SEJARAH ASUHAN KEHAMILAN MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan Pembimbing / Dosen Mata Kuliah : Wiwin Widayani, SST., M.Keb
Disusun Oleh: Jalum- 2B Neneng Susilawati
(P17324116013)
DIII KEBIDANAN BANDUNG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG 2017/2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... i POKOK BAHASAN ............................................................................................................. 1 A.
Sejarah Asuhan Kebidanan Kehamilan di Indonesia .............................................. 1
B.
Sejarah Asuhan Kebidanan Kehamilan Di Luar Negeri .......................................... 2
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 5
i
POKOK BAHASAN
A. Sejarah Asuhan Kebidanan Kehamilan di Indonesia Menurut Purwandari (2008:20-21), “perkembangan pelayanan kebidanan kehamilan di Indonesia menurut catatan dimulai pada tahun 1807 ketika angka kematian ibu dan bayi tinggi sehingga dukun dilatih untuk pertolongan persalinan. Akan tetapi, hal ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan ( pada zaman Gubernur Daendlees). Pada tahun 1952, bersamaan dengan berkembangnya pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh, bidan mengambil peranan penting. Pada awalnya , bidan tidak diperbolehkan memberi pertolongan klinis. Dengan dikembangkannya konsep paripurna kesehatan ibu dan anak, bidan diperbolehkan secara luas memberi pelayanan dalam masa kehamilan, persalinan, masa nifas, dan bayi baru lahir, serta tindakan medis sederhana”. Menurut Purwandari (2008:20-21), “Pelayanan kehamilan dahulu dilakukan oleh dukun bayi (DB). DB menetapkan apakah seorang wanita hamil/tidak , mengetahui letak/posisi janin, dan menafsirkan bayi yang akan dilahirkan. DB juga memberi nasihat agar bumil merawat dirinya yang saat ini kita sebut higiene sanitasi”. DB akan menganjurkan ibu untuk : a. Melakukan pantangan terhadap makanan yang dianggap dapat mencelakakan anak, meliputi larangan makan jantung pisang ( bermakna makan jantung anak anak sendiri) , makan di dalam kamar ( akan menimbulkan buah dada bengkak atau air susu ibu tidak keluar) b. Melakukan pantangan terhadap pakaian. DB melarang ibu mengalungkan selendang di leher (dianggap menimbulkan lilitan tali pusat) c. Pantang terhadap tindakan, yang meliputi membunuh/ menyiksa binatang (dianggap menyebabkan kepribadian bayi akan sama dengan orang yang dicela), pergi malam hari (setan suka mengganggu wanita hamil dan menyebabkan ibu sakit), suka duduk di depan pintu ( dianggap menyulitkan persalinan bayi atau partus macet). d. Melaksanakan kenduri (selamtan) yang diadakan pada saat hamil 3 bulan atau 7 bulan. Menurut Megasari (2015:22), “ Pada zaman pemerintahan India Belanda, Angka Kematian Ibu ( AKI) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) sangat tinggi dengan tenaga penolong persalinan adalah dukun. Sejak saat itu, pelayanan kebidanan terus berkembang. Pelatihan dan pendidikan bidan pun terus berkembang sejak tahun 1952 hingga kini. Fasilitas pelayanan kesehatan juga semakin dikembangkan dengan menyebarkan bidan di seluruh wilayah tanah air agar pelayanan kebidanan dapat semakin dekat dengan masyarakat ”. Negara-negara di lingkungan ASEAN, Indonesia merupakan Negara dengan angka kematian Ibu dan perinatal tertinggi. Hal ini berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut: 1. 2.
Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat dibutuhkan Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penulit hamil dan hamil dengan resiko tinggi atau terlambat diketahui. Masih banyak dijumpai
1
3.
4. 5.
ibu dengan jarak hamil pendek , terlalu banyak anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS) Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi Pendidikan masyarakat yang rendah cenderung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.
Oleh karena itu, pada tahum 1999, WHO meluncurkan strategi Making Pregnancy Safer ( MPS) yang didukung oleh badan-badan Internasional seperti UNFPA, UNICEF, dan World Bank. Pada dasarnya MPS meminta perhatian pemerintah dan masyarakat di setiap Negara mengenai hal-hal sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
6.
Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan Nasional dan Internasional Menyusun Acuan Nasional dan Standar Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang telah disusun. Memperbaiki akses pelayanan kesehtan maternal dan neonatal, KB, aborsi illegal, baik publik maupun swasta. Meningkatkan upaya kesehtan promotif dalam kesehatan maternal dan neonatal , serta pengendalian fertilitas pada tingkat keluarga dan lingkungannya. Memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehtan maternal dan neonatal
Safe Motherhood sendiri mempunyai empat pilar, untuk menurunkan AKI dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1996 menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000, yaitun sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Keluarga Berencana Asuhan Antenatal Persalinan Bersih dan Aman. Pelayanan Obstetri Essensial
Dengan demilikan asuhan antenatal menjadi hal yang sangat penting di dalam meningkatkan status kesehatan Nasional di seluruh dunia Saat ini, Pelayanan kehamilan dilakukan oleh tenaga kesehatan (bidan/ dokter), baik antenatal care ( ANC ) maupun pertolongan persalinan, serta menggunakan alat-alat medis yang canggih. Pelayanan ANC mencakup pemberian imunisasi TT (tetanus toksoid), penyuluhan, pemilihan jenis tindakan, dan inform consent. Ibu hamil bebas mengonsumsi makanan selama masih dianjurkan untuk kesehtan ibu dan janin. Tidak ada pantangan bila tidak ada kelainan pada janin dan ibu
B. Sejarah Asuhan Kebidanan Kehamilan Di Luar Negeri a.
Sejarah asuhan kehamilan di Mesir Telah diketahui dalam sejarah bahwa bidan sudah ada sejak zaman Mesir yaitu Simphrah dan Poah yang tidak setuju dengan tindakan Raja Fir’aun membunuh bayi laki-laki yang baru lahir. Dengan perkembangan zaman, mulai diketahui fisiologi dan patologi kehamilan. Pada tahun 1899 di
2
b.
Edinburg mulai disediakan tempat perawatan wanita hamil. Sejarah asuhan kehamilan sejalan dengan perkembangan dunia kebidanan secara umum. Dimana dunia menyadari bahwa persalinan akan berjalan dengan lancar apabila adanya peningkatan pelayanan antenatal care, sehingga bumin terjadi pada tahun 1980-an seiring dengan munculnya safe motherhood dan making pregnancy safer, karena sebelum dikenal asuhan berdasarkan evidence based, asuhan yang diberikan bersifat tradisional. Lebih mengarah ke frekuensi dan jumlah daripada tujuan yang esensial. Lebih mengarah ke ritual daripada rasional. Sejarah asuhan kehamilan di Inggris Jean Lubumen dari Perancis menemukan stetoskop pada tahun 1819, dan pertama mendengar DJJ tahun 1920. John Braxton Hicks dari Inggris tahun 1872 menggambarkan kontraksi uterus selama kehamilan yang dikenal dengan kontraksi Braxton-Hicks. Di Inggris (Edinburg) dalam tahun 1899 disediakan tempat untuk merawat wanita hamil di The Royal Maternity Hospital. Dr.Ballentyne adalah dokter yang berjasa dalam menganjurkan pro maternity hospital untuk wanita hamil yang memerlukan perawatan.
c.
Sejarah asuhan kehamilan di Amerika Amerika Serikat (Boston) dilangsungkan usaha baru, dimana anggota-anggota Intructive Nursing Association mengadakan kunjungan rumah secara rutin pada wanita-wanita hamil. Akhirnya pada tahun 1911 didirikan klinik antenatal di Boston Lying-in Hospital untuk pemeriksaan dan penanggulangan wanita hamil. Prakarsa ini dicontoh oleh negara-negara lain, dan kini klinik antenatal sudah tersebar di seluruh dunia. Salah satunya adalah negara Belanda.
d.
Sejarah asuhan kehamilan di Belanda Pada tahun 1837 Thomas Bull membuat buku pertama yang khusus membahas penanganan wanita hamil. Pada tahun 1878 Pinard menulis tentang bahaya kelainan letak janin dan menganjurkan pemeriksaan wanita hamil untuk mengetahui letak janin dalam uterus. Selanjutnya pada tahun 1895 beliau memberitahukan adanya rumah di Paris untuk merawat wanita hamil yang terlantar, dan menerangkan bahwa bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita-wanita ini umumnya lebih besar dari bayi wanita-wanita yang bekerja terus sampai persalinan mulai. Pada tahun 1911 Belanda mendirikan klinik antenatal untuk pemeriksaan kehamilan dan penanggulangan wanita hamil. Hal tersebut
Adapun pelayanan-pelayanan yang dilaksanakan oleh Belanda, yaitu : a. Pelayanan Antenatal Bidan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal, intrap artum dan postnatal. Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk meningkatakan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah dafatar indikasi oleh kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.
3
b. Pelayanan Intrapartum Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke ahli kebidanan. c. Pelayanan Postpartum Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah mempunyai independensi yang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanita perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.
4
DAFTAR PUSTAKA
Purwandari, A. (2008). Konsep kebidanan: sejarah & profesionalisme. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Megasari, M. (2015). Panduan belajar asuhan kebidanan 1. Yogyakarta: Penerbit deepublish Saifudin, A.B. (2002). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal neonatal. Jakarta: YBP-SP. Erwin., d.k.k. (2014). Asuhan kebidanan kehamilan. Jakarta: PT Yapindo Jaya Abadi
5