KARYA TULIS SEJARAH LOKAL SEJARAH KERAJAAN KOTA KARA DI PULAU BINTAN
Disusun untuk mengikuti salah satu lomba karya tulis sejarah lokal yang diselenggarakan BPNB
OLEH : NUFIKHA
SMA NEGERI 3 BINTAN 2015
PRAKATA
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “ Sejarah KOTA KARA”di pulau Bintan tepat pada waktunya. Kota kara adalah sebuah rantai sejarah melayu , cerita yang berkembang dari mulut ke mulut , disana pernah tinggal bangsawan kerajaan melayu dan masyarakat pewaris cerita pustaka tersebut meyakini kota kara dibujuk dan lebih tua dari bukit batu. Dengan pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi . Oleh karena itu , penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun pada intinya untuk memperbaiki agar di masa akan datang lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
Prakata Daftar isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Batasan masalah 1.4 Tujuan penelitian 1.5 Manfaat penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian 3.2 Teknik Pengumpulan Data BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Observasi 4.2 Hasil Wawancara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Secara geografis kampung Bintan Bekapur berada di Desa`Bintan buyu adalah merupakan Desa wilayah kecamatan teluk bintan kabupaten bintan. Dengan luas
49’2
km. bintan bekapur dulunya disebut KOTA KARA karena disuruh letak sejarahnya , namun karena KOTA KARA tempatnya semakin lama tidak terurus dan masyarakat akhirnya membuka suatu perkebunan di kampung ini , kampung ini dan lahan (tanah) yang dibuat untuk perkebunan subur dan sedikit putih warnanya oleh sebab itu kampung yang dulunya di namakan kota kara menjadi kampung bekapur . kota kara ini muncul sekitar 400 tahun yang lalu . kawasan kota kara adalah di desa bintan bekapur . perkiraan posisinya melintangi sungai bintan sendiri hanya berjarak beberapa ratus meter dari plang itu. Alasan penulis mengambil tema tentang sejarah kota kara adalah karena sebagian masyarakat belum mengetahui sejarah kota kara .
1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan maka dapat dirumuskan beberapa masalah berikut : 1.
Bagaimana sejarah dikawasan kota kara
2.
Peninggalan apa saja yang terdapat di kota kara
3.
Bagaimana upaya untuk melestarikan budaya di kota kara
1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan karya tulis ilmiah yaitu : 1. menjelaskan sejarah situs kota kara 2. menjelaskan berbagai upaya untuk melestarikan kawasan kota kara 3. meningkatkan kesadaran masyarakat akan keutuhan budayanya
1.4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian karya tulis ilmiah yaitu : 1.
Bagi masyarakat Bagi masyarakat pembuatan karya tulis ilmiah ini dapat di manfaatkan dalam upaya mendapatkan informasi tentang upaya pelestarian budaya di kota kara agar kelestarian budaya dapat terjaga .
2.
Bagi peneliti Bagi peneliti dapat melatih dan menambah pengetahuan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Letak dan gambaran kota kara Seperti telah disebutkan pada bagian-bagian sebelum , dalam sejarah melayu , cerita tentang kota kara baru muncul pada bab-bab terakhir yang menjelaskan kisah penyingkiran Sultan Mahmud Syah dan putranya yang bernama Sultan Ahmad Syah dari Pahang ke pulau bintan yang ditandai dengan membuka negeri kopak dan membangun kota kara , dua pusat pertahanan yang kemudian menjadi sasaran armada laut portugis yang didatangkan dari goa india, maka Sultan Ahmad syah dan ayah baginda , sultan Mahmud syah pun berjalan dari hulu muar ke Pahang , maka di alu-alukan oleh raja Pahang . maka anak sultan Mahmud syah dengan permaisuri Kelantan itu , dudukan baginda dengan raja Pahang yang bernama sultan Mansur syah . dari Pahang baginda lalu ke bintan . maka sultan ahmad berbuat negeri di kopak. Hatta maka dipersembahkan orang ke bawah orang kebawah duli sultan Mahmud syah , bahwa angkatan dari guha telah hadir sekarang di malaka : kapal tiga puluh , ghalias empat buah , ghali panjang lima buah , fusta delapan , banting dua buah, akan datang menyerang kita. Maka Sultan Mahmud Syah menitahkan bendahara membaiki kota dan menghimpunkan segala rakyat. Maka baginda menitahkan seri awadana, karena ia temenggung, mengerahkan segala orang disuratkan akan bekerja. Maka seri awadana menyuratkan dengan dayanya sendiri, demikian bunyinya, “adapun hamba seriawadana sitanda
seorang
namanya,
pertanda
bagi
membawa
tombak,
siselamat
seorang
namanya,berkayuh lagi membawa pedang,sitaki seorang namanya,pengiring lagi membawa kemendelam” Kota kara terletak dipulau bintan dalam kenyataannya menurut Winsted, kota kara bukanlah sebuah tempat, namun seperti telah diperkirakannya,adalah nama bagian paling terluar dari sebuah system perbentengan. Bila mengacu pada laporan-laporan penulis kronik portugis dan sejarah melayu tentang penyerangan armada dilaut portugis terhadap pusat pertahanan sultan Mahmud dikopak dan di beberapa tempat dihulu sungai bintan, maka diperkirakan letak kota kara dipulau bintan berada disungai bintan dan tidak jauh dari muara sungai itu. Perkiraan ini dibuat berdasarkan hasil penelusuran kesungai bintan yang didukung dengan laporan
penelitian arkeologi pulau bintan tahun 1981 yang juga melaporkan adanya tumpukan batu kara disekitar muara sungai bintan. Tumpukan batu ini akan terlihat jelas ketika air sungai surut disisi sebelah kiri muara sungai bintan pernah dibangun sebuah sistem pertahanan untuk melindungi kopak dan tempat lainnya dihulu sungai bintan pada suatu ketika dulu. Oleh karena itu , ada baiknya kita simak bagaimana pemaparan sejarawan R.O. Winstedt ketika ia menjelaskan jejak kota kara di sungai Telor.” Kota Kara mestinya berada pada sebuah sungai yang besar, yang memungkinkan galey Portugis dapat bergerak. Sehingga saya mengalihkan pencarian pada tebing-tebing Sungai Johor di atas persimpangan dengan Sungai Telor , dan kira-kira 1 ⁄ mil kiri siri mudek dari sungai utama di mana sisasisa dari apa yang semestinya adalah sebuah benteng lama. Dimana terdapat tiga baris parit sejajar dengan sungai,yang tampaknya bagian dari sistem pertahanan terluar, dan kira-kira 100 yards ke dalam adalah sebuah tempat yang di pagari oleh sebuah parit kira-kira 20 kaki lebar 10 hingga 15 kaki dalamnya ,Tanah yang berasal dari galian parit tersebut telah di gunakan untuk meninggikan permukaan tanah di dalam lingkup pagar ini, sekitar 200 yard panjang dan 100 yard lebar.pagar ini selanjutnya di potong oleh parit yang melintas,sehingga bila satu bagian telah jatuh karena SATU SERGAPAN,sisanya yang lain masih dapat bertahan,dan juga memungkinkan untuk memperoleh tanah yang lebih baik untuk meminggikan permukaan tanah dari tanah disekitarnya.Mula-mula ketiadaan parapet [didinding yang rendah] membingungkan saya, seperti semua banteng Melayu lainnya yang telah saya lihat mempunyai dinding tanah, namun demikian masyarakat dalam tahun 1535 , baik di Eropa sekalipun lebih percaya pada dinding batu atau pagar pertahanan dari bahan kayu, dan sebagaimana meriam terbesar dari Kota Kara yang mampu menembakkan bola seukuran sebuah limau, orang-orang yang menggunakan
suatu meriam kecil barangkali
akan mempertimbangkan sebuah tembok pertahanan yang tinggi melawan pasukan meriam dan sebuah tembok pertahanan dengan bagian sistem pertahanan militer yang terluar , akan menjadi sebuah tempat yang berbahaya yang sulit dapat di taklukkan melalui satu sergapan. Orang Portugis jelas berpikir begitu, karena mereka membobardir tempat itu siang dan malam dengan persenjataan mereka sehinggalah hulu baling dapat menegakkannya dan Sultan menyingkir ke Sayong .
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 METODE PENELITIAN 1. Metode Pustaka Penulis mengumpulkan bahan materi dari beberapa buku dan situs internet yang berkaitan dengan kawasan kota kara. 2. Metode Deskriptif penulis melakukan penyelidikan untuk mencari fakta-fakta dan keterangan mengenai kawasan kota kara.
3.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Teknik Observasi penulis melakukan pengamatan langsung dikawasan kota kara. 2. Teknik Wawancara penulis melakukan wawancara kepada beberapa narasumber untuk mendapatkan informasi mengenai kawasan kota kara.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 HASIL OBSERVASI Kota Kara yang berasal dari perkataan kota , juga menunjukkan pada makna Benteng. Tetapi berdasarkan sumber dari portugis yang digunakan sejarawan Winstedt , dia berkesimpulan , Kota Kara bukanlah sebuah nama tempat . Akan tetapi nama bagi sebuah system perbentengan yang posisinya berada paling depan atau ketaknya paling luar dari sebuah ibukota kerajaan. Kota kara adalah sebuah rantai sejarah Melayu yang hampir terlupakan. Namun kini , yang tersisa hanyalah bukit,anak sungai,serta sejumlah batu nisan yang diam.Belakangan, sekitar dua tahun lalu, di pasang plang yang menunjukkan , itulah lokasi Kota Kara .Dari cerita sejarah, Kota Kara merupakan tempat di mana Kerajaan Bentan yang notabene kerajaan Melayu pra Islam mulai ada di Bintan . Menurut sejarah, sebelum Kerajaan Melayu Singapura , Melaka , Johor , Riau , dan Siak Indrapura , di Kepulauan Riau telah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Bintan . Pusat kerajaannya berada di Pulau yang kemudian terkenal dengan nama Pulau Bintan. Konon , pulau ini pada mulanya di huni oleh pendatang dari berbagai daerah bahkan ada yang dari Kamboja dan India . Disebabkan keadaan letaknya yang baik untuk lalu lintas perdagangan di Selat Melaka , menyebabkan negeri ini cepat berkembang. Di perkirakan sekitar 1100 M tersebutlah seorang raja yang bernama Raja Asyhar-Aya yang beristrikan Wan Sri Beni, dan dari perkawinan itu di perolehlah seorang putri yang kemudian terkenal dengan nama Puteri Bintan. Pada waktu sang raja mundur dari tahta kerajaan , Puteri Bintan belumlah dewasa maka pemerintahan dipegang oleh Ibunda Wan Sri Beni (1150-1158 M) . Beliau ini pulalah yang merupakan ratu pertama dalam kerajaan Melayu . Kemudian pada akhirnya masa kerajaan Sriwijaya , Sekitar tahun 1158 Masehi tersebutlah Raja Tribuana bersama Demang Lebar Daun turun dari Bukit Sibuntang , Palembang. Untuk mencari kawasan baru dan yang menjadi tujuan pertama adalah Bintan . Ternyata di Bintan telah ada seorang penguasa bernama Wan Sri Beni . Syahdan , menurut beberapa cerita , maka Tribuana yang bergelar
Sang Nila Utama itu dikawinkan dengan Puteri Bintan kemudian dilantik sebagai Raja yang menggantikan kedudukan Ibunda Wan Sri Beni. Selanjutnya Tribuana Sang Nila Utama melanjutkan perjalanannya dan sampailah ke suatu tempat yang bernama Tenasik . di Tenasik ini didirikannya pula sebuah kerajaan yang diberi nama Singapura . penamaan nama negeri Bintan terdapat lah dua penafsiran pertama adalah berasal dari kata “Bantai-an” ditempat pembataian lanun-lanun. Penafsiran kedua adalah, kononnya ada seorang saudagar yang bernama Bai-Intan terdampar di pulau itu. Sedangkan tentang Pulau Bintan dijelaskan dalam kitab yang berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa (1857) susunan Raja Ali Haji, antara lain: Bintan yaitu didalam daerah negeri, satu pulau yang besar dari pada segala pulau-pulau didalam daerah Riau. Adalah ia bergunung yang lekuk ditengah-tengahnya. Adalah rajanya asalnya Wan Seri Bani namanya, yaitu perempuan. Kemudia datang Raja Tri Buana dari Palembang, diperbuatnya anak angkat. Maka diserahkannya negeri Riau itu dengan segala takhluk daerahnya kepada Raja Seri Tri Buana itu. Gunung Bintan (tempat kerajaan Bintan berdiri), tingginya diperkirakan hanya sekitar 500 meter lebih sedikit dari permukaan laut. Namun orang-orang di tanah Bintan menyebutkannya sebagai gunung, karena memang tidak ada lagi puncak gundukan tanah setinggi gunung di Pulau Bintan. Di kaki gunung itu lah, berlangsung sebuah sejarah yang diam. Berbagai buku teks sejarah tua memang meyakini, kawasan di kaki gunung bukan lah sekedar perkampungan biasa sejak ratusan tahun silam. Setidaknya sejarah pernah mencatat, kawasan di kaki gunung itu pernah berdiri sebuah kerajaan. Sejumlah buku sejarah, termasuk “Hikayat Hang Tuah analisa struktur dan fungsi” yang ditulis guru besar UGM Prof Sulastin Sutrisno memang menguatkan bahwa di kaki gunung itu pernah berdiri sebuah kerajaan. Diperkirakan tahun pendirian kerajaan pada sekitar 1100 M. Kota Kara terdiri lebih sebagai benteng , bukan istana raja. Meskipun saat itu sultan Mahmud di gelari portugis sebagai raja Bentan . selain itu, ia berkesimpulan bahwa periode adanya kerajaan di Bintan pada sekitar 1100 Masehi itu adalah periode berbeda dengan kemunculan Kota Kara . Kota Kara baru muncul sekitar 400 tahun kemudian , setelah Melaka jatuh ke tangan Portugis. Lantas dimana sebenarnya Kota Kara itu berada ? sekitar 2 tahun lalu, pemerintah provinsi kepri memasangkan plang putih bertuliskan nama daerah tersebut.
Kota kara merupakan bekas benteng yang berada di kampung Bintan bekapur tepatnya di Bujuk .peninggalan dari kerajaan kota kara tersebut adalah makam yang berada di bujuk . disana ada makam yang besar, yang pertama makam wan seri beni / ratu iskandar syah, yang kedua makam raja bungsu . dan yang ketiga adalah makam raja Shah Beram Syah. Begitu juga istilah “Kota kara” yang berasal dari perkataan kota, juga menunjukkan kepada makna “Benteng” @ “ford” dan juga kota yang diperbentengi @ “portified town”. Sebagai kata serapan, perkataan kota dalam bahasa Melayu mengandung beberapa pengertian dan makna yang sangat bergantung kepada konteks kultural dan historisnya oleh karena itu dalam perkembangannya perkataan kota juga dapat menunjuk kepada pengertian Bandar yaitu Bandar besar yang sejajar dengan “city” atau Bandar raya dalam pengertian masa kini .
Makam Datuk Bujok Kompleks makam Datuk Bujok terletak di kawasan yang disebut Bujok . Tepatnya berada di Kampung Bintan Bekapur . Bujok itu sendiri adalah nama sejenis ikan . Menurut cerita yang diwarisi turun temurun , Datuk Bujok merupakan seorang tokoh yang amat disegani dimasa lalu . kedatangan datuk Bujok ke pulau Bintan , tepatnya di Bujok adalah untuk menyebarkan agama islam. Dalam menyebarkan agama islam , Datuk Bujok di dampingi oleh adik kandungnya . kedua kakak beradik tersebut juga sering kali di panggil dengan istilah Tuk Mbi dan Tuk Kadi . keduanya dimakamkan pada satu komplek di daerah Bujok.
MAKAM DATUK BUJOK
MAKAM SHAH BERAM SYAH
4.2 HASIL WAWANCARA Dari hasil observasi wawancara yang kami dapatkan adalah : -
Bagaimana keadaan makam Kota Kara , apakah pernah ada kejadian yang pernah terjadi pada makam datuk Bujok di Kota Kara tersebut ?
pernah , kerajaan Kota kara kecamatan teluk Bintan telah di bongkar oleh orang yang tidak di kenal pada minggu sore . hingga pada saat ini kami masih mencari pelaku pembongkaran makam situs sejarah di Kabupaten bintan tersebut . pembongkaran 1 dari 5 makam yang di percaya komplek tempat bersemayam hulu balang kerajaan Kota Kara itu di ketahui ketika seorang warga setempat ingin mengecek makam, minggu sore. Saat itu, saya menemukan satu makam sudah di bongkar tepat di tengah antara dua papan nisan berselubung kain kuning, lubang di tengah makam itu berukuran sekitar 1x0,5 meter. Sedangkan ketinggian lubang makam terbongkar itu tersisa 30 cm . namun tidak bisa di pastikan apakah makam ini sudah di tutup pelaku sebenarnya . mereka pergi / hanya membongkar 20 cm saja. Dan di lihat dari bekas bongkaran itu, diperkirakan makam itu di gali oleh pelaku, setelah selesai menggali lalu di timbun lagi dengan cara terburu-buru. Hal itu terlihat dari tanah bekas timbunan di liang lahat makam itu yang masih berserakan di sisi makam . saat ini kami warga masih bertanya siapa pelaku dan apa maksudnya membongkar makam sejarah kerajaan Kota Kara itu. Dan kami berharap agar pihak kepolisian melakukan penyidikan terhadap kasus pembongkaran makam sejarah itu.
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN Berdasarkan uraian karya tulis ilmiah ini , dapat di simpulkan bahwa : -
Kota Kara memiliki peninggalan sejarah yang berupa komplek makam Datuk Bujok yang berada di Bintan Bekapur .
-
Selain makam Datuk Bujok di Kota Kara juga terdapat Benteng pertahanan yang di buat oleh portugis .
-
Upaya-upaya yang di lakukan untuk melestarikan makam Datuk Bujok berupa upaya perlindungan , dan pemanfaatan makam Datuk Bujok .
-
Makam datuk bujok merupakan peninggalan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan prilaku kehidupan manusia yang penting sehingga perlu adanya upaya pelestarian .
5.2 SARAN Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan karya tulis ilmiah ini penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut : -
Masyarakat sekitar seharusnya lebih memperhatikan dan menjaga makam Bujok agar tetap bisa terawat dengan baik .
-
Pemerintah dan masyarakat sebaiknya bekerja sama untuk mengelola kawasan Kota Kara supaya tujuan dari pelestarian dapat te rwujud .
-
Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai sejarah Kota Kara beserta peninggalannya yang tidak tahu menjadi tahu .
-
Sebagai generasi muda hendaknya kita lebih memperhatikan keutuhan akan peninggalan dari kerajaan Kota Kara .
-
Pemerintah harus memperhatikan dan sebaiknya memberikan keamanan atas peninggalan kerajaan Kota Kara tersebut supaya keamanan peninggalan kerajaan Kota Kara terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
www.robbypatria.blogspot.com www.tanjungpinangpos.co.id