SERVISITIS BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Serviks adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman kedalam genetalia internal, dalam hubungan ini seorang nulipara dalam keadaan normal kanalis servikalis bebas kuman. Pada multipara dengan ostium uteri eksternum sehingga lebih rentang terjadinya infeksi oleh berbagai kuman-kuman yang masuk dari luar ataupun oleh kuman endogen itu sendiri. Jika seviks sudah infeksi maka akan mempermudah pula terjadinya infeksi pada alat genetalia yang lebih tinggi lagi seperti uterus, tuba atau bahkan sampai ke ovarium dan karena itu fungsi genetalia sebagai alat reproduksi bisa terganggu/bahkan tidak bisa difungsikan. Oleh karena itu diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui bagian dari alat genetalia wanita, dan pada makalah ini penulis membahas mengenai servisitis. 1.2. TUJUAN 1.2.1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah dan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai peradangan dalam genetalia wanita pada umumnya dan servisitis atau adnexsitis pada khususnya. 1.2.2. Tujuan Khusus 1. Dapat memahami apa itu yang dimaksud servisitis. 2. Dapat mengeti dan memahami apa itu penyebab sertivitis. 3. Mampu mengetahui gejala servisitis. 4. Dapat mengetahui klasifikasi dari servisitis. 5.Dapat mengerti dan memahami bagaiman cara mengenali servisitis. 6. Dapat mengetahui dan mampu mengaplikasikan bagaimana penatalaksanaan maupun rencana asuhan yang dapat diberikan. BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN • Servisitis adalah Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan
pada gonorea dan infeksi post abortus atau post partum yang disebabkan oleh streptokokus, stapilokokus dan lain-lain. (normaawaddah.2011) • Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri (Manuaba. 1988) • Servisitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan epitel serviks dan troma yang mendasarinya. (Duenhoelter.1988) • Serviks adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. Karena epited selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris, sehingga lebih mudah terinfeksi dibanding selaput lendir vagina. (FK UNPAD, 1998). Servisitis merupakan kelanjutan dari infeksi pada vagina yang disebabkan oleh trichomonas, Chlamydia Trakhomatis, N Gonorhoe dan Virus Herpes Simplex. (Fahmi,2010) • Jadi dapat disimpulkan Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis dan juga merupakan infeksi non spesifik dari serviks, erosi ringan (permukaan licin), erosi kapiler (permukaan kasar), erosi folikuler (kistik) dan biasanya terjadi pada serviks bagian posterior yang disebabkan oleh kuman-kuman 2.2 ETIOLOGI Servisitis di sebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomas vaginalis, kandrada dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, entamoeba coli, dan stapilococus. Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi komik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma. Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti diatas , dan lain-lain. Servisitis juga sering disebabkan oleh infeksi melalui aktivitas seksual. Infeksi Menular Seksual penyebab servisitis : • Chlamydia • Gonorrhea • Virus Herpes (genital herpes) • Human Papiloma Virus (HPV) • Trichomoniasis 2.3 GEJALA KLINIS • Flour hebat, biasanya kental atau perullent dan biasanya berbau. • Serviks merah dan bengkak • Sering menimbulkan erosi (erythroplaki) pada portio.
• Gejala-gejala non spesifik seperti dipareuni, • Perdarahan saat melakukan hubungan seks. 2.4 KLASIFIKASI 2.4.1 Servisitis Akuta Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorroe. Infeksi pots abortus, postpartum, yang disebabkan oleh streptococcus, sthapilococus, dan lain-lain. Gejala infeksi ini pembengkakan mulut rahim, mengeluarkan cairan mukopuralent,dan adanya rasa nyeriyang dapat menjalar kesekitarnya. Akan tetapi gejala-gejala pada servik baiasanya tidak berapa tampak. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau dapat menjadi kronika 2.4.1 Servisitis Kronika Penyakit ini dijumpai pada sebagian wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada servik karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endoserviks serta kelenjar-kelenjar infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan : 1. Serviks kelihatannya normal, hanya pada pemeriksaan mikrokopis ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Servisitis ini meniumbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putihkuning. 2. Disini ada partio uteri disekitar ostium uteri eksterum, tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epikel porsio di sekitarnya, secret yang dikeluarkan terdiri atas mucus bercampur nanah. 3. Sobeknya pada serviks uteri disini lebih luas dan mokosa endoserviks lebih kelihatan dari luar (ekstropion). Kukosa dalam keadaan demikian mudah terkena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, servik bisa menjadi hipertopis dan mengeras, secret mukopurulent bertambah banyak. 2.5 DIAGNOSIS BANDING • Kanker Serviks • Lesi Tuberculosis • Herpes Progenitali 2.6 PEMERIKSAAN KHUSUS Pemeriksaan Khusus Dapat dilakukan dengan : 1. Pemeriksaan dengan speculum.
2. Sediaan hapus untuk biakan dan tes kepekaan. 3. Pap smear. 4. Biakan damedia. 5. Biopsy. Pemeriksaan dengan speculum dimana vagina dibuka untuk dapat melihat lebih jelas servik, kemudian ambil sedikit lendir atau cairan yang ada pada mulut servik, taruk kedalam hapus karena media hapus berfungsi untuk menaruk cairan servik yang akan diperiksa/dibiakkan. Papsmeat pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya serviksitis, contoh pemeriksaan lab atau biopsy untuk dapat mengetahui lebih pasti. 2.7 PENANGANAN 1. Servisitis Akut Memberikan antibiotik dosis tepat misal doxycicline, azithromycin, erithromisin dan menjaga kebersihan daerah kemaluan 2. Servisitis Kronik Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari persalinan atau sebelum hubungan seks dimulai. Pada mulut rahim luka lokal disembuhkan dengan cairan albutil tingtura, cairan nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik, termokaumeter, mendinginkannya (kryosurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting karena dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi kealat kelamin bagian atas. Namun servisitis kronika pengobatannya lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi radial dengan termokauter atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi terjadi nekrosis. Jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambat laun oleh jaringan yang sehat. Jika radang menahun mencapai endoserviks jauh kedalam kanalis crevikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa endocerviks. Jika sobekan dan infeksi sangat luas, maka dilakukan amputasi serviks. 2.8 PATOFISIOLOGI Menurut WOC Luka endoserviks Ibu Post Partum/Post Abortus Bakteri(Trichomonas,chlamidia trachomatis, N gonorhoe dan virus herpes simpleks)
Gejala Klinis : • Flour hebat, kental/perullent, berbau. • Serviks merah dan bengkak • Erosi (erythroplaki) pada portio. • Dipareuni • Perdarahan saat melakukan hubungan seks. Akuta Infeksi menahun Kronik Servisitis Pembuntuan Kelenjar pada endoserviks Kista/folikel nabothi BAB 3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis dan juga merupakan infeksi non spesifik dari serviks, erosi ringan (permukaan licin), erosi kapiler (permukaan kasar), erosi folikuler (kistik) dan biasanya terjadi ada serviks bagian posterior, disebabkan oleh kuman-kuman seperti : – Trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme. – Aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococcus, e. Coli dan stapilococus. Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma dan dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain. Servisitis terbagi atas : – Servisitis akuta – Servisitis kronika 3.2. Saran Diharapkan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena penyakit tersebut memahami dan mengerti mengenai penyakit sehingga bisa dilakukan penanganan labih awal dan menghindari terjadinya
kegawatan. Wanita yang tidak beresiko juga menghindari terjadinya terjangkitnya penyakit ini. Keperawatan harus memberikan asuhan yang berkualitas untuk menghindari angka kesakitan DAFTAR PUSTAKA Prof.dr. Ida Bagus Gde Manuaba,SpOG.Memahami Kesehatan ReproduksiWanita.1999.Jakarta : Arcan Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kandungan.2005.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo Materi Kuliah Dr. H. Fahmi, SpOG. 2010 Manuaba,Ida Ayu Chandranita,SpOG.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2.2009.Jakarta : EGC Duenhoelter ,Johann H.Ginekologi Greenhill.1988.Jakarta : EGC Prof.dr. Ida Bagus Gde Manuaba,SpOG.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.1998.Jakarta : EGC http://katon-mxdx.blogspot.com/2010/11/makalah-kesehatan-wanitaservisitis.html http://obginround.blogspot.com/2011/05/servisitis.html http://www.lintasberita.com/Lifestyle/Kesehatan/servisitis-danadnexitis_1
SERVISITIS Senin, 26 Desember 2011 | aini midwife BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kasus penyakit IMS ( Infeksi Menular Seksual ) tertinggi yaitu, infeksi bakteri vaginosis yang mencapai 80%. Sementara, lainnya sebanyak 20% adalah servicitis, condyloma dan HIV/AIDS (menurut sumber: www.wawasandigital.com). Servicitis merupakan penyakit menular seksual yang biasanya disebabkan Chlamidia trachomatis atau Ureaplasma urelyticum (pada laki-laki), tetapi kadang-kadang disebabkan oleh Trikomonas vaginalis atau virus Herpes simplek.
Jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat menjadi lebih parah sehingga sulit dibedakan dengan karsinoma servicitis uteri dalam tingkat permulaan. Oleh sebab sebelum dilakukan pengobatan, perlu pemeriksaan aousan menurut Papanicolaou yang jika perlu diikuti oleh biopsy, untuk kepastian tidak ada karsinoma. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini dengan harapan dapat menjelaskan berbagai hal mengenai servicitis sehingga pada akhirnya pembaca
dapat
mengetahui
dan
memahami
tentang
penyakit
ini.
B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan di angkat pada makalah ini adalah apa pengertian dari Servicitis C. Selain 1. 2.
dan
demi
memenuhi
bagaimana
tugas
mata
kuliah
asuhannya
Askeb
Tujuan IV. Tujuannya agar :
Mahasiswa dapat mengerti dan menjelaskan tentang definisi servicitis Mahasiswa dapat mengerti tentang patofisiologis servicitis
3. 4.
Mahasiswa Mahasiswa
dapat dapat
5.
Mahasiswa
dapat
mengetahui mengetahui
gejala penegakan
mengetahui
klinis diagnose
penatalaksanaan
servicitis servicitis servicitis
D. Manfaat Sebagai mahasiswa kebidanan, kita memiliki gambaran dan pengetahuan tentang servicitis dan bagaimana asuhannyaBAB II BAB II LANDASAN TEORI A. PENGERTIAN Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina. (Sarwono, 2008).Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum. Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion. (Sarwono, 2008) B. KLASIFIKASI 1. Cervicitis
Akut
Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan. Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh
tanpa
bekas
atau
menjadi
cervicitis
kronis.
Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks. Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan. Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan. 2. Cervicitis
Kronis
Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan : a.
Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret
yang agak putih-kuning. b. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah. c.
Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen bertambah pendek. Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu, cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis
cervisitis
kronis.
Cervisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan. Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas. C. PENYEBAB a. Cervicitis dapat disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang paling umum adalah klamidia dan gonore , klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40% kasus. Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
b. Trichomonas vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang kurang umum dari cervicitis. c. Peran Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam menyebabkan servisitis masih dalam penyelidikan. d. Sekunder terhadap kolpitis. e. Tindakan intra dilatasi dll. f. Alat-alat atau obat kontrasepsi. g. Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin.
D. SERVISITIS MUKOPURULEN Servisitis mukopurulen (MPC) ditandai oleh purulen atau mukopurulenendoserviks eksudat terlihat di kanal endoserviks atau dalam spesimen usap endoserviks. Beberapa ahli juga mendiagnosa MPC berdasarkan perdarahan serviks mudah diinduksi. Meskipun beberapa ahli menganggap peningkatan jumlah polimorfonuklear sel darah putih pada endoserviks Gram stain sebagai berguna dalam diagnosis MPC, kriteria ini belum standar, memiliki nilai prediktif positif rendah (PPV), dan tidak tersedia di beberapa pengaturan. MPC sering tanpa gejala, namun beberapa wanita memiliki keputihan abnormal dan perdarahan vagina (misalnya, setelah hubungan seksual ). MPC dapat disebabkan oleh Chlamydia trachomatis atau Neisseria gonorrhoeae , namun dalam kebanyakan kasus organisme tidak dapat diisolasi. MPC dapat bertahan meskipun program berulang dari terapi antimikroba. Karena kambuh atau reinfeksi dengan C. trachomatis atau N. gonorrhoeae biasanya tidak terjadi pada orang dengan kasus terus-menerus dari MPC, non-mikrobiologis determinan (misalnya, peradangan di zona ektopi) mungkin terlibat. Pasien yang memiliki MPC harus diuji untuk C. trachomatis dan N.gonorrhoeae dengan tes yang paling sensitif dan spesifik yang tersedia. Namun, MPC adalah bukan prediktor sensitif infeksi dengan organisme; kebanyakan wanita yang memiliki C. trachomatis atau N. gonorrhoeae tidak memiliki MPC. E. GEJALA a. Flour hebat biasanya kental atau purulen dan kadang-kadang berbau. b. Sering menimbulkan erosi pada portio yang tampak sebagian daerah yang merah menyala. c. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulen keluar dari kanalis cervicalis.Kalau portio normal, tidak ada ektripion maka harus diingat gonorhoe d. Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis. e. Pada cervicitisyang kronis kadang-kadang dapat dilihal bintik-bintik ini disebut ovula nabothii dan disebabkan oleh retensi kelenjar-kelenjar cerviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka cerviks atau karena radang. (Sarwono, 2008) F. EROSIO PORTIONIS Pada cervisitis cronika sering terdapat erosio pada permukaan portio sekitar ostium uteri eksternum. Oleh karena rangsangan luar maka epitel gepeng berlapis banyak dari porsio mati dan diganti dengan epitel silindris canalis cervicalis. Jadi sebetulnya tidak terjadi erosion dalam arti yang sebenarnya tapi pseudo-erosio walaupun lazim disebut erosio ( erosio simplex). Erosio ini nampak sebagai tempat yang merah menyala dan mudah berdarah. Jarang terjadi erosio vera dimana tempat itu tidak mempunyai epitel lagi. Orifisium uteri eksternum merupakan batas antara epitel kaanalis cervikalis dan epitel porsio. Batas ini secara fisiologis berpindah – pindah. Sebelum lahir pada janin berumur 8 bulan epitel gepeng berlapis banyak
jauh masuk kedalam kanalis cervicalis. Kemudian batas pindah kebawah dan pada neonatus sering terdapat erosion congenital. Dalam masa kanak-kanak batas berpindah lagi keatas dan pada pubertas turun lagi. Pada masa reproduktif batas dapat berpindah karena adanya infeksi (cervicitis, kolpitis) sehingga terjadi erosi. Tempat erosio juga terkenal infeksidan berwarna merah menyala malahan dapat bergranulasi sehingga mudah berdarah dan menimbulkan perdarahan kontak atau metrorrhagia seperti karsinoma portionis. Pada erosio diketemukan ovula nabothii (erosio papillaris).
G. PATOFISIOLOGI Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan : a. Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan. b. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah. c. Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian itu mudah kena infeksi dari vagina, karena radang menahun, cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret bertambah banyak. H. TERAPI a. Antibiotika terurama kalau dapat ditemukan gonococus dalam sekret. b. Kalau cerviks tidak spesifik didapat diobati dalam argentetas netrta 10% atau Albotyl yang menyebabkan dengan epitel slindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dan epitel gepeng berlapis banyak. c. Kauterisasi-radial dengan termokauter, atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi terjadi nekrosis, jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambatlaun oleh jaringan yang sehat. Jika radang menahun mencapai endocerviks jauh kedalam kanalis crevikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa endocerviks. Jika sobekan dan infeksi sangat luas, perlu dilakukan amputasi cerviks.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Servicitis adalah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina. Sebab-sebab servicitis: Gonorroe : sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen, sekunder
terhadap kolpitis, tindakan intra : dilatasi dll, alat-alat atau obat kontrasepsi, robekan serviks terutama yang menyebabkan Servicitis dibagi menjadi 2 yaitu: servicitis akut dan kronis.
ectropion.
B. Saran 1. Sebagai pencegahan terkena penyakit servicitis dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan alat genitalia, dengan cara membasuh genetalia dengan sabun dan air dari satu arah yaitu dari depan kebelakang agar bakteri yang ada di anus tidak masuk pada daerah genetalia. 2. Tidak
bergonta-ganti
pasangan
dalam
berhubungan
seks
DAFTAR PUSTAKA Padjajaran,Universitas.
2003.
Obstetri
Patologi
Edisi
2.
Jakarta
:
EGC
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
REFERENSI
1. ^ Workowski KA, Berman SM (Agustus 2006). "pedoman pengobatan penyakit menular seksual, 2006" MMWR Recomm Rep 55 (RR-11):. 1-94.PMID 16888612 . 2. ^ a b Hynes NA (2008/10/30). "Hopkins-abxguide.org" . Point-of-perawatan Teknologi Informasi. Johns Hopkins Diakses 2010-02-03. 3. ^ MedlinePlus Ensiklopedia cervicitis 4. ^ Mitchell, Richard Sheppard, Kumar, Vinay; Robbins, Stanley L.; Abbas, Abul K.; Fausto, Nelson (2007) Robbins dasar patologi (8 red.).. Saunders / Elsevier. hlm 716-8. ISBN 14160-2973-7 . 5. ^ Marrazzo JM, Martin DH (2007). "Manajemen wanita dengan cervicitis". Clin. Menginfeksi. Dis 44 (Suppl 3):.. S102-10 DOI :10.1086/511423 . PMID 173 42663 .
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina (Sarwono, 2008). Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.
Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion. (Sarwono, 2008) Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih mudah terinfeksi disbanding selaput lendir vagina. ( gynekologi . FK UNPAD, 1998 ) Juga merupakan : a. Infeksi non spesifik dari serviks b. Erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ), erosi folikuler ( kistik ) c. Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan. Terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari persalinan atau sebelum hubungan seks dimulai. Pada mulut rahim luka lokal disembuhkan dengan cairan albutil tingtura, cairan nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik, termokauter, mendinginkannya (cryosurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting karena dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas.
Gambar : macam-macam dari servisitis 2.2 Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma. Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain. 2.2.1 Servicitis dapat disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang paling umum adalah : a. Klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40% kasus. Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen. b. Trichomonas vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang kurang umum dari cervicitis. c. Peran Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam menyebabkan servisitis masih dalam penyelidikan. d. Sekunder terhadap kolpitis. e. Tindakan intra dilatasi dll. f. Alat-alat atau obat kontrasepsi. g. Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin 2.3 Patofisiologi Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan : a. Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan.
Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerahmerahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah. c. Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian itu mudah kena infeksi dari vagina, karena radang menahun, cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret bertambah banyak. b.
2.4 Klasifikasi. 1. Cervicitis Akut. Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan. Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis.Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks.Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara nonseksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan. Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
2. Cervicitis Kronis. Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan : a. Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning. b. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah. c. Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen bertambah pendek.
Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan tandatanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu, cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis cervisitis kronis. Cervisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan. Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas. 2.5 Gejala Klinis Keputihan hebat, biasanya kental dan biasanya berbau, sering menimbulkan erosi pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat keputihan yang kental keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion (mukosa kanalis servikalis tampak dari luar), maka harus diingat kemungkinan gonorroe Gejala-gejala non spesifik seperti nyeri punggung, dan gangguan kemih, perdarahan saat melakukan hubungan seks. 2.6 Faktor Resiko Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu: 1. Usia. 2. Jumlah perkawinan 3. Hygiene dan sirkumsisi 4. Status sosial ekonomi 5. Pola seksual 6. Terpajan virus terutama virus HIV 7. Merokok 2.7 Tanda dan Gejala 1. Perdarahan 2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal 3. Cepat lelah 4. Kehilangan berat badan 5. Anemia 2.8 Manifestasi Klinis Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor
tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi. 2.9 Prognosis Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun. 2.10 Pemeriksaan Penunjang Sitologi, dengan cara tes pap Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%. Kolposkopi Servikografi Pemeriksaan visual langsung Gineskopi Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive) 2.11 Pencegahan Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun. 2.12 Pengobatan Luka yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi lainnya, harus diatasi dengan pemasangan brainase. Salah satu terapi kombinasi antibiotik berspektrum luas. Harus diberikan kepada keadaan ini. Rasa nyeri diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yng efektif dan bila terjadi retensi urin, pemasangan indwelling catheter harus dilakukan.
BAB III ASUHAN KEBIDANAN dengan SERVISITIS
Tanggal: Oleh: A. DATA SUBYEKTIF 1. Pengkajian Nama : Ny. N Umur : 30 tahun Alamat : Jl. Kampung Ramai gang suka-suka no. 008 Pendidikan : SD Pekerjaan : tidak bekerja 2. Keluhan utama Mengeluh keputihan banyak, kental dan berbau, perdarahan setelah hubungan, nyeri kencing, sakit pinggang. 3. Pola kegiatan Sehari-hari Nutrisi : ibu mengatakan nafsu makan berkurang akibat rasa sakit di daerah abdomen Eliminasi : ibu mengatakan sakit saat berkemih Personal Hygiene : ibu mengatakan sering menggunakan pembersih kewanitaan. Seksual : sering melakukan hubungan seksual, nyeri saat bersenggama dan keluar darah. 4. Riwayat Obstetri Pasien mengaku mempuyai tiga anak. Anak pertama, kedua dan ketiga lahir spontan di bidan dan sehat. 5. Riwayat KB Ibu mengatakan pernah menggunakan KB AKDR seperti IUD
B. DATA OBYEKTIF 1) Pemeriksaan Umum Kesadaran : compos mentis TD : 120/80 mmHg S : 38,3 ⁰C Nadi : 88 x/menit RR : 20 x/menit 2)
Pemeriksaan Fisik Leher : Terdapat pembesaran kelenjar limfe
Abdomen
: Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol dari pada nyeri di kuadran
atas
abdomen. Genetalia : Inspeksi : tampak keputihan yg banyak berwarna putih kekuningan dan berbau Inspekulo : dapat dilihat keputihan yg kental keluar dari kanalis servikalis, berbau, warna putih kekuning- kuningan, Pada portio tampak adanya erosi. 3) Pemeriksaan Penunjang Dilakukan cek DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage) dan dilakukan GTC C. ASSESMENT I. Interpretasi Data Dasar 1. Diagnosa : Ny. N dengan Servisitis 2. Masalah : Gangguan Sistem Gastrointestinal Gangguan Sistem Urogenital Gangguan Rasa Nyaman 3. Kebutuhan : KIE tentang penyakit servisitis KIE tentang pola seksual dan personal hygine Dukungan dan support dari keluarga atau orang terdekat D. IDENTFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Tidak Ada
E. PLANNING 1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami mengenai keadaan ibu saat ini, bahwa ibu mengalami radang mulut rahim. R/ pasien memahami keadaan dirinya sehingga lebih kooperatif dalam pemberian tidakan 2) Melakukan inform consent untuk persetujuan tindakan medik yang akan dilakuan. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk : Menganjurkan ibu untuk pemeriksaan paps mear Pemberian antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam secret Bila cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi Erosi dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3 10 % atau Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak. 3) Memberikan motivasi kepada ibu bahwa ibu dapat menghadapi masalah ini. R/ Agar ibu lebih tenang dan tidak terlalu khawatit atau cemas akan keadaan nya yag sekarang 4) Memberikan penyuluhan kepada ibu mengenai personal hygiene. R/ Agar ibu dapat menjaga kebersihan dan meminimalisir infeksi yang berlebihan 5) Rujuk ibu ke pelayanan kesehatan yang lebih memadai untuk diadakan uji laboratorium dan pengobatan yang komprehensif R/ Tindakan yang tepat dan diperiksa secara dini di pelayanan yang memadai bisa memperingan gejala yang dialami.
F. EVALUASI Tanggal : O A
Pukul :
S : Ibu mengatakan mengerti tentang hal-hal yang sudah dijelaskan. : Ibu dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dianjurkan dan dapat mengulang sebagian materi yang disampaikan. : Ny. N dengan servisitis P : Kunjungan ulang 3 hari lagi atau sewaktu-waktu bila ada keluhan.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan. Servicitis adalah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina. Sebab-sebab servicitis: Gonorroe : sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen, sekunder terhadap kolpitis, tindakan intra : dilatasi dll, alat-alat atau obat kontrasepsi, robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion. Servicitis dibagi menjadi 2 yaitu: servicitis akut dan kronis. 4.2 Saran
Sebagai pencegahan terkena penyakit servicitis dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan alat genitalia, dengan cara membasuh genetalia dengan sabun dan air dari satu arah yaitu dari depan kebelakang agar bakteri yang ada di anus tidak masuk pada daerah genetalia. 2. Tidak berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks. 1.
DAFTAR PUSTAKA Padjajaran,Universitas.
2003.
Obstetri
Patologi
Edisi
2.
Jakarta
:
EGC
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD, 1981. Ginekologi : Bandung Prawiroharjo Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka – Sarwono Prawiroharjo. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Jakarta Manuaba Ida Bagus Gde, Prof, Dr, SpOG, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk pendidikan Bidan, Jakarta : EGC