1
BAB I PENDAHULUAN A. Lata Latarr Bela Belaka kang ng
Pend Pendid idik ikan an meru merupak pakan an usaha usaha manus manusia ia dalam dalam menge mengemb mbang angkan kan pote potens nsii diriny dirinyaa melalu melaluii proses proses pembela pembelajar jaran. an. Pendid Pendidika ikan n adalah adalah suatu suatu proses proses yang yang tidak tidak dapat dapat dipi dipisa sahk hkan an dari dari kehid kehidup upan an prib pribadi adi maupu maupun n kehi kehidup dupan an berb berbang angsa sa dan dan berne bernegar gara, a, dengan dengan demiki demikian an kualit kualitas as pribadi pribadi maupun maupun bangsa bangsa dan negara negara pada umumnya ditentukan oleh kualitas proses pendidikanya. Berb Berbag agai ai upay upayaa tela telah h
dila dilaku kuka kan n peme pemeri rint ntah ah untu untuk k menc mencap apai ai tuju tujuan an
pend pendid idik ikan an nasi nasion onal al dan dan meni meningk ngkat atkan kan mutu mutu pendi pendidi dikan kan mula mulaii dari dari jenj jenjan ang g pendidikan pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam dunia pendidikan, fisika merupakan salah satu disiplin ilmu yang harus dikuasai karena merupakan bagian dari ilmu-ilmu pengetahuan dasar (sains) yang sangat diperlukan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi Dala Dalam m pros proses es bela belaja jarr meng mengaj ajar ar,, pera peran n utam utamaa guru guru adal adalah ah peng pengel elol olaa pengajaran. Guru dituntut menciptakan hubungan timbal balik antara dirinya dengan siswa dan masyarakat masyarakat sekitarnya sekitarnya yang pada akhirnya akhirnya tercipta interaksi yang positif. positif. Pemili Pemilihan han dan penggun penggunaan aan strate strategi gi atau atau model model pembel pembelaja ajaran ran yang yang sesuai sesuai,, akan akan membuat siswa lebih berhasil dalam mencapai tujuan belajarnya. SMPN 2 Sukamaju sebagai salah satu tempat penyelenggaraan pendidikan tentu memiliki juga tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Berdasarkan hasil observasi peneliti tentang proses belajar mengajar yang berlangsung, diperoleh informasi informasi bahwa model pembelajaran pembelajaran yang diterapkan guru masih konvensional. konvensional. Dimana Dimana pada pembel pembelaja ajaran ran konvens konvension ional al suasan suasanaa kelas kelas cenderu cenderung ng teache teacherr –
2
centered sehingga siswa menjadi pasif. Guru tidak menggunakan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. lain. Siswa Siswa hanya hanya disuruh disuruh menghayal menghayal tentan tentang g materi materi yang yang diajar diajarkan kan oleh oleh guru. guru. Sehingga siswa menjadi bosan dan acuh tak acuh dalam belajar. Hal inilah yang menyebabkan menyebabkan rendahnya hasil belajar belajar fisika fisika siswa. Hasil ini sesuai pernyataan pernyataan yang dikemukakan dikemukakan oleh Trianto Trianto (2010: 5) berdasarkan berdasarkan pada analisis analisis penelitian, penelitian, bahwa rendahnya rendahnya hasil belajar disebabkan disebabkan dominannya dominannya proses pembelajaran pembelajaran konvensional. konvensional. Untuk Untuk mengat mengatasi asi masala masalah h tersebu tersebutt maka maka perlu perlu dipili dipilih h suatu suatu model model pembel pembelajar ajaran an yang dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran dengan memperhatikan aspek guru guru dan keingi keinginan nan sisw siswaa ters tersebu ebut. t. Sala Salah h satu satuny nyaa dengan dengan mene menera rapka pkan n mode modell pengajaran langsung.
model pemb pembela elajar jaran an di mana mana guru guru Model Model pengaja pengajaran ran langsun langsung g adalah adalah model mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembela pembelajara jaran n berorien berorientasi tasi pada tujuan tujuan dan distrukt distrukturka urkan n oleh guru. guru. Model Model ini sangat cocok jika guru menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan keterampilan tertentu, karena siswa secara langsung melihat demonstrasi yang diberikan oleh guru. Siswa dapat melihat langsung proses atau cara kerja kerja suatu suatu benda benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran agar siswa tidak hanya menghafal konsep . Dalam menerapkan menerapkan model pengajaran pengajaran langsung langsung guru memerlukan memerlukan media pembel pembelajar ajaran. an. Namun Namun masala masalah h yang yang sering sering ditemu ditemukan kan dilapan dilapangan gan / disekol disekolah, ah, mengapa sampai saat ini masih ada guru yang enggan untuk menggunakan media ? Alasan yang pertama ialah menggunakan media itu repot. Kedua, media itu canggih dan mahal. mahal. Ketiga Ketiga,, memang memang guru guru itu tidak tidak bisa bisa menggun menggunakan akan media. media. Keempat Keempat,, media media itu hiburan hiburan sedangka sedangkan n belaja belajarr itu serius serius.. Kelima Kelima,, tidak tidak tersed tersedian ianya ya media media
3
tersebut tersebut ditempat mengajar. mengajar. Keenam, kebiasaan kebiasaan menikmati ceramah ceramah / diskusi. diskusi. Dari banyaknya alasan tersebut solusinya yaitu dengan menggunakan media sedehana, yang simple, praktis tanpa mengurangi kualitas meteri yang diberikan, dan sebaiknya bisa dilihat jelas oleh sebagian besar siswa di kelas. Namun penggunaan media sederhana dilakukan jika peralatan laboratorium tidak tidak menc mencuku ukupi pi untu untuk k dist distri ribus busii seti setiap ap kelom kelompok pok sisw siswaa dala dalam m menj menjal alan ankan kan pra prakt ktik ikum um.. Namu Namun n meto metode de ini ini tida tidakl klah ah cukup cukup efek efekti tiff jika jika yang yang menj menjad adii alat alat demonstrasi demonstrasi tidak dapat disimak disimak oleh seluruh siswa disebabkan karena alat tersebut terlalu kecil sehingga memerlukan media lain yang dapat menampilkannya dengan tampilan yang lebih besar. Misalkan saja ketika guru akan mengajarkan bagaimana membaca dan menggunakan alat ukur seperti mikrometer dan jangka sorong maka tidaklah efektif jika hanya didemonstrasikan karena skala kedua alat ini cukuplah kecil dan membutuhkan bantuan media sederhana untuk menampilkannya dengan tampilan yang lebih besar dan menarik. Berd Berdas asar arka kan n penga pengama mata tan n di lapa lapanga ngan n dan hasil hasil obser observas vasii memb member erik ikan an gambaran kepada peneliti tentang keadaan SMP Negeri 2 Sukamaju. Menurut para guru bidang studi fisika, SMP Negeri 2 Sukamaju, dimana pemahaman fisika siswa sangat lemah, sehingga setiap ada perubahan soal dalam lingkup materi yang sama sisw siswaa teta tetap p kesul kesulit itan an untuk untuk menge mengerj rjaka akan n soal soal-so -soal al ters tersebu ebut. t. Disa Disamp mpin ing g itu itu kemampuan kemampuan siswa siswa dalam menganalisis menganalisis peristiwa peristiwa atau kejadian sangat lemah, siswa cenderung cenderung menghafal, menghafal, sehingga cepat lupa. Karena alasan itulah itulah sehingga sehingga kadang hanya hanya sebag sebagia ian n kecil kecil sisw siswaa yang yang bisa bisa menc mencapa apaii targ target et ketunt ketuntas asan an yang yang tela telah h diteta ditetapkan pkan.. Kriter Kriteria ia ketunta ketuntasan san minima minimall (KKM) (KKM) yang yang diteta ditetapkan pkan adalah adalah 65. Berdasarkan data hasil belajar siswa pada tahun ajaran 2009/2010, diketahui bahwa
4
hanya sekitar 68,57% siswa yang tuntas dan 31,43% siswa harus mengikuti remedial. Sehubungan dengan hal tersebut penulis mengangkat sebuah penelitian dengan judul “Penerapan Model Pengajaran Langsung Dengan Menggunakan Media Sederhana Dalam pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Sukamaju kab. Luwu Utara” B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
dirumuskan masalah : 1. Seberapa besar pencapaian hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Sukamaju Kab. Luwu Utara
setelah
digunakan
model
pengajaran langsung dengan
menggunakan media sederhana? 2. Apakah hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Sukamaju Kab. Luwu Utara telah
mencapai nilai KKM setelah digunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana? A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui besar pencapaian hasil belajar fisika siswa SMPN 2
Sukamaju Kab. Luwu Utara setelah digunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. 2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa SMPN 2 Sukamaju Kab. Luwu Utara setelah digunakan model pengajaran langsung dengan media sederhana telah mencapai nilai KKM. A. Manfaat Penelitian
1
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Siswa Menambah minat belajar siswa khususnya pelajaran fisika melalui model pengajaran langsung dengan media sederhana. 2. Bagi guru Dapat dijadikan
sebagai salah satu pembelajaran baru dalam upaya
peningkatan hasil belajar. 3. Bagi Sekolah Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan dalam sistem penilaian di sekolah yang tidak hanya mengacu pada satu metode dalam pembelajaran dalam kelas sehingga siswa tidak merasa tertekan terhadap apa yang dipikirkan untuk dapat diungkapkan dan menyebabkan guru memiliki referensi untuk pembelajaran ke depannya 4. Bagi Peneliti Sebagai latihan dalam usaha menyatukan serta menyusun buah pikiran secara tertulis dan secara sistematis dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai bahan perbandingan dalam referensi khususnya kepada peneliti lain yang akan mengkaji masalah yang relevan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka
1. Proses Belajar Mengajar
2
Belajar dan mengajar adalah dua hal yang erat kaitannya, bahkan konsep tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena berbicara masalah kegiatan mengajar, maka secara bersamaan ada pihak yang mengalami proses belajar mengajar sehingga sering diakatakan proses interaksi belajar mengajar. Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan masing-masing pengertian belajar mengajar. Pengertian belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Sagala (2005:37) ”Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”. L.B. Curzon dalam Sahabuddin (2007:81) mengemukakan bahwa: “Belajar adalah modifikasi yang tampak dari perilaku seseorang melalui kegiatan-kegiatan
dan
pengalaman-pengalamannya,
sehingga
pengetahuan,
keterampilan dan sikapnya, termasuk penyesuaian cara-cara terhadap lingkungan yang berubah-ubah sedikit banyaknya permanen”. Selanjutnya Slameto (2003:28) mengemukakan bahwa “Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan untuk memperoleh tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
1
Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku melalui latihan, pendidikan, pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Pengertian mengajar
Masalah mengajar telah menjadi persoalan para ahli pendidikan sejak dahulu sampai sekarang. Pengertian mengajar mengalami perkembangan, bahkan hingga dewasa ini belum ada definisi yang tepat bagi semua pihak mengenai mengajar. Pendapat yang dilontarkan oleh para pendidik adalah untuk mendapat jawaban tentang apakah mengajar itu ?. Untuk mencari jawaban tersebut, perlu dikemukakan beberapa teori tentang mengajar. Menurut definisi yang lama bahwa mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan terhadap anak didik kita. Menurut De Queliy dan Gazali yang dikutip oleh ( Slameto, 2003:29) “Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara yang paling singkat dan tepat”. Selanjutnya
Hartwig Scroder dalam Sahabuddin
(2007:13) mendefinisikan mengajar sebagai prosedur mewariskan pengalaman dengan tujuan menyebabkan belajar berlangsung. Pendapat lain dikemukakan William H. Burton dalam Sagala (2005:61) “Belajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses pembelajaran”. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa mengajar sebagai sistem kegiatan untuk membimbing atau merangsang belajar anak untuk mengerti dan membimbing anak sebagai individu dan kelompok dengan maksud
2
terpenuhinya terpenuhinya kelengkapan pengalaman belajar yang memungkinkan memungkinkan setiap anak dapat berkembang terus secara teratur mencapai kedewasaannya. ( Direct instruction) instruction) 1. Model Pengajaran Langsung ( Direct
Direct Instruction Instruction atau pengajaran langsung digunakan oleh para peneliti untuk untuk meruju merujuk k pada pola-p pola-pola ola pembel pembelajar ajaran an di mana mana guru banyak banyak menjel menjelaska askan n kons konsep ep atau atau kete ketera ramp mpil ilan an kepa kepada da seju sejuml mlah ah kelo kelomp mpok ok sisw siswaa dan dan meng menguj ujii keterampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Dengan demikian, tujuan pembelajaran distrukturkan oleh guru. Menurut Roy Killen dalam (http://eduzona.blogspot.com) direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tany tanyaa jawa jawab) b) yang yang meli meliba batka tkan n selu seluru ruh h kelas kelas.. Pende Pendeka kata tan n dalam dalam model model pembelajaran ini berpusat pada guru di mana guru menyampaikan isi akademik dalam dalam format format yang yang sangat sangat terstr terstrukt uktur, ur, mengar mengarahka ahkan n kegiata kegiatan n para para siswa, siswa, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik. Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan mengembangkan bel belaj ajar ar sisw siswaa tent tentang ang penget pengetahu ahuan an dekla deklara rati tiff dan dan penget pengetahu ahuan an pros prosedu edura ral. l. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu misalnya pengetahuan tentang teori atom, susunan dan nama-nama planet yang masuk dalam tata surya kita. Pengetahuan prosedural prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana bagaimana melakukan melakukan sesuatu sesuatu misalnya, misalnya, pengetahuan pengetahuan tentang tentang cara menggunakan menggunakan neraca, amperemeter, amperemeter, osiloskop, pengetahuan tentang cara melakukan penelitian dan sebagainya. Pada prinsiopnya pengetahuan yang dapat diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung adalah pengetahuan yang telah ditata dengan baik
2
sehing sehingga ga mempuny mempunyai ai strukt struktur ur yang yang dapat dapat dipelaj dipelajari ari selangk selangkah ah demi demi selangk selangkah ah (Muh. Natsir, 2005). Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk memaksimalkan peng penggun gunaan aan wakt waktu u belaj belajar ar sisw siswa. a. Beber Beberap apaa temu temuan an dalam dalam teor teorii peril perilaku aku di antar antaran anya ya adala adalah h penca pencapai paian an sisw siswaa yang yang dihub dihubung ungkan kan denga dengan n waktu waktu yang yang digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan mengerjakan tugas sangat positif. positif. Dengan demikian, model pembelajaran pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Informasi yang dapat disampaikan dengan strategi direktif dapat dapat berupa berupa penget pengetahu ahuan an pros prosedu edura ral, l, yait yaitu u penget pengetahu ahuan an tent tentan ang g bagai bagaima mana na melaksa melaksanaka nakan n sesuat sesuatu u atau atau pengeta pengetahuan huan deklara deklarati tif, f, yaitu yaitu pengeta pengetahuan huan tentan tentang g sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Dengan demikian
pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran di mana guru guru mentrans mentransform formasik asikan an informas informasii atau keteram keterampila pilan n secara secara langsung langsung kepada kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan tertentu (http://eduzona.blogspot.com). a. Pola Pola Keselu Keseluruha ruhan n Kegiat Kegiatan an Pembe Pembelaja lajaran ran
Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru Guru meng mengaw awal alii
pela pelaja jara ran n
deng dengan an penj penjel elas asan an tuju tujuan an dan dan
lata latarr
bela belaka kang ng
pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Fase persiapan dan motivasi ini kemudian di ikuti oleh presentasi materi ajar yang yang diajar diajarkan kan atau atau demons demonstra trasi si tentan tentang g ketera keterampi mpilan lan terten tertentu. tu. Pelaja Pelajaran ran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan
1
pember pemberian ian umpan umpan balik balik terhada terhadap p keberhas keberhasila ilan n siswa. siswa. Pada Pada fase fase pelati pelatihan han dan pem pembe beri rian an umpa umpan n bali balik k ters terseb ebut ut,, guru guru perl perlu u sela selalu lu menc mencob obaa memb member erik ikan an kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata (http://kanreguru.wordpress.com) Menurut Kardi dalam (http://kanreguru.wordpress.com), pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Penga engajjaran aran
langs angsun ung g
digu diguna naka kan n
unt untuk
meny enyampa ampaiikan kan
pel pelajar ajaran an
yang yang
ditran ditransfo sforma rmasik sikan an langsu langsung ng oleh oleh guru guru kepada kepada siswa. siswa. Penyus Penyusunan unan waktu waktu yang yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan. Sintaks Model pengajaran langsung disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1. : Sintaks Model Pengajaran Langsung Fase Fase 1
Peran Guru
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar
Menyampaikan tujuan dan
belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa
mepersiapkan siswa untuk belajar.
1
Fase 2
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, Mendemonstrasikan pengetahuan
atau menyajikan informasi tahap demi tahap
dan keterampilan Fase 3
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
Membimbing pelatihan Fase 4
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas Mengecek pemahaman dan
dengan baik, memberi umpan balik
memberikan umpan balik
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
Fase 5
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada Memberikan kesempatan untuk
penerapan kepada situasi lebih kompleks dan
pelatihan lanjutan dan penerapan
kehgidupan sehari-hari. (Muh. Natsir, 2005).
Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan
yang
dipelajari
ke
dalam
situasi
kehidupan
(http://kanreguru.wordpress.com). b. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pengajaran langsung
nyata
1
Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Menyiapkan dan memotivasi siswa, Tujuan langkah awal ini untuk menarik
dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu. 2. Menyampaikan tujuan, Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran. 3. Presentasi dan Demonstrasi, Fase ini merupakan fase kedua pengajaran
langsung. Guru melaksanakan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan. Kunci keberhasilan kegiatan demonstrasi ialah
tingkat
kejelasan demostrasi informasi yang dilakukan dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif. 4. Mencapai kejelasan , Hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan
bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar mengajar. 5. Melakukan demonstrasi, Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi
bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error.”
1
6. Mencapai pemahaman dan penguasaan , Untuk menjamin agar siswa akan
mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya, guru perlu benar benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar. 7. Berlatih , Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan
latihan
yang intensif, dan memperhatikan
aspek-aspek penting dari
keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan. 8. Memberikan latihan Terbimbing , Salah satu tahap penting dalam pengajaran
langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa
secara aktif
dalam
pelatihan
dapat
meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru (http://kanreguru.wordpress.com). 1. Media Dalam Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Dalam arti sempit, media pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana. Sedangkan dalam arti luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks akan tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti: tv radio, slide, fotografi,
2
diagram, dan bagan buatan guru, atau objek-objek nyata lainnya. Sedangkan yang dimaksud media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa (http://www.freewebs.com). Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya : 1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan
buku,
kesempatan
melancong,
dan
sebagainya.
Media
pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. 2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi.
2
Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. 3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. 4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. 7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. 8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak (http://makalahkumakalahmu.wordpress.com). Sedangkan menurut Sadiman (2002:16) dalam (http://www.freewebs.com), media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut: 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). 2.
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
3. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Dalam hal ini, media pendidikan berguna untuk: 1) Menimbulkan kegairahan belajar
1
2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. 3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. Berdasarkan manfaat tersebut, nampak jelas bahwa media pembelajaran mempunyai andil yang besar terhadap kesuksesan proses belajar mengajar. Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. a. Guru dan Media Pembelajaran
Belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metodologi pengajaran dan penilaian pengajaran. Unsur-unsur tersebut biasa dikenal dengan komponen pengajaran. Tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa setelah ia menempuh berbagai pengalaman belajarnya. Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Metodologi pengajaran adalah metode dan teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran sampai kepada siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran. Dalam metodologi ada dua aspek yang paling menonjol, yaitu metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai tidaknya suatu tujuan pengajaran.
1
Pola pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran sebagai sumbersumber disamping guru dapat digambarkan sebagai berikut :
7 XM XDQ
3HQHW DSDQ,VL GDQ0 HW RGD
* XUXGHQJDQ 0 HGLD
6LVZD
Gambar 2.1. Pola Pembelajaran dibantu Media (Arifin, 2000)
Dalam praktek pembelajaran sebenarnya tidak ada pola yang kaku antar komponen pembelajaran. Pola kombinasi yang lengkap dapat digambarkan sebagai berikut :
Penetapan Tujuan Guru Siswa Media Guru dan isi dan Media Metoda
2
Evaluasi (Umpan Balik) Gambar 2.2. Pola Kombinasi Dalam Pembelajaran
(Arifin, 2000) b. Media Sederhana Dalam Pembelajaran
Dalam suatu proses pembelajaran manfaat media secara umum adalah untuk memperlancar proses interaksi antara guru dan siswanya, agar siswanya dapat belajar lebih optimal secara khusus media pembelajaran bermanfaat untuk: menyeragamkan materi, membuat akses pendidikan lebih merata, membuat proses belajar lebih cepat dan menarik, menjadikan proses lebih interaktif, mengurangi waktu
belajar,
meningkatkan
kualitas
belajar,
tidak
membatasi
tempat,
meningkatkan sifat positif siswa terhadap bahan atau proses belajar, mengubah peran guru agar lebih positif dan produktif serta menjadikan pengajaran atau instruksi lebih berdasarkan pada keilmuan (http://www.membuatblog.web.id). Sejak tahun 1930 berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kebermanfaatan penggunaan untuk keperluan pembelajaran. Penelitian diawaali dengan evalusi media untuk melihat apakah suatu media dapat dipergunakan unutk pembelajaran. Penelitian ini berasumsi bahwa media sebagai stimulus dapat mengubah perilaku. Akan tetapi hasil penelitian itu dianggap kurang dapat diandalkan karena hasil menunjukkan bahwa semua media dapat dipergunakan untuk pembelajaran. Oleh karena itu penelitian-penelitian berikutnya beralih ke penelitian perbandingan media unutk pembelajaran. Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui apakah suatu media lebih baik daripada media yang lain. Misalnya apakah gambar diam lebih
2
baik dari pada gambar gerak ( film ) atau apakah media audio lebih baik daripada media visual. Hasil penelitian itu tidak konsisten dan sulit dipercaya. Ternyata keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada: (1) isi pesan (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. Untuk tujuan pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih efesien daripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada siswa yang tepat pula. Sungguhpun demikian, secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain : •
Access
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet, adakah jaringan teleponnya? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung ke internet? Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet, tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid lebih penting untuk memperoleh akses. •
Cost
Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal. Namun
2
biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin Pendayagunaan Media Pembelajaranbanyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun. •
Technology
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Tetapi kita perlu memperhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya? Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlu kita pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya? •
Interactivity
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. •
Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya apakah pimpinan
sekolah
atau
pimpinan
yayasan
mendukung?
Bagaimana
pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat sumber belajar? •
Novelty
Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi murid. Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumberdaya yang
2
ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang dimilikinya. Tidak diragukan lagi bahwa semua guru sepakat bahwa media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa (http://rizalaldura.blogspot.com). 1. Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa standar keberhasilan dalam belajar bisa dilihat dari sejauh mana guru dan siswa telah berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ada. Disamping itu hasil belajar juga merupakan suatu indikator yang penting untuk menyatakan kualitas suatu pembelajaran. Hakekat hasil belajar siswa menurut Sudjana (2005:37) adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang afektif dan psikomotorik. Hasil belajar sifatnya relatif, maksudnya ketetapan hasil belajar belum bisa menjamin prestasi belajar tinggi. Sebab kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang prestasi belajarnya tinggi tetapi penguasaan materinya masih kurang. Menurut Oemar Malik (2003:155) hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.
1
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada penelitian ini, peneliti hanya mengamati aspek kognitif. Hasil belajar dari aspek kognitif merupakan kemampuan siswa dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi, baik secara proses maupun di akhir pembelajaran. Hasil akhir dapat diketahui dengan menggunakan salah satu indikator yaitu melalui tes. Hasil tes ini kemudian dianalisis oleh guru dan diberi skor. 2. Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan
acuan
kriteria,
yakni
menggunakan
kriteria
tertentu dalam
menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). (Akhmad Sudrajat, 2008:143) Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal : a) Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. b) Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. c) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. d) Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan
antara satuan pendidikan dengan masyarakat.
1
e) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap
mata pelajaran. Perlu setiap sekolah-sekolah untuk menentukan Standar Ketuntasan Minimal (KKM)-nya masing-masing sesuai dengan keadaan sekolah dimana sekolah itu berada artinya antara sekolah A dengan sekolah B bisa KKM-nya berbeda satu sama lainnya, ada beberapa rambu-rambu yang harus diamati sebelum ditetapkan KKM di sekolah. Adapun rambu-rambu yang dimaksud adalah : (Wannef Jambak, 2007:86) a) KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran. b) KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah. c) KKM dinyatakan dalam bentuk presentasi berkisar antara 0-100, atau rentang
nilai yang sudah ditetapkan. d) Kreteria ditetapkan untuk masing-masing indikator idealnya berkisar 75 % e) Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah kreterian ideal ( sesuai kondisi
sekolah) f) Dalam
menentukan
KKM
haruslah
dengan
mempertimbangkan
tingkat
kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas indikator, serta kemampuan sumber daya pendudkung. g) KKM dapat dicantumkan dalam LHBS sesuai model yang ditetapkan atau dipilih
sekolah. Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah
penetapan KKM (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/
penetapan-kkm.pdf) adalah sebagai berikut:
1
1) Guru
atau kelompok
guru
menetapkan
KKM
mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan
intake (kemampuan) peserta didik dengan skema sebagai berikut: KK KKM M Indikat MP KD SK or
Gambar 2.3. Skema Penetapan KKM
Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran. 2) Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian 3) KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan; 4) KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik. Berdasarkan langkah-langkah penetapan KKM tersebut, maka guru mata pelajaran fisika SMP Negeri 2 Sukamaju menyepakati nilai kriteria ketuntasan minimal sebesar 65. A. KERANGKA PIKIR
1
Dalam dunia pendidikan kegiatan belajar mengajar (KBM) dipandang berkualitas jika berlangsung efektif, efisien, inovatif, bermakna dan ditunjang oleh sumber daya. Suatu kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil jika peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar yang dapat dilihat dari hasil belajarnya. Oleh karena itu guru sebagai pendidik dan pengajar bertanggung jawab merencanakan dan mengelolah kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap mata pelajaran khususnya bidang studi Fisika. Kurang tepatnya suatu model pembelajaran bukan terletak pada model itu sendiri, tetapi lebih ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam menerapkan
secara
benar
langkah-langkah
pelaksanaan,
meracik
model
pembelajaran yang cocok dan kemampuan guru untuk mengatasi hambatanhambatan dalam menerapkan model tersebut. Salah satu model yang sangat popular digunakan dalam pembelajaran adalah model pengajaran langsung. Model ini diterapkan oleh sebagian besar guru karena di dalamnya terdapat
metode demonstrasi yang digunakan jika peralatan
laboratorium tidak mencukupi untuk distribusi setiap kelompok siswa dalam menjalankan praktikum. Namun metode ini tidaklah cukup efektif jika yang menjadi alat demonstrsasi tidak dapat disimak oleh seluruh siswa disebabkan karena alat tersebut terlalu kecil sehingga memerlukan media lain yang dapat menampilkannya secara menarik dengan tampilan yang lebih besar. Pembelajaran dengan menggunakan media sederhana merupakan salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan di atas. Dengan menggunakan bantuan media
2
ini alat demonstarasi dapat ditampilkan lebih besar, menarik dan dapat disimak oleh seluruh siswa. Oleh karena itu, agar pembelajaran lebih menarik, lebih nyata, dan dapat disimak oleh seluruh siswa maka ada baiknya jika pembelajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung dibantu dengan media sederhana. Dari penggabungan ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat penguasaan siswa dalam bentuk hasil belajar terhadap materi yang dipelajari terkhusus pada materi alat ukur dan suhu yang sangat memerlukan metode pembelajaran yang lebih nyata melalui model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana yang akan hasilnya lebih menarik dan dapat disimak oleh seluruh siswa.
Model pengajaran Proses Pembelajaran Fisika Hasil Media Belajar Sederhana SISWA GURU langsung Fisika
2
Gambar 2.4. Bagan Kerangka Pikir
B. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sukamaju tahun ajaran 2010/2011 telah mencapai standar KKM setelah diajar dengan menggunakan model pengajaran langsung dengan media sederhana. H0 : µ < µ0
H a : µ ≥ µ0
Keterangan: H0 = Hipotesis sangkalan Ha = Hipotesis alternatif µ = Skor rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sukamaju setelah di ajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. µ0 = Standar KKM yang diberlakukan di SMP Negeri 2 Makassar.
3
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian Pre-Eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai hasil belajar fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju telah mencapai standar KKM atau belum setelah diajar dengan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. B. Lokasi dan Waktu Penelitian •
Lokasi penelitian adalah di SMP Negeri 2 Sukamaju
•
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2010/2011 semester ganjil.
C. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian
2
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana dan hasil belajar fisika siswa. 2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah “One Shot Case Study”. Adapun secara singkat rancangan penelitian ini dapat dpigambarkan dalam desain sebagai berikut (Arikunto. 2006:85) : X
O
Keterangan: X O
: treatment atau perlakuan : tes hasil belajar fisika setelah treatment dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana.
D. Definisi Operasional Variabel 1. Model pengajaran langsung dengan media sederhana adalah
model
pembelajaran dimana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru dengan menggunakan media sederhana. 2. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran fisika yang diukur dengan menggunakan tes hasil belajar yang dinyatakan derngan skor hasil belajar. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
1
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sukamaju tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa 213 orang. 2. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling. Pengambilan sampel tersebut digunakan dengan asumsi bahwa populasi bersifat homogen, artinya penempatan siswa dalam kelas tidak berdasarkan pada prestasi belajarnya. Adapun yang di ambil secara random sampling adalah kelasnya. Hasil pengacakan tersebut terpilih kelas VIIA dengan jumlah siswa sebanyak 35 0rang.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes hasil belajar fisika yang diberikan setelah proses belajar mengajar telah selesai untuk mendapatkan data hasil belajar fisika siswa. 1. Instrumen penelitian
Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu jenis instrumen berupa tes hasil belajar fisika. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan tes tersebut sebagai berikut: a. Tahap pertama
Menyusun 40 item tes hasil belajar fisika siswa dari pokok bahasan Suhu dan Pengukuran yang ada pada semester ganjil dalam bentuk pilihan ganda. b. Tahap kedua
3
Semua item yang telah disusun dikonsultasikan ke dosen pembimbing untuk selanjutnya diujicobakan pada siswa kelas VIIA yang telah mempelajari materi tersebut. Kemudian item-item dari lembaran siswa di analisis untuk mengetahui validitasnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
γ pbi =
M p
− M t
S t
p q
Dengan:
γ pbi
= Koefisien korelasi biseral
M p = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya. M t = Rerata skor total S t = Standar deviasi dari skor total p = Proporsi siswa yang menjawab benar =
Banyaknya siswa yang menjawab benar Jumlah seluruh siswa
q = Proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 - p) Valid tidaknya item ke-i ditunjukkan dengan membandingkan nilai γ pbi
dengan nilai r tabel pada taraf signifikan α = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut: ≥ r tabel , item dinyatakan valid
Jika : Nilai γ pbi
< r tabel , item dinyatakan invalid
Nilai γ pbi
(Arikunto ,2005 : 79)
1
Dari 40 item yang diujicobakan setelah dianalisis dengan γ pbi diperoleh 21 item yang memenuhi kriteria valid dan 19 item yang invalid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran. c. Tahap ketiga
Untuk mengetahui konsistensi instrumen yang digunakan, maka harus ditentukan reliabilitasnya. Kriteria tingkat reliabilitas sebagai berikut : Table 3.1. Kriteria tingkat reliabilitas item Rentang Nilai 0,800-1,000 0,600-0,800 0,400-0,600 0,200-0,400 0,000-0,200
Kategori Tinggi Cukup tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Untuk menghitung reliabilitas tes hasil belajar fisika digunakan rumus KuderRichardson 20 (KR-20) sebagai berikut:
2 S − ∑ pq n r 11 = 2 n − 1 S
(Arikunto, Suharsimi, 2008:100) dengan: = reliabilitas instrumen
r 11 p
=
Proporsi subyek yang menjawab item benar
q
=
Proporsi subyek yang menjawab item salah (q = 1 – p)
=
Jumlah hasil perkalian antara p dan q
1
n
=
Banyaknya item
S
=
Standar deviasi dari tes (akar variansi)
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai tingkat reliabilitas tes secara keseluruhan = 0,665 pada taraf signifikansi α = 0,05 . Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka tes yang digunakan mempunyai tingkat reliabilitas dengan kategori cukup tinggi dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A. 1. Prosedur penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yakni: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. a. Tahap persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi fisika SMP Negeri 2 Sukamaju untuk meminta izin melaksanakan penelitian. 2) Menentukan materi yang akan dijadikan sebagai materi penelitian. 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 4) Menyusun instrumen penelitian dalam bentuk tes pilihan ganda a. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini mulai dilaksanakan proses belajar mengajar pada kelas yang sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan. Proses mengajar dilakukan sendiri oleh peneliti dimana kelas yang diteliti diajar dengan model pembelajran langsung dengan menggunakan media sederhana. b. Tahap akhir
3
Setelah seluruh kegiatan pengajaran dilaksanakan maka dilakukan tes hasil belajar fisika. Tes hasil belajar fisika diberikan pada kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. Adapun waktu pelaksanaan tes hasil belajar yaitu pada hari selasa tanggal 06 Oktober 2010. F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan dua macam statistik, yaitu: 1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar fisika yang diperoleh siswa setelah mengikuti materi pelajaran. Analisis ini akan memberikan gambaran tentang skor hasil belajar fisika siswa yang diperoleh berupa skor tertinggi, skor terendah, skor ideal, rata-rata, dan standar deviasi. Untuk mengetahui nilai yang diperoleh siswa, maka skor di konversi dalam bentuk nilai menggunakan rumus sebagai berikut: N=SSSI x 100
Keterangan: N = Nilai siswa SS = Skor hasil belajar siswa SI = Skor ideal
Nilai standar ketuntasan belajar siswa kelas VIIA pada mata pelajaran fisika pokok bahasan Suhu dan Pengukuran di SMP Negeri 2 Sukamaju adalah 65.
1
Kemudian, untuk kategori hasil belajar fisika siswa kelas VIIA yang ditetapkan berdasarkan kriteria yang sebagai berikut : Tabel 3.2 Kategori Nilai Hasil Belajar No 1 2 3 4 5
Interval Nilai 0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100
Kategori Hasil Belajar Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Riduan (2003 : 41) 2. Analisis Inferensial
Statistik inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji-t, sebelum uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas.
a. Uji Normalitas Data
Untuk keperluan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian dasar yaitu uji normalitas data . Uji nomalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan rumus chi-kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut:
χ
2 hitung
k
(Oi − E i )
i =1
E i
=∑
2
(Sugiyono, 2006: 197) Keterangan: = Nilai Chi-kuadrat hitung 2
χhitung
Oi
= Frekuensi hasil pengamatan
3
E i
= Frekuensi harapan
k
= Banyaknya kelas
Kriteria pengujian: Data berdistribusi normal bila
lebih kecil dari
dimana 2
2
χ tabel
χ hitung
diperoleh 2
χ tabel
dengan dk = (k-1) pada taraf signifikan α = 0,05.
dari daftar
χ2 b. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan dalam hipotesis penelitian. Berdasarkan bunyi hipotesis yang telah diajukan maka jenis uji hipotesis yang digunkan adalah uji pihak kanan dengan menggunakan uji t pada rata-rata (µ) skor hasil belajar siswa. ➢
Uji Rata-rata µ Teknik pengujian yang digunakan adalah uji t dengan α = 0,05 thitung=µ-µ0s/n
(Sudjana, 1992:227)
Keterangan: µ = µ0 =
Nilai rata-rata yang di konversi dari skor rata-rata Standar KKM
s
=
Standar deviasi
n
=
Banyaknya data kelompok
3
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas hal–hal yang berkaitan dengan pengolahan data, pengujian hipotesis, dan pembahasan berdasarkan data yang diperoleh sesuai dengan teknik dan prosedur pengambilan data dalam penelitian ini. Pengolahan data yang dimaksud di sini meliputi pengujian dasar–dasar analisis, yaitu analisis deskriptif dan pengujian hipotesis. A. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Deskriptif
1
Bedasarkan hasil analisis deskriptif siswa kelas VII A SMP Negeri I Sukamaju tahun ajaran 2010/2011 semester ganjil yang diajar dengan menerapkan Model Pengajaran Langsung dengan menggunakan media sederhana. Tabel 4.1. Statistik Skor Hasil Belajar Fisika Statistik Skor ideal Skor maksimun Skor minimum Skor rata-rata Rentang skor Standar deviasi
Nilai Statistik 21 20 5 15,60 15 3,06
Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa skor rata-rata yang diperoleh siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju adalah 15,60 dengan skor tertinggi 20 dan skor terendah 5 serta standar deviasi 3,06. Jika skor hasil belajar siswa SMP Negeri 2 Sukamaju tahun ajaran 2010/2011 dianalisis dengan menggunakan persentase pada distribusi frekuensi maka dapat dibuat tabel distribusi frekuensi kumulatif sebagai berikut : Tabel 4.2. Distribusi frekuensi kumulatif skor hasil belajar Fisika siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sukamaju Skor
F
f (%)
5-7
1
8-10
Kumulatf Bawah
f (%)
Atas
f (%)
2.86
1
2.86
35
100.00
2
5.71
3
8.57
34
97.14
11-13
3
8.58
6
17.14
32
91.43
14-16
16
45.71
22
62.86
29
82.86
17-19
9
25.72
31
88.57
13
57.14
20-22
4
11.42
35
100.00
4
45.71
Jumlah
35
100,00
Berdasarkan tabel distribusi persentase kumulatif skor hasil belajar fisika di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata berada pada rentang skor 11-13 dimana
1
terdapat 11,43% siswa yang memperoleh skor di bawah skor rata-rata, dan 88,57% siswa memperoleh skor di atas skor rata-rata. Data distribusi frekuensi diatas dapat disajikan dalam diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi skor hasil belajar siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sukamaju. Tabel 4.3. Persentase Ketuntasan belajar Fisika siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sukamaju Persentase No Kategori Hasil Belajar Frekuensi (%) 1 Tuntas 29 82,86 2 Belum Tuntas 6 17,14 Jumlah 35 100,00
Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal, maka banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar, yaitu 29 orang dengan persentase 82,86% dan banyaknya siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar yaitu 6 orang dengan persentase 17,14%. 2. Hasil Analisis Inferensial a. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk menyatakan apakah data skor hasil belajar fisika siswa berasal dari populasi berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa, untuk α = 0.05 dan dk = k-1 = 6-1 = 5, maka diperoleh χ 2tabel = χ 2(0,95)(5) = 11,070. Berdasarkan tabel pengujian normalitas (lampiran C) diperoleh χ 2hitung = 8,875. Dengan demikian = χ 2hitung = 8,875 < χ 2tabel = χ 2(0,95)(5) = 11,070, yang berarti skor hasil belajar fisika siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Pengujian Hipotesis
2
Pada pengujian hipotesis, untuk rata-rata µ dilakukan dengan menggunakan uji-t. Hasil analisis diperoleh nilai t hitung = 18,60 dibandingkan dengan ttabel dimana ttabel = 1,692 yakni 18,60 > 1,692. Kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitung > t(0,95)(34) dengan α = 0,05, untuk harga lainnya Ha diterima. Hal ini berarti thitung berada pada penolakan H0, dengan demikian Ha dinyatakan diterima. Adapun hasil taksiran rata skor hasil belajar fisika siswa berada pada interval antara 14-16 dimana skor rata-rata adalah sebesar 15,60. Jika skor tersebut di konversi dalam bentuk nilai, maka ratarata nilai hasil belajar fisika siswa adalah sebesar 74,28 dengan kategori hasil belajar tinggi. B. Pembahasan
Dalam model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana baik guru maupun siswa sama-sama berperan secara penuh. Guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar siswa belajar. Model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Berdasarkan analisis deskriptif tentang hasil belajar siswa pada tes terakhir, skor tertinggi yang diperoleh adalah 20 dan skor rata-rata adalah 15,60 dengan standar deviasi 3,06. Berdasarkan persentase kumulatif skor hasil belajar fisika menunjukkan bahwa ada 17,14% dari siswa yang memperoleh skor <14 dan ada 82,86% siswa yang memperoleh skor ≥14. Hal ini memberi petunjuk bahwa persentase ketuntasan klasikal nasional yakni
85% belum tercapai. Namun demikian, f akta empiris yang diperoleh tersebut telah memberi indikasi bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan menggunakan
2
media sederhana telah dapat meningkatkan meningkatkan persentase ketuntasan klasikal sebelumnya yakni dari 68,57% menjadi 82,86% atau dari 24 siswa menjadi 29 siswa yang mencapai nilai diatas 65. Dari hasil analisis deskriptif dan pengujian hipotesis tersebut diatas yang merupakan fakta empiris diperoleh informasi bahwa hasil belajar fisika siswa setelah diajar dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran pembelajaran langsung dengan menggunakan media sederhana telah memenuhi standar KKM, dimana rata-rata nilai hasil belajar fisika siswa yang diperoleh adalah 74,28 lebih besar dibandingkan dengan nilai standar KKM yakni sebesar 65, dengan ketercapaian kriteria ketuntasan belajar mencapai 82,86% atau 29 siswa mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan 65.
Berdasarkan hasil analisis data pada pengujian hipotesis untuk rata-rata µ, thitung berada pada penolakan H0, dengan demikian Ha dinyatakan diterima. Hal ini memberi indikasi bahwa skor rata-rata hasil belajar fisika siswa telah memenuhi stan standa darr KKM KKM sete setela lah h di ajar ajar deng dengan an mode modell pemb pembel elaj ajar aran an lang langsu sung ng deng dengan an menggunakan media sederhana. Fakt Faktaa ters terseb ebut ut diat diatas as menun menunju jukka kkan n bahwa bahwa sisw siswaa dapat dapat mema memaham hamii dan mengana menganalis lisis is materi materi pelaja pelajaran ran setela setelah h siswa siswa diajar diajar dengan dengan model model pengaja pengajaran ran langsung dengan menggunakan media sederhana. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan dengan menggun menggunakan akan model model pengaja pengajaran ran langsun langsung g yang yang dibantu dibantu dengan dengan media media sederhana menghubungkan masalah yang terjadi dengan situasi kehidupan nyata. Hal ini sesuai dengan penelitian penelitian Kurniawan Kurniawan (2010) yang menyatakan menyatakan bahwa model pembelajaran langsung merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang yang dapat dapat digunak digunakan an dalam dalam mencapai mencapai hasil hasil belaja belajarr fisika fisika yang yang optima optimal. l. Selain Selain daripada daripada itu, Wayan Diskrit (2009), juga menyatakan menyatakan bahwa model pembelajaran pembelajaran langsung memiliki peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar fisika. Terkait
3
dengan media Rizal (2009) mengemukakan bahwa keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada tiga faktor, yaitu: isi pesan, cara menjelaskan pesan dan karakteristik penerima pesan. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. sebaliknya. Jadi dalam memilih media, perlu disesuaikan disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing, artinya media yang terbaik adalah media media yang yang ada. Terser Terserah ah kepada kepada guru guru bagaima bagaimana na ia dapat dapat mengemb mengembangk angkanny annyaa secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa. Oleh Oleh karena karena itu berdas berdasark arkan an uraian uraian-ur -uraia aian n di atas atas dapat dapat dikatak dikatakan an bahwa bahwa sisw siswaa yang yang diaj diajar ar mela melalu luii pemb pembel elaj ajar aran an model model pengaj pengajar aran an langs langsung ung denga dengan n menggunakan media sederhana membuat siswa termotivasi dalam mengikuti materi materi pembelajaran pembelajaran dan siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti mengikuti suatu mata pelajaran khususnya khususnya mata pelajaran pelajaran Fisika, Fisika, karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar. mengajar. Deng Dengan an demi demiki kian an,, mode modell peng pengaj ajar aran an lang langsu sung ng deng dengan an meng menggu guna naka kan n medi mediaa sederhana, siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelesaian masalah melalui kegiatan praktikum, serta aktif dalam manarik kesimpulan.
4
BAB V PENUTUP
A. Kesim esimpu pula lan n
Berdas Berdasar arkan kan hasil hasil anal analis isis is data data dan dan pemba pembaha hasa san n hasil hasil penel penelit itia ian, n, dapat dapat disimpulkan bahwa: Hasil bela belaja jarr Fisi Fisika ka kela kelass VII VIIA SMP Negeri 2 Sukama Sukamaju ju setela setelah h diajar diajar 1. Hasil dengan model pengajaran pengajaran langsung dengan menggunakan menggunakan media sederhana berada dalam kategori tinggi. Hasil belaj belajar ar Fisi Fisika ka sisw siswaa kela kelass VII VIIA SMP SMP Neger Negerii 2 Sukam Sukamaj aju u tela telah h 2. Hasil mencapai ketuntasan klasikal secara nasional dan telah memenuhi standar KKM yang telah telah ditetapka ditetapkan n oleh oleh sekola sekolah h setela setelah h diajar diajar dengan dengan
model model
pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana. Dengan Dengan demiki demikian an dapat dapat di kemukaka kemukakan n bahwa bahwa model model pengaja pengajaran ran langsun langsung g dengan menggunakan media sederhana memegang peranan dalam mencapai hasil belajar fisika siswa yang memenuhi standar Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) pada pokok bahasan Suhu dan Pengukuran di SMP Negeri 2 Sukamaju A. Saran
1. Untuk Untuk para para penel penelit iti/ i/gur guru u agar agar dapat dapat menge mengemb mbang angkan kan model model pengaj pengajar aran an langsung dengan menggunakan media sederhana (pokok bahasan yang sesuai) untuk mencapai standar ketuntasan minimal yang ditetapkan. 2. Kepada Kepada penelit penelitii lain lain yang yang bernia berniatt melaks melaksanak anakan an penelit penelitian ian yang yang berkai berkaitan tan dengan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan perbandingan.
1
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. M, dkk. 2000. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Bandung : Jurusan Pendidikan fisika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Guruh.
Pemilihan Media Pembelajaran. Tersedia 2010. http://www.membuatblog.web.id/2010/06/pemilihan-media pembelajaran.html. Diakses pada 12 Juli 2010.
pada
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Muhammad Natsir. 2005. Strategi Pembelajaran Fisika . Makassar: Laboratorium Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar. Rizal.
Roy
2009. Perkembangan Media Sederhana. Tersedia http://rizalaldura.blogspot.com/2009/10/perkembangan-mediasederhana.html. Diakses pada tanggal 12 Juli 2010.
pada
Model Pembelajaran Langsung. Killen. 2010. Tersedia pada http://eduzona.blogspot.com/2010/04/model-pembelajaran-langsung-directatau.html. Diakses pada tanggal 12 Juli 2010.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar: Universitas Negeri Makassar Santyasa, I Wayan. 2007. Tersedia pada Pendidikan. http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/MEDIA_PEMBELAJARAN.pdf . Diakses pada 12 Juli 2010. Sardiman. 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta : Rajawali Press. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sudjana. 1992. Metode Statistika . Bandung: Tarsito. Sudjana, Nana. 2003. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Media Pembelajaran. Sudrajat, Akhmad. 2008. Tersedia http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/09/15/media pembelajaran/. Diakses pada 12 Juli 2010.
pada
1
Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian, Fungsi, dan Mekanisme Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) . (online), (http://akhmadsudrajat.wordpress. com/2008/08/15/pengertian-fungsi-danmekanisme-penetapan-kriteria-ketuntasan-minimal-kkm/), diakses 13 maret 2010) Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group
3
3
5
7
9
11
KUNCI JAWABAN INSTRUMEN
1
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
C C D A A A D B A D
11. A 12. C 13. B 14. C 15. B 16. C 17. B 18. C 19. A 20. D
21. D
LAMPIRAN A. 2: VALIDITAS ITEM DAN REALIBILITAS Tabel Analisis Validitas Item No
item soal 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
2
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
3
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
4
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
5
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
6
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
7
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
8
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
9
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
10
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
11
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
12
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
13
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
14
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
15
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
16
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
17
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
18
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
19
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
20
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
21
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
22
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
23
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
24
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
25
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
26
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
27
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
28
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
29
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
Σ
27
27
25
28
26
4
18
21
8
3
p
0.931
0.931
0.862
0.966
0.897
0.138
0.621
0.724
0.276
0.103
q
0.069
0.069
0.138
0.034
0.103
0.862
0.379
0.276
0.724
0.897
p/q
13.50 0
13.50 0
6.250
28.00 0
8.667
0.160
1.636
2.625
0.381
0.115
184
625
633
589
654
607
90
442
502
23.14 8 0.715
23.44 4 1.011
23.56 0 1.127
23.35 7 0.924
23.34 6 0.913
22.50 0 0.067
24.55 6 2.122
23.90 5 1.471
0.135
0.190
0.212
0.174
0.172
0.013
0.400
3.674
3.674
2.500
5.292
2.944
0.400
γ pbi
0.495
0.700
0.531
0.921
0.506
Status
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Mt
22.43 3
rtabel
0.367
Σ benar Mp Mp-Mt (MpMt)/St squart of p/q
81
0.567
27.00 0 4.567
0.277
0.107
0.860
1.279
1.620
0.617
0.340
0.005
0.511
0.449
0.066
0.292
Drop
Valid
Valid
Drop
23.000
Drop
2
item soal 11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
1
19
3
12
18
28
6
1
17
1
17
13
18
23
26
0.655
0.103
0.414
0.621
0.966
0.207
0.034
0.586
0.034
0.586
0.448
0.621
0.793
0.897
0.345
0.897
0.586
0.379
0.034
0.793
0.966
0.414
0.966
0.414
0.552
0.379
0.207
0.103
0.261
0.036
1.417
0.036
1.417
0.813
1.636
3.833
8.667
25
426 25.05 9
19 19.00 0
399 23.47 1
322 24.76 9
420 23.33 3
557 24.21 7
605 23.26 9
1.900
0.115
0.706
1.636
28.00 0
457 24.05 3
83 27.66 7
275 22.91 7
430 23.88 9
648 23.14 3
135 22.50 0
1.619
5.233
0.483
1.456
0.710
0.067
2.567
2.625
-3.433
1.037
2.336
0.900
1.784
0.836
0.305
0.986
0.091
0.274
0.134
0.013
0.484
0.495
-0.647
0.195
0.440
0.170
0.336
0.157
1.378
0.340
0.840
1.279
5.292
0.511
0.189
1.190
0.189
1.190
0.901
1.279
1.958
2.944
0.421
0.335
0.077
0.351
0.707
0.006
0.091
0.589
-0.122
0.233
0.397
0.217
0.658
0.464
Valid
Drop
Drop
Drop
Valid
Drop
Drop
Valid
Drop
25.000
Drop
Valid
Drop
Valid
Valid
4
item soal
ΣX
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
18
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
19
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
24
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
27
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
26
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
23
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
24
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
28
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
25
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
25
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
28
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
28
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
19
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
24
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
23
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
25
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
23
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
23
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
22
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
21
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
23
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
27
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
19
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
25
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
20
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
20
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
19
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
22
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
23
26
22
13
12
1
26
28
28
27
6
23
22
10
23
8
9
673
0.897
0.759
0.448
0.414
0.034
0.897
0.966
0.966
0.931
0.207
0.793
0.759
0.345
0.793
0.276
0.310
0.103
0.241
0.552
0.586
0.966
0.103
0.207
0.241
0.655
0.207
0.724
0.690
3.143
0.813
0.706
0.036
8.667
0.069 13.50 0 632
0.793
8.667
0.034 28.00 0 648
0.261
3.833
3.143
0.526
3.833
0.381
0.450
606
527
291
292
19
608
0.034 28.00 0 648
144
530
529
230
539
191
223
23.30 8
23.95 5
22.38 5
24.33 3
19.00 0
23.38 5
23.14 3
23.14 3
23.40 7
24.00 0
23.04 3
24.04 5
23.00 0
23.43 5
23.87 5
24.77 8
0.874
1.521
-0.049
1.900
-3.433
0.951
0.710
0.710
0.974
1.567
0.610
1.612
0.567
1.001
1.442
2.344
0.165
0.287
-0.009
0.358
-0.647
0.179
0.134
0.134
0.184
0.295
0.115
0.304
0.107
0.189
0.272
0.442
2.944
1.773
0.901
0.840
0.189
2.944
5.292
5.292
3.674
0.511
1.958
1.773
0.725
1.958
0.617
0.671
0.485
0.508
-0.008
0.301
-0.122
0.528
0.707
0.707
0.674
0.151
0.225
0.538
0.077
0.369
0.168
0.296
Valid
Valid
Drop
Drop
Drop
Valid
Valid
Valid
Valid
Drop
Drop
Valid
Drop
Valid
Drop
Drop
5
PERHITUNGAN VALIDITAS ITEM
Perhitungan validitas item dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : γpbi= Mp -Mt S pq
(Arikunto, Suharsimi, 2003: 79) Dengan : γpbi = koefesien korelasi biserial
M p = rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar Mt = rerata skor total S
= Standar deviasi dari skor total
p
= proporsi peserta tes yang jawabannya benar pada soal (tingkat kesukaran)
q
=1–p
berdasarkan pada kriteria validitas, jika
dikatakan valid dan jika
γpbi≥rtabel maka item tersebut
γpbi
Dimana: Mt= 54635=15,6
S = 3,06 r tabel = 0,361 pada α = 0,05
FMIPA Universitas Negeri Makassar
6
PERHITUNGAN RELIABILITAS ITEM
Mencari reliabilitas tes dengan menggunakan persamaan Kuder-Richardson 20 (KR20), persamaan yang digunakan adalah : rii=nn-1S2-pqS2
(Arikunto, Suharsimi. 2003: 100) Keterangan : r ii
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p
= proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q
= proporsi subyek yang menjawab item dengan salah = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n
= banyaknya item
S2
= Varians
Adapun harga-harga yang diperlukan : n = 21 = 2,685
= 23,56
rii =2129-123,56-
2,68523,56
FMIPA Universitas Negeri Makassar
7
= 0,665 Jadi reliabilitas tes hasil belajar uji coba adalah 0,665 (memiliki taraf kepercayaan yang cukup tinggi).
LAMPIRAN A.3 : INSTRUMEN PENELITIAN
Sekolah Kelas/ Semester Mata pelajaran Alokasi waktu
: : : :
SMP Negeri 2 Sukamaju VII/ Satu (I) FISIKA 90 menit
Petunjuk : Berilah tanda silang pada jawaban yang paling benar ! 1. Besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu zat adalah . . . a. Kalor b. Intensitas panas c. Suhu d. Koefisien muai 1. Alat pengukur suhu suatu benda disebut . . . a. Barometer b. Manometer c. Termometer d. Kalorimeter 1. Satuan suhu dalam SI adalah . . . a. Celcius b. Reamur c. Fahrenheit d. Kelvin 1. Pernyataan yang merupakan bukan keuntungan dari alkohol jika digunakan sebagai pengisi tabung termometer adalah . . . a. Membasahi dinding tabung kaca termometer b. Memiliki titik beku -112 0C c. Peka terhadap perubahan suhu d. Harganya murah 1. Kelebihan raksa digunakan sebagai zat muai pada termometer di antaranya adalah . . . a. Tidak membasahi dinding b. Daerah ukurnya kecil c. Pemuaiannya tidak teratur d. Dapat mengukur suhu yang sangat rendah 1. Suhu titik didih air murni pada tekanan 1 atm jika dinyatakan dalam skala Celcius adalah . . . a. 100 b. 273 c. 212
FMIPA Universitas Negeri Makassar
8
d. 373 1. Termometer klinik mempunyai daerah ukur antara . . . a. 00C – 500C b. 00C – 1000C c. 300C – 400C d. 350C – 420C 1. Jika thermometer Celcius menunjukkan angka 100 0C, yaitu titik didih air murni pada tekanan 1 atm, maka bila diukur dengan thermometer Fahrenheit angka tersebut sama dengan . . . a. 2800F b. 2120F c. 1800F d. 1320F 1. Bila thermometer Celcius menunjukkan skala 80 0, skala Reamur akan menunjukkan… a. 640 b. 960 c. 1000 d. 1500 1. Urutkan alat ukur panjang mulai dari yang paling teliti adalah . . . a. Mistar, jangka sorong, micrometer b. Jangka sorong, micrometer, mistar c. Micrometer, mistar, jangka sorong d. Micrometer, jangka sorong, mistar 1. Sebuah peti berbentuk balok dengan panjang 3 m, lebar 40 cm, dan tinggi 30 cm. Volume peti tersebut adalah . . .m 3 a. 0,36 b. 0,34 c. 0,036 d. 0,0306 1. Urutan alat ukur waktu mulai dari yang paling teliti adalah . . . a. Jam matahari, jam air, stopwatch, arloji b. Arloji, stopwatch, jam air, jam matahari c. Jam atom, stopwatch, arloji, jam matahari d. jam atom, arloji, stopwatch, jam air 1. Sebuah balok kayu diam di atas sebuah mistar.
Panjang balok adalah . . . a. 8 cm b. 4,5 cm
FMIPA Universitas Negeri Makassar
9
c. 3,5 cm d. 5,5 cm 1. Perhatikan gambar berikut ini!
Panjang kertas adalah . . . a. 8,7 cm b. 8,9 cm c. 8,8 cm d. 9 cm 1. Sebuah segitiga memiliki luas 60 cm 2 dan panjang sisi alas 15 cm. Tinggi segitiga adalah . . . a. 2 cm b. 8 cm c. 4 cm d. 16 cm 1.
Diagram di atas menunjukkan waktu pada suatu stopwatch pada awal dan akhir dari suatu percobaan. Berapa lama percobaan tersebut berlangsung? a. 10 s b. 35 s c. 25 s d. 45 s 1. Berapa m2 terdapat pada sebidang tanah seluas 250 are? (1 ha = 1 hm 2) a. 250 b. 25000 c. 2500 d. 250000 1. Diagram di samping menunjukkan ketinggian zat cair dalam gelas ukur. Volume zat cair adalah . . .
a. 24 cm3
FMIPA Universitas Negeri Makassar
10
b. 28 cm3 c. 29 cm3 d. 32 cm3 1. Volume batu yang ditunjukkan pada gambar di samping adalah . . . a. b. c. d.
20 mL 40 mL 120 mL 60 mL
1. Volum benda yang tidak teratur dapat diketahui dengan cara ... a. mengalikan luas alas dengan tebalnya b. mengalikan panjang sisi-sisinya c.
Membandingkan dengan volum suatu benda yang bentuknya teratur dan beratnya sama
d. menggunakan gelas berpancuran berskala yang diisi dengan air 1. Alat ukur yang cocok digunakan untuk mengukur diameter dalam sebuah pipa adalah . . . a. Mistar b. Meteran c. Mikrometer sekrup d. Jangka sorong
FMIPA Universitas Negeri Makassar
11
KUNCI JAWABAN INSTRUMEN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
C C D A A A D B A D
11. A 12. C 13. B 14. C 15. B 16. C 17. B 18. C 19. A 20. D
21. D
FMIPA Universitas Negeri Makassar
12
LAMPIRAN B. 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SMP NEGERI 2 SUKAMAJU Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Program/ Semester : VII /Ilmu-Ilmu Alam/ Ganjil Materi Pokok : Suhu Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar kompetensi
:
1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda benda alam dengan menggunakan peralatan
Kompetensi Dasar
:
Indikator Pencapaian
:
1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya a. Menjelaskan pengertian suhu b. Menggunakan termometer untuk mengukur suhu zat c. Membandingkan skala termometer Celsius dengan termometer yang lain.
Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran, siswa dapat: a. Kognitif Produk 1. Menjelaskan pengertian suhu 2. Menjelaskan bagian-bagian dari termometer 3. Menyebutkan jenis-jenis termometer a. Psikomotorik 1. Menggunakan termometer untuk mengukur suhu suatu benda
FMIPA Universitas Negeri Makassar
13
2. Kognitif Kinerja 1. Membaca skala pada termometer 2. Membandingkan skala pada termometer Celcius dengan termometer skala Kelvin, Reamur dan Fahrenheit I. Materi Pembelajaran Suhu II. Metode Pembelajaran
1. Model
: Direct Instruction(DI)
2. Metode
: Demonstrasi, Eksperimen
III.Langkah-langkah Pembelajaran PERTEMUAN I Fase pembelajaran
Fase 1
Kegiatan guru
Kegiatan siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Menyampaika • Guru mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya : apakah n tujuan dan hubungan suhu dengan panas atau mempersiapka dingin dan alat apakah yang n siswa dipakai untuk mengukur bila suhu tubuhmu terasa panas? Fase 2 • menyajikan infomasi secara singkat tentang materi Mendemonstr • Mendemonstrasikan kegiatan praktikum yang akan dilakukan asikan sesuai dengan LKS I. pengetahuan / Mendemonstrasikan bagian-bagian • ketrampilan termometer dan cara menggunakannya serta kesetaraan skala pada termometer dengan menggunakan media sederhana. Fase 3
•
•
Membimbing siswa pembentukan kelompok
waktu
Mencermati apa yang 5 disampaikan oleh guru. tujuan • Memperhatikan pembelajaran yang akan dicapai •
Memperhatikan 15 penjelasan guru dan bertanya jika ada hal-hal yang tidak dimengerti • Memperhatikan penjelasan guru •
dalam • •
30 Mengikuti arahan guru Merespon bimbingan
FMIPA Universitas Negeri Makassar
14
Membimbing pelatihan
•
•
•
•
•
Fase 4
Membimbing siswa melakukan guru dengan mengajukan eksperimen seperti yang tercantum pertanyaan yang berkaitan pada LKS I dan memberikan dengan kesulitan yang bimbingan jika ada siswa/ dihadapi kelompok yang mengalami • Mendiskusikan prinsip kesulitan kerja termometer Meminta siswa untuk • Mencatat hasil mendiskusikan prinsip kerja pengamatan pada LKS I termometer Meminta setiap kelompok untuk mencatat hasil pengamatan pada LKS I Meminta siswa membuat • Membuat kesimpulan dari hasil pengamatan yang kesimpulan dari hasil pengamatan dilakukan Meminta salah satu kelompok • Kelompok yang ditunjuk mempresentasikan hasil mempresentasikan hasil percobaannya dan pengamatannya dan kelompok lain kelompok lain menanggapi menanggapi jika ada perbedaan pendapat
•
Memberikan soal tentang materi • yang telah dipelajari
Siswa mengerjakan soal 20 yang diberikan
Fase 5
•
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
•
Meminta setiap kelompok untuk • menyimpulkan hasil kegiatan Meminta siswa untuk membuat • laporan
Menyimpulkan hasil 5 kegiatan yang dilakukan Mencatat tugas yang diberikan
Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik
FMIPA Universitas Negeri Makassar
15
PERTEMUAN II Fase pembelajaran
Kegiatan guru
Fase 1
•
Fase 2
•
Kegiatan siswa
waktu
guru menyampaikan tujuan • Memperhatikan tujuan 5 pembelajaran yang ingin dicapai. pembelajaran yang akan Menyampaikan dicapai apa yang • Mencermati tujuan dan • Guru mengajukan pertanyaan disampaikan oleh guru Hasil pengukuran suhu dinyatakan mempersiapkan dan menjawab pertanyaan dengan satuan, satuan apakah yang siswa guru sesuai pengetahuan dipakai? Dan Apakah satuan suhu dalam Standar Internasional (SI)?
Mendemonstra sikan pengetahuan / ketrampilan
•
Memberikan informasi cara • Memperhatikan 15 membaca skala termometer penjelasan guru dan dengan benar bertanya jika ada hal-hal yang tidak dimengerti Mendemonstrasikan langkah- • Memperhatikan demonstrasi yang langkah penggunaan dan dilakukan oleh guru pengukuran suhu suatu objek pada termometer.
Mendemonstrasikan cara membuat termometer sederhana. • Membimbing siswa melakukan • Merespon bimbingan 30 eksperimen seperti yang tercantum guru dengan mengajukan pada LKS II dan memberikan pertanyaan yang berkaitan bimbingan jika ada siswa/ dengan kesulitan yang kelompok yang mengalami dihadapi • Memperhatikan kesulitan • Membimbing siswa melakukan penjelasan guru dengan kegiatan membandingkan skala seksama pada termometer Celcius dengan termometer Kelvin, Reamur dan Fahrenheit • Memberikan bimbingan jika ada • Mengajukan pertanyaan siswa/yang mengalami kesulitan kepada guru jika mengalami kesulitan • Memberikan informasi cara menentukan skala termometer • Mencermati apa yang disampaikan oleh guru Celsius dengan termometer dan mengajukan Kelvin, Reamur dan Fahrenheit pertanyaan jika ada yang •
Fase 3 Membimbing pelatihan
FMIPA Universitas Negeri Makassar
16
dengan perbandingan sebagai berikut T C : T K : T R : (T F - 32) = 5 : (T C + • 273) : 4 : 9.
kurang dipahami Mencatat hasil pengamatan pada LKS II
hasil Meminta setiap siswa untuk • Menanggapi pengamatan kelompok mencatat hasil pengamatan pada lain LKS II • Meminta setiap kelompok untuk menyebutkan hasil pengamatannya dan kelompokn lain menanggapi siswa untuk • Siswa menyimpulkan 20 • Meminta menyimpulkan hasil kegiatannya. hasil kegiatannya Memberikan soal tentang materi • Siswa mengerjakan soal • yang telah dipelajari yang diberikan •
Fase 4 Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik Fase 5
•
Meminta siswa untuk • mengerjakan soal-soal di rumah
Mencatat diberikan
tugas
yang 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
I. Sumber/ Bahan/ Alat Bantu
Sumber
: Budi Prasodjo dkk. 2006. Teori dan Aplikasi Fisika. Bogor: Penerbit Yudhistira (hal. 51) Mikrajuddin Abdullah. 2004. Fisika Esis SMP untuk kelas VII. Jakarta: Penerbit Erlangga (hal. 25)
Alat/Bahan
: air es, air hangat, termometer, gelas kimia, pembakar Bunsen,
II. Penilaian & Tindak Lanjut Prosedur Penilaian :
FMIPA Universitas Negeri Makassar
17
Penilaian Kognitif
Teknik Penilaian Bentuk
: Tes tertulis,Tugas Kelompok
: Isian, Essay, Laporan
Penilaian Psikomotor / Praktek
Teknik Kinerja Bentuk
: Eksperimen
: Unjuk kerja
Instrumen :
Aspek Kognitif : Soal Terlampir Aspek Psikomotor : Lembar Kerja Siswa
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Program/ Semester Materi Pokok
: SMP NEGERI 2 SUKAMAJU : Fisika : VII /Ilmu-Ilmu Alam/ Ganjil : Pengukuran
FMIPA Universitas Negeri Makassar
18
Alokasi Waktu Standar kompetensi
:
: 2 x 40 menit (2 jam pelajaran) 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda benda alam dengan menggunakan peralatan
Kompetensi Dasar
:
1.2. Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Indikator Pencapaian
:
a. Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai b. Menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran, siswa dapat: a. Kognitif Produk 1. Menyebutkan alat-alat ukur dan fungsinya 2. Membaca hasil pengukuran dengan benar a. Psikomotorik 1. Menggunakan alat ukur dengan baik dan benar 2. Memanfaatkan alat-alat ukur dalam kehidupan sehari-hari
a. Kognitif Kinerja 1. Mengetahui cara menentukan besaran panjang
suatu
benda
dengan
menggunakan mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup 2. Mengetahui cara menentukan volume benda padat yang bentuknya tidak teratur I. Materi Pembelajaran
FMIPA Universitas Negeri Makassar
19
PENGUKURAN II. Metode Pembelajaran
1. Model
: Direct Instruction (DI)
2. Metode
: Demonstrasi, Eksperimen
III.Langkah-langkah Pembelajaran PERTEMUAN I Fase pembelajaran
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Kegiatan guru
Kegiatan siswa
guru menyampaikan tujuan • pembelajaran yang ingin dicapai. • Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, apa yang dimaksud dengan • pengukuran dan bagaimana mendapatkan hasil pengukuran yang tepat? •
Memperhatikan tujuan 5 pembelajaran yang akan dicapai Mencermati apa yang disampaikan oleh guru.
15 menyajikan infomasi secara singkat • Memperhatikan tentang materi penjelasan guru dan bertanya jika ada hal• Menunjukkan bagian-bagian mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup hal yang tidak pada peserta didik dimengerti • Mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan alat ukur, pengukuran • Mencermati apa yang suatu objek, cara membaca skala, dijelaskan oleh guru menentukan nilai dan membandingkan tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup (dengan media sederhana) •
Fase 2 Mendemonstrasi kan pengetahuan / ketrampilan
waktu
FMIPA Universitas Negeri Makassar
20
•
•
•
Membimbing siswa melakukan eksperimen seperti yang tercantum pada LKS III Memberikan bimbingan jika ada siswa/ kelompok yang mengalami kesulitan Meminta setiap kelompok untuk mencatat hasil pengamatan pada LKS III Meminta siswa membuat kesimpulan dari hasil pengamatan Meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya dan kelompok lain menanggapi
•
•
Merespon bimbingan 30 guru dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi Mencatat hasil pengamatan pada LKS III
Fase 3
•
Membimbing pelatihan
•
Fase 4
•
Memberikan soal tentang materi yang • telah dipelajari
Siswa mengerjakan 20 soal yang diberikan
•
Meminta laporan
Mencatat tugas diberikan
Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
siswa
untuk
Membuat kesimpulan dari hasil pengamatan yang • Kelompok ditunjuk memresentasikan hasil percobaannya dan kelompok lain menanggapi jika ada perbedaan pendapat •
membuat •
yang 5
PERTEMUAN II
FMIPA Universitas Negeri Makassar
21
Fase pembelajaran
Kegiatan guru
Fase 1
•
Fase 2
•
Kegiatan siswa
waktu
guru menyampaikan tujuan • Memperhatikan tujuan 5 pembelajaran yang ingin dicapai. pembelajaran yang akan Menyampaikan dicapai tujuan dan • Guru mengajukan pertanyaan • Mencermati apa yang disampaikan oleh guru. kepada siswa, bagaimana mengukur mempersiapkan volume dari benda berbentuk teratur siswa dan benda tidak teratur?
Mendemonstra • sikan pengetahuan / ketrampilan
•
Fase 3
•
Membimbing pelatihan
•
•
•
•
•
15 menyajikan infomasi secara singkat • Memperhatikan tentang materi penjelasan guru dan Mendemonstrasikan langkah bertanya jika ada hallangkah untuk menghitung volume hal yang tidak zat cair dengan menggunakan gelas dimengerti ukur Mendemonstrasikan langkahlangkah untuk untuk menghitung volume balok secara langsung dan beberapa benda tidak teratur berdasarkan selisih volume cair pada gelas ukur Meminta setiap kelompok untuk • Mengambil alat-alat 30 mengambil jangka sorong, gelas praktikum yang ukur, tiga buah benda yang diperintahkan oleh guru bentuknya tidak teratur dan beberapa balok yang terbuat dari kayu, aluminium dan besi Meminta setiap kelompok Menghitung volume • menghitung volume balok yang balok yang sudah sudah diukur dengan menggunakan diukur dengan rumus V = p × l × t menggunakan rumus V Membimbing siswa melakukan = p × l × t eksperimen seperti yang tercantum bimbingan • Merespon pada LKS IV guru dengan Memberikan bimbingan jika ada mengajukan pertanyaan siswa/ kelompok yang mengalami yang berkaitan dengan kesulitan kesulitan yang dihadapi Meminta setiap kelompok untuk mencatat hasil pengamatan pada Mencatat hasil • LKS III pengamatan pada LKS Meminta siswa untuk III menginterpretasikan data yang
FMIPA Universitas Negeri Makassar
22
diperoleh dalam bentuk tabel siswa membuat • Meminta • kesimpulan dari hasil pengamatan salah satu kelompok • Meminta mempresentasikan hasil pengamatannya dan kelompok lain • menanggapi
Menginterpretasikan data yang diperoleh ke dalam bentuk tabel Membuat kesimpulan dari hasil pengamatan • Kelompok yang ditunjuk memresentasikan hasil percobaannya dan kelompok lain menanggapi jika ada perbedaan pendapat
Fase 4
•
Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik Fase 5
•
•
Mengarahkan peserta didik untuk • membuat rangkuman dari pembelajaran Memberikan soal tentang materi • yang telah dipelajari
Membuat rangkuman 20 dari pembelajaran
Memberikan tugas rumah berupa • latihan soal
Mencatat diberikan
Siswa mengerjakan soal yang diberikan
tugas
yang 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
I. Sumber/ Bahan/ Alat Bantu
Sumber
: Budi Prasodjo dkk. 2006. Teori dan Aplikasi Fisika. Bogor: Penerbit Yudhistira (hal. 13) Mikrajuddin Abdullah. 2004. Fisika Esis SMP untuk kelas VII. Jakarta: Penerbit Erlangga (hal. 41)
FMIPA Universitas Negeri Makassar
23
Alat/Bahan
: mistar, jangka sorong, micrometer sekrup, stopwatch, gelas ukur, benda tak beraturan, gelas berpancuran.
II. Penilaian & Tindak Lanjut Prosedur Penilaian : Penilaian Kognitif
Teknik Penilaian : Tes tertulis,Tugas Kelompok Bentuk
: Isian, Essay, Laporan
Penilaian Psikomotor / Praktek
Teknik Kinerja Bentuk
: Eksperimen
: Unjuk kerja
Instrumen :
Aspek Kognitif
: Soal Terlampir
Aspek Psikomotor : Lembar Kerja Siswa
LAMPIRAN B 2. LEMBAR KERJA SISWA LEMBAR KERJA SISWA I (LKS)
FMIPA Universitas Negeri Makassar
24
Nama
: 1. ………………………
4. …………………….
2. ………………………
5. …………………….
3. ………………………
6. …………………….
Kelompok
: …………………………
Kelas
: …………………………
Judul
: Membedakan suhu
Tujuan indra peraba
: Mengukur derajat panas dinginnya suatu benda dengan
Alat dan Bahan
: air es, air hangat, air sejuk, tiga buah bejana/wadah
Prosedur kerja
:
1. Tuangkan air dingin ke dalam wadah A, air sejuk ke dalam wadah B, dan air hangat ke dalam wadah C. 2. Celupkan tangan kananmu ke dalam wadah A dan telapak tangan kirimu ke dalam wadah C selama 30 detik. Apakah yang kamu rasakan pada masingmasing tanganmu? 3. Angkatlah kedua tanganmu secara bersamaan lalu segeralah celupkan kedua tanganmu kedalam wadah B. Apakah yang kamu rasakan pada masing-masing tanganmu? Pertanyaan 1. Dapatkah tanganmu membedakan suhu kedua jenis air pada wadah A dan wadah C? Jawab:………………………….......................................................................... ………………………………………………………………………… ……. ………………………………………………………………………… ………
FMIPA Universitas Negeri Makassar
25
2. Dapatkah tanganmu mengukur suhu air dengan tepat? Jawab: ……………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………… 3. Apakah kesimpulan yang bias kalian ambil dari percobaan di atas? Jelaskan! Jawab: ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
LEMBAR KERJA SISWA II (LKS)
FMIPA Universitas Negeri Makassar
26
Nama
: 1. ……………………………
4. …………………..
2. ……………………………
5. ……………………
3. ……………………………
6. ……………………
Kelompok
: ……………………………..
Kelas
: …………………………….
Judul
: Pengukuran suhu zat cair
Tujuan
: Mengamati perubahan suhu zat cair saat dipanaskan
Alat dan Bahan Bunsen
: thermometer laboratorium, gelas kimia berisi air, pembakar
Prosedur kerja
:
1. Ukur suhu air dalam gelas kimia dengan cara mencelupkan bagian bawah thermometer ke dalam air. Catatlah hasilnya. 2. Angkat thermometer dari air. Letakkan gelas kimia di atas pembakar Bunsen yang telah dinyalakan. 3. Ukur suhu air yang sedang dipanaskan dalam selang waktu 1 menit. Pengukuran pertama dilakukan setelah air dipanaskan 1 menit. Hentikan pengukuran beberapa saat setelah air mendidih. 4. Catatlah hasilnya pada tabel berikut ini. Suhu air pada pemanasan menit keSebelum Suhu saat dipanaskan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
mendidih
Suhu air (0C)
5. Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut!
LEMBAR KERJA SISWA III (LKS)
Nama
: 1. ……………………………
4. ……………………
FMIPA Universitas Negeri Makassar
27
2. ……………………………
5. ……………………
3. ……………………………
6. ……………………
Kelompok
: ……………………………..
Kelas
: …………………………….
Judul
: Menentukan besaran panjang
Tujuan
: Mengetahui cara menentukan besaran panjang suatu benda dengan Menggunakan mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup
Alat dan Bahan: mistar, jangka sorong,micrometer sekrup, balok, cincin, uang logam Prosedur kerja : 1. Ukur panjang, lebar dan tebal balok dengan menggunakan mistar. 2. Setelah itu dengan menggunakan jangka sorong ukur cincin. Jepit sisi luar cincin dengan kedua rahang jangka sorong yang besar. 3. Kunci posisi rahang itu sehingga tidak berubah-ubah sewaktu kamu akan membaca nilainya. 4. Catat nilai yang ditunjuk skala tetap dan skala nonius. Berapakah diameter luar cincin itu? 5. Ulangi langkah 4 untuk menentukan diameter dalam cincin. Untuk menentukan diameter dalam cincin kamu harus menggunakan rahang jaangka sorong yang kecil. 6. Untuk mengukur ketebalan uang logam kita menggunakan micrometer sekrup dengan cara jepit uang logam dengan kedua gagang micrometer sekrup. 7. Kunci posisi gagang itu sehingga tidak berubah-ubah sewaktu kamu akan membaca nilainya. 8. Catat nilai yang ditunjuk skala tetap dan skala putar. Berapakah ketebalan uang logam itu? Pertanyaan 1. Diantara ketiga alat ukur di atas manakah yang paling teliti? Jawab: ………………………………………………………………………………… …....................................................................................................................... 2. Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut!
FMIPA Universitas Negeri Makassar
28
Jawab: ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
LEMBAR KERJA SISWA IV (LKS)
Nama
: 1. ……………………………
4. …………………
2. ……………………………
5. …………………
3. ……………………………
6. …………………
FMIPA Universitas Negeri Makassar
29
Kelompok
: ……………………………..
Kelas
: …………………………….
Judul
: Menghitung Volume Benda Padat
Tujuan
: Mengetahui cara menentukan volume benda padat yang bentuknya Teratur dan tidak teratur
Alat dan Bahan: balok kayu, buku, gelas ukur 100 cm3, gelas ukur 50 cm3, Gelas berpancuran, lima macam benda kecil yang bentuknya tidak teratur Prosedur kerja
:
Kegiatan I 1. Ukur panjang, lebar, dan tinggi balok kayu dan buku dengan jangka sorong. 2. Isilah table berikut dan tentukan volume masing-masing benda. Benda
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Tinggi (cm)
Volume (cm3)
Balok kayu Buku
Kegiatan II 1. Isilah gelas ukur yang besar dengan air sampai volumenya 50 cm3.
2. Catat volume awal air tersebut. 3. Masukkan salah satu benda ke dalam air dan catat volume air sekarang. 4. Lakukan langkah 2 dan 3 untuk empat benda yang lain 5. Isi hasil pengamatan pada table berikut.
FMIPA Universitas Negeri Makassar
30
Benda
Volume air
Volume benda + air
Volume benda
Benda 1 Benda 2 Benda 3 Benda 4 Benda 5 Cara lain: 1. Isi gelas pancuran sampai ada air yang tumpah dari mulut pancuran. 2. Tempatkan gelas ukur 50 cm3 kosong tepat di bawah mulut pancuran.
3. Masukkan benda pertama dalam gelas berpancuran dan catat volume air yang tertampung dalam gelas ukur. 4. Lakukan langkah 1, 2, dan 3 untuk empat benda lainnya. 5. Isi hasil pengamatanmu pada tabel berikut. Benda
Volume benda (cm3)
Benda 1 Benda 2 Benda 3 Benda 4 Benda 5
Pertanyaan 1. Apakah hasil pengukuran dengan gelas ukur dan gelas berpancuran memberikn hasil yang sama? Jawab: ……………………………………………………………………………
FMIPA Universitas Negeri Makassar
31
…………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 2. Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan tersebut! Jawab: …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
LAMPIRAN C.1 : DATA HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
Untuk mengetahui nilai yang diperoleh oleh siswa, digunakan rumus berikut: N=SsSi x 100
FMIPA Universitas Negeri Makassar
32
Keterangan: N = nilai siswa Ss = skor hasil belajar siswa Si = skor ideal (21) Maka data skor hasil belajar fisika kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel C.11: DATA SKOR HASIL PENELITIAN KELAS VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju Identitas Siswa
Skor
Nilai
1 2 3 4 5 6
17 18 15 11 15 18
80.95 85.71 71.42 52.38 71.42
7 8
13 20
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
17 15 9 13 18 20 20 20 18 15 15 16 14 18 19 16 15 15
27
16
85.71 61.90 95.23 80.95 71.42 42.85 61.90 85.71 95.23 95.23 95.23 85.71 71.42 71.42 76.19 66.66 85.71 90.47 76.19 71.42 71.42 76.19
FMIPA Universitas Negeri Makassar
33
28 29 30
14 19 10
66.66 90.47
31
16
32 33
15 5
76.19 71.42
34 35
16 14
Jumlah Siswa
: 35
Skor Maksimal
: 20
Skor Minimum
:5
47.61
23.80 76.19 66.66
LAMPIRAN C.2 : ANALISIS DESKRIPTIF
HASIL ANALISIS DESKRIPTIF Skor maksimum
: 20
Skor minimum
:5
Rentang skor
= 20 – 5 = 15
Banyaknya kelas
= 1 + (3,3) log n = 1 + (3,3) log 35
FMIPA Universitas Negeri Makassar
34
= 1 + (3,3) (1,54) = 1 + 5,09 = 6,09 = 6 Panjang kelas (p)
= rentang skorbanyaknya kelas = 156 = 2,5 =3
Tabel C.21: Distribusi frekuensi Skor fi xi 5-7 1 6 8-10 2 9 11-13 3 12 14-16 16 15 17-19 9 18 20-22 4 21 Jumlah 35 81
xi2 36 81 144 225 324 441 1251
Rata-rata skor X
= fixifi = 54635 = 15,60
Nilai rata-rata
=15,6021×100=74,28
Standar deviasi (S)
= nfixi2- (fixi)2n (n-1)
f ixi 6 18 36 240 162 84 546
f ixi2 36 162 432 3600 2916 1764 8910
= 35 (8910)- (546)235(35-1) = 311850- 29811635(34) =137341190 = 9,42 = 3,06
FMIPA Universitas Negeri Makassar
35
LAMPIRAN C.3 : ANALISIS STATISTIK INFERENSIAL A. Pengujian Normalitas Hasil Belajar Fisika Siswa
Adapun harga-harga yang dibutuhkan adalah: Jumlah Sampel (n)
= 35
Skor Tertinggi
= 20
Skor Terendah
=5
Skor Ideal
= 21
Rentang Skor
= 20 – 5 = 15
Jumlah Kelas Interval
= 1 + (3,3) log n = 1 + (3,3) log 35 = 6,09 ≈ 6
Panjang Kelas
= 156 = 2,5 ≈ 3
Standar Deviasi
= 3.06
FMIPA Universitas Negeri Makassar
36
Tabel C.31. Pengujian Normalitas Skor Hasil Belajar Fisika Siswa NO
1
Kelas Interval
Batas Kelas
Z Batas kelas
Z table
4.5
-3.63
0.499 9
5-7 7.5
2
-2.65
3
-1.67
4
-0.69
5
0.29
6
1.27 2.25
0.137
1
5.463
0.044
1.523
2
0.15
0.198
6.916
3
2.217
0.369
12.92
16
0.737
0.284
9.937
9
0.088
0.09
3.164
4
0.221
0.398
20-22 22.5
0.004
0.114 1
17-19 19.5
Oi-Ei2Ei
0.254 9
14-16 16.5
Oi
0.452 5
11-13 13.5
Ei
0.496
8-10 10.5
Luas Z tabel
0.488 4 35
Jumlah 2 tabel
Untuk α = 0.05 dan dk = k-1 = 6-1 = 5, maka diperoleh χ
8.876
2
= χ (0,95)(5) = 11,070.
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh χ 2hitung = 8,876. Dengan demikian χ 2hitung = 8,876 < χ 2tabel = χ 2(0,95)(5) = 11,070, yang berarti skor hasil belajar fisika siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
B. Pengujian Hipotesis Penelitian Uji Rata-rata µ (Uji-t)
S2=nΣxi2-Σxi2n(n-1) S2=35 . 1251-(81)235(35-1) S2=43785-656135(34) S2=372241190
FMIPA Universitas Negeri Makassar
37
S2=31,28 S=31,28 S=5,59
thitung=μ-μ0Sn =82,86-655,5935 =17,865,595,91 =17,860,96 =18,60 Untuk nilai t tabel : dk = n – 1 = 35 – 1 = 34 Taraf signifikansi
= 0,05 akan dicari (0,95)(34) dengan interpolasi :
( α ) t (0,95)(30) = 1,700 t (0,95)(40) = 1,680
t (0,95)(39) = 1,700 - 410x 0,02 = 1,700 – 0,008
FMIPA Universitas Negeri Makassar
38
= 1,692 Jadi, t tabel = 1,692 Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh t hitung > t tabel = 18,60 > 1,692 artinya
t hitung berada pada daerah penolakan H 0 dengan Ha diterima.
LAMPIRAN C.4 : PERSENTASE KETUNTASAN BELAJAR SISWA
No
Kategori Hasil Belajar
Frekuensi
1 2
Tuntas Belum Tuntas Jumlah
29 6 35
Persentase (%) 82,86 17,14 100,00
Tabel C41. Distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju yang diajar menggunakan model pengajaran langsung dengan menggunakan media sederhana yang disusun berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (82,86%)
Tabel C.42. Kategori Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 2 Sukamaju Kabupaten Luwu Utara Kategori Hasil No Interval Nilai F Persentase(%) Belajar 1
0-20
Sangat rendah
0
0,00
FMIPA Universitas Negeri Makassar
39
2
21-40
Rendah
1
2,86
3
41-60
Sedang
3
14,28
4
61-80
Tinggi
19
54,28
5
81-100
Sangat Tinggi
12
28,58
35
100,00
Jumlah
LAMPIRAN D.1 DOKUMENTASI MEDIA SEDERHANA
1. Jangka Sorong Sederhana
FMIPA Universitas Negeri Makassar
40
2. Gambar Mikrometer Sekrup
FMIPA Universitas Negeri Makassar
41
3. Perbandingan Skala pada Termometer
LAMPIRAN D.2 DOKUMENTASI EKSPERIMEN 1.
FMIPA Universitas Negeri Makassar