RUMAH SAKIT UTAMA HUSADA Jalan Manggar 134 Tegalsari - Ambulu Telp. (0336) 881186, 881187 881187 - Fax. 881434 Website : www.utamahusada.com - Email : utama
[email protected]
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UTAMA HUSADA No :
/ UH / SK.DIR./
/2018
Tentang PANDUAN SKRINING PASIEN RUMAH SAKIT UTAMA HUSADA Menimbang
:
a.
Bahwa dalam rangka peningkatan mutu pelayanan di RS Utama Husada, maka diperlukan penyelenggaraan skrining pasien yang efektif.
b.
Bahwa agar pelaksanaan skrining pasien di RS Utama Husada dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan sebagai landasan bagi penyelenggaraan skrining pasien di RS Utama Husada
c.
Bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan surat keputusan direktur. Mengingat
:
1.
Undang-UndangRepublik Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis
1
Nomor
MEMUTUSKAN: Menetapkan
: KEPUTUSAN
DIREKTUR
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN SKRINING PASIEN DI RS UTAMA HUSADA. Kesatu
: Pelaksanaan
skrining
pasien
harus
sesuai
dengan
panduan yang berlaku di di RS Utama Husada. Kedua
: Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan skrining pasien
di
RS
Utama
Husada
dilaksanakan
oleh
Pelayanan Medik RS Utama Husada Ketiga
:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan
ini,
akan
diadakan
perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di
: Ambulu
Pada Tanggal
:
DIREKTUR RS. UTAMA HUSADA
dr. HARI PITONO, MARS
2
2018
Lampiran
:
SK. Direktur RS. Utama Husada
Nomor
:
…. /UH/SK-DIR / / 2018108
Tentang
:
Panduan Skrining Pasien di RS. Utama Husada
I.
DEFINISI Skrining diambil dari kata dalam bahasa inggris yaitu screening yang mempunyai makna pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang yang memiliki keadaan patologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai resiko tinggi (Kamus Dorland ed. 25:974). Menurut Rochjati P. (2008), skrining merupakan pengenalan diri secara pro aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya masalah atau faktor resiko. Sehingga skrining dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien melalui serangkaian tes berupa pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara tepat sehingga didapatkan keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat kontak pertama, apakah benar-benar membutuhkan pelayanan sesuai diagnosa dan kondisi pasien. Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit. 1.1 Skrining dibagi dalam dua area, yaitu pra-hospital dan intra-hospital. Skrining pra-hospital bisa dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit, sebelum dirujuk dari fasilitas kesehatan lain, atau saat akan dilakukan transportasi dengan ambulan dari luar rumah sakit. 1.2 Skrining pada kasus emergensi atau instalasi gawat darurat dilaksanakan melalui metode triage, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik,
psikologik,
laboratorium
klinik
atau
diagnostik
imaging
sebelumnya.Pengkajian riwayat pasien dalam proses skrining dilakukan melalui autoanamnesa dan heteroanamnesa. 1.3 Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit.Baik pada pasien rawat jalan maupun gawat darurat.Pada area rawat
3
jalan, baik tenaga medis maupun paramedis wajib untuk segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi pasien yang membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik maupun menunggu di ruang tunggu. II.
MAKSUD DAN TUJUAN Pada waktu skrining dan pasien diputuskan diterima untuk rawat inap, proses asesmen membantu staf mengetahui prioritas kebutuhan pasien untuk pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif, paliatif, dan dapat menentukan pelayanan yang sesuai dengan prioritas kebutuhan pasien. Pelayanan preventif (dalam proses admisi) adalah untuk mencegah perburukan/ komplikasi, misalnya antara lain kasus luka tusuk dalam diberikan ATS dan kasus luka bakar derajat berat dimasukkan ke unit luka bakar.
III.
RUANG LINGKUP Skrining dilakukan pada area: 1. Luar rumah sakit 2. Pendaftaran 3. Poli / rawat jalan 4. IGD Skrining dilakukan melalui: 1. Kriteria triage 2. Evaluasi visual atau pengamatan 3. Pemeriksaan fisik 4. Pemeriksaan Laboratorium Prinsip skrining adalah sebagai berikut: 1. Skrining dilaksanakan pada kontak pertama didalam atau diluar rumah sakit 2. Keputusan pasien dilalukan rawat inap di RS Utama Husada adalah bila rumah sakit mampu menyediakan pela yanan yang dibutuhkan pasien.
4
IV.
TATA LAKSANA 4.1
Skrining Pra-Hospital Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupunInstalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon. Interaksi telepon bisa datang dari pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan melakukan panggilan ke nomor rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar rumah sakit yang berencana merujuk pasien ke Rumah Sakit Utama Husada, akan diterima oleh operator yakni petugas admisi, case manager (CM), atau tenaga medis dan paramedis yang ada di ruangan terkait (IGD/IRJ) setelah disambungkan oleh operator. Langkah-langkah skrining pra-hospital antara lain: SATUAN KERJA
SKRINING YANG DILAKUKAN
Operator/penerima
1. Menghubungkan pasien/keluarga ke unit admisi.
telepon
2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke dokter jaga IGD untuk dikaji lebih lanjut. 3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat diakses dan informasi waktu pelayanan.
Admisi /counter
1. Menghubungkan penelpon baik fasilitas kesehatan
pendaftaran/customer
perujuk ataupun pasien/keluarga ke dokter jaga IGD
care/security
(24 jam) atau IRJ (selama jam buka pelayanan poli) untuk mengidentifikasi pelayanan yang dibutuhkan pasien. 2. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan.
Case Manager
1. Mengidentifikasi
pasien
yang
membutuhkan
pelayanan berdasarkan prioritas kegawatan. 2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian khusus
semisal
sakit
berat,
usia
lanjut,
handicap/berkebutuhan khusus. 3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien yang membutuhkan rawat inap. 4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di
5
Rumah Sakit Utama Husada disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan pasien. Rawat Jalan
1. Pada jam buka pelayanan IRJ, admisi rawat jalan menginformasikan jenis pelayanan yang ada di IRJ beserta jam pelayanan dan bagaimana cara mengakses pelayanan tersebut/pendaftaran. 2. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima telepon segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi calon pasien (yang belum terdaftar sebagai pasien) maupun pasien lama,untuk merencanakan tindak lanjut.
IGD
1. Petugas medis/paramedis yang menerima panggilan telepon melakukan skrining per-telepon dengan mencatat semua informasi yang diperlukan mulai dari kondisi pasien sampai dengan riwayat penyakit saat ini dan/terdahulu serta rencana tindakan lanjutan yang direncanakan. 2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan, yaitu pertimbangan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit untuk identifikasi kebutuhan pelayanan yang sesuai serta konsultasi dokter jaga IGD kepada DPJP kasus terkait.
Tenaga ambulan
1. Proses skrining dimulai saat mendapatkan permintaan penjemputan
pasien,
untuk
menentukan
tingkat
emergensi dalam persiapan SDM tim ambulan yang akan melakukan penjemputan, maupun menentukan peralatan yang dibutuhkan dalam penjemputan. 2. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi penjemputan dengan berpatokan pada penilaian pre transport pasien, dengan menggunakan form transfer pasien. 3. Skrining lanjutan yaitu triage,dilakukan setelah tiba di
6
IGD dengan berpatokan pada pengkajian kondisi pasien.
4.2 Skrining Intra-Hospital Skrining intra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupunarea Rawat Jalan (IRJ).Langkah-langkah skrining intra-hospital antara lain: SATUAN KERJA Case Manager
SKRINING YANG DILAKUKAN 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan pelayanan berdasarkan prioritas kegawatan. 2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perhatian khusus
semisal
sakit
berat,
usia
lanjut,
handicap/berkebutuhan khusus. 3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan berdasarkan identifikasi ketersediaan kamar bagi pasien yang membutuhkan rawat inap. 4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit Utama
Husada
disesuaikan
dengan
kebutuhan pelayanan pasien. Rawat Jalan
1. Setiap tenaga medis dan paramedis wajib untuk segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi pasien yang membutuhkan, baik saat pasien mendaftar di poliklinik maupun menunggu di ruang tunggu. 2. Dalam melakukan proses skrining bagin pasien yang membutuhkan pelayanan emergensi, rawat inap dan rujukan keluar. Pedoman skrining dikembangkanoleh kelompok staf medik (KSM) terkait.
IGD
1. Proses skrining dilakukan segera setelah pasien datang ke IGD 2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan 3. Dokter
jaga/paramedis
7
melakukan
triage
untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan pelayanan awal, untuk selanjutnya dikonsulkan ke DPJP 4. DPJP
melakukan
pelayanan
medis,
identifikasi
kebutuhan pelayanan khusus, menerima konsultasi dan penilaian pasien untuk di rawat inap, dipulangkan atau dirujuk. Tenaga ambulan
1. Penjemputan pasien dilakukan atas permintaan. 2. Pengumpula
data
per-telepon
dibutuhkan
untuk
menentukan tingkat emergensi dalam persiapan SDM tim ambulan yang akan melakukan penjemputan, maupun menentukan peralatan emergensi dan peralatan tambahan yang dibutuhkan dalam penjemputan. 3. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi penjemputan dengan berpatokan pada penilaian pre transport pasien, dengan menggunakan form transfer pasien. 4. Pada keadaan khusus, pada kasus emergensi, dokter dalam tim ambulan wajib mengidentifikasi kebutuhan pelayanan medis yang diperlukan, memberikan advis, mempersiapkan sarana dan obat-obatan selama proses transfer
sampai
dengan
tiba
di
Rumah
Sakit
UtamaHusada 5. Pada pasien tidak stabil, pasien kecelakaan atau pasien tidak dikenal cukup ditanyakan jenis kelamin, usia, kondisi pasien, pelayanan yang dibutuhkan dan lokasi penjemputan 6. Untuk pasien-pasien kegawatan dilakukan bantuan hidup dasar dan stabilisasi sesuai panduan dan SPO, sebelum ditransfer ke rumah sakit.
4.3 Skrining di Instalasi Rawat Jalan Skrining rawat jalan dilakukan oleh dokter dan perawat dirawat jalan. Skrining rawat jalan meliputi : 4.4.1
Kondisi umum pasien
8
Dinilai dari kesadaran, jalan nafas, pernfasan, dan sirkulasi a. Kesadaran dinilai apakah pasien dalam kondisi sadar penuh (composmentis),
atau
apakah
pasien
mengalami
penurunan
kesadaran (mulai gelisah, sangat mengantuk, sampai penurunan kesadaran lebih lanjut) b. Jalan nafas dinilai apakah bebas dari sumbatan, adakah gangguan ataukah ada kondisi potensial yang akan mengacam patensi jalan nafas. Contoh kondisi yang mengancam jalan nafas : a. Pasien datang dalam kondisi sadar dengan posisi jatuh lehernya terbentur pipa, tampak memar dan berbicara serak. b. Pasien bayi/ balita datang dengan batuk pilek, batuk berulang sangat mengganggu diikuti suara mengorok. Pernafasan dinilai apakah pernafasan pasien normal atau ada masalah, bahkan ada resiko distress nafas.Pasien dengan pernafasan yang layak mendapatkan pelayan di UGD adalah: a. Penggunaan
otot
bantu
nafas
contoh
:
penggunaan
otot
sternocleidomastoidea saat bernafas posisi tripod. b. Jika dihitung laju pernafasan pasien > 30x/menit. Sirkulasi dinilai apakah normal atau ada masalah. Pasien dengan sirkulasi drop yang layak mendapatkan pelayanan di UGD adalah : a. Pasien yang sangat pucat b. Pasien yang datang dengan keringat dingin, nadi teraba lemah. c. Akral dingin d. Pasien dengan nyeri dada kiri, curiga iskemik jantung e. Pasien dengan nyeri ulu hati, disertai keringat dingin, nadi lemah f. Pasien dengan perdarahan sedang – hebat di dalamnya perdarah pervaginal 1) Penilaian nyeri Penilaian nyeri menggunakan wong baker face pain sating scale.
9
Pasien dengan nilai nyeri ≥ 8 layak mendapakan pelayanan UGD 2) Skrining batuk Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama pasien batuk, apakah sedang dalam pengobatan TBC atau tidak.Pasien
yang
batuk
semua
diberikan
masker
wajah,
sedangkan pasien yang batuk ≥ dua minggu diarahkan ke jalur fast track untuk mengurangi resiko penularan infeksi air bone. Pasien yang dengan TBC diarahkan ke jalur fast track ke poli TBC 3) Skrining pasien jatuh Skrining resiko jatuh dilakukan menggunakan alat bantu Get Up and Go Test: a) Pengkajian No
Penilaian Pengkajian
YA
1.
Cara berjalan pasien (salah satu/lebih)
TIDAK
1. Tidak seimbang/ sempoyongan/limbung 2. Jalan mengguanakan alat bantu ( tripod/kruk /kursiroda/ orang lain 2.
Menompang saat akan duduk: tampak memegang pinggiran kursi/ meja/ benda lain b) Hasil
No
Pengkajian
Hasil
Tindakan
1
Jika 1 dan 2 Tidak
Resiko rendah
Tidak ada tindakan
2
Jika 1 atau 2 YA
Resiko sedang
Edukasi
3
Jika 1 dan 2 YA
Resiko tinggi
Edukasi dan pasang gelang resiko jatuh
10
4) Skrining hambatan pasien Pasien
dinilai
apakah
mengalami
hambatan
dalam
mengakses pelayanan jika pasien mengalami hambatan gerak seperti pengguanan kursi roda dan brankar. Jika pasien mempunyai hambatan bahasa dan budaya.Budaya, hubungan pasien ada pelayanan penerjemah bahasa Rumah sakit.
4.4 Skrining di Instalasi Rawat Inap Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitative dan paliatif dan isolasi diprioritaskan. Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter umum melalui UGD/Poliklinik umum dan oleh dokter spesialis. Pasien akan masuk pada criteria kuratif, preventif, rehabilitative, pasien indikasi rawat inap, memerlukan kamar isolasi atau dapat berobat jalan. 4.4.1
Kuratif: Upaya merupakan serangkaian kegiatan pengobatan yang ditunjukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit. Pasien kuratif indikasi rawat inap: Diagnosa
Katarak Senilis
Kriteria / indikasi rawat inap 1. Pre op denganpenyulit 2. DM 3. Hipertensi 4. Anatomi mata kecil
Trauma mata
1. Laserasi kornea 2. laserasi bulbus oculi 3. Mengancam visual
Glaucoma akut
1. Penurunan penglihatan 2. edema kornea 3. TIO > 21 4. gangguan airway
Pentonsilarabses
1.Gangguan airway
11
2. Resiko sepsis 3. Disfagia 4. Nyeri berat Epistaksis
1. Perdarahan massif 2. Hipertensi tak terkontrol 3. observasi perdarahan lanjut
Hipertrofi tonsil
1. Pre operatic treatment
Prolonged pregnancy
1. Hamil ≥ 41 minggu
Myoma uteri
1. Ukuranmyoma uteri ≥ 8 cm 2. Telah terjadi perdarahan berulang 3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
Preeklampsia
1. Tekanan darah ≥ 160/110 2. Proteinuria ≥ + 2 3. Terdapat tanda awal kejang 4. IUGR 5. Peningkatan SGPT/SGOT 6. Penurunan AT
Abortus
1. Perdarahan ≥ 150 cc 2. Keluarjaringan 3. Syokhemoragis
Hemiparesis gravidarum
1. Ketonurin + 2. Keadaanumumlemah 3. Intake makan tidak adekuat
Abnormal urterine bleeding
1. Hb ≤ 8 mg/dl
DHF
1. Trombosit< 100.000 2. Tekanan darah< 100/70 mmHg (pre syok) 3. Perdarahan spontan 4. Muntah
Dyspepsia
1. Muntah 2. Nyeri dada karena gastro esophageal
12
reflux desease 3. Dehidrasi Diare
1. Dehidrasi sedang – berat 2. Muntah sampai tidak ada obat yang bisa masuk 3. Pre-syok TD <100/60
Asma
1. Keluhan tidak membaik dengan 2x nebulizer 2. Respirasi rate >40
Periapical abscess without sinus 1. Suhu tinggi (K04-7)
2. Susah menelan 3. Nadi cepat
Periapical
abscess
with
sinus 1. Suhu tinggi
(K04-7)
2. Susah menelan 3. Nadicepat 4. Nafas terganggu Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi rawat inap, dokter wajib memberikan pendidikan kesehatan dan didokumentasikan dalam form instruksi pasien pulang. Selanjutkan form tersebut akan dibawa pulang dan menjadi pedoman perawatan pasien dan keluarga dirumah.
4.4.2 Preventif: Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit/ deteksi dini faktor resiko: a. Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan kehamilan, balita) b. Deteksi dini kasus, factor resiko maternal dan balita c. Imunisasi/vaksin pada bayi, anak, ini hamil dan dewasa Dokter atau perawat wajib memberikan informasi penjadwalan control/imunisasi lanjutan. 4.4.3 Paliatif: Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang usia dan
13
meningkatkan kualitas hidup. Pasien paliatif yang masuk indikasi rawat inap: Diagnosa Congesif heart failure/ CHF
Kriteria/Indikasi masuk rumah sakit 1. Edema perifer 2. Dyspneu 3. Pembesaran hati 4. Emboli paru 5. kardiomiopati 6. Disritmia
Chronic kidney disease/CKD
1. Mual, muntah berlebihan 2. Perubahan status mental 3. Sesak nafas 4. Asidosis
Skrining pasien dilakukan oleh dokter umum atau spesialis. Jika ada indikasi rawat inap, perawat wajib melakuakn konfirmasi ke dokter apakah pasien memerlukan ruang khusus ICU, HD, Isolasi. Perawat menghubungi bagian pendaftar rawat inap, melakukan konfirmasi ketersediaan ruang yang dibutuhkan pasien.Jika ruang perawatan positif tersedia, perawat mengarahkan keluarga pasien untuk mendaftar rawat inap. 4.4.4 Isolasi/ indikasi masuk rumah sakit: Ruang isolasi adalah ruangan khusus di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu, terpisah dari pasien lain untuk men cegah penyebaran penyakit dan mengurangi resiko terhadap pemberian pelayanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan. Pasien indikasi rawat inap dengan isolasi Diagnosa TBC
Kriteria 1. Batuk berdarah
14
2. Keadaan umum buruk 3. Pneumothoraks 4. Empiema 5. Efusi pleural massif 6. Sesak nafas berat TB parumilier 7. Meningitis TB Citomegalovirus
1. Demam 2. Pneumonia/sesak nafas berat 3. Takipnea dan dispnea 4. Kerusakan otak
Tetanus
Semua grade tetanus indikasi dirawat inapkan
Kondisi
pasien
immunocompromise (ex: pansitopenia,
1. Demam 2. Ada infeksi tumpangan
keganasan
post kemoterapi) Perawat wajib melakukan konfirmasi bagian pendaftaran rawat inap ketersediaan ruang isolasi. Jika ruang khusus isolasi tidak tersedia, maka pasien indikasi rawat inap dengan isolasi harus ditempatkan di ruang yang setidaknya hanya 1 pasien dalam satu kamar.Ruang isolasi yang setelah digunakan oleh pasien dengan resiko penularan infeksi tinggi, tidak bias digunakan pada pasien immucompromise sebelum ruang dinyatakan steril. 4.4.5 Rehabilitatif: merupakan upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi / mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention). Contoh tindakan rehabilitative adalah fisioterapi. Tindakan fisioterapi bisa dilakukan dengan rawat jalan (tidak memerlukan rawat inap), kecuali pada terdapat kasus penyerta sebagai contoh pengerjaan fisioterapi untuk pemulihan pasca operasi. Pemilihan kriteria pasien yang harus
15
difisoterapi dilakukan oleh dokter spesialis, sedangkan untuk jenis fisioterapi yang dilakukan akan di skrining oleh dokter rehabilitasi medis. Setelah dokter spesialis rehabilitasi medis memberikan diagnosa engan advis jenis fioterapi, makan fisioterapis melakukan fisoterapi sesuai dengan advis. 4.5 Skrining sebelum dirujuk a. Dokter dan perawat melakukan penilaian visual, anamnesa, dan melakukan vital sign b. Perawat dan dokter memastikan apakah fasilitas RS dapat mendukung upaya pertolongan pasien c. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang minimal sebelum diputuskan rawat inap atau rujuk d. Jika pasien memenuhi criteria untuk dirujuk, maka dokter atau perawat wajib memastikan apakah pasien dalam keadaan stabil untuk dirujuk e. Perawat memsatikan adanya ruang/tempat di RS rujukan f. Dokter dan perawat melengkapi rekam medis pasien yang kemudian harus dibawa saat merujuk pasien g. Perawat memastikan kesiapan ambulan berserta peralatan medis yang diperlukan untuk merujuk pasien h. Petugas yang mengantar pasien ketempat rujukan adalah petugas yang terampil dalam batuan hidup dasar, transport pasien dan skrining pasien i. Semua kegiatan harus terdokumentasi dengan baik 4.6 Skrining pasien pro tindakan radiologi (kontras) a. Dokter melakukan assessment perlu atau tidaknya pasien melakukan pemeriksaan radiologi dengan atau tanpa kontras b. Perawat mengarahkan pasien ke ruang CT scan c. Dokter atau raddiografer wajib memastikan pasien sedang tidak dalam kondisi hamil d. Perawat melakukan skin test untuk mengetahui ada atau tidaknya alergi dengan cairan kontras
16
e. Jika dalam waktu minimal 15 menit tidak terlihat reaksi di daerah skin test, maka CT scan dengan kontras bias dilaksanakan f. Sebaliknya jika terlihat reaksi alergi, maka CT scan dengan kontras tidak dapat dilakukan. Daftar skrining pemeriksaan penunjang sebelum pasien diputuskan rawat inap atau dirujuk atau dilaksanakan tindakan : Diagnosa
Pemeriksaan penunjang
Dengue hemorrhagic fever
1. Hemoglobin 2. Hitung leukosit 3. Hematokrit 4. Trombosit
Spontaneous vertex delivery
1. Darah rutin 2. CT/BT 3. HbsAg
Delivery by emergency caesaren suction
1. Darah rutin 2. CT/BT 3. HbsAg
Delivery by elective caesarean section
1. Darah rutin 2. CT/BT 3. HbsAg
Postmenopausal bleeding
1. Darah rutin 2. CT/BT 3. HbsAg
Preterm delivery
1. Urinalisis 2. Darah rutin 2. CT/BT 3. HbsAg
False labour before 37 completed weeks
1. Darah rutin
of gestation
2. Urinalisis
Mild hyperemesis gravidarum
1. Urinalisis
17
Other and unspecified ovarian cysts
1. USG 2. Ca-125 (poli) 3. Darah rutin 4. CT/BT 5. HbsAg
Leiomyoma of uterus, unspecified
1. USG 2. Darah rutin 2. CT/BT 3. HbsAg
Blighted ovum and nonhydatidiform mole
1. USG 2. Darah rutin 2. CT/BT 3. HbsAg
Diabetes militus
1. Gula darah puasa 2. Gula darah 2 jam PP 3. Urinrutin 4. Ureum 5. Kreatinin
Gastroesophageal reflux sisease
1.
EKG
(untuk
menyingkirkan
diagnose chest pain cardial) Asma
1. Rontgen Thorax 2.
Darahrutin
(Hb,
Leukosit,
Trombosit, Hematokrit) Bronkitis
1. Rontgen thorax 2. Darahrutin
(Hb,
Leukosit,
Trombosit, Hematokrit) Thyrotoxicosis
1. Free T4 2.TSH 3. EKG
Fever, unspecifed
1.
18
Darahrutin
(Hb,
Leukosit,
Trombosit, Hematokrit) 2. Urine rutin 3. Tubex TF (bila demam ≥ 7 hari Arthritis
1. Rontgen sendi
Congestive heart failure
1. EKG 2. Rontgen thorax
Cholelithiasis
1. USG abdomen
Chronic ischemic heart desease
1. EKG 2. Rontgen thorax
Necrosis of pulp (K04.1)
1. Laboratorium : Gula darah 2. Radiologi : Periapical / OPG
Pulpitis (K04.0)
1. Laboratorium : 2. Radiologi : Periapical / OPG
Embedded and impacted teeth (K01)
1. Laboratrium : guladarah 2. Radiologi : OPG
Periapical abscess without sinus (K04.7)
1. Laboratrium : guladarah 2. Radiologi : OPG
Retained dental root (K08.3)
1. Laboratrium : guladarah 2. Radiologi : Peripical/OPG
Anomalies of tooth position (K07.3)
1. Laboratrium : 2. Radiologi : OPG dan Cephalometri
Anomalies of dental arch relationship
1. Laboratrium : 2. Radiologi : OPG dan Cephalometri
Malocclusion, unspecified (K07.4)
1. Laboratrium : 2. Radiologi : OPG danCephalometri
Fracture of tooth (S02.5)
1. Laboratrium : Gula darah 2. Radiologi : OPG danPeripical
19
V.
Dokumentasi
Semua hasil skrining dicatat dalam Rekam Medis
Ditetapkan di
: Ambulu
Pada Tanggal
:
DIREKTUR RS. UTAMA HUSADA
dr. HARI PITONO, MARS
20
2018