SISTEM REPRODUKSI MENCIT JANTAN DAN BETINA SERTA SIKLUS ESTRUS (APUSAN VAGINA) LAPORAN PRAKTIKUM Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri pada mata kuliah Praktikum Reproduksi dan Perkembangan Hewan.
Nama
: Rini Muliani
NIM
: 1211702068
Kelas
: Biologi VB/kel.1
Dosen
: Ucu Julita, M.Si
Tanggal praktikum
: 28 Oktober 2013
Tanggal pengumpulan : 04 November 2013
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Fertilisasi internal memerlukan perilaku kooperatif, yanag mengarah ke kopulasi. Pada beberapa kasus, perilaku seksual yang tidak karakteristik (sesuai karakter atau ciri) dihilangkan oleh seleksi alam secara langsung, sebagai contoh, laba-laba betina akan memakan jantan jika sinyal-sinyal reproduksi spesifik tidak diikuti selama perkawinan. Fertilisasi internal juga memerlukan system roproduksi yang canggih, termasuk organ kopulasi yang mengirimkan sperma dan reseptakel atau penyangga untuk penimpanannya dan pengangkutannya menuju telur yang matang (Campbell dkk., 2003). Untuk bereproduksi secara seksual, hewan harus mempunyai sitem yang menghasilkan gamet dari satu jenis kelamin ke gamet dengan jenis kelamin lain yang beebeda. System reproduksi tersebut sangat beraneka ragam. System yang paling sederhana bahkan sama sekali tidak mempunyai gonad yang jelas, yaitu organ yang menghasilkan hamet pada sebagian besar hewan. System reproduksi yang paling kompleks mempunyai banyak kumpulan saluran dan kelenjar aksesoris yang membawa dan melindungi gamet dan embrio yang sedang berkembang. Banyak hewan yang sangat kompleks. System reproduksi cacing pipih parasit misalnya, merupakan salah sastu yang paling kompleks dalam kingdom hewan (Campbell dkk., 2003). Pada sebagian besar spesies mamalia, termasuk manusia, organ reproduksi eksternal jantan adalah skrotum dan penis. Organ reproduksi internal terdiri atas gonad yang menghasilkan gamet (sel-sel sperma) dan hormone, kelenjar aksesoris yang mensekresikan produk yang esensial bagi pergerakan sperma, dan sekumpulan duktus yang membawa sperma dan sekresi glandular (Campbell dkk., 2003). Secara normal pertumbuhan dan pembuahan alat reproduksi merupakan suatu proses yang bertahap dan memerlukan beberapa waktu postnatal sebelum terlihat tanda-tanda birahi pada individu baru. Pertumbuhan dan perkembangan tubuh hewan penting artinya untuk perkembangan fungsi kelamin pada hewan jantan maupun betina. Estrus terjadi pada hewan betina tidak hamil menurut siklusritmik yang khas. Interval antara timbulnya suatu periode birahi ke permulaan birahi berikutnya dikenal
1|laporan praktikum reproduksi dan perkembangan hewan
dengan suatu siklus birahi. Interval-interval ini disertai oleh suatu seri perubahanperubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina (Toelihere, 1981). Reproduksi merupakan faktor penting dalam kehidupan. Reproduksi pada mamalia erat kaitannya dengan siklus estrus. Hormon progesteron merupakan salah satu hormon yang berperan penting dalam siklus estrus. Kadar progesteron dan estradiol dalam tubuh dapat dijadikan parameter dalam penentuan fase pada siklus estrus (Khanum dkk. dalam Iman, 2011). Siklus estrus merupakan jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus yang berikutnya. Setiap hewan mempunyai siklus estrus yang berbeda-beda, ada golongan hewan monoestrus (estrus sekali dalam satu tahun), golongan hewan poliestrus (estrus beberapa kali dalam satu tahun), dan golongan hewan poliestrus bermusim (estrus hanya selama musim tertentu dalam setahun). Daur atau siklus estrus terdiri dari empat fase, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Fase estrus berbeda dengan siklus estrus. Fase estrus merupakan fase dimana telur diovulasikan dari ovarium ke saluran telur. Fase ini menandakan bahwa individu betina telah masak kelamin. Fase estrus setiap spesies berbeda-beda dan dapat diamati dengan metode vaginal smear, tetapi tidak dapat diamati jika hewan betina tersebut belum masak kelamin dan sedang hamil. (Hafez, 1968 dalam Iman, 2011). Estrus adalah fase terpenting dalam siklus birahi, karena dalam fase ini hewan betina memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap jenis hewan dan dalam fase ini pula hewan betina mau menerima pejantan untuk kopulasi, ciri khas dari estrus adalah terjadinya kopulasi, jika hewan menolak kopulasi, meskipun tanda-tanda estrusnya sangat terlihat jelas, maka penolakan tersebut memberi pertanda bahwa hewan betina masih dalam fase estrus yang telah terlewat. Tanda lain dari fase estrus untuk tiap jenis ternak berlainan, tetapi pada umumnya mereka memperlihatkan tanda-tanda gelisah, nafsu makan berkurang atau hilang sama sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari jika pejantan mendekati (Partodiharjo, 1986). Perbedaan siklus estrus dan siklus menstruasi dapat dibedakan secara jelas. Siklus estrus hanya terjadi pada primata saja dan terjadi perubahan secara fisiologi maupun morfologi pada ovarium, vagina, uterus dan tingkah laku serta pseudomenstruation pada nonprimata adalah disebabkan oleh diapedesis dan sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan menstuasi pada primata. Sedangkan untuk siklus menstruasi hanya terjadi pada primata dengan bentuk peluruhan sel telur. Terjadi perubahan fisiologi dan morfologi sama dengan yang terjadi pada siklus estrus 2|laporan praktikum reproduksi dan perkembangan hewan
nonprimata, namun tanpa adanya tingkah laku khusus penerimaan seksual. Serta pada siklus menstruasi terjadi pelepasan endometrium uterus diikuti oleh pendarahan yang disebut menstruasi yang penyebabnya adalah tidak adanya hormon progesterone (Niam, 1995). Perubahan fisiologi yang utama terjadi pada ovarium dan direflesikan dalam bentuk perubahan-perubahan yang terjadi pada vagina dibawah pengaruh hormon ovarium, estrogen dan progesteron. Siklus reproduksi terdiri dari siklus estrus dan siklus menstruasi. Siklus ovarium merupakan ovulasi pada hewan tipe spontan vs induksi siklus endometrium. Sedangkan siklus vagina merupakan adalah bagian dari vaginal smear (Niam, 1995). Siklus estrus ini dikontrol oleh hormon estrogen. Reseptor hormon estrogen tidak hanya di oviduktus, tetapi juga pada hati. Reseptor hormon estrogen pada oviduktus berfungsi untuk mensintesis protein telur. Reseptor hormon estrogen pada hati berfungsi mensintesis vitelogen (Rugh, 1962). Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap yaitu tahap diestrus, proestrus, estur, dana metestrus. Tahap-tahap siklus dapat ditentukan dengan melihat gambaran sitologi apusan vagina. Pada saat estrus, vgina memperlihatkan sel-sel epitel yang menanduk. Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan-hewan laboratorium, umpamanya mencit dan tikus, sebelum hewan jantan dan betina disatukan, penyatuan sebaiknya dilakukan pada saat estrus awal. Pada saat estrus, vulva hewan betina biasanya merah dan bengkak. Adanya sumbat vagina setelah penyatuan menandakan bahwa kopulasi telah berlangsung, dan hari itu ditentukan sebagai hari kehamilan yang ke nol (Adnan, 2006 dalam Iman, 2011). Pada fase estrus terlihat pengaruh estrogen dan dikerakteristikan oleh sel kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus, lapisan kornifikasi tampak sloughed off invasi leukosit terjadi. Selama diestrus, leukosit tampak berlimpah. Fase proestrus terjadi dengan pengaruh hormone gonadotropin dan sekresi estrogen mempunyai pengaruh yang besar. Fase metestrus, selama fase ini di mana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh progesterone dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari. Fase diestrus dikarakteristikan oleh aktivitas corpus luteum di mana dalam memproduksi progesteron (Hill, 2006 dalam Iman, 2011). Factor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah histology dan fungsi hipotalamus serta hipofisis dalam kaitannya dengan proses reproduksi, terjadinya 3|laporan praktikum reproduksi dan perkembangan hewan
pubertas pada hewan betina termasuk factor-faktor yang mempengaruhi siklus estrus serta proses pembentukan sel kelamin (gametogenesis). Selain itu terdapat factorfaktor lain yang lebih berpengaruh yaitu hormone (Taw, 2008 dalam Iman, 2011). Saluran terdepan system pembiakan betina beraada di antara vestibule genitalia luar dan servix. Dinding terdiri dari tiga lapis yaitu mukosa, otot polos, dan jaringan ikat. Lapisan mukosa terdiri dari epitel dan lamina propia. Sel epitel beberapa lapis dan terluar menggepeng. Dalam keadaan norma, ;apisan epitel ini tak menanduk pada promata, tetapi menanduk pada rodentia (mencit). Pada rodentia sel-sel epitel menanduk (kornifikasi) ini dijumapi pada waktu dilakukan apusan vagina.
1.2.Tujuan 1. Mempelajari struktur anatomi system reproduksi tikus jantan dan betina. 2. Mengamati struktur mikroskopis dari testis dan penis pada mencit jantan. 3. Mengamati struktur mikroskopis dan apusan vagina pada mencit betina. 4. Membedakan kondisi dan warna vagina pada berbagai fase siklus estrus. 5. Membedakan sel epital, epitel bertanduk dan sel leukosit pada apusan vagina. 6. Menentukan fase-fase siklus estrus berdasarkan data pengamatan.
4|laporan praktikum reproduksi dan perkembangan hewan
BAB II METODE 2.1. Alat dan Bahan 1. Alat Nama Alat bedah
Fungsi Membedah mencit yang akan diamati system
Jumlah Seperangkat
reproduksinya. Papan bedah
Mewadahi mencit yang sedang dibedah.
1 buah
Jarum pentul
Menusuk mencit yang sedang dibedah pada
Min. 2 buah
papan bedah agar Mikroskop cahaya Mengamati struktur mikroskopis dari preparat
1 unit
yang telah dibuat. Kaca preparat
Menempatkan objek pengamatan mikroskopis.
Min. 1 buah
Kaca penutup
Menutup objek pengamatan mikroskopis.
Min. 1 buah
Pipet tetes
Memasukkan larutan fisiologis dan mengambil
1 buah
sampel apusan vagina mencit betina. Kaca arloji
Mewadahi larutan fisiologis.
1 buah
Killing jar
Tempat membius mencit.
1 buah
2. Bahan Nama Mencit jantan dan betina
Fungsi Specimen yang dijadikan percobaan.
umur 6 minggu Larutan NaCl 0,9%
Jumlah Masing-masing 1 ekor
Mengambil lapisan mucus pada vagina
Min. 3 ml
mencit betina. Larutan metilen blue
Mewarnai preparat apusan vagina.
Min. 1 tetes
Kapas
Membersihkan kotoran saat pembedahan.
Secukupnya
Kloroform
Membius mencit.
Secukupnya
Preparat awetan ovarium
Specimen yang diamati.
Masing-masing
dan testes
1 buah
5|laporan praktikum reproduksi dan perkembangan hewan
2.2.
Prosedur 2.2.1. Pengamatan system reproduksi mencit jantan dan betina. 1. Dimasukkan ke dalam killing jar/penyungkup. 2. Dibius dengan kloroform. 3. Dilakukan pembedahan tikus jantan dan betina di atas papan bedah. 4. Diamati bentik dan posisi organ penyusun system reproduksinya. 5. Digambar system reproduksinya dari testis sampai menuju luar tubuh. 6. Diamati struktur anatomai dan posisi organ kopulatoris. 7. Diamati bentuk dan posisi organ penyusun system reproduksi betina. 8. Digambar system reproduksinya dsari ovarium sampai menuju luar tubuh.
2.2.2. Pengamatan preparat awetan ovarium dan testis. 1. Diamati di bawah mikroskop cahaya. 2. Digambar sesuai yang teramati di bawah mikroskop.
2.2.3. Pengamatan preparat apusan vagina. 1. Mencit betina dipegang dengan tangan kiri, ibu jari dan telunjuk memegang tengkuknya atau leher dorsal. 2. Badan dan ekor dipegang jari tengah, jari manis, dan jari kelingking. 3. Bagian vagina disemprotkan NaCl 0,9% menggunakan pipet yang tumpul, kemudian dihisap 3 sampai 4 kali dengan hati-hati dan perlahan-lahan. 4. Cairan pada pipet dari hasil penyemprotan/pengisapan berwarna keruh diteteskan pada kaca preparat 1 sampai 2 tetes dan dibiarkan kering. 5. Setelah kering ditetesi dengan larutan pewarna metilen blue 1% dan dibiarkan sampai kering. 6. Diamati di bawah mikroskop. Bila zat warna berlebih, bilas dengan cara ditetesi air. 7. Ditutup dengan kaca penutup. 8. Diamati dengan seksama lalu digambar hasi pengamatan.
6|laporan praktikum reproduksi dan perkembangan hewan
BAB III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 3.1. Data Pengamatan Gambar pengamatan (dokumentasi pribadi)
Keterangan
Gambar literatur
1. Satu dari sepasang hemipenis pada mencit jantan yang dapat diamati setelah pembedahan. 1
Hemipenis
Gambar 1. Hemipenis mencit jantan
akan keluar apabila akan melakukan kopulasi. 2. Sepasang testis. Terdapat berdekatan
2 Gambar 2. Testes mencit jantan
dengan hemipenis
Anatomi reproduksi mencit jantan
namun di
dan betina
sebelah dorsal. 3. Lubang anus
(http://penapuntertoreh.blogspot.com)
mencit betina. 4. Lubang vagina mencit betina. 3
4
Gambar 3. Alat reproduksi mencit
5. Otot hemipenis pada mencit jantan. 6. Tubulus seminiferus
12 Sayatan testis (www.biosains.edu.com)
7|laporan praktikum reproduksi dan perkembangan hewan
pada testes mencit jantan. 7. Spermatozoa mencit jantan yang sudah mati yang 5
diekstraksi dari
7 Apusan sperma
Gambar 4. Histologi preparat
testis.
(http://embriologisemesta.blogspot.c
sayatan penis
8. Otot pada
om)
ovarium, namun baginabaginanya tidak terlihat jelas. 9. Otot vagina 6 Gambar 5. Histologi preparat sayatan testis
Sayatan ovarium (www.biosains.edu.com)
bagian tengah. 10. Endometrium vagina. 11. Sel darah putih yang sudah pecah. Pada literature
11
menunjukkan sel darah putih yang masih 7 Gambar 6. Spermatozoa
bagus dan dengan pewarnaan
Apusan vagina (http://blog.uin-malang.ac.id)
serta perbesaran yang lebih bagus. 12. Sperma yang 8
8|laporan praktikum reproduksi dan perkembangan hewan
Gambar 7. Histologi Ovarium
berada di dalam tubulus seminiferus yang bakal menjadi spermatozoa.
9
10
Gambar 8. Preparat sayatan dinding uterus.
11 Gambar 9. Apusan vagina.
3.2. Pembahasan 1. Penis Penis manusia tersusun dari tiga silinder jaringan erektil mirip spons yang berasal dari vena dan kapiler yang dimodifikasi. Selama kebangkitan gairah seks, jaringan erektil itu akan terisi dengan darah dari arteri. Ketika jaringan ini terisi, peningkatan tekanan akan menutup vena yang mengalirkan darah ke luar dari penis, sehingga penis dipenuhi dengan darah. Ereksi yang dihailkan sangat penting untuk pemasukan penis ke dalam vagina. Hewan pengerat, rakun, dan beberapa mamalia lain juga mempunyai bakulum (baculum), yang merupakan tulang yang terdapat di dalam penis, dan membantu mengeraskan penis (Campbell dkk., 2003). Penis mencit berbentuk hemipenis, yaitu penis yang berada di dalam tubuh, tidak terlihat dari luar dan akan dikeluarkan ketika akan melakukan kopulasi. Berbeda dengan penis, hemipenis berjumlah sepasang, namun hanya satu yang melakukan kopulasi. Hemipenis juga dimiliki oleh reptile. Pada pengamatan, hemipenis ini berwarna putih dan terletak di bagian dalam, karenanya hemipenis ini terlihat setelah 9|laporan praktikum reproduksi dan perkembangan hewan
mencit dibedah. Hemipenis ini akan mengeras dengan bantuan baculum kemudian keluar dari saluran reproduksi. 2. Testis Gonad jantan, atau testes (tunggal, testis), terdiri dari banyak saluran yang melilit-lilit yang dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan ikat. Saluran tersebut adalah tubula seminiferus (seminiferous tubule), tempat sperma terbentuk. Sel-sel Leydig (Leydig cell) yang terbesar di antara tubula seminiferus menghasilkan testosterone dan androgen lain, yang merupakan hormone seks jantan (Campbell dkk., 2003). Pengamatan testis
dilakukan dengan mengamati
anatomi,
kemudian
mengamati histology sayatan testis. Testis mencit berada di sebelah dalam sejajar dengan hemipenis dengan posisi di sebelah dorsal. Fungsi testis pada mencit sama dengan penis manusia, yaitu memproduksi sel sperma. Secara anatomi, testis ini berdiameter 0,5 cm, berwarna putih dan menggembung sperti kantung berisi udara. 3. Vagina Vagina adalah ruangan berdinding tebal yang membentuk saluran kelahiran yang dilalui bayi saat lahir; dan juga merupakan tempat singgah bagi sperma selama koopulasi (Campbell dkk., 2003). Pengamatan vagina ini tidak dilakukan secara langsung karena mencit betina yang digunakan tidak bisa dibedah karena adanya kendala yang tidak bisa disebutkan. Pengamatan vagina ini diganti menjadi studi literature. Namun sejauh ini, gambar mengenai bagian-bagian dari vagina dan bagian-bagian repoduksi mencit betina tidak ditemukan yang lebih detail kecuali yang ada pada hasil pengamatan di atas. 4. Ovarium Gonad perempuan, ovarium (ovary), berada di dalam rongga abdomen, manggantung, dan bertaut melalui mesentrium ke uterus. Masingpmasing ovarium terbungkus dalam kapsul pelindung yang keras dan mengandung banyak folikel. Folikel terdiri atas satu sel telur yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel-sel folikel, yang memberikan makanan dan melindungi sel telur yang berkembang. Keseluruhan dari 400.000 folikel yang dimiliki oleh seorang perempuan sudah terbentuk sebelum kelahirannya. Dari jumlah tersebut, hanya beberapa ratus folikel yang membebaskan sel telur selama tahun-tahun reproduksi perempuan. Mulai pada masa pubertas dan terus berlangsung sampai menopause, umumnya sebuah folikel matang dan membebaskan sel telurnya setiap satu siklus menstruasi. Sel-sel folikel juga menghasilkan hormone seks utama perempuan, yaitu estrogen. Sel telur itu 10 | l a p o r a n p r a k t i k u m r e p r o d u k s i d a n p e r k e m b a n g a n h e w a n
didorong dari folikel dalam proses ovulasi. Jairngan folikel sisanya kemudiantmbuh di dalam ovarium untuk membentuk massa padat yang disebut sebagai korpus luteum (corpus luteum). Korpus luteum mensekresikan tambahan estrogen dan progesterone, yaitu hormone yang mempertahanakan dinding uterus selama kehamilan. Jika sel telur tidak dibuahi, korpus luteum akan lisis, dan sebuah folikel baru akan mengalami pematangan selama siklus berikutnya (Campbell dkk., 2003). Pembuatan preparat ovarium dilakukan dengan membuat sayatan pada bagian ovarium dan diwarnai. Namun, pengamatan dilakukan dengan menggunakan preparat awetan. Hasil pengamatan menunjukkan bagian yang terwarnai jelas merupakan bagian luar korpus luteum, sedangkan bagian yang terlihat berwana lebih terang merupakan bagian dalam korpus luteum yang akan mengelilingi ovum. Sudut pengamatan yang gambarnya terambil seperti pada hasil pengamatan di atas, kurang menyeluruh, sehingga bagian-bagian lainnya pada ovarium ini tidak teramati. 5. Histologi testis Pengamatan histology, yaitu sayatan penis yang diamati di bawah mikroskop cahaya. Preparat yang digunakan adalah preparat awetan yang telah disediakan di laboratorium, dengan teknik pewarnaan tertentu. Pada pengamatan, dapat telihat seperti tubulus seminiferus yang berbentuk melingkar dan terlihat seperti ruang kosong. Dalam ruang yang terlihat kosong tersebut diproduksi banyak sel sperma. Pada gambar literature, dengan pewarnaan yang lebih baik, terlihat bahwa di dalam tubulus terdapat banyak calon sel sperma yang berbentuk bintik-bintik kecil. Bagian yang ada disekeliling tubulus seminiferus merupakan jaringan ikat yang berlapis-lapis. Pada pewarnaan preparat ini, jaringan ikat terwarnai dengan sangat baik, namun sebaliknya pada bagian dalam tubulus. 6. Histologi ovarium Histology ovarium adalah pengamatan sayatan ovarium di bawah mikroskop cahaya. Preparat yang digunakan adalah preparat awetan yang telah disediakan di laboratorium, dengan teknik pewarnaan tertentu. Pengamatan sayatan ovarium terlihat seperti serat otot. Namun, diduga kemungkinan bagian yang berwarna merah seperti otot tersebut adalah bagian luar dari korpus luteum yang mengeliling bakal ovum. Sedangkan bagian sebelah kanan yang berwana lebih terang merupakan bagian dalam dari korpus luteum. 11 | l a p o r a n p r a k t i k u m r e p r o d u k s i d a n p e r k e m b a n g a n h e w a n
7. Histology dinding uterus Histology vagina juga dilakukan dengan menggunakan preparat awetan. Gambar yang berwarna lebih terang di sebelah kanan merupakan bagian luar vagina, sedangkan bagian yang berwarna lebih gelap adalah endometrium. Bagian endometrium terlihat berwarna merah terang karena mengandung banyang pembuluh darah. Garis-garis yang terlihat merupakan bagian yang melekuk ke dalam. Sayangnya, karena preprat yang digunakan bukan mencit yang sama pada pengamatan apusan vagina, karenanya fase estrusnya tidak dapat ditentukan. Hal ini juga karena gambar sayatan dinding uterus hanya ada satu buah dan tidak diketahui fasenya sehingga tidak ada data perbandingan untuk menentukan fasenya. 8. Sperma Preparat sperma dibuat dengan cara menumbuk testis dicampur dengan air. Airnya kemudian diteteskan pada slide mikroskop kemudian diwarnai dengan metilen blue. Setelah mengering, diamati di bawah mikroskop cahaya. Hasil pengamatan menunjukkan sekumpulan spermatozoa yang sudah mati dan terlihat hanya kepalanya saja yang berbentuk titik. Setelah dilakukan pewarnaan, kepala spermatozoa iniberwarna keunguan dan karena jumlahnya yang banyak dan berkumpul, bagian-bagaiannya tidak terlihat dengan jelas. Selain itu, perbesarannya juga kurang. Jika sperma yang telah diekstraksi ini secepatnya diamati, mungkin saja spermatozoa yang masih motil dapat diamati. Pada gambar literature, spermatozoa juga terlihat seperti bintik-bintik kecil yang diduga merupakan bagian kepalanya. Ukuran spermatozoa memang sangat kecil dan akan terlihat jelas bila diamati dengan mikroskop electron. 9. Apusan vagina Mencit yang akan diamati siklus estrusnya melalui pembuatan preparat apus vagina adalah mencit yang telah masak kelamin dan tidak sedang hamil. Vaginal smear menggunakan daerah vagina sebagai daerah identifikasi. Mukosa vagina diambil untuk bahan identifikasi. Sel epitel dan leukosit terdapat dalam mukosa vagina. Identifikasi bentuk sel epitel dan leukosit dapat menunjukkan fase dalam siklus estrus (Storer, 1961). Preparat apusan vagina dibuat dengan cara memasukkan larutan fisiologis ke dalam vagina mencit. Larutan fisiologis ini akan membawa sel-sel pada lapisan mucus dalam vagina. Lapisan mucus ini dapat terlihat ketika larutan fisiologis berwarna keruh. Bagian dari lalpisan mucus yang terbawa larutan fisiologis ini kemudian 12 | l a p o r a n p r a k t i k u m r e p r o d u k s i d a n p e r k e m b a n g a n h e w a n
diteteskan pada kaca preparat dan diwarnai dengan metilen blue dan cara diapus. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel-sel yang bisanya transparan dan sulit dilihat di bawah mikroskop. Kemudian diamati dibawah mikroskop. Dengan menentukan karakeristik sel darah putih, maka dapat ditentukan fase yang sedang dialami oleh mencit betina yang sedang diamati. Pengamatan menunjukkan sel-sel darah putih yang sudah lisis atau rusak, pengamatan secara langsung menegaskan bentuk sel darah putih yang berbentuk kotak-kotak dan setelah diwarnai terllihat kehijauan. Selain itu, bentuk sel darah putih tersebut juga berukuran besar sehingga diperkirakan bahwa sel tersebut sedang menanduk , selain itu, inti selnya tidak terlihat. Dapat dipastikan bahwa mencit betina sedang dalam fase estrus. Estrus adalah fase penerimaan seksual betina. Disini betina akan lebih selektivitas terhadap pasangan dan daya tarik meningkat. Fase estrus umum terjadi pada seluruh spesies mamalia, termasuk primata, dan tampaknya fungsional yang dirancang untuk memperoleh indukan dari superior genetik yang berkualitas. Namun, konvensional kebijaksanaan menyatakan bahwa estrus perempuan manusia menjadi hal yang unik dari waktu ke waktu, mungkin untuk lebih menarik para pejantan dalam hubungan jangka panjang. Bertentangan dengan pandangan tadi, baru-baru ini laboratorium berbasis studi menunjukkan bahwa perempuan yang paling dekat titik subur dari siklus mereka (sebelum ovulasi) lebih menarik bagi pejantan, seperti aroma pada betina akan lebih menarik ketika siklus estrus.
BAB IV KESIMPULAN Mencit jantan mempunyai hemipenis yang berada di dalam saluran reproduksi dikeluarkan ketika saat kopulasi saja. Gonad yaitu sepasang testis yang terdapat di bagian dorsal, berbentuk seperti kantung berwarna putih yang berisi sperma. Sperma ini diproduksi di dalam tubulus seminiferus. Alat reproduksi mencit betina adalah vagina. Mencit yang dijadikan percobaan sedang dalam masa estrus, hal ini diketahui dari karakteristik leukosit yang menanduk dan inti selnya sudah terdegradasi. Gonad yaitu sepasang ovarium, pada pengamatan terdapat korpus luteum yang berarti ovum sudah dilepaskan.
13 | l a p o r a n p r a k t i k u m r e p r o d u k s i d a n p e r k e m b a n g a n h e w a n
DAFTAR PUSTAKA Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga. Iman, Cikha Farahdiba. 2011. Vaginal Smear. http:// www.biosains.edu.com [diakses pada tanggal 03 November 2013] Niam, B. 1995. Diktat Kuliah Struktur dan Perkembangan Hewan II. Purwokerto: Unsoed. Partodiharjo S, 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta:.Mutiara. Rugh, R. 1962. Experimental Emrbryology. Minnesota: Burger Publishing Company. Soeminto. 2000. Embriologi Vertebrata. Purwokerto: Unsoed. Storer, T.I. 1961. Element of Zoology. New York: Mc Graw-Hill Book Company Inc. Toelihere, M. R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung:.Angkasa. http://penapun-tertoreh.blogspot.com www.biosains.edu.com http://embriologisemesta.blogspot.com http://blog.uin-malang.ac.id
14 | l a p o r a n p r a k t i k u m r e p r o d u k s i d a n p e r k e m b a n g a n h e w a n