sikloplegi. sikloplegi. 3. Peme Pemeri riks ksaa aan n deng dengan an lamp lampu u cela celah h untu untuk k meli meliha hatt segm segmen en ante anteri rior or,d ,din inil ilai ai bagaimana keadaan kornea, iris/pupil, reflek pupil dan lensa. 4. Dilakuka Dilakukan n fundusk funduskopi opi dengan dengan oftalmos oftalmoskop kop direk/indir direk/indirek ek untuk melihat melihat segmen segmen posterior. 5. Dilakuka Dilakukan n penilai penilaian an perger pergerakan akan bola bola mata. mata. 6. Penent Penentuan uan kedu keduduka dukan n bola bola mata mata deng dengan an cara cara Hirscberg Hirscberg.. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Peme Pemerik riksa saan an visus visus dilaku dilakuka kan n sesua sesuaii keadaa keadaan. n. Bila pend penderi erita ta adalah adalah bayi, bayi, pemeriksaan visus tidak dapat dilakukan secara subyektif CSM, bila penderita anak yang yang suda sudah h lebi lebih h besa besarr peme pemeri riks ksaa aan n dila dilaku kuka kan n sesu sesuai ai ting tingka kata tan n usia usia dan dan kemampuan masing-masing anak, demikian pula yang dewasa. 2. Dilakukan refraksi objektif dengan streak retinoskopi retinoskopi dalam dalam sikloplegi. sikloplegi. 3. Peme Pemeri riks ksaa aan n deng dengan an lamp lampu u cela celah h untu untuk k meli meliha hatt segm segmen en ante anteri rior or,d ,din inil ilai ai bagaimana keadaan kornea, iris/pupil, reflek pupil dan lensa. 4. Dilakuka Dilakukan n fundusk funduskopi opi dengan dengan oftalmos oftalmoskop kop direk/indir direk/indirek ek untuk melihat melihat segmen segmen posterior. 5. Dilakuka Dilakukan n penilai penilaian an perger pergerakan akan bola bola mata. mata. 6. Penentuan Penentuan kedudukan kedudukan bola mata dengan cara Hirscberg, Krimsky, ACT/PCT. 45
TERBATAS 7. Peni Penilai laian an stat status us sen sensor soris. is. Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Rujuk ke fasilitas sekunder. sekunder. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Bila dengan koreksi kaca mata spheres (+) deviasi jauh dan dekat hilang, berarti termasuk jenis refractive accommodative ET, berikan kaca mata Sph (+). 2. Bila Bila deng dengan an kore koreks ksii kaca kaca mata mata sphe sphere res s (+) (+) devi devias asii jauh jauh hila hilang ng seda sedang ngka kan n devia deviasi si deka dekatt masih masih tersi tersisa, sa, dan dan baru baru hilan hilang g setel setelah ah tamba tambaha han n addis addisi, i, bera berarti rti termasuk jenis non refractive accommodative ET: berikan kaca Sph (+) bifokus. 3. Bila Bila ada ada ambli ambliop opia, ia, lakuk lakukan an terap terapii ambli ambliop opia ia deng dengan an patching mata mata yang yang dominant. 4. Bila termas termasuk uk jenis jenis akomoda akomodatif: tif: rujuk rujuk ke fasilita fasilitas s tersier. tersier. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Bila termasuk jenis refractive accommodative ET: berikan kaca mata Sph (+) 2. Bila termasuk jenis non refractive accommodative ET: berikan kaca mata Sph (+) bifokus. 3. Bila ambliopia, lakukan terapi ambliopia dengan patching mata patching mata yang dominant. 4. Bila termasuk termasuk jenis jenis non akomodatif, akomodatif, operasi operasi strabismus strabismus sesuai sesuai dengan dengan jenisnya. jenisnya. 5. Pada jenis jenis convergence convergence excees lakukan lakukan reses reses rektus rektus medial medial pada kedua mata. 6. Bila tipe basic dan bila visus salah satu mata tidak baik, dapat dilakukan reses – resek pada mata yang tidak dominant 7. Bila tipe Convergence Insufficiency dapat dilakukan resek rektus lateral pada kedua mata 8. Pada tipe campuran berikan kaca mata yang sesuai dan operasi strabismus untuk deviasi sisanya.
BLEFAROPTOSIS KONGENITAL Blefaroptosis adalah turunnya kelopak mata yang terjadi sejak lahir. Tanda dan gejala Kelopak ata atas turun sejak lahir. Evaluasi Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Peme Pemerik riksa saan an dengan dengan senter senter dan lup tampa tampak k kelop kelopak ak mata atas atas turun turun pada pada 1 mata atau 2 mata. 2. Posis Posisii kelop kelopak ak mata normal normal adalah adalah tepi kelopa kelopak k atas atas menutup menutupii 2 mm kornea kornea bagian atas. Pada posisi prmer dilihat apakah refleks cahaya di pupil tertutup oleh kelopak atau tidak. 3. Perik Periksa sa apaka apakah h posis posisii bola bola mata mata ortho atau ada juling. juling. Periksa Periksa gerak gerakan an bola mata ke segala arah, apakah ada hambatan gerak pada arah tertentu atau tidak. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC)
46
TERBATAS Dilakuka Dilakukan n pemerik pemeriksaan saan Hirscber Hirscberg, g, alternat alternate e Cober Cober test (ACT). (ACT). Duction/ Duction/vers version, ion, dan pengukuran margin reflekx distance (MRD). Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) Dilakuka Dilakukan n pemerik pemeriksaan saan Hirscberg Hirscberg,, ACT, duction/ duction/vers version, ion, penguku pengukuran ran MRD, margin margin Limbal Distance (MLD), dan levator action (LA). Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) dan sekunder (SEC) 1. Bila ptosis ptosis terjadi terjadi pada pada mata dan dan pupil tertutup tertutup oleh oleh kelopak kelopak pada pada posisi posisi primer, segera segera rujuk rujuk ke TEC untuk dilakuka dilakukan n tindaka tindakan n koreksi koreksi ptosis ptosis agar agar tidak tidak terjadi terjadi ambliopia. 2. Bila ada juling, juling, sege segera ra rujuk rujuk ke TEC. TEC. 3. Bila ptosis ptosis terjadi terjadi pada pada 1 atau 2 mata dan pupil pupil tidak tidak tertutup tertutup oleh oleh kelopak, kelopak, tidak tidak perlu diberi terapi atau rujuk tidak segera. Bayi dapat dirujuk untuk tindakan koreksi ptosis nya kapan saja orang tua atau pasien menginginkan. Tindakan ini hanya untuk tujuan kosmetik, tidak akan mempengaruhi penglihatan. Biasanya dianjurkan sekitar umur 5-6 tahun atau sebelum masuk SD Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Bila ptosis pada 1 mata dengan MRD negatip, LA buruk (4 mm atau kurang), lakukan koreksi ptosis segera dengan suspensi frontalis dengan bahan sinteik atau autograft. 2. Bila LA baik, baik, lakuka lakukan n koreksi koreksi ptosis ptosis dengan dengan reseks reseksii levator. levator. 3. Bila Bila MRD posit positif if atau ptosis ptosis pada 2 mata mata,, lakuk lakukan an koreksi koreksi ptosis ptosis kapan kapan saja tergantung permintaan pasien atau orang tuanya, dianjurkan sekitar umur 5-6 tahun. Rekomendasi pasca operasi Sesudah operasi ptosis dengan suspensi frontalis selalu terjadi lagoftalmus, pasien atau orang tuanya harus diberi penjelasan untuk mencegah terjadinya komplikasi keratitis et lagoftalmus.
EPIBLEFARON INFERIOR Epiblefaron inferior adalah lipatan kulit yang berlebihan pada tepi kelopak bawah yang menyebabkan bulu mata mengarah ke kornea dan dapat menyebabkan iritasi yang terus menerus pada kornea. Tanda dan gejala Mata sering berair, merah dan silau. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Pemeriks Pemeriksaan aan dengan dengan senter senter dan lup, terliha terlihatt lipatan kulit kulit yang berlebih berlebihan an pada tepi kelopak bawah dan arah bulu mata mengenai kornea 2. Perik Periksa sa kead keadaa aan n korne kornea a apak apakah ah jernih jernih atau atau ada ada keker kekeruh uhan an di daera daerah h yang yang terkena bulu mata. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) Pemeriksaan dengan slit lamp, terlihat lipatan kulit yang berlebihan pada tepi kelopak bawah dan silia mengenai kornea. Kornea mungkin masih jernih atau sudah terdapat epiteliopati tanpa/dengan neovaskularisasi akibat iritasi cilia. 47
TERBATAS
Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) Seperti pada SEC. Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Bila Bila korne kornea a masih masih jerni jernih, h, bole boleh h lakuka lakukan n taruk tarukan an pada pada kulit kulit kelop kelopak ak bawah bawah dengan plester sepanjang siang dan malam agar bulu mata tidak mengenai kornea atau boleh lagsung dirujuk ke SEC 2. Bila dilakukan tarikan pada kulit dengan plester, observasi selama 3 bulan. Bila terjadi perbaikan posisi bulu mata, boleh tidak dirujuk. Bila setelah 3 bulan keadaan menetap, rujuk ke SE. Bila pada pemeriksaan pertama sudaha ada kekeruhan pada kornea, rujuk ke SEC. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Bila Bila korn kornea ea masi masih h jern jernih ih,, bole boleh h laku lakuka kan n taru taruka kan n pada pada kuli kulitt kelo kelopa pak k bawa bawah h dengan plester sepanjang siang dan malam agar bulu mata tidak mengenai kornea 2. Bila Bila suda sudah h terda terdapa patt epite epitelio liopa pati ti tetap tetapii umur umur pasie pasien n masih masih dibawa dibawah h 1 tahu tahun, n, lakukan tarikan pada kulit kelopak seperti diatas. Observasi selama kurang lebih 3 bulan, bila terdapat perbaikan tidak perlu dilakukan tindakan. Bila tidak terdapat perbaika perbaikan n atau sudah sudah terdapa terdapatt epiteli epiteliopa opati ti dengan dengan atau tanpa tanpa neovask neovaskular ularisas isasi, i, boleh lakukan koreksi epiblefaron dengan melakukan eksisi kulit dan fiksasi tarsus sedemikian sampai arah bulu mata tidak mengenai kornea lagi atau rujuk ke TEC. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) Seperti pada SEC
OBSTRUKSI DUKTUS NASO-LAKRIMAL KONGENITAL Yang dimaksud adalah obstruksi duktus naso lakrimal yang terjadi sejak lahir. Tanda dan gejala Mata berair dan ada sekret Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Pemeriks Pemeriksaan aan denga dengan n senter senter dan lup, lup, tampak tampak mata mata berair. berair. 2. Pada saat daerah sakus lakrimal ditekan dengan jari/cotton bud akan tampak regurgitasi sekret dari punctum lakrimal. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Pemeriks Pemeriksaan aan denga dengan n senter senter dan lup lup ,tampak ,tampak mata mata berair. berair. 2. Pada saat daerah sakus lakrimal ditekan dengan jari/cotton bud akan tampak regurgitasi sekret dari punctum lakrimal. 3. Nila Nila bayi ayi suda sudah h beru berumu murr diat diatas as 3 bula bulan, n, deng dengan an test test anel anel akan akan tamp tampak ak regurgitasi.
Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC)
48
TERBATAS Dilakukan pemeriksaan dasar dan penunjang penunjang seperti pada SEC, ditambah ditambah pemeriksaan pemeriksaan dacryocystography untuk mengetahui apakah sakus sudah dilatasi. Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Bila bayi dibawah 3 bulan, beri tetes antibiotik topikal selama 5-7 hari. 2. Pengas Pengasuh, uh, dan/atau dan/atau orang orang tuanya diberi diberi tahu cara melakuka melakukan n massage massage pada sakus lakrimal. 3. Bila bayi sudah beumur diatas 3 bulan dan mata masih berair dan ada sekret, rujuk ke SEC. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Bila bayi sudah berumur diatas 3 bulan, lakukan irigasi dari punctum lakrimal superior/ superior/infe inferior rior agar agar membran membrane e Hassner Hassner terbuka terbuka.. Beri tetes tetes antibiot antibiotik ik dengan dengan steroid selama 3-5 hari. 2. Bila setelah dilakukan 3 kali tindakan diatas berturut-turut tiap 2 minggu tetapi masih berair dan banyak sekret, lakukan probing dalam narkose. 3. Bila tes anel masih masih menunjukka menunjukkan n regurgitasi, regurgitasi, lakukan lakukan pematahan pematahan konkha inferior. inferior. 4. Bila setelah dilakukan tindakan diatas mata masih berair dan banyak sekret, rujuk ke TEC. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Bila sakus sakus belum belum dilatasi, dilatasi, lakukan lakukan probing pematahan pematahan konkha konkha inferior. 2. Bila Bila saku sakus s suda sudah h dila dilata tasi si akan akan teta tetapi pi sekr sekret et masih asih bany banyak ak,l ,lak akuk ukan an dacryocistorhinostomi (DCR). 3. Bila terdapat terdapat kelainan kelainan kanalikulus kanalikulus atau atau mukosa mukosa hidung hidung tidak dapat dapat dijahit dijahit dengan dengan dinding sakus sewaktu melakukan operasi, pasang silicon lakrimal tube. 4. Sesuda Sesudah h operasi operasi beri antibiot antibiotika ika oral, oral, antibiot antibiotika ika dengan dengan steroid steroid tetes tetes mata, mata, analgetika, dan decongestan tetes hidung. Anti koagulan diberikan bila perlu. 5. Silicon Silicon tube tube diang diangkat kat 2-3 bulan bulan sesudah sesudah opera operasi. si.
LAGOFTALMUS KARENA PARESE FASCIALIS Lagoftalmus karena parese facialis terjadi akibat lumpuhnya otot orbicularis, sehingga pasien pasien tidak tidak dapat dapat menutup menutup kelopak kelopak mata mata atas dan bawah, bawah, menyeb menyebabka abkan n kornea kornea terpapar dengan segala akibatnya. Gejala dan tanda 1. Mata berair, berair, merah, merah, silau, silau, sakit, selalu selalu terbuka, terbuka, tidak tidak dapat dapat menutup menutup mata. mata. 2. Peng Penglih lihat atan an mun mungk gkin in bura buram. m. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Dengan Dengan lup dan senter, senter, pasien pasien disuruh disuruh menutup menutup kelopak kelopak matanya matanya dan terlihat terlihat tidak seluruh bolamata tertutup kelopak/tidak dapat menutup. 2. Kornea Kornea mung mungkin kin masih masih jernih jernih atau atau keruh keruh.. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) dan tersier (TEC) 1. Dengan slit lamp, periksa keadaan kornea, apakah masih jernih, atau terdapat infiltrat, atau ulkus kornea.
49
TERBATAS 2. Periksa juga apakah apakah ada kekendura kekenduran n pada pada tepi tepi kelopak kelopak bawah bawah (laxity). (laxity). Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Beri antibiotik salf mata 2. Tetes Tetes air mata mata buatan buatan sesering sesering mungkin mungkin.. 3. Rapatka Rapatkan n kelopak kelopak atas atas dan dan bawah bawah denga dengan n plester. plester. 4. Rujuk juk ke ke SE SEC. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Bila kornea kornea masuh masuh jernih, jernih, beri tetes tetes air mata mata buatan buatan sesering sesering mungkin. mungkin. Rapatkan Rapatkan kelopak atas dan bawah dengan plester bila pasien tidur. 2. Bila sudah sudah terjadi terjadi keratitis keratitis atau ulkus ulkus kornea, kornea, beri terapi terapi sesuai sesuai terapi keratitis keratitis atau ulkus kornea dan lakukan blefarorafi, atau rujuk ke TEC. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Laku Lakukan kan pemasan pemasanga gan n beba beban n emas emas pada pada kelop kelopak ak atas, atas, jahit jahitka kan n pada pada tarsu tarsus, s, berat beban disesuaikan agar kelopak atas dapat menutup. 2. Pada Pada kelopak kelopak bawah dengan dengan atau atau tanpa pengua penguatt fascia lata atau atau bahan sintetik sintetik atau tulang rawan telinga.
FRAKTUR BLOW OUT Fraktur blow out adalah fraktur pada dasar orbita tanpa atau disertai fraktur dinding medial orbita akibat trauma. Gejala dan tanda Penglihatan ganda, ada epistaksis setelah mata terkena trauma tumpul. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Enoftal Enoftalmus mus ringa ringan n atau atau berat berat dapat dapat timbu timbul. l. 2. Pada Pada pera peraba baan an mung mungki kin n terd terdap apat at krep krepit itas asii diba dibawa wah h kuli kulitt kelo kelopa pak k bawa bawah, h, terdapat hambatan gerak bola mata terutama kearah superior dan inferior. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Sepe Sepert rtii pada pada PEC. PEC. 2. Peme Pemerik riksa saan an Hirscb Hirscberg erg,, mung mungkin kin ortho ortho atau atau hipo hipotro trofi. fi. Ducti Duction on dan dan versio version, n, terdapat hambatan gerak bola mata kearah superior/inferior. 3. Peme Pemerik riksa saan an foto foto kepal kepala a posis posisii water waters, s, tamp tampak ak perse perselub lubun unga gan n pada pada sinus sinus maksillaris/etmoid, fraktur dasar orbita/dinding medial orbita. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Sepe Sepert rtii pad pada a SEC SEC 2. Dengan Dengan Hertel Hertel dilakukan dilakukan pengu pengukura kuran n besarnya besarnya enoftalm enoftalmus. us. 3. Peme Pemerik riksa saan an Hirscb Hirscberg erg,, mung mungkin kin ortho ortho atau atau hipo hipotro trofi. fi. Ducti Duction on dan dan versio version, n, terdapat hambatan gerak bola mata, pemeriksaan forced duction test positif. 4. CT-Scan menunjukkan adanya fraktur pada dasar orbita/dinding medial orbita dengan inkarserasi jaringan lunak pada daerah fraktur.
50
TERBATAS Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC), dan sekunder SEC Rujuk ke TEC Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Lakukan Lakukan rekonstr rekonstruksi uksi fraktur fraktur dengan dengan membeb membebaska askan n jaringan jaringan lunak lunak yang terjepit terjepit dan memasang implant sintetik atau tulang autograft pada daerah fraktur. 2. Sebaikn Sebaiknya ya dilakuka dilakukan n sebelum sebelum 2 minggu minggu setelah setelah trauma trauma..
TUMOR ORBITA Tumor orbita adalah massa yang berada dirongga orbita, dapat berasal primer dari jaringa jaringan n lunak lunak orbita orbita atau merupakan merupakan metasta metastasis-i sis-inva nvasi si dari organ organ lain tubuh tubuh dan palpebra/konjungtiva. Setiap jaringan dapat berpotensi berubah pertumbuhan menjadi neoplasma. Di orbita terdapat jaringan yang secara embriologik berasal dari mesoderm dan neuroektoderm. neuroektoderm. Palpebra dan konjungtiva berasal dari ectoderm.jenis ectoderm.jenis tumornya dapat berifat jinak atau ganas, dan jenisnya dapat ditemui lebih dari 50 jenis tumor. Walaupun Walaupun hanya terdapat dalam frekwensi kecil, penyakit neoplasma neoplasma pada mata cukup meni menimb mbul ulka kan n masa masala lah h kare karena na angk angka a kehi kehila lang ngan an taja tajam m peng pengli liha hata tan n ting tinggi gi jika jika dibandingkan dibandingkan dengan kelainan kelainan atau penyakit mata lainnya. Tumor mata mengakibatkan mengakibatkan cacat cacat kosme kosmetik tik,, bahka bahkan n kemat kematian ian.. Pend Penderi erita ta tumo tumorr orbita orbita memp mempun unya yaii progn prognosi osis s buruk.pa buruk.pada da penelit penelitian ian Riyanto Riyanto didapatk didapatkan an angka angka kelangs kelangsuga ugan n hidup hidup tumor tumor orbita orbita sebesar 84,62%. Prognosis penderita diperburuk akibat keterlambatan datang berobat. Data dirumah sakit menunjukkan menunjukkan bahwa keterlambatan penderita dalam upaya mencari peng pengob obata atan n sebag sebagai ai akiba akibatt faktor faktor sosio sosio-ek -ekon onom omii sebe sebesar sar 35%, 35%, ketid ketidak ak tahua tahuan n penderita mengenai mata dapat terkena tumor sebesar 31,60%, dan yang disebabkan oleh keterlambatan oleh dokter atau paramedic dalam merujuk atau ketidak tepatan peng pengob obata atan n sebes sebesar ar 34,40 34,40%. %. Kesul Kesulita itan n atau atau masal masalah ah lain lain yang yang diha dihada dapi pi adala adalah h pembuatan diagnosis tumor orbita, akibat lokasi massa yang terkungkung oleh tulang cranial dan berada diantara jaringan lunak serta bola mata-suatu organ yang memiliki fungsi yang vital bagi manusia. Tumor orbita menjadi sulit di jangkau oleh pemriksaan klinis sehingga dibutuhkan pemeriksaan penunjang. Gejala dan tanda Pemeriksaan klinis Pemeriksaan klinis meliputi: 1. Identitas (sex, umur {anak,dewasa muda/tua}, pekerjaan {indoors/outdoors} ) 2. Anamnesis sis: a. Adanya pe penonjolan ma mata at atau luka/benjolan pa pada ke kelopak ma mata yang tak menyembuh. b. Lama gejala: akut atau kronis. c. Tajam penglihatan: tetap atau menurun. d. Penglihatan ganda : ada atau tidak. e. Rasa sakit: ada atau tidak. 3. Pemeriksaan visus: a. Penurunan visus yang tidak dapat dikoreksi pada mata sakit. b. Adanya hiperopia. 4. Pemeriksaan oftalmologi: a. Segmen an anterior, no normal at atau ad ada ke kelainan (n (nodul pa pada ir iris, heteromia iris).
51
TERBATAS b. Segmen po p osterior, no n ormal at atau ad ada ke kelainan (s ( star fi f igure di di macula atau lipatan {fold} di koroid, papil atropi/edema). 5. Peme Pemeri riks ksaa aan n orbi orbita ta:: Inspeksi, adanya proptosis, arah proptosis, gangguan gerak mata partial/total, arah haba habatan tan gerak gerak,, keada keadaan an jaring jaringan an disek disekita itarny rnya a sepe seperti rti tand tanda a rubor; rubor; peleb pelebara aran n palpe palpebra bra atau atau fissu fissure re palpe palpebra bra;; palp palpasi asi,, terab teraba/t a/tid idak ak terab teraban anya ya tumo tumor;r r;rab abaa aan n kenyal/keras/lunak; dapat digerakkan dari dasar/tidak; pulsasi, ada bruit/tidak. 6. Pemeriksaan fisik: adanya benjolan/keluhan kronis pada organ lain. 7. Pemeriksaan penunjang radiologi a. Foto orbita baku b. USG c. CT-Scan d. Arteriografi e. MRI 8. Pemeriksaan penunjang khusus a. Laboratorium b. Penanda ganas 9. Pemeriksaan fisik Mencari adanya tumor di organ lain tubuh 10. Pemeriksaan patologi anatomi a. Potong beku b. Pato Patolog logii paraf paraffin fin blok blok c. Pewarna Pewarnaan an khusus khusus imunoh imunohisto istokimi kimia. a. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Identita Identitas: s: umur umur (anak, (anak, dewa dewasa sa muda, muda, dan dan tua) tua) 2. Anamne Anamnesis sis (mata menonjo menonjol/be l/benjol njolan an atau ulkus ulkus di kelopak kelopak mata dan putih putih mata, mata, lama gejala, penglihatan ganda, rasa nyeri, dan penurunan visus). 3. Pemeriks Pemeriksaan aan mata mata tanp tanpa a slit slit lamp: lamp: a. Terlihat adanya benjolan/ulkus di palpebra konjungtiva dengan permukaan benjol-benjol pada usia tua, tidak menyembuh dengan pengobatan antibiot antibiotika, ika, dengan dengan lama gejala gejala yang kronis-di kronis-diagn agnosis osis tumor tumor ganas ganas epithel epithel adne adneksa ksa (basal (basaliom ioma;k a;kars arsino inoma ma sel sel skuam skuamosa osa;; aden adenok okars arsino inoma ma kelen kelenjar jar meibom; atau melanoma maligna). b. Teraba ma massa di di or orbita de dengan lo lokasi te tertentu, me menunjukkan lebar fissure yang melebar, gejala dirasakan lebih dari 1 tahun, dan usia dewasa muda-diagnosis tumor primer orbita jinak. c. Adanya ke keluhan ra rasa ny nyeri di disertai ta tanda me meradang di disekitar massa tumor, gejala dirasakan akut (kurang 1 tahun), dan umur tua-diagnosis tumor primer orbita ganas. Jika gejala diderita oleh semua umur dapat dipikirkan suatu proses inflamasi. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Identita Identitas: s: umur umur (anak, (anak, dewa dewasa sa muda, muda, dan dan tua) tua) 2. Anamne Anamnesis sis (mata menonjo menonjol/be l/benjol njolan an atau ulkus ulkus di kelopak kelopak mata dan putih putih mata, mata, lama gejala, penglihatan ganda, rasa nyeri, dan penurunan visus). 3. Pemeriks Pemeriksaan aan mata mata deng dengan/ an/ tanpa tanpa slit slit lamp: lamp: a. Terlihat adanya benjolan/ulkus di palpebra konjungtiva dengan permukaan benjol-benjol pada usia tua, tidak menyembuh dengan pengobatan antibiot antibiotika, ika, dengan dengan lama gejala gejala yang kronis-di kronis-diagn agnosis osis tumor tumor ganas ganas epithel epithel 52
TERBATAS adne adneksa ksa (basal (basaliom ioma;k a;kars arsino inoma ma sel sel skuam skuamosa osa;; aden adenok okars arsino inoma ma kelen kelenjar jar meibom; atau melanoma maligna). b. Teraba ma massa di di or orbita de dengan lo lokasi te tertentu, me menunjukkan lebar fissure yang melebar, gejala dirasakan lebih dari 1 tahun, dan usia dewasa muda-diagnosis tumor primer orbita jinak. c. Adanya ke keluhan ra rasa ny nyeri di disertai ta tanda me meradang di disekitar massa tumor, gejala dirasakan akut (kurang 1 tahun), dan umur tua-diagnosis tumor primer orbita ganas. Jika gejala diderita oleh semua umur dapat dipikirkan suatu proses inflamasi. 4. Peme Pemeri riks ksaa aan n orbi orbita ta:: Pengukuran adanya proptosis dengan menggunakan alat Hertel atau penggaris di kantus lateral ke ujung kornea. 5. Pemeriksaan penunjang radiologi: Foto Foto orbi orbita ta baku baku-p -pa ada tum tumor prim primer er orbi orbita ta jina jinak k diha dihara rapk pkan an gamb gambar aran an perselubungan, phlebolith, atau pembesaran rongga orbita, pada tumor primer orbita ganas dan metastasis/invasi diharapkan gambaran destruksi tulang. 6. Peme Pemerik riksa saan an patol patolog ogii anatom anatomi: i: a. Benjolan/ulkus di palpebra-konjungtiva yang meragukan kegana keganasan san dapat dapat dilakuka dilakukan n biopsi biopsi eksisi/in eksisi/insisi sisi untuk untuk specimen specimen pemerik pemeriksaa saan n patologi anatomi. b. Massa or orbita ya yang mu mudah te teraba da dapat di dilakukan ti tindakan biopsi insisi sebagai bahan specimen pemeriksaan patologi anatomi. Perha Perhatia tian n khus khusus: us: untuk untuk tumor tumor yang yang berlo berloka kasi si di kelen kelenja jarr lakr lakrima imall tidak tidak diperke diperkenank nankan an untuk untuk melakuk melakukan an biopsi biopsi insisi. insisi. Tindaka Tindakan n yang yang dianjurk dianjurkan an adalah biopsi eksisi (intoto) melalui orbitotomi lateral . lateral . Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Identita Identitas: s: umur umur (anak, (anak, dewa dewasa sa muda, muda, dan dan tua) tua) 2. Anamne Anamnesis sis (mata menonjo menonjol/be l/benjol njolan an atau ulkus ulkus di kelopak kelopak mata dan putih putih mata, mata, lama gejala, penglihatan ganda, rasa nyeri, dan penurunan visus). 3. Pemeriks Pemeriksaan aan mata mata deng dengan/ an/ tanpa tanpa slit slit lamp: lamp: a. Terlihat adanya benjolan/ulkus di palpebra konjungtiva dengan permukaan benjol-benjol pada usia tua, tidak menyembuh dengan pengobatan antibiot antibiotika, ika, dengan dengan lama gejala gejala yang kronis-di kronis-diagn agnosis osis tumor tumor ganas ganas epithel epithel adne adneksa ksa (basal (basaliom ioma;k a;kars arsino inoma ma sel sel skuam skuamosa osa;; aden adenok okars arsino inoma ma kelen kelenjar jar meibom; atau melanoma maligna). b. Teraba ma massa di di or orbita de dengan lo lokasi te tertentu, me menunjukkan lebar fissure yang melebar, gejala dirasakan lebih dari 1 tahun, dan usia dewasa muda-diagnosis tumor primer orbita jinak. c. Adanya ke keluhan ra rasa ny nyeri di disertai ta tanda me meradang di disekitar massa tumor, gejala dirasakan akut (kurang 1 tahun), dan umur tua-diagnosis tumor primer orbita ganas. Jika gejala diderita oleh semua umur dapat dipikirkan suatu proses inflamasi. 4. Peme Pemeri riks ksaa aan n orbi orbita ta:: a. Pengukuran ad adanya pr proptosis de dengan me menggunakan al alat He Hertel. b. Arah terdorongnya bola mata: bola mata ke nasal bawah:massa temporal temporal atas (kelenja (kelenjarr lakrimal) lakrimal) usia muda, muda, pertumb pertumbuha uhan n lambat: lambat: benign benign mixed tumor usia muda/tua, pertumbuhan cepat: adenoid kistik karsinoma atau atau kegan keganasa asan n lain lain bola bola mata mata ke inferi inferior: or: massa massa berad berada a di supe superio riorrumumnya neurilemmoma atau kista dermoid di bola mata terdorong infero53
TERBATAS
5.
6.
7. 8.
1. 2.
temporal temporal:: massa massa berada berada di nasal nasal tumor tumor beasal beasal dari sinus frontal, frontal, dapat dapat mukokel atau keganasan dari epithel sinus (karsinoma sel skuamosa) bola mata terdorong aksial: massa berada di konus-umumnya tumor dari saraf optik terutama pada penderita usia muda, antara lain glioma,meningioma, dan dapat hemangioma kavernosa bola mata terdorong ke superior: massa berasal dari inferior kebanyakan tumor ganas berasal dari sinus maksilla atau jaringan penunjang. c. Kuadran lokasi massa berada berlawanan dengan arah terdorongnya bola mata tumor sesuai dengan jaringan/organ yang berada di kuadran tersebut. d. Ganguan gerak bola partial, tempat hambatan m en enunjukkan lokasi tumor (kuadaran lokasi) e. Pemeriksaan pulsasi: bila positif-tumor dapat berupa neurofibroma atau jika diketahui didahului trauma/hipertensi pada orang tua dapat differensiasi dengan arteri-vena fistula. f. Jika tu tumor da dapat di diraba, di dinilai ke kekenyalannya. Ji Jika te teraba lu lunak dapat dicurigai tumor bersifat ganas. Pemeriksaan penunjang radiologi: a. USG: pemeriksa pemeriksaan an tidak tidak invasive,pen invasive,penilaian ilaian lebih lebih dititik dititik beratkan beratkan pada ada tida tidakn knya ya tumo tumorr dan dan refl reflek ek tumo tumor. r. Peme Pemeri riks ksaa aan n USG USG suka sukarr untu untuk k mendifferensiasikan jenis tumor. b. CT-Scan: CT-Scan: pemeri pemeriksaa ksaan n ini cukup untuk untuk mendiag mendiagnosi nosis s tumor orbita orbita serta memb memban antu tu untu untuk k pene penent ntua uan n pena penata tala laks ksan anaa aan n sela selanj njut utny nya. a. Untu Untuk k membedakan sifat tumor, jinak atau ganas dengan menilai batas tumor. c. Pemeriksaan MRI dan arteriografi pada kasus khusus yang mencurigai fistula atau ingin mengetahui tumor berasal dari saraf optik. Peme Pemerik riksa saan an labo laborat ratori orium um:: Pemeriksaan ini sangat membantu dalam membedakan sifat ganas tumor. Akan tetapi pemeriksaan penanda ganas tidak ada yang spesifik untk tumor orbita, tetap tetapii deng dengan an pena penand nda a gana ganas s asam asam siala sialatt menu menunju njukka kkan n nilai nilai kada kadarr yang yang berbeda bermakna. Pemeriksaan Pemeriksaan fisik: untuk mencari adanya keganasan keganasan atau metastasis. metastasis. Peme Pemerik riksa saan an patol patolog ogii anatom anatomi: i: a. Benjola Benjolan/ul n/ulkus kus di palpebra palpebra konjung konjungtiva tiva yang meraguk meragukan an kegana keganasan san dapat dapat dilakuka dilakukan n biopsi biopsi eksisi eksisi untuk untuk specime specimen n pemerik pemeriksaan saan patolog patologii anatomi. b. Massa orbita yang mudah teraba dapat dilakukan tindakan biopsi insisi sebagai sebagai bahan bahan specime specimen n pemerik pemeriksaan saan patologi patologi anatom anatomi, i, kecuali kecuali bila lokasi di daerah kelenjar lakrimal.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan tumor orbita dapat terbagi menjadi tiga, yaitu: Non Non bedah: pengobatan tan dengan stero teroid id Pembedahan: a. Biopsi eksisi/insisi. b. Eksisi luas dan rekonstruksi. c. Enukleasi dengan/tanpa dermofatgraft d. Orbitotomi lateral. e. Osteoplasti orbitotomi transkranial. 3. Pengobatan Pengobatan tambahan tambahan (adjuvant therapy): radiasi dan sitostatika.
54
TERBATAS
Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Jika Jika dicur dicuriga igaii tumo tumorr jinak jinak dan dan diag diagno nosis sis dibu dibuat at pseud pseudotu otumo morr dapa dapatt diberi diberika kan n peng pengob obat atan an ster steroi oid d oral oral,, sepe sepert rtii pred predni niso sone ne dosi dosis s ting tinggi gi 12-1 12-16 6 tabl tablet et (2 mg/kgBB)setiap hari selama 2minggu, kemudian diturunkan secara bertahap. Jika tidak berhasil sebaiknya penderita dirujuk. 2. Pada Pada tumor epithel epithel adneksa, adneksa, berukur berukuran an kecil dan diduga diduga jinak, jinak, dapat dilakuka dilakukan n ekstirpasi dengan meninggalkan jaringan sehat. Pada tumor epithel yang dicurigai gana ganas, s, dapa dapatt dilak dilakuka ukan n eksisi eksisi deng dengan an memp memperh erhati atikan kan jaring jaringan an sehat sehat yang yang ditinggalkan. Pemeriksaan dilanjtkan dengan pemeriksaan patologi jaringan tumor. Jika diagnosis meragukan, sebaiknya dirujuk. 3. Jika Jika merag meraguka ukan n mela melakuk kukan an tinda tindaka kan, n, terut terutam ama a pada pada tumo tumorr orbita orbita,, baik baik jinak, jinak, ganas, ataupun metastasis/invasi, sebaiknya langsung dirujuk. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Jika Jika dicur dicuriga igaii tumo tumorr jinak jinak dan dan diag diagno nosis sis dibu dibuat at pseud pseudotu otumo morr dapa dapatt diberi diberika kan n peng pengob obat atan an ster steroi oid d oral oral,, sepe sepert rtii pred predni niso sone ne dosi dosis s ting tinggi gi 12-1 12-16 6 tabl tablet et (2 mg/kgBB)setiap hari selama 2minggu, kemudian diturunkan secara bertahap. Jika tidak berhasil sebaiknya penderita dirujuk. 2. Pada Pada tumor epithel epithel adneksa, adneksa, berukur berukuran an kecil dan diduga diduga jinak, jinak, dapat dilakuka dilakukan n ekstirpasi dengan meninggalkan jaringan sehat. Pada tumor epithel yang dicurigai gana ganas, s, dapa dapatt dilak dilakuka ukan n eksisi eksisi deng dengan an memp memperh erhati atikan kan jaring jaringan an sehat sehat yang yang ditinggalkan. Pemeriksaan dilanjtkan dengan pemeriksaan patologi jaringan tumor. Jika diagnosis meragukan, sebaiknya dirujuk. 3. Jika meraguka meragukan n melakuk melakukan an tindaka tindakan, n, terutama terutama pada pada tumor tumor orbita, orbita, baik baik jinak, jinak, ganas, ataupun metastasis/invasi, sebaiknya langsung dirujuk. Jika memungkinkan dapat dilakukan tindakan biopsi insisi untuk pemeriksaan patologi. 4. Peneta Penetalaks laksanaa anaan n selanjtn selanjtnya ya dapat dirujuk dirujuk untuk untuk tindaka tindakan n pembed pembedaha ahan, n, radiasi, radiasi, ataupun sitostatika. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Jika Jika dicur dicuriga igaii tumo tumorr jinak jinak dan dan diag diagno nosis sis dibu dibuat at pseud pseudotu otumo morr dapa dapatt diberi diberika kan n peng pengob obat atan an ster steroi oid d oral oral,, sepe sepert rtii pred predni niso sone ne dosi dosis s ting tinggi gi 12-1 12-16 6 tabl tablet et (2 mg/kgBB)setiap hari selama 2minggu, kemudian diturunkan secara bertahap. Jika tidak tidak berha berhasil sil dapa dapatt dibe diberik rikan an sitos sitostat tatika ika agen agentt sepe seperti rti chlora chloramb mbuci ucil.d l.den enga gan n pengawasan ahli hematology. 2. Pada Pada tumor epithel epithel adneksa, adneksa, berukur berukuran an kecil dan diduga diduga jinak, jinak, dapat dilakuka dilakukan n ekstirpasi dengan meninggalkan jaringan sehat. Pada tumor epithel yang dicurigai gana ganas, s, dapa dapatt dilak dilakuka ukan n eksisi eksisi deng dengan an memp memperh erhati atikan kan jaring jaringan an sehat sehat yang yang ditinggalkan. Pada tumor yang lebih luas, eksisi dengan rekonstruksi. Pada tumor yang lanjut dan telah berinvasi ke orbita dilakukan tindakan pembedahan radikal eksenterasi orbita. Pengobatan tambahan radiasi atau sitostatika dapat diberikan. Pada tumor konjungtiva, karsinoma sel skuamosa stadium 1 setelah ekstirpasi tumor dapat dapat dilanjut dilanjutkan kan dengan dengan pemberi pemberian an mitomyci mitomycin. n. Pemerik Pemeriksaan saan patologi patologi jaringan jaringan tumor harus dilakukan. 3. Pada Pada tumor tumor orbita, orbita, baik jinak, jinak, ganas, ganas, ataupun ataupun metasta metastasis/i sis/invas nvasii sebaikny sebaiknya a dilakuka dilakukan n tindakan tindakan biopsi biopsi insisi insisi untuk untuk pemerik pemeriksaan saan patologi patologi.. Penatal Penatalaksa aksanaa naan n sebelumnya dengan melakukan pemeriksaan penunjang, terutama CT-Scan untuk mengetahui dengan tepat lokasi tumor.
55
TERBATAS
4. Selanjutnya Selanjutnya dapat dilakukan pembedahan, pembedahan, jenis pembedahan sesuai dengan lokasi dan jenis tumor. Pemberian terapi tambahan radiasi dan sitostatika dapat diberika diberikan n sesuai sesuai kebutuh kebutuhan an dan sesuai sesuai dengan dengan patogen patogenesa esa jenis jenis tumor, tumor, dengan dengan kerja sama antar disiplin. DIABETIC RETINOPATI Diabetic retinopati adalah suatu mikroangiopati mikroangiopati yang mengenai mengenai prekapiler retina, kapiler dan venula, venula, sehingg sehingga a menyeb menyebabka abkan n oklusi oklusi mikrova mikrovaskul skuler er dan kebocora kebocoran n vaskuler vaskuler,, akibat kadar gula darah yang tinggi dan lama. Terapi yang ada saat ini adalah laser fotokoag fotokoagula ulasi, si, vitrekto vitrektomi mi dan krioterap krioterapi. i. Hasil Hasil pengob pengobatan atan laser laser fotokoag fotokoagulas ulasii lebih lebih kearah mempertahankan penglihatan yang dibandingkan memperbaiki. Terapi vitrektomi lebih keaah memperbaiki memperbaiki kerusakan yang ada, dengan prognosis tergantung kerusakan yang ada. Kontrol gula darah penting untuk memperlambat proses. Diabetic retinopati akan akan selal selalu u timbu timbul, l, umum umumnya nya lebih lebih diatas diatas 5 tahun tahun,, walau walaupu pun n gula gula darah darah selal selalu u terkontrol. Gejala 1. 2. 3.
dan tanda klinis Riwayat Riwayat kencing kencing manis manis (NIDDM/I (NIDDM/IDDM) DDM) Mata tena tenang ng denga dengan n atau tanp tanpa a penuruna penurunan n visus. visus. Berubah Berubahnya nya ukuran ukuran kacam kacamata ata dalam dalam waktu waktu yang yang singkat. singkat. 4. Bilik mata depan (BMD) tenang, tapi dapat ditemukan tanda peradangan ringan seperti flare dan sel ringan. 5. Pada keadaan berat dapat dapat ditemukan ditemukan neovaskularisa neovaskularisasi si iris (rubeosis (rubeosis iridis). 6. Refl Reflek ek caha cahaya ya pada pada pupi pupill norm normal al,, pada pada keru kerusa saka kan n reti retina na yang yang luas luas dapa dapatt ditemukan RAPD (Relative Aferen Pupillary Defect), penurunan reflek pupil pada cahaya langsung dan tal langsung normal. 7. Vitreus Vitreus jernih, jernih, dalam keadaa keadaan n berat dapat dapat ditemukan ditemukan perdarah perdarahan an dan jaringan jaringan fibro vascular. 8. Retina dapat ditemukan perdarahan pre, intra, dan subretina, subretina, eksudat keras dan lunak, pelebaran vena, mikro aneurisma dan neovascularisasi neovascularisasi di papil atau ditempat lain di retina.
Evaluasi Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan pada semua penderita diabetes pada saat pertama kali datang. Pemerik Pemeriksaan saan meliputi meliputi pemerik pemeriksaan saan visus, visus, tekanan tekanan bola mata, mata, segmen segmen anterior anterior dan segmen posterior. Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Anamnesis Anamnesis semua semua penderita penderita diabetes diabetes mengenai mengenai keluhan keluhan penglihatan penglihatan 2. Pemeriks Pemeriksaan aan visus visus denga dengan n snelle snellen n chart chart 3. Pemeriks Pemeriksaan aan TIO TIO denga dengan n tonom tonometri etri Schiotz Schiotz 4. Pemeriksaan Pemeriksaan reflek reflek cahaya cahaya pada pupil baik baik langsung langsung maupun maupun tidak tidak langsung. langsung. 5. Pemeriks Pemeriksaan aan funduskop funduskopii dengan dengan menggun menggunaka akan n oftalmo oftalmoskop skop direk, direk, apakah ada perdarahan, eksudat, atau kekeruhan vitreus Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Pemeriks Pemeriksaan aan mata dasar dasar meliputi meliputi visus, TIO, keduduk kedudukan an bola mata, mata, pergerakan pergerakan bola mata, segmen anterior dan posterior.
56
TERBATAS 2. Peme Pemerik riksa saan an segm segmen en ante anterio riorr deng dengan an meng menggu guna nakan kan slit slit lamp lamp untuk untuk melih melihat at apakah apakah ada epitelio epiteliopati pati kornea, kornea, flare dan sel BMD, RAPD, neovask neovaskular ularisas isasii iris, tingkat kekeruhan lensa, kekeruhan vitreus. 3. Pemeriksaan segmen posterior dengan menggunakan oftalmoskop indirek, untuk melihat kekeruhan vitreus karena perdarahan atau adanya jaringan fibro-vaskular, perdarah perdarahan an retina, retina, eksudat eksudat,, pelebara pelebaran n vena, vena, intra retinal retinal mikrova mikrovascul scular ar anomaly anomaly (IRMA) dan neovaskularisasi. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) Selain pemeriksaan mata dasar dilakukan penunjang antara lain: 1. Fundus fluorescence fluorescence Angiograp Angiography hy (FFA),dilakuka (FFA),dilakukan n apabila apabila ada ada indikasi. indikasi. 2. USG, USG, bila terdapa terdapatt kekeruhan kekeruhan media media dan dan fundus fundus tidak tembu tembus. s. 3. ERG. Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Selksi pasien, ada diabetes atau tidak. Bila ditemukan adanya diabetes melitus, pasie pasien n dikon dikonsul sulkan kan ke dokte dokterr spesia spesialis lis penya penyakit kit dala dalam m untuk untuk meng mengon ontro troll gula gula darahnya dan apabila dari anamnesis penyakit diabetes diderita sudah lebih dari 2 evaluasi lebih lanjut. Apabila diabetes diderita kurang dari 2 tahun, pasien pasien dikonsul bilamana keadaan memungkinkan. 2. Apabila dari anamnesis tidak diketahui lamanya diabetes diderita. 3. Apab Apabil ila a fund fundus usko kopi pi ters tersed edia ia dan dan gamb gambar aran an fund fundus us dapa dapatt dini dinila lai, i, adan adanya ya retinopati merupakan indikasi untuk rujukan ke tingkat yang lebih tinggi. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Sepe Seperti rti tinda tindaka kan n pada pada PEC PEC.. 2. Pasien Pasien dengan dengan diabetic diabetic retinop retinopati ati stadium stadium non prolifera proliferatif(N tif(NPDR) PDR) ringan ringan dan sedang, dievaluasi setiap 3 bulan kontrol gula darah dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam. 3. Pasien dengan NPDR berat, berat, yaitu apabila ditemukan ditemukan salah satu dibawah dibawah ini: ini: a. Perdarahan intra retina 4 kwadran b. Pelebaran vena 2 kwadran. c. Intra retina mikrovaskular ab abnormalism 1 kwadran. Pasien dirujuk ke pelayanan kesehatan mata tertier. 4. Pasie Pasien n deng dengan an prolif prolifera eratif tif diabe diabetic tic retin retinop opati ati (PDR), (PDR), yaitu yaitu deng dengan an adan adanya ya perdarahan vitreus dan pertumbuhan jaringan fibro vascular di vitreus, dirujuk ke pelayanan kesehatan mata tersier. 5. Apabila Apabila ditemuka ditemukan n katarak yang mempers mempersulit ulit evaluasi evaluasi segmen segmen posterior, posterior, dapat dapat dilakuka operasi,dengan penjelasan akan prognosis penglihatan dan kemungkinan retinopati bertambah berat setelah operasi. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Sepe Seperti rti tinda tindaka kan n pada pada SEC SEC 2. Pasien dengan NPDR berat berat dengan/tan dengan/tanpa pa CSME, CSME, dilakukan dilakukan terapi terapi fotokoagulasi fotokoagulasi laser 3. Operasi Operasi vitrektomi vitrektomi dilakukan dilakukan apabila apabila terdapa terdapatt perdarah perdarahan an vitreus,per vitreus,pertum tumbuh buhan an jaringan fibrovaskular di retina, persistent macular edema dan ablasio retina traksi.
57
TERBATAS
DEGEN DEGENERA ERASI SI MACULA MACULA KAREN KARENA A USIA USIA (age (age Relat Related ed Macul Macular ar Degen Degenera eratio tion n [ARMD]) Defenisi secara umum adalah kerusakan macula degeneratif pada usia diatas 50 tahun. Terdapat 2 bentuk yaitu tipe basah (20%) dan tipe kering (sekitar 80%). Tipe basah merupakan tipe yang lebih progresif, yang dapat menimbulkan kerusakan macula dan menyebabkan menyebabkan kebutaan permanent permanent apabila berlangsung tanpa pengobatan. pengobatan. Kerusakan tersebut terjadi dalam sekitar 2 minggu sejak ditemukan. Kerusakan pada salah satu mata berarti resiko timbul pada mata sebelahnya meningkat 10-12 % pertahun seiring bertambahnya usia, sehingga usia semakin tua resiko semakin tinggi. Faktor resiko adala adalah h usia usia lanju lanjutt (usia (usia semak semakin in lanju lanjutt resik resiko o sema semakin kin tingg tinggi), i), riway riwayat at kelua keluarga rga,, merokok, hipertnsi, dan hipermetropia.
Gejala dan tanda klinis Geala klinis 1. Kehilan Kehilangan gan pengliha penglihatan tan sentral/pa sentral/parase rasentra ntrall secara secara bertahap, bertahap, pada tipe basah berlangsung berlangsung lebih cepat (sekitar 2 minggu). Kehilangan Kehilangan ini dapat berlangsung berlangsung tanpa gejala gejala apabila apabila penderi penderita ta tidak tidak menyad menyadari, ari, terutam terutama a bila penglih penglihatan atan pada pada mata mata sebelahnya masih baik. 2. Pada Pada kondisi kondisi awal, awal, penderita penderita mengeluh mengeluh melihat melihat benda/ga benda/garis ris lurus melengk melengkung ung (metamorfopsia) dan akan lebih jelas bila menggunakan uji Amsler. Tanda klinis 1. Pada Pada kondisi kondisi awal, pada fundusk funduskopi opi ditemuka ditemukan n lesi di macula macula berupa berupa drusen, drusen, pengumpulan pigmen epitel retina (RPE) di retina luar, atropi RPE, atropi geografik, atau tau les lesi neovas vaskul kular (ch (choroid roida al neovas vascula cularr membran rane [CNV [CNVM] M]), ), di macula/ macula/para paramac macula ula dan pada pada keadaa keadaan n lebih lebih lanjut lanjut timbul timbul skotoma skotoma/bin /bintik tik buta disentral/parasentral. 2. Pada Pada tipe tipe basah basah sering sering ditem ditemuk ukan an perda perdarah rahan an subret subretina ina,, eksud eksudat at subre subretin tina, a, fibrosis subretina (jaringan parut disciformis) atau perdarahan preretinal/subhyaloid hingga perdarahan vitreus. 3. Kelaina Kelainan n yang yang ditemu ditemukan kan umum umumnya nya bilat bilateral eral.. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Anam Anamne nesis sis meng mengen enai ai lama lama kejad kejadia ian, n, dan dan faktor faktor resiko resiko sepert sepertii diseb disebutk utkan an diatas diatas.. Kecuriga Kecurigaan an akan akan ARMD memerlu memerlukan kan uji pemerik pemeriksaan saan Amsler, Amsler, apabila apabila ditemuk ditemukan an metamor metamorfobs fobsia, ia, skotoma skotoma atau gambara gambaran n lain yang meragu meragukan kan maka maka kemung kemungkina kinan n ARMD harus harus disingki disingkirkan rkan sampai sampai terbukti terbukti tidak. tidak. Kesulita Kesulitan n akan akan timbul timbul apabila apabila ada katarak, mengingat penderita adalah usia diatas 50 tahun. Apabila ada kecurigaan, penderi penderita ta dirujuk dirujuk ke pelayan pelayanan an kesehata kesehatan n mata mata tersier tersier (TEC) (TEC) yang memiliki memiliki fasilitas fasilitas untuk diagnostic dan pengobatan. Setiap pemeriksaan harus diperiksa kedua mata. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) Melakukan evaluasi seperti pelayanan di PEC, ditambah dengan pemeriksaan fundus untuk untuk evaluasi evaluasi macula/ macula/pos posterio teriorr pole dengan dengan seksama seksama.. Pemerik Pemeriksaan saan menggu menggunaka nakan n fundusko funduskopi pi langsung langsung/tid /tidak ak langsun langsung, g, lensa lensa ‘conden ‘condensed sed’’ 60-90 60-90 D atau lensa lensa kontak kontak fundus. Pemeriksaan dengan fluoresens angiograpi atau kampimetri dapat dilakukan dilakukan
58
TERBATAS bila tersedia. Pemeriksaan di SEC sudah dapat menentukan apakah kasus tersebut memerlukan memerlukan tindakan lebih lanjut. Kasus dengan sikatriks macula luas (geografik atropi) dan tajam tajam penglih penglihatan atan yang yang buruk buruk sudah sudah tidak tidak memerlu memerlukan kan pemeriks pemeriksaan aan fluorese fluoresen n angiograpi (FA), kampimetri dan tidak perlu pengobatan. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) Melakuka Melakukan n tindakan tindakan seperti seperti di SEC, SEC, pemerik pemeriksaan saan FA, kampime kampimetri, tri, elektrof elektrofisio isiologi logi.. Angiogr Angiografi afi ICG dan OCT hanya hanya bila ada harapan harapan untuk untuk pengob pengobata atan/tin n/tindak dakan an lebih lebih lanjut.
Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) dan sekunder (SEC) Apabila tidak ada kecurigaan, kecurigaan, tetapi ada keluhan, penderita dapat melakukan uji Amsler sedikitn sedikitnya ya setiap setiap minggu minggu,, umumnya umumnya dengan meletakkan meletakkan kartu uji Amsler Amsler di depan depan cermin. Saat ini tidak ada pengobatan terpilih untuk ARMD, tetapi pemberian suplemen oral yang mengandung anti oksidan seperti vitamin A,C, dan E dan mineral ‘trace’seperti selen seleniu ium, m, zincu zincum m suda sudah h terbu terbukti kti berma bermanfa nfaat at sebelu sebelum m ada ada kerusa kerusaka kan, n, disam disampin ping g mengurangi faktor resiko seperti disebutkan sebelumnya. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) Melakuka Melakukan n tindakan tindakan sepeerti sepeerti pada pada PEC dan SEC. apabila apabila ditemukan ditemukan CNVM CNVM maka maka tindakan laser harus dilakukan dalam waktu selambat-lambatnya 72 jam setelah FA. Laser Laser Argon Argon hijau/hi hijau/hijau-b jau-biru, iru, diode diode hijau/m hijau/merah erah diberika diberikan n pada pada daerah daerah luar luar fovea fovea avascu avascular lar zone zone (FAZ). (FAZ). FAZ FAZ adala adalah h daera daerah h 500 500 mikron mikron di fovea fovea.. Lesi Lesi CNVM CNVM yang yang mengen mengenai ai daerah daerah FAZ memerlu memerlukan kan evaluas evaluasii seksama seksama tentang tentang tipe lesi, tipe klasik, klasik, terse tersemb mbun unyi yi (occu (occult) lt) atau atau camp campura uran, n, dan dan jenis jenis lainn lainnya ya sepe seperti rti pigme pigmen n epith epitheli elial al deta detach chme ment nt,, subr subret etin inal al hemo hemorr rrha hage ge,, dsb. dsb. Foto Fotody dyna nami mic c ther therap apy y (PDT (PDT)) hany hanya a diindikasikan pada lesi yang mengenai FAZ dan lesi klasiknya minimal mencapai 50%. Pada lesi tersembunyi campuran; pigmen apithelial detachment, subretinal hemorrhage; saat ini tindakan yang sudah dilaporkan bermanfaat adalah transpupillary thermotherapy (TTT) dan macular translocation surgery. Pada Pada pusat pusat layanan layanan dimana dimana tersedia tersedia laser Argon/di Argon/diode ode dan pasien pasien mempun mempunyai yai lesi CNVM yang mengenai fovea dengan ukuran lesi < 3,5 disc area, pengobatan laser therma thermall dapa dapatt dilak dilakuka ukan n jika jika pasie pasien n meno menola lak k untuk untuk tinda tindakan kan TTT/ TTT/ PDT/ PDT/ macu macular lar translocation
ENDOFTALMITIS Endofta Endoftalmit lmitis is adalah adalah infeksi infeksi intraoku intraokuler ler yang yang umumnya umumnya meliba melibatkan tkan seluruh seluruh jaringa jaringan n segmen anterior dan posterior mata. Penyakit ini berhubungan dengan proses infeksi (infectious endophthalmitis), atau kelainan non infeksi (non infectious endophthalmitis) seperti sisa massa lensa, substansi substansi toksik yang mengakibatkan mengakibatkan respons inflamasi (steril endophthalmitis). Penyakit ini umumnya didahului oleh trauma tembus pada bola mata, ulkus kornea perforasi, riwayat operasi intraokuler (seperti ekstraksi katarak, operasi filt filtra rasi si,, vitr vitrek ekto tomi mi). ). Endo Endoft ftal almi miti tis s dapa dapatt juga juga terj terjad adii seca secara ra endo endoge gen n akib akibat at mikroorganisme menyebar melalui darah (hematogen) dari sumber infeksi lain, terutama pada pada pasien pasien dalam dalam keadaa keadaan n imunoko imunokompro mpromis. mis. Angka Angka kejadia kejadian n endofta endoftalmit lmitis is pasca pasca operasi katarak di Negara maju adalah 0,1 %.
59
TERBATAS Gejala klinis 1. Penu Penurun runan an tajam tajam pen pengli gliha hatan tan 2. Mata Mata mera merah, h, ben bengka gkak, k, nyer nyeri. i. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Riwayat Riwayat trauma trauma tembus tembus bola mata, riwayat riwayat operasi operasi intraokul intraokuler er atau keadaan keadaan infeksi kornea yang memburuk yang ditemukan saat anamnesis. 2. Pemeriks Pemeriksaan aan tajam pengli penglihata hatan n dengan kartu kartu snellen snellen dan menggunaka menggunakan n pinhole. 3. Pemeriks Pemeriksaan aan dengan dengan lampu lampu senter senter dan lup untuk melihat melihat keadaan keadaan kornea, kornea, bilik bilik mata depan, dan penurunan refleks fundus. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Sepe Seperti rti pad pada a fasili fasilitas tas prim primer. er. 2. Pada Pada pasie pasien n pasca pasca opera operasi si intrao intraokul kuler, er, diseb disebut ut akut akut apab apabila ila endo endofta ftalmi lmitis tis ditemukan 1-14 hari pasca operasi an kronik setelah lebih 2 minggu. 3. TIO diukur diukur dengan dengan tonome tonometri tri Schiotz Schiotz apabil apabila a korne kornea a intak intak atau per palpa palpasi si apabila didapatkan keratitis/ulkus kornea. 4. Peme Pemeri riks ksaa aan n deng dengan an slit slit lamp lamp untu untuk k meni menila laii kead keadaa aan n korn kornea ea dan dan segm segmen en anterior lainnya: a. Keadaan luka operasi buruk, seperti jahitan longgar, wound gap, kebocoran luka operasi, phlebitis. b. Pada ke keratitis/ulkus ko kornea ya yang me menginfiltrasi ja jauh ke kedalam kornea, mencari kemungkinan adanya perforasi kornea atau abses kornea. c. Respon in inflamasi di di bi bilik ma mata de depan be berupa ce cells, fl flare, da dan hipopion. d. Plak putih di intraokuler e. Penurunan refleks fundus f. Reaksi in inflamasi di di vi vitreus be berupa ce cells, flflare, ap apabila ke keadaan retrolental masih dapat terlihat. 5. Pemeriksaan Pemeriksaan USG apabila media refraksi keruh untuk menilai segmen posterior. 6. Pemeriksaan tap vitreus dan cairan bilik mata depan dengan pewarnaan gram, KOH 10 % dan kultur agar darah, tioglikolat, dan saboraoud dan uji resistensi. 7. Pada Pada kasu kasus s endo endoft ftal almi miti tis s yang yang dise diseba babk bkan an oleh oleh ulku ulkus s korn kornea ea,, dila dilaku kuka kan n pemeriksaan kerokan korna dengan pewarnaan gram, KOH 10 % dan kultur agar darah, tioglikolat, dan saboraoud. 8. Pada kasus pasca trauma, dilakukan foto roentgen orbita untuk mencari benda asing intraokuler. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Sepe Seperti rti pada pada fasil fasilita itas s sekund sekunder. er. 2. Pemeriksaan CT-Scan pada kasus trauma tembus untuk mencari benda asing intraokuler. 3. Pemeriksaan metallocator untuk mencari benda asing metal intraokuler. Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Pada endoftalmitis diberikan antibiotik topikal dan sistemik spektrum luas. 2. Sege Segera ra rujuk rujuk ke ke spes spesial ialis is mata. mata.
60
TERBATAS
Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Pasien Pasien dirawat dirawat untuk untuk memban membantu tu menegakk menegakkan an diagnos diagnosis. is. 2. Endoftalmitis Endoftalmitis pasca operasi dan pasca trauma, diberikan antibiotik kombinasi kombinasi Gram positif positif (vankomi (vankomisin, sin, sefazoli sefazolin, n, sefotaxi sefotaxim) m) dan Gram negatip negatip (gentam (gentamisin isin,, tobram tobramisi isin, n, amika amikasin sin).i ).int ntrav ravitr itrea eall masin masing-m g-masi asing ng 0,1 ml. ml. intrav intraven ena a antib antibiot iotik ik spektrum luas (seftazidim, klaforan, dibeksin, gentamisin, tobramisin). 3. Bila disebab disebabkan kan oleh oleh ulkus ulkus kornea: kornea: a. Bila didapatkan bakteri dari pewarnaan Gram dan tidak ditemuka ditemukan n hifa jamur, jamur, berikan berikan antibio antibiotik tik tetes tetes mata mata gentami gentamisin, sin, tobrami tobramisin, sin, dibekasin fortified atau golongan kuinolon (ofloxacin, ciprofloxacin) tiap jam, anti biotic golongan fluro kuinolon per oral seperti ciprofloxacin 2 kali 750 mg. b. Bila ke kerokan ko kornea di didapatkan hi hifa ja jamur, be berikan te tetes ma mata natamisin 5% tiap jam, flukonazol (diflucan, solnazol) tiap jam, dan zalf mata natamisin 5% 3 kali sehari. Bila pasien mampu, berikan tetes mata amfoteresin B 0,15% 0,15% tiap tiap jam (tetes (tetes mata mata amfot amfoter eresi esi B 0,15 0,15% % dapa dapatt dibua dibuatt deng dengan an me modifikasi sediaan bubuk 50 mg untuk pemberian intravena). Keadaan kornea diperiks diperiksa a tiap hari hingga hingga didapatk didapatkan an adanya adanya kemajua kemajuan n pengob pengobatan atan,, yang yang kemudian frekwensi pemberian dapat dikurangi hingga 3-5 minggu. 4. Berikan Berikan injeksi injeksi intravite intraviteal al antibiot antibiotika ika apabila apabila dicuriga dicurigaii endofta endoftalmit lmitis is bacteria bacterial, l, antibio antibiotika tika yang yang diberika diberikan n haruslah haruslah mempun mempunyai yai spektrum spektrum luas dan merupaka merupakan n kombin kombinasi asi dari dari 2 golon golonga gan n antib antibiot iotika ika.. Umum Umumny nya a pilih pilihan an perta pertama ma diberi diberika kan n vankomisin 1mg/0,1 ml dan seftazidim 2,25 mg/0,1 ml. pilihan lain sefazolin 2,25 mg/0,1 ml dikombinasi dengan tobramicin 0,1-0,2 mg/0,1 ml. 5. Apabila Apabila dicuriga dicurigaii endofta endoftalmit lmitis is jamur, berikan berikan injeksi injeksi intravite intraviteal al amfoteresi amfoteresin n B 2,25 mg/0,1 ml. vitreus tap harus dilakukan sebelum dilakukan injeksi intravitreal. 6. Terapi tambahan yang dapat diberikan adalah tetes mata sikloplegik dan antiglauk glaukom oma a apab apabila ila didap didapatk atkan an peni pening ngkat katan an TIO.p TIO.pem embe beria rian n analg analget etik ik apab apabila ila diperlukan. 7. Lakukan pemeriksaan pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam PP sebagai salah satu faktor resiko ulkus kornea. 8. Rujuk Rujuk ke spesialis spesialis mata konsult konsultan an infeksi infeksi dan imunol imunologi ogi mata atau atau klinik klinik mata tersier bila tidak didapatkan kemajuan terapi setelah 3 hari pengobatan. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Pasien Pasien dirawat dirawat untuk untuk memban membantu tu menegakk menegakkan an diagnos diagnosis. is. 2. Penata Penatalaks laksanaa anaan n seperti seperti fasilitas fasilitas sekunder sekunder dan dilakukan dilakukan vitreoktomi vitreoktomi pars plana dengan injeksi intravitreal seperti pada fasilitas sekunder. 3. Bila visualis visualisasi asi vitreus vitreus sulit dilakukan dilakukan karena karena kekeruhan kekeruhan kornea, kornea, maka lakukan lakukan injeksi antibiotika intravitreal
RETINOPATI PREMATURITAS (ROP) Retinop Retinopati ati prematui prematuits ts atau retinop retinophaty haty of prematu prematurity rity (ROP) (ROP) adalah adalah kelaina kelainan n retina retina vasoproliferatif vasoproliferatif yang disebabkan disebabkan imaturitas vascular pada bayi-bayi premature dan BBL rendah. rendah. Kelainan Kelainan yang yang terjadi terjadi dapat dapat ringan ringan tanpa tanpa defek defek penglih penglihatan atan,, atau progresif progresif hingga menyebabkan kebutaan. Insiden ROP meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah bayi dengan berat badan makin rendah dan usia gestasi makin muda yang bertahan hidup. Terapi oksigen pada bayi premature dibuktikan bukan merupakan satusatunya faktor penyebab ROP.penyebab ROP adalah multifaktorial, multifaktorial, dan berbagai faktor
61
TERBATAS resiko masih terus diteliti hingga saat ini. Umumnya penyakit ini regresi spontan, dan apabila dilakukan tindakan laser/krio/bedah umumnya masih ditemukan masalah seperti miopia, strabismus, ablation dikemudian hari. Tindakan bedah umumnya memberi memberi hasil anatomi anatomis s baik, baik, tapi fungsion fungsional al memelu memelukan kan evaluas evaluasii jangka jangka lama lama dan hasilnya hasilnya dapat dapat tidak menggembirakan. Gejala dan tanda 1. Setiap Setiap bayi dengan dengan resiko resiko ROP sebaiknya sebaiknya menjala menjalani ni screening screening atau penaps penapsian ian untuk ROP. 2. Kelompok dengan resiko tertinggi terjadinya ROP adalah bayi neonatus dengan usia gestasi saat lahir 32 minggu atau kurang. Dengan BB lahir 1500 Gram atau kurang. ROP masih dapat ditemukan paa bayi dengan usia gestasi saat lahir 33-36 minggu dan BB lahir 1500-2000 gram, dengan keadaan klinis yang buruk/tidak stabil seperti distress pernafasan, penyakit jantung, dll. 3. Diagnosis ROP dilakukan dilakukan berdasarkan berdasarkan Internationa Internationall Classification Classification of Retinopath Retinopathy y Prematur Prematurity ity (ICROP), (ICROP), yang yang menentu menentukan kan derajat derajat ROP berdasar berdasarkan kan lokasi lokasi (zona (zona I,II,III) I,II,III),, luas luas (jumah (jumah kuadran kuadran yang yang terlibat terlibat), ), tingkat tingkat keparah keparahan an (dalam (dalam stadium stadium 1 hinnga 5), dan adanya plus disease.
Klasifikasi ROP menurut ICROP klasifiasi Lokasi: Zona I
defenisi Daerah po posterior re r etina be berbentuk lilingkaran de dengan ra radius 60 60º (dua kali jarak papil saraf optik ke pusat macula) dengan papil saraf optik sebagai pusatnya.
Zona II
Lingkaran konsentris diluar zona II, engan ora serata bagian nasal sebagai batas nasalnya
Zona II III
Daerah re retina te temporal pe perifer (t (temporal cr crescent) ya yang te tersisa
Luas: Tingkat keparahan : Stadium 1 Stadium 2
Daerah lesi dalam hitungan jam
Terbentuknya gari garis s dem demarkasi (de (demarcation lin line) ant antara dae daerah rah retina avascular dan vascular Ridge intreretina, Diana garis demarkasi sudah menebal, atau memiliki tinggi, lebar, dan volume
Stad tadium ium 3
Proli rolife fera rasi si ja jarin ringan fib fibrov rovascu scular lar eks ekstr tra areti retin na (ri (ringan, se sedang, ata atau u berat) pada ridge, di permukaan permukaan posterior ridge atau di permukaan anteriornya (kearah rongga vitreus)
Stadium 4
Ablasi retina subtotal
4A
Fovea masih attached
4B
Fovea sudah mengalami ablasi
62
TERBATAS
Stadium 5
Ablasi ret retina tot total den dengan ben bentuk cor corong (fu (funnel-sh -shaped) terb terbu uka (open funnel) atau tertutup (narrow funnel) pada bagian anterior dan posterior nya
Plus Plus dise diseas ase e
Pem Pembulu buluh h dara darah h reti retina na yan yang g mele meleba barr dan dan berk berkel elok ok-k -kel elok ok di di polu polus s posterior, yang dapat disertai pelebaran pelebaran pembuluh darah iris, pupil yang rigid dan kekeruhan vireus. Plus disease dapat ditemukan pada pada semua semua stadium stadium,, dan mengga menggamba mbarkan rkan tingkat tingkat keparah keparahan an yang makin tinggi.
Dalam Dalam pemeriks pemeriksaan aan penting penting untuk untuk mengide mengidentif ntifikas ikasii adanya adanya thresho threshold ld disease disease,, yaitu yaitu apabila ditemukan: 1. Di zona zona I terdap terdapat at ROP ROP stadium stadium 1+, 2+, 2+, atau atau 3+. 3+. 2. Di zona II terdapa terdapatt ROP stadium stadium 3+ seluas seluas 5 jam beruruta berurutan n atau lebih, lebih, atau atau 8 jam kumulatif atau lebih. Threshol Threshold d disease disease bila disertai disertai plus plus disease disease merupak merupakan an indikasi indikasi untuk untuk melakuka melakukan n tindakan terapi laser atau krio. Pada stadium lanjut seperti stadium 4 dan 5 memerlukan terapi bedah. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Bayi neonatus dengan resiko ROP yang memerlukan screening (seperti tertera dalam butir butir A), atau atau balit balita/a a/ana nak k deng dengan an kecuri kecuriga gaan an riway riwayat at ROP seba sebaikn iknya ya diruj dirujuk uk ke pelayanan kesehatan mata sekunder untuk menjalani pemeriksaan. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Peme Pemeri riks ksaa aan n dila dilaku kuka kan n pada pada Bayi Bayi neon neonat atus us deng dengan an resi resiko ko ROP ROP yang yang memerlu memerlukan kan screeni screening ng (seperti (seperti tertera tertera dalam dalam butir butir A), atau balita/ana balita/anak k dengan dengan kecurigaan riwayat ROP 2. Screenin Screening g ROP sebaiknya sebaiknya dilakuka dilakukan n pada usia 4-6 minggu minggu setelah setelah lahir, atau atau pada usia koreksi (usia gestasi + post natal) 31-33 minggu. Pemeriksaan Pemeriksaan sebaiknya dilaku dilakuka kan n di bang bangsal sal peraw perawata atan n bayi, bayi, di lingku lingkung ngan an yang yang nyam nyaman an untuk untuk bayi bayi (misalny (misalnya a dalam dalam incubat incubator/b or/box ox bayi/te bayi/tempa mpatt pemeriks pemeriksaan aan bayi bayi dengan dengan pemana pemanas) s) dengan manipulasi bayi seminimal mungkin. Pemeriksaan selanjutnya 2-3 minggu kemudian, dan 1-2 hari apabila ditemukan threshold disease atau plus disease. 3. Tekni Teknik k peme pemerik riksa saan an fun fundu dus: s: a. Setengah ja jam sebelum pemeriksaan, ke kedua mata bayi di ditetesi tropikamid 0,5% dan efrisel 2,5% diulang 5 menit kemudian (hanya 2 kali). Obat tetes ini dapat dibuat dengan mencampur 0,3cc tropikamid dengan 0,1cc efrisel 10%. Setiap tetes yang keluar dari kelopak mata segera dibersihkan kain yang lembut. b. Pemeriksaan dilakukan dengan oftalmoskop indirek, menggunakan condensing lens 20D atau 28D.
63
TERBATAS c. Pemeriksaan dapat menggunakan spektrum palpebra Barraquer untuk bayi apabila kesulitan untuk membuka palpebra. Indentasi ringan pada sclera dapat dilakukan untuk melihat fundus perifer. 4. Berdasa Berdasarkan rkan hasil pemeriksa pemeriksaan, an, diagnosis diagnosis ROP dilakukan dilakukan menurut menurut klasifika klasifikasi si ROP oleh ICROP. 5. Neon Neonat atus us diru diruju juk k ke TEC TEC apab apabil ila a dite ditemu muka kan n plus plus dise diseas ase, e, atau atau thre thresh shol old d disease. 6. Sebaiknya Sebaiknya bayi bayi dikonsulkan dikonsulkan ke pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan mata tersier apabila: apabila: a. Tidak dapat melakukan pemeriksaan dengan oftalmoskop indirek. b. Dengan of oftalmoskop in indirek di ditemikan/diduga ad adanya ke kelainan fundus, tetapi sukar untuk melakukan klasifikasi ROP. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Peme Pemeri riks ksaa aan n dila dilaku kuka kan n pada pada Bayi Bayi neon neonat atus us deng dengan an resi resiko ko ROP ROP yang yang memerlu memerlukan kan screeni screening ng (seperti (seperti tertera tertera dalam dalam butir butir A), atau balita/ana balita/anak k dengan dengan kecurigaan riwayat ROP 2. Peme Pemerik riksa saan an sepe seperti rti pad pada a SEC. SEC. 3. Peme Pemeri riks ksaa aan n pada pada bali balita ta/a /ana nak k deng dengan an regr regres esii ROP ROP meli melipu puti ti peme pemeri riks ksaa aan n oftalmo oftalmologi logis s lengkap, lengkap, pemerik pemeriksaan saan tajam tajam penglih penglihata atan n subjekt subjektif if pada pada balita/a balita/anak nak dapat dilakukan, sesuai dengan tingkatan usia dan kemampuan balita/anak. 4. Teknik Teknik pemeri pemeriksaa ksaan n fundus fundus sepe seperti rti pada pada SEC. SEC. 5. Menentu Menentukan kan gambaran gambaran fundus fundus neonatus neonatus yang merupaka merupakan n indikasi indikasi untuk untuk terapi laser/krio/bedah. Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Bayi neonatus dengan resiko ROP yang memerlukan screening (seperti tertera dalam butir butir A), atau atau balit balita/a a/ana nak k deng dengan an kecuri kecuriga gaan an riway riwayat at ROP seba sebaikn iknya ya diruj dirujuk uk ke pelayanan kesehatan mata sekunder untuk menjalani pemeriksaan. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Setiap Setiap bayi neonatu neonatus s premature premature atau dengan dengan resiko resiko ROP sebaiknya sebaiknya menjalan menjalanii pemeriksaan mata selama perawatan. 2. Bila tidak ditemukan ROP atau ditemukan ROP ringan, bayi diperiksa ulang setiap 2-3 minggu hingga vaskulariasi retina lengkap, atau didapatkan regresi. 3. Bila Bila mene menemu muka kan n thres thresho hold ld disea disease se,, plus plus disea disease se,, atau atau gamb gambara aran n lain lain yang yang meraguka meragukan n segera segera rujuk rujuk ke TEC untuk untuk menjala menjalani ni pemerik pemeriksaan saan/pen /penatal atalaksa aksanaa naan n lebih lanjut. 4. Pada Pada balit balita/a a/ana nak k deng dengan an riway riwayat at ROP, ROP, dilak dilakuk ukan an pena penatal talak aksan sanaa aan n sesua sesuaii dengan kelainan mata yang ditemukan. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Setiap Setiap bayi neonatu neonatus s premature premature atau dengan dengan resiko resiko ROP sebaiknya sebaiknya menjalan menjalanii pemeriksaan mata selama perawatan. 2. Bila Bila tidak tidak ditemuk ditemukan an ROP atau atau ditem ditemuk ukan an ROP ringa ringan, n, bayi bayi dipe diperik riksa sa ulang ulang setiap 2-3 minggu hingga vaskulariasi retina lengkap, atau didapatkan regresi. 3. Bila menem menemukan ukan thresh threshold old disease, disease, plus plus disease disease dan dalam pemanta pemantauan uan 1-2 hari bertambah berat, segera dilakukan terapi dalam kurun waktu 24-72 jam. Terapi bersifat ablative, yang pada prinsipnya prinsipnya bertujuan bertujuan mematikan mematikan daerah perifer yang avaskular. 64
TERBATAS 4. Modal Modalita itas s terap terapii melip meliputi uti:: a. Krioterapi: sebaiknya dilakukan dalam anestesi umum karena menyebabkan rasa sakit yang hebat serta bahaya lainnya seperti bradikardia dan apnea. apnea. Kriotera Krioterapi pi menyeb menyebabka abkan n kerusaka kerusakan n jaringan jaringan yang yang luas (seluruh (seluruh ketebalan dinding boa mata). b. Foto Fotoko koag agul ulas asii lase laser: r: deng dengan an indir indirec ectt opht ophtal almo mosc scop ope e deli delive very ry,, dapa dapatt menggunakan laser argon atau diode. Prosedur ini tidak menimbulkan kerusakan seluas seluas kriotera krioterapi pi (lebih (lebih terfoku terfokus s pada pada jaringan jaringan dan tidak tidak melibatk melibatkan an seluruh seluruh ketebalan dinding bola mata). Selain itu, rasa sakit dan efek sistemik yang terjadi lebih lebih renda rendah h sehin sehingg gga a laser laser merup merupak akan an piliha pilihan n terap terapii utama utama.. Tinda Tindakan kan ini dilakukan diruangan neonatal ICU dengan pengawasan neonatologist/anesthetist mengin mengingat gat kemung kemungkina kinan n bradikard bradikardia ia apnea apnea tetap tetap ada, ada, atau diruang diruangan an lain dengan pengawasan. c. Evalua luasi ulan lang dapat dila ilakuk kukan beberap rapa hari kemudian ian terg terga antun tung kondisi, dan kemungkinan terapi tambahan laser/krio/bedah. 5. Bila menemukan ROP stadium 4 atau 5, dapat dilakuka prosedur scleral buckling atau vitrektomi. Scleral buckling dilakukan pada ablasi retina yang dangkal akibat traksi jaringan fibrovascular yang mengalami mengalami sikatrisasi, terutama bila macula belum terangkat. Vitrektomi dapat dilakukan dengan atau tanpa pemasangan sceral buckle, juga juga dengan dengan atau tanpa tanpa lensekt lensektomi. omi. Teknik Teknik vitrektom vitrektomii open-sk open-sky y dilakuka dilakukan n bila terdapat kekeruhan kornea. Umumnya, prognosis ROP tetap buruk walaupun telah menjalani tindakan bedah. 6. Bila ditemuk ditemukan an balita/a balita/anak nak dengan dengan resiko resiko ROP, ROP, dilakuka dilakukan n penatal penatalaksa aksanaa naan n sesuai dengan kelainan mata yang ada.
SUMBATAN VENA RETINA Manifestasi klinis dapat berupa: 1. sumb sumbata atan n vena vena retin retina a (centr (central al retina retinall vein vein occlu occlusio sion n [ CRVO]) CRVO]),, bila bila sumb sumbata atan n mengenai seluruh kuadran retina. 2. sumbata sumbatan n vena retina hemisen hemisentral tral (hemicen (hemicentral tral retinal retinal vein occlusion occlusion [HCVO]), [HCVO]), bila sumbatan mengenai setengah dari bagian dari retina. 3. sumb sumbat atan an vena vena reti retina na caba cabang ng (bra (branc nch h reti retina nall vein vein occl occlus usio ion n [BRV [BRVO] O]), ), bila bila mengenai salah satu kuadaran dari retina, umumnya di superior. Sumbatan pada aliran vena retina ini akan menimbulkan Tekanan intra vascular yang meningkat dan hambatan pada aliran darah balik. Peningkatan tekanan intravascular selanjutnya dapat mmenyebabkan terjadinya edema dan perdarahan. Sumbatan pada alir aliran an dara darah h bali balik k akan akan meng mengak akib ibat atka kan n gang ganggu guan an perf perfus usii ring ringan an yang yang dapa dapatt menyebabkan iskemia jaringan retina, dan secara klinis tampak sebagai eksudat lunak (cotto (cotton n wool wool spot spot [CWS] [CWS]), ), atau atau capill capillary ary non non perfu perfussi ssion on pada pada peme pemerik riksa saan an FFA. FFA. Luasnya daerah retina yang iskemi dapat merangsang pertumbuhan neovaskular retina. Faktor-faktor predisposisi adalah penyakit kardiovaskuler, hipertensi sistemik, diabetes melit melitus. us. Umum Umumnya nya dibed dibedaka akan n antar antara a tipe tipe iskem iskemik ik dan dan non non iskem iskemik. ik. Tipe Tipe iskem iskemik ik mempun mempunyai yai konseku konsekuensi ensi lebih lebih serius serius seperti seperti timbulny timbulnya a komplik komplikasi asi neovask neovaskular ularisasi isasi retina retina hingga perdaraha perdarahan n vitreus, atau neovask neovaskula ularisas risasii iris/ sudut sudut hingga timbul timbul glaukoma neovaskular. Gejala dan tanda klinis Gejala klinis Sumbatan vena retina sentral/ cabang.
65
TERBATAS Penurunan Penurunan tajam penglihatan sentral/parasentral sentral/parasentral secara mendadak mendadak tanpa disertai mata merah. Tanda klinis Sumbatan vena retina sentral 1. Perdarahan Perdarahan berbentuk berbentuk lidah lidah api api (flame (flame shaped) shaped) luas, luas, mencakup mencakup seluruh seluruh kuadran retina, dengan vena retina yang berdilatasi dan berkelok-kelok. 2. Tanda klinis lain yang dapat menyertai berupa eksudat lunak, edema papil saraf optik, optik, edema macula. macula. Pada keadaa keadaan n lebih lebih lanjut dapat timbul timbul pembuluh pembuluh darah kolaeral pada papil saraf optik, retina atau iris. Neovaskularisasi iris paling jelas terlihat terlihat ditepi ditepi pupil pupil dengan dengan pembesa pembesaran ran maksima maksimall pada pada slit lamp lamp biomicro biomicroscop scopy y sebelum dilakukan dilatasi. 3. Dibe Dibeda daka kan n 2 jeni jenis: s: a. Tipe ipe isk iske emik, ik, ta tanda yan yang umum ditem temui: 1) Eksudat lunak multiple 2) Perdarahan retina luas 3) Capillary non perfusion luas pada pemeriksaan FFA. 4) Kadang disertai dengan relative afferent papillary defect (RAPD). 5) Visus Visus lebih lebih buruk buruk dari 6/60 (20/400 (20/400). ). b. Tipe non iskemik 1) Gambaran fundus secara klinis lebih ringan dari tipe iskemik 2) Tidak ada RAPD. 3) Visus Visus leb lebih ih baik baik dari dari 6/60 6/60.. Sumbatan vena retina cabang 1. Perdarahan Perdarahan retina retina sektoral, sektoral, sesuai sesuai dengan dengan distribusi distribusi vena retina yang yang mengalam mengalamii sumbatan. Perdarahan tidak pernah melewati garis tengah horizontal. 2. Lokasi Lokasi sumbatan sumbatan biasa biasanya nya pada persim persimpan pangan gan arteri-ven arteri-vena. a. 3. Tand Tanda a klinis klinis lain yang yang dapa dapatt menye menyerta rtaii dapa dapatt berup berupa a eksud eksudat at luna lunak, k, edem edema a macula atau retina, vena retina yang berdilatasi dan berkelok-kelok, penyempitan lume lumen n arte arteri ri,, neov neovas asku kula lari risa sasi si iris iris pali paling ng jela jelas s terl terlih ihat at di tepi tepi pupi pupill deng dengan an pembesaran maksimal pada slit lamp biomicroscopy sebelum dilakukan dilatasi. 4. Dibedak Dibedakan an antara antara tipe tipe iskem iskemik ik dan dan non iskem iskemik. ik. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Melakukan anamnesis terhadap gejala/keluhan yang timbul serta investigasi terhadap fakto faktor-f r-fak aktor tor predis predispo posis sisi. i. Peme Pemerik riksaa saan n tajam tajam peng penglih lihata atan n dan dan segme segmen n ante anterio rior r sederhana untuk menemukan tanda-tanda klinis yang berhuungan pada kedua mata. Funduskopi direk akan sangat berguna dalam menegakkan diagnosis dan melakukan rujukan kasus ke tingkat yang lebih tinggi (sekunder/ tertier). Pelayanan kesehatan mata sekunder Melakuka Melakukan n evaluas evaluasii seperti seperti pada pada pelayan pelayanan an primer, primer, ditamba ditambah h dengan dengan pemerik pemeriksaan saan oftalmologis yang lebih spesifik, seperti: 1. Men Mengukur kur TIO TIO 2. Gonio Goniosko skopi pi untuk untuk mend mendete eteksi ksi ada ada tidakn tidaknya ya neov neovask askula ularis risasi asi pada pada sudut sudut bilik bilik mata depan.
66
TERBATAS 3. Slit lamp biomicro biomicroskop skopii dan fundusko funduskopi pi indirek untuk untuk menilai menilai derajat derajat keparaha keparahan n fun fundus sec secara kes keseluru luruh han dan mengetah tahui ada tid tidakny knya komplika likasi si neovaskularisasi. Apabila ditemukan kecurigaan kearah iskemik, penderita dirujuk ke tingkat TEC untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Sumbatan vena retina sentral 1. Non iske skemik Setiap 4 minggu pada 6 bulan pertama setelah onset, bila ada perburukan pada gambaran fundus, maka diperlakukan sebagai tipe iskemik. 2. Iskemik Setiap Setiap 3-4 minggu minggu pada pada 6 bulan bulan pertama pertama,, awasi awasi tanda-ta tanda-tanda nda neovask neovaskular ularisas isasii terut terutam ama a di iris iris atau atau sudu sudutt bilik bilik mata mata depa depan. n. Peme Pemerik riksa saan an gonio goniosko skopi pi dapa dapatt dilakukan pada setiap kunjungan. Bila timbul neovaskularisasi, penderita dirujuk ke TEC untuk terapi laser. Sumbatan vena retina cabang Setiap 1-2 bulan sekali, kemudian dilanjutkan setiap 3-12 bulan, untuk menilai tandatanda edema macula dan neovaskularisasi. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) Melakuka Melakukan n evaluasi evaluasi seperti seperti pada pada SEC dan pemerik pemeriksaan saan lebih lebih lanjut. lanjut. Pemerik Pemeriksaa saan n lanjutan seperti fluorescence angiograft sudah dapat menentukan jenis iskemik atau non iske iskemi mik k dan dan luas luasny nya a keru kerusa saka kan n sert serta a edem edema a macu macula la.. Peme Pemeri riks ksaa aan n sepe sepert rtii elektroretinograft dapat membantu penggolongan lebih tepat, untuk menentukan sikap selanjtunya. Pemeriksaan kampimetri dapat dilakukan untuk menilai luasnya kerusakan. Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Setelah mendapatkan hasil dari investigasi faktor-faktor resiko, penatalaksanaan dapat diberikan diberikan sesuai sesuai dengan dengan kelaina kelainan n sistemi sistemik k yang ada. ada. Memberi Memberikan kan konseli konseling ng pada pada penderita akan pentingnya mengontrol mengontrol faktor sistemik serta resiko serangan pada mata sebelahnya. sebelahnya. Penderita dapar di rujuk ke disiplin ilmu lain seperti penyakit dalam apabila ada penyakit lain/sistemik yang menyertai. Pelayanan kesehatan mata sekunder Seperti yang dilakukan pada PEC, selain faktor sistemik, faktor ocular yang dapat diatasi adalah adalah mengon mengontrol trol TIO bila ditemuk ditemukan an tinggi tinggi (>20 mmHg) mmHg) dengan dengan obat-ob obat-obatan atan anti glaukoma. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) Melakukan seperti pada PEC dan SEC, ditambah dengan terapi berupa fotokoagulasi laser/krio. Pada sumbatan vena retina sentral, fotokoagulasi laser diindikasikan pada tipe iskemik untuk mencegah komplikasi glaukoma neovaskuler. Sedangkan sumbatan pada vena retina cabang, selain untuk mencegah neovaskularisasi, diindikasikan juga pada edema macula. Laser/krio dapat juga diindikasikan untuk mengatasi glaukoma neovaskuler yang timbul.
RETINA LEPAS (Retinal Detachment) Defenisi secara umum adalah terlepasnya retina dari tempatnya melekat. Terdapat 3 bentuk retina lepas (detachment), yaitu:
67
TERBATAS
1. Retina lepas dengan robekan (rhegmatogenous) 2. Akib Akibat at cair cairan an sero serous us diba dibawa wah h reti retina na tanp tanpa a robe robeka kan n (exudative) dan 3. Akiba kibatt tari tarika kan n akib akibat at fibr fibros osis is vitr vitreu eus s sepe sepert rtii pada pada prolif prolifera erativ tive e diabe diabetic tic retin retinop opha haty ty (PDR), (PDR), retin retinop opha haty ty of prema prematur turity ity (trak (traksia siall detachment) Faktor resiko tergantung pada jenis RD, pada yang rhegmatogen adalah miopia, trauma, vitreus prolaps, dsb. Pada tipe exudative adalah hipertensi, pre-eklampsia/eklampsia, neoplasma, neoplasma, peradangan peradangan intra okuler (Vogt-Koyanagi (Vogt-Koyanagi Harada Disease, posterior scleritis, dsb). Pada tipe traksial misalnya pada vascular disease sepeerti diabetes lama terutama juvenile, bendungan vena retina, vasculitis retina, riwayat neonatus premature (ROP) atau respiratory distress, dsb Gejala dan tanda klinis Gejala klinis 1. kehilangan kehilangan penglihatan penglihatan ringan ringan hingga hingga berat, berat, dengan dengan defek defek lapang lapang penglihatan. penglihatan. 2. Pada Pada tipr rhegmatoge rhegmatogen n sering didahul didahului ui oleh floaters, floaters, kilatan kilatan cahaya, cahaya, bayangan bayangan hitam yang berpindah-pindah. Tanda klinis Rhegmatogen 1. Ditem Ditemuka ukan n peni penigg ggian ian retina retina umum umumya ya mula mulaii dari dari perif perifer er dan dan dapa dapatt menc mencap apai ai posterior pole dengan cairan di bawah retina. 2. Retina Retina nampak nampak bergelomba bergelombang, ng, kadang kadang ditemukan ditemukan perdaraha perdarahan n vitreus. vitreus. Di vitreus ditemuk ditemukan an sel pigmen pigmen retina, retina, tanda utama adalah adalah robekan robekan retina retina dengan dengan cairan cairan dibawahnya. 3. Umum Umumny nya a dise disert rtai ai deng dengan an penu penuru runa nan n TIO TIO, reti retina na yang yang lepa lepas s tamp tampak ak bergelombang/rugae. 4. Kadang Kadang ditem ditemukan ukan affer afferent ent papill papillary ary defect defect (APD). (APD). 5. Pada Pada yang kronis kronis sering ditemu ditemukan kan pigmen pigmen epitel epitel retina retina berbentuk berbentuk garis garis lurus (dema (demarca rcatio tion n line) line) memb membata atasi si anta antara ra daera daerah h retina retina lepa lepas s deng dengan an yang yang masih masih melekat, atau pada yang berat ditemukan fibrosis vitreus berat (proliferative vitreoretinophaty) hingga perlekatan retina hebat (star fold, napkins ring fixed fold, sub retinal band, dsb). Exudative 1. Ditemukan Ditemukan retina lepas dengan dengan bentuk bentuk permukaa permukaan n relative mulus, dengan dengan cairan cairan di bawah retina. 2. Faktor Faktor resiko resiko seperti seperti disebutk disebutkan an sebelum sebelumnya nya juga juga memberi memberi tanda tanda tersendi tersendiri ri tergantung jenis penyakit yang menyertai. 3. Tidak Tidak ditem ditemuka ukan n adan adanya ya robeka robeka retina. retina. Cairan Cairan sub retin retina a biasan biasanya ya bullo bullous us dengan dengan bentuk bentuk retina retina lepas lepas sesuai sesuai dengan dengan posture posture/pos /posisi isi tubuh, tubuh, cairan cairan mencari mencari tempat yang paling rendah. 4. Pemeriks Pemeriksaan aan APD mungkin mungkin ditemuk ditemukan. an. Traksial 1. Ditemukan Ditemukan retina retina lepas, lepas, umumnya umumnya tidak terlalu terlalu tinggi tinggi kecuali kecuali pada pada ROP. ROP. 2. Retin Retina a yang yang lepa lepas s berhu berhubu bung ngan an deng dengan an traksi traksi/fi /fibro brosis sis yang yang terja terjadi di didal didalam am vitreus, dengan detachment paling tinggi ditempat perlekatan traksi/fibrosis.
68
TERBATAS 3. Kada Kadang ng dise disert rtai ai deng dengan an robe robeka kan n reti retina na (Com (Combi bine ned d RD) RD) akib akibat at tari tarika kan n fibrosis/traksi. 4. Tanda yang lain dapat ditemukan sesuai dengan penyakit yang mendasari/penyerta. Pemeriksaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Anam Anamne nesis sis meng mengen enai ai lama lama kejad kejadia ian, n, dan dan faktor faktor resiko resiko sepert sepertii diseb disebutk utkan an diatas diatas.. Kecurigaan akan retinal detachment memrlukan uji konfrontasi. Pemeriksaan dengan funduskopi funduskopi langsung-apabila langsung-apabila tersedia-memberi tersedia-memberi gambaran gambaran retina lepas atau perdarahan retina, retina, fibrosis fibrosis vitreus vitreus dengan dengan perlekat perlekatan an retina retina dan tanda lain seperti seperti disebutk disebutkan an sebelumnya. Pelayanan kesehatan mata sekunder Melakuka Melakukan n evaluas evaluasii seperti seperti pada pada PEC, PEC, ditamba ditambah h dengan dengan pemeriks pemeriksaan aan fundus fundus untuk untuk evaluas evaluasii retina. retina. Pemerik Pemeriksaan saan fundus fundus sebaikny sebaiknya a dilakuka dilakukan n dengan dengan fundusko funduskopi pi tidak tidak langsung atau dengan condensed condensed wide angle lens (mainster ocular®, super field Volk®, super pupil Volk®) atau goldmann 3-mirror. Selur Seluruh uh retin retina a lepas lepas harus harus diang diangga gap p seba sebaga gaii rhegm rhegmato atoge gen n samp sampai ai terbu terbukti kti tidak tidak rheg rhegma mato toge gen. n. Peme Pemeri riks ksaa aan n kamp kampim imet etri ri dapa dapatt dila dilaku kuka kan n seba sebaga gaii penu penunj njan ang. g. Pemeriksaan di SEC sudah dapat menentukan apakah penderita perlu dirujuk atau tidak ke TEC. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC ) Melakukan tindakan seperti di SEC dan memutuskan jenis retina lepas. Pemeriksaan, kampimetri, elektrofisiologi dilakukan bila diperlukan untuk penunjang diagnosis.
Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) dan sekunder (SEC) Apabila tidak ada kecurigaan tetapi ada keluhan, penderita harus diistirahatkan apabila mengancam macula, hingga tindakan dilakukan. Semua jenis rhegmatogen yang tidak meng mengan ancam cam macu macula la atau atau jenis jenis traksi traksion onal al yang yang melib melibatk atkan an macu macula la harus harus diruj dirujuk uk sece secepa patn tnya ya,, umum umumny nya a dala dalam m bebe bebera rapa pa hari hari.. Pend Pender erit ita a diru diruju juk k ke TEC TEC untu untuk k penanganan lebih lanjut dengan penjelasan akan faktor resiko dan keberhasilan. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) Melakuka Melakukan n tindakan tindakan sesuai dengan dengan jenis jenis retina retina lepas. lepas. Pada Pada rhegmat rhegmatoge ogen n akut akut dan traksional yang tidak mengancam macula, operasi dilakukan secepatnya, sedangkan yang kronik dapat dioperasi dalam waktu seminggu. Jenis operasi ( scleral buckling atau vitrektomi) tergantung kondisi yang ditemukan, dan jenis vitreus tamponade ditentukan oleh keadaan yang ditemukan ditemukan oleh keadaan keadaan yang ditemukan ditemukan pre-operative dan durante operasi, kondisi mata sebelahnya dan mobilitas penderita. Tipe exudati exudative ve memerlu memerlukan kan pengob pengobatan atan sesuai sesuai dengan dengan penyaki penyakitt yang mendas mendasari. ari. Keberha Keberhasilan silan pengob pengobata atan n penyaki penyakitt yang mendas mendasari ari akan akan memperb memperbaiki aiki retina retina yang lepas.
KEBUTAAN MENDADAK (ACUTE BLINDNESS)
69
TERBATAS Acute blindness adalah suatu keadaan buta mendadak. Pada keadaan yang mengenai sarak optik, keadaan ini dapat disebabkan oleh inflamasi atau gangguan vaskularisasi. Bila disebabkan inflamasi, keadaan ini dapat mengenai semua golongan umum, tapi umumnya akan mengenai golongan usia muda. Gangguan vaskularisasi biasanya akan dijumpai pada golongan usia yang lebih tua pada penderita yang memang sebelumnya telah mempunyai kelainan sistemik yang dapat berpengaruh pada system hemorheologi. Gejala dan tanda klinis Gejala Klinis Pasien mengeluh penglihatannya hilang mendadak. Hilangnya penglihatan dapat hingga gelap total, dapat mengenai sebagian atau seluruh lapang pandangan. Umumnya pada satu mata. Tanda Klinis 1. Bias Biasan anya ya meng mengen enai ai satu satu mata mata,, kecu kecual alii pada pada peny penyeb ebab ab sist sistem emik ik sepe sepert rtii intoksikasi methanol 2. Tajam Tajam bervariasi bervariasi dari dari hitung hitung jari hingga hingga no light light perceptio perception n (NLP) 3. Pada pemeriksaa pemeriksaan n lapangan lapangan pendangan pendangan,, dapat mengena mengenaii seluruh atau sebagian sebagian lapanga lapangan n pandan pandangan gan.. Bila mengen mengenai ai sebagia sebagian n lapanga lapangan n pandan pandangan gan,, biasany biasanya a berupa skotoma arcuata, altitudinal hemianopsia atau quadranopsia. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Anamnesis Anamnesis untuk untuk mencari mencari kemungkinan kemungkinan intoksikasi intoksikasi (methanol) (methanol) atau trauma okuli. 2. Pemeriks Pemeriksaan aan oftalmolog oftalmologii sederha sederhana na terdiri dari pemerik pemeriksaan saan tajam tajam penglih penglihata atan, n, lapang pandangan pandangan (tes konfrontasi), serta pemeriksaan pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop oftalmoskop bila memungkinkan.
Pelayanan kesehatan mata skunder (SEC) 1. Anam Anamne nesa sa leng lengka kap. p. 2. Pemeriks Pemeriksaan aan oftalm oftalmolog ologii lengkap lengkap,, terdiri terdiri atas: atas: a) Peme Pemeri riks ksaa aan n taja tajam m peng pengli liha hata tan n den denga gan n kore koreks ksii terb terbai aik. k. b) Peme Pemeri riks ksaa aan n segm segmen en ante anteri rior or mat mata a den denga gan n slit slit lam lamp. p. c) Peme Pemeri riks ksaa aan n segm segmen en pos poste teri rior or den denga gan n ofta oftalm lmos osko kop p dire direk/ k/in indi dire rek. k. d) Peme Pemeri riks ksaa aan n tek tekan anan an bola bola mata mata deng dengan an tono tonome mete terr apl aplan anas asi. i. e) Peme Pemeri riks ksaa aan n lap lapan ang g pan panda dang ngan an deng dengan an kamp kampim imet eter er Gold Goldma man. n. 3. Pemeriks Pemeriksaan aan laborato laboratorium rium lengkap lengkap.. 4. Peme Pemeri riks ksaa aan n Ront Rontge gen n orbi orbita ta/k /kep epal ala a bila bila dike diketa tahu huii adan adanya ya riwa riwaya yatt trau trauma ma kapitis/okuli. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Anam Anamne nesi sis s leng lengka kap. p. 2. Pemeriks Pemeriksaan aan oftamol oftamologi ogi lengkap lengkap,, ditamba ditambah h dengan dengan automati automatic c compute computerize rized d perimetry serta elektrofisiologi penglihatan (VEP). 3. Peme Pemeri riks ksaa aan n CT scan scan kepa kepala la/o /orb rbit ita a bila bila dike diketa tahu huii adan adanya ya riwa riwaya yatt trau trauma ma kapitis/okuli. 4. Pemeriks Pemeriksaan aan laborato laboratorium rium lengkap lengkap.. 5. Peme Pemerik riksa saan an oftal oftalmo molo logi gi tamba tambaha han n untuk untuk menca mencari ri kemun kemungki gkina nan n functi function onal al blindness. 70
TERBATAS
Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Segera rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Bila disebabka disebabkan n oleh inflamasi, inflamasi, berikan berikan steroid steroid secara secara intravena intravena atau atau peroral. peroral. 2. Bila Bila penye penyeba babn bnya ya adal adalah ah gang ganggu guan an vasku vaskular larisa isasi, si, berik berikan an obatobat-ob obat at untuk untuk memperbaiki vaskularisasi. 3. Bila terdapa terdapatt penyakit penyakit sistemik sistemik yang dapat menjad menjadii penyeba penyebab, b, atasi penyeba penyebab b sistemiknya. 4. Bila Bila peny penyeb ebab abnya nya adal adalah ah traum trauma a kapiti kapitis/o s/okul kuli, i, seba sebaikn iknya ya sege segera ra diruju dirujuk k ke fasilitas pelayanan yang lebih tinggi. 5. Bila Bila peny penyeb ebab abny nya a adal adalah ah func functi tion onal al blin blindn dnes ess, s, pend pender erit ita a dapa dapatt diru diruju juk k ke psikiater. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Pada Pada dasarnya dasarnya sama dengan dengan penatala penatalaksan ksanaan aan di fasilitas fasilitas SEC, akan tetapi tetapi bila pemeriksaan pemeriksaan laboratorium laboratorium untuk system hemorheologi hemorheologi dijumpai adanya kelainan, sebaiknya segera dirujuk ke bagian Hematologi. 2. Bila penyeba penyebabnya bnya adalah adalah intoksikas intoksikasii (methan (methanol), ol), dapat diberika diberikan n injeksi injeksi etanol secara intravena. 3. Bila Bila pada pada CT scan scan kepa kepala/ la/orb orbita ita tidak tidak ditem ditemuk ukan an tand tanda-t a-tan anda da fraktu frakturr orbita orbita,, dapat diberikan steroid intravena. 4. Bila Bila ditem ditemuka ukan n adan adanya ya inter interva vall lucide lucide,, pasie pasien n dapa dapatt sege segera ra diruju dirujuk k ke Beda Bedah h Saraf.
AMAUROSIS FUGAX Amaurosis Amaurosis fugax adalah hilangnya penglihatan sesaat, dapat beberapa detik hingga beberapa menit. Biasanya juga disebut transient obscuration. obscuration. Dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi amat jarang didapatkan pada anak-anak. Penderita amaurosis fugax fugax biasa biasanya nya memp mempun unya yaii riway riwayat at peny penyaki akitt sistem sistemik ik sepe seperti rti diabe diabetes tes melit melitus us,, hipertensi, hipertensi, hiperlipidemia, hiperlipidemia, polisitemia dan kelainan darah lain yang menyebabkan menyebabkan darah menjadi lebih kental serta lebih cepat membeku.
Gejala dan tanda klinis Gejala klinis Pasien mengeluh penglihatannya hilang sesaat. Hilangnya penglihatan dapat mengenai sebagian atau seluruh lapang pandangan. pandangan. Lamanya hilang penglihatan dapat beberapa detik hingga beberapa menit, dapat mencapai 30 menit, untuk kemudian penglihatan kembali seperti semula. Hilangnya penglihatan dapat juga terjadi pada perubahan posisi tubuh, misalnya dari duduk tiba-tiba berdiri, menegakkan kepala secara mendadak,dsb. Tanda klinis Pada Pada peme pemerik riksaa saan n oftalm oftalmolo ologi gi biasa biasany nya a tidak tidak ditem ditemuka ukan n kelai kelaina nan. n. Peme Pemerik riksaa saan n terutama ditujukan untuk mencari etiologi. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC)
71
TERBATAS 1. Anamne Anamnesis sis lengkap lengkap mengen mengenai ai hilangnya hilangnya penglihat penglihatan an sesaat tersebut, tersebut, lamanya lamanya hilang penglihatan, apakah berhubungan dengan perubahan posisi tubuh. 2. Pem Pemerik eriksa saan an yaja yajam m peng pengli liha hata tan n terb terbai aik. k. Bila Bila perl perlu u seka sekali ligu gus s deng dengan an pemeriksaan refraksi. 3. Peme Pemerik riksa saan an oftal oftalmo molog logii untuk untuk segme segmen n anter anterior ior maup maupun un segme segmen n poste posterio rior r dengan menggunakan senter dan lup serta oftalmoskop direk. 4. Pemeriks Pemeriksaan aan lapang lapang panda pandanga ngan n dengan dengan tes konfront konfrontasi. asi. 5. Pemeriks Pemeriksaan aan penglih penglihatan atan warna warna dengan dengan buku buku iscihara. iscihara. 6. Pemeriks Pemeriksaan aan status status generali generalis s serta laborato laboratorium rium darah darah rutin. rutin. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) Seperti pada PEC, ditambah dengan: 1. Pemeriksaan Pemeriksaan lapang pandangan pandangan dengan kampimetri kampimetri Goldmann Goldmann.. 2. Pemeriks Pemeriksaan aan oftalmo oftalmologi logi lengkap lengkap.. 3. Pemeriks Pemeriksaan aan laborato laboratorium rium untuk untuk mencari mencari penyeba penyebab b sistemik. sistemik. 4. Peme Pemerik riksa saan an X-Ray X-Ray untuk untuk melih melihat at kemu kemung ngkin kinan an adan adanya ya SOL/p SOL/pen ening ingkat katan an tekanan intra cranial. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Pemeriks Pemeriksaan aan oftalmo oftalmologi logi lengkap lengkap.. 2. Pemeriks Pemeriksaan aan laborato laboratorium rium lengkap lengkap.. 3. Peme Pemerik riksa saan an Hemo Hemorhe rheolo ologi gi.. 4. Pemeriks riksa aan CT-S CT-Sc can kep kepala SOL/peningkatan intra cranial.
untuk tuk
mencari cari
kemungkina inan
adanya
Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Segera rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan mata yang lebih tinggi. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Bila Bila terd terdap apat at kela kelain inan an sist sistem emik ik,, peng pengob obat atan an dibe diberi rika kan n sesu sesuai ai deng dengan an penyebabnya. 2. Bila Bila terda terdapa patt tand tanda-t a-tan anda da peni pening ngkat katan an tekan tekanan an itra itra crania cranial, l, dapa dapatt diberi diberikan kan preparat asetazolamide. 3. Beri Berika kan n obat obat-o -oba batt peng pengen ence cerr dara darah h bila bila tida tidak k dite ditemu muka kan n tand tandaa-ta tand nda a peningkatan tekanan intra cranial. 4. Rujuk Rujuk ke fasilitas fasilitas pelayana pelayanan n kesehata kesehatan n mata yang yang lebih tinggi. tinggi. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Bila terda terdapat pat SOL, SOL, segera segera rujuk rujuk ke Bedah Bedah Saraf Saraf.. 2. Bila terdapa terdapatt kelainan kelainan pada pada system system pembeku pembekuan an darah/he darah/hemorh morheol eologi, ogi, segera segera dirujuk ke bagian Hemotologi.
KEHILANGAN PENGLIHATAN BERLANJUT KRONIS (Chronic Progressive Visual Loss) Chronic progressive visual loss adalah hilangnya/turunnya fungsi penglihatan secara perla perlaha han-l n-lah ahan an.. Yang Yang dimaks dimaksud ud deng dengan an fung fungsi si peng penglih lihata atan n disini disini adal adalah ah tajam tajam penglihatan atau lapang pandangan. Penyebab keadaan ini biasanya berupa proses degenerasi, intoksikasi atau kompresi. Keadaan ini dapat mengenai segala umur serta tidak ada predisposisi jenis kelamin. 72
TERBATAS
Gejala dan tanda klinis Gejala klinis 1. Pasien mengeluh mengeluh penglihat penglihatannya annya mundur mundur secara secara perlahan-lahan. perlahan-lahan. 2. Apabila gangguan gangguan pada lapang pandangan, pandangan, pasien pasien mengeluh mengeluh bila berjalan berjalan sering sering tersandung atau menabrak-nabrak. Tanda klinis 1. Tajam Tajam peng penglih lihata atan n mund mundur ur.. 2. Lapa Lapang ng pand pandan anga gan n menye menyemp mpit. it. Evaluasi Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) 1. Anamne Anamnesis sis lengkap lengkap untuk untuk mengeta mengetahui hui kemung kemungkina kinan n intoksika intoksikasi si (etambu (etambutol), tol), penyakit herediter (retinis pigmentosa, pigmentosa, glaukoma), degeneratif (ARMD, retinopati) retinopati) atau tanda-ta tanda-tanda nda pening peningkata katan n tekanan tekanan intra intra cranial cranial (sakit (sakit kepala, kepala, muntah) muntah)sert serta a kompresi pada kiasma (siklus haid). 2. Pemeriks Pemeriksaan aan tajam tajam pengliha penglihatan tan terbaik terbaik dengan dengan snellen snellen chart. chart. 3. Bila memung memungkink kinkan, an, dilakukan dilakukan pemeriksa pemeriksaan an refraksi refraksi dan diberikan diberikan koreksi koreksi kaca mata terbaik. Bila tidak memiliki sarana untuk pemeriksaan tersebut, dapat dilakukan tes pin-hole. 4. Pemeriks Pemeriksaan aan lapang lapang panda pandanga ngan n dengan dengan tes konfront konfrontasi. asi.
5. Pemeriksaan penglihatan warna dengan buku iscihara 6. Pemeriks Pemeriksaan aan reflek reflek pupil pupil dengan dengan mengguna menggunakan kan lampu lampu senter. senter. 7. Pemeriks Pemeriksaan aan fundus fundus okuli okuli denga dengan n oftalmos oftalmoskop kop direk. direk. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) 1. Pemeriks Pemeriksaan aan tajam penglih penglihatan atan dengan dengan koreksi koreksi terbaik. terbaik. Pemeriksa Pemeriksaan an refraksi refraksi hendaknya dilakukan secara subyektif maupun objektif. 2. Pemeriksaan Pemeriksaan lapang lapang pandangan pandangan dengan dengan perimetri kinetic Goldmann. Goldmann. 3. Pemeriksaan oftalmologi, baik untuk segmen anterior maupun segmen posterior. Untuk segmen anterior hendaknya menggunakan slit lamp, sedang untuk segmen posterior menggunakan oftalmoskop direk/indirek atau lensa +90 D. 4. Pemeriks Pemeriksaan aan pengliha penglihatan tan warna dengan dengan mengguna menggunakan kan buku iscihara iscihara atau test fansworth-munsell bila ada. 5. Pemeriks Pemeriksaan aan roentgen roentgen foto foto orbita maupun maupun kepala. kepala. Bila perlu pemerik pemeriksaan saan sella sella khusus. Pemeriksaan CT-Scan orbita ataupun kepala bila sarana memungkinkan. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Pemeriks Pemeriksaan aan tajam penglih penglihatan atan dengan dengan koreksi koreksi terbaik. terbaik. Pemeriksa Pemeriksaan an refraksi refraksi hend hendakn aknya ya dilaku dilakuka kan n secara secara subyek subyektif tif maup maupun un obje objekti ktiff meng menggu guna nakan kan strea streak k retinoskop serta autorefraktometer. 2. Peme Pemeri riks ksaa aan n lapa lapang ng pand pandan anga gan n deng dengan an peri perime metr trii kine kineti tic c Gold Goldma mann nn atau atau automatic perimetri (Humphrey atau Octopus). 3. Pemeriksaan Pemeriksaan oftalmologi, oftalmologi, baik untuk untuk segmen segmen anterior anterior maupun maupun segmen posterior. Untuk segmen anterior hendaknya menggunakan slit lamp, sedang untuk segmen posterior menggunakan oftalmoskop direk/indirek atau lensa +90 D. 4. Peme Pemerik riksa saan an elektr elektrofi ofisio siolog logii untuk untuk elekt elektror roreti etino nogra grafi fi maup maupun un visua visuall evoke evoked d potential (VEP).
73
TERBATAS 5. Pemeriks Pemeriksaan aan CT-Sca CT-Scan n atau MRI MRI orbita orbita atau atau kepala kepala.. Penatalaksanaan Pelayanan kesehatan mata primer (PEC) Rujuk ke pelayanan kesehatan mata yang lebih tinggi. Bila penyebabnya bukan kelainan refraksi. Pelayanan kesehatan mata sekunder (SEC) Dicari penyebab kearah kemungkinan adanya glaukoma (TIO, kampus dan sudut bilik mata depan). 1. Bila ditemukan ada glaukoma, maka pasien diberikan terapi (medikamentosa atau bedah). 2. Bila Bila penye penyeba babn bnya ya adala adalah h intok intoksik sikasi asi etamb etambuto utol, l, segera segera hentika hentikan n pemberi pemberian an etambuto etambutoll dengan dengan sepeng sepengetah etahuan uan dokter dokter yang yang memberi memberikan kan etambutol. 3. Bila terdapat tanda-tanda peningkatan ekanan intra cranial, rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan mata yang lebih tinggi/ bedah saraf. 4. Bila te terdapat ta tanda-tanda pr proses de degeneratif pa pada ma mata, rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan mata yang lebih tinggi. 5. Bila pe penyebabnya ad adalah pe penyakit ya yang be bersifat he herediter, dapat diberikan penjelasan penjelasan kepada pasien mengenai mengenai kemungkinan-kemu kemungkinan-kemungkinan ngkinan nya. Pelayanan kesehatan mata tersier (TEC) 1. Sama dengan SEC. 2. Bila di ditemukan pe penyebab, se segera di dirujuk se sesuai de dengan penyebab. 3. Bila pe penyebabnya ad adalah pr proses de degeneratif/ he herediter, dapat dilakukan konseling. 4. Low vision aid yang sesuai.
BAB III PENUTUP
Demikian Standard Operating Procedure (SOP) (SOP) Bagian Bagian Mata Mata ini dibuat dibuat untuk untuk dijadikan pedoman bagi seluruh tenaga medis di Rumkital Dr. Komang Makes. Sehingga diharapk diharapkan an mutu pelayan pelayanan an kesehata kesehatan n yang diberika diberikan n dan budaya budaya profesio profesionali nalisme sme tenaga tenaga medis medis meningk meningkat at sesuai sesuai dengan dengan kemajua kemajuan n ilmu pengeta pengetahua huan n dan teknolo teknologi, gi, serta mendukung tujuan pelayanan kesehatan di Rumkital Dr. Komang Makes secara keseluruhan.
74
TERBATAS
Belawan, Desember 2007 Kepala Rumkital Dr. Komang Makes
Dr. J.B Lengkong, SpA Letkol Laut (K) NRP. 11663/P
75