SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) PADA PEKERJA PENGELASAN
OLEH : KELOMPOK 2 CHITRA AYU INTAN NORA ADELIA S RAMDHAN RISCA ARIF
DERI RULI E M. RISQI PAUJI NURKHAZANAH RIKI SETIAWAN SULEMAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG 2017
1
SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG ALAT PERLINDUNGAN DIRI PADA PEKERJA PENGELASAN STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
A. PENGANTAR
Mata Ajaran
: Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Pokok Bahasan
: Alat Perlindungan Diri (APD)
Sub Pokok Bahasan
: 1) Pengertian APD 2) Standar Kriteria APD 3) Dasar Hukum 4) Penyakit Akibat Kerja 5) Upaya Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja 6) Macam Macam Alat Perlindungan Diri
Sasaran
: Pekerja Pengelasan
Jam
: 09.30 WIB – 10.25 WIB
Durasi
: 1x25Menit
Hari/ tanggal
: Rabu, 23 Agustus 2017
Tempat
: Bengkel Las
Penyuluh
: Mahasiswa STIKES DHB
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum ( TIU ) Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan selama 1 x 25 menit, diharapkan para pekerja paham mengenaiAPD 2. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK ) Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan selama 1 x 25 menit, diharapkan para pekerja mampu : a. Pengertian APD b. Standar Kriteria APD c. Dasar Hukum
2
d. Penyakit Akibat Kerja e. Upaya Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja f. Macam Macam Alat Perlindungan Diri
C. MATERI (TERLAMPIR)
Materi penyuluhan yang akan diberikan seperti :
Pengertian APD
Standar Kriteria APD
Dasar Hukum
Penyakit Akibat Kerja
Upaya Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Macam Macam Alat Perlindungan Diri
D. METODE
1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Diskusi
E. MEDIA
1. SAP 2. Leaflet
F. KEGIATAN No.
Waktu
1
5
menit
KegiatanPenyuluh
KegiatanPeserta
Pembukaan : 1) Mengucapkan salam
1) Peserta menjawab Salam
2) Mengingatkan
2) Peserta mengingat waktu
kontrak
waktu
yang disepakati
3) Menjelaskan maksud dan tujuan
3) Peserta mengerti maksud dan tujuan 4) Peserta bersedia mengikuti
4) Menanyakan kesediaan
3
penkes
2
20 menit
Kegiatan inti : Menjelaskan tentang :
1. Peserta mendengarkan,
1. Pengertian APD
mengamati, dan
2. Standar Kriteria APD
memperhatikan penjelasan
3. Dasar Hukum
penyuluh
4. Penyakit Akibat Kerja 5. Upaya Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja 6. Macam Macam Alat Perlindungan Diri
3
5 menit
Evaluasi : 1. Tanya Jawab
1. Aktif bertanya
2. Menyimpulkan materi yang
2. Peserta memperhatikan
telah disampaikan 3. Evaluasi
3. Menjawab pertanyaan 4. Menjawab salam
4. Salam
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur a. Anggota Peserta hadir dalam penyuluhan di Bengkel LAs b. Penyelenggaraan dilaksanakan di Bengkel Las c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya 2. Evaluasi Proses a. Peserta mendengarkan materi penyuluhan dengan baik dan ada respon positif dari peserta b. Peserta mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab pertanyaan secara benar c. Peserta mampu menjawab : 1) Menjelaskan pengertian APD 2) Menjelaskan standar kriteria APD 3) Menjelaskan Dasar Hukum 4) Menyebutkan penyakit akibat kerja
4
5) Menjelaskan upaya upaya pencegahan penyakit akibat kerja 6) Menyebutkan macam macam alat pelindung diri 3. Evaluasi hasil Peserta yang mengikuti penyuluhan memahami pentingnya standar keselamatan kesehatan kerja.
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian APD
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan terhadap bahaya- bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991).Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan. Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan
kerja.Menurut
PERMENAKER
No.08/MEN/VII/2011
Alat
Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
B. Standar Kriteria APD
Menurut ketentuan Balai Hiperkes, syarat-syarat Alat Pelindung Diri adalah : 1. Memberi perlindungan yang adekuat 2. Ringan, nyaman dan fleksibel 3. Awet, tidak mudah rusak, bentuk menarik 4. Tidak menimbulkan bahaya tambahan 5. Memenuhi standar, suku cadang mudah diperoleh 6. Tidak membatasi gerak dan persepsi sensoris
C. Dasar Hukum
Peraturan yang mengatur penggunaan alat pelindung diri ini tertuang dalam pasal 14 Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dimana setiap pengusaha atau pengurus perusahaan wajib menyediakan Alat 5
Pelindung Diri secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja. Berdasarkan peraturan tersebut secara tidak langsung setiap pekerja diwajibkan untuk memakai APD yang telah disediakan oleh perusahaan. Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan jika tidak memenuhi syarat.
D. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Beberapa kemungkinan penyakit yang dapat terjadi dapat digolongkan menjadi 5 golongan yaitu : 1.
Fisik
: Kerusakan indera pendengaran, angioneorosis, heat raash, kejang-kejang, panas, radang dingin, gangguan penglihatan, kanker.
2.
Kimia
: Pneumoconiosis, keracunan akibat zat kimia tersebut
3.
Biologis/infeksi
: Antraksis, kulit
4.
Fisiologis
: Luka, fraktur/trauma
5.
Psikologis
: Stress
E. Upaya-upaya Pencegahan Penyakit Akibat kerja 1.
Substitusi Substitusi yaitu mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya karbon tetraklorida diganti triklor-etilen.
2.
Ventilasi Umum Yaitu mengalirkan udara sebanyak-banyaknya menurut perhitungan ke dalam ruang kerja, agar bahan-bahan berbahaya ini lebih rendah dari kadar yang membahayakan, yaitu kadar pada nilai ambang batas.
3.
Ventilasi Keluar Setempat Adalah alat yang dapat mengisap udara dari suatu tempat kerja tertentu, agar bahan-bahan yang berbahaya dari tempat tersebut dapat dialirkan keluar.
6
4.
Isolasi Adalah dengan cara mengisolasi proses perusahaan yang membahayakan, misalnya
isolasi
mesin
yang
hiruk
pikuk,
sehingga
kegaduhan
yang
disebabkannya menurun dan tidak menjadi gangguan pada pekerja. 5.
Pakaian/Alat Pelindung Alat pelindung dalam pekerjaan dapat berupa, kacamata, masker, helm, sarung tangan, sepatu atau pakaian khusus yang didesain untuk pekerjaan tertentu.
6.
Pemeriksaan Sebelum Bekerja Yaitu pemeriksaan kesehatan pada calon pekerja untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut sesuai dengan pekerjaan yang akan diberikan baik fisik maupun, mentalnya.
7.
Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara berkala terhadap pekerja, apakah ada gangguan kesehatan yang timbul akibat pekerjaan yang dilakukan. Dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali, atau disesuaikan dengan kebutuhan.
F. Bahaya Bahaya di Tempat Pengelasan
Pada proses pengelasan operator harus benar-benar mengetahui dan memahami bahaya-bahaya yang muncul selama proses pengelasan ini berlangsung. Menurut Harsono, 1996,beberapa macam bahaya pengelasan yang mungkin saja timbul sewaktu proses berlangsung, meliputi: 1. Bahaya Ledakan Bahaya ledakan yang sering terjadi pada proses pengelasan produk yang berbentuk tangki atau bejana bekas tempat penyimpanan bahan-bahan yang mudah menyala atau terbakar . Pada proses pengelasan/ pemotongan ini diperlukan beberapa hal persiapan pendahuluan untuk menghindari bahaya ledakan, seperti: -
Pembersihan bejana atau tangki
Sebelum proses pengelasan berlangsung maka bejana atau tangki perlu dibersihakan dengan air untuk bahan yang mudah larut, uap untuk bahan yang ,mudah menguap, soda kostik untuk membersihkan minyak, gemuk atau pelumas
7
-
Pengisian bejana atau tangki
Setelah proses pembersihan selesai isilah tangki atau bejana dengan air sedikit di bawah bagian yang akan dilas/dipotong. -
Kondisi tangki sewaktu proses pengelasan
Selama proses pengelasan berlangsung kondisi tangki atau bejana harus dalam keadaan terbuka agar gas yang menguap karena pada proses pemanasan gas dapat keluar. -
Penggunaan gas lain
Apabila dalam proses pengisian tangki atau bejana dengan air mengalami kesulitan maka sebagai gantinya dapat digunakan gas CO2 atau gas N2 dengan konsentrasi minimum 50 % dalam udara. 2. Bahaya Jatuh
Untuk pengerjaan konstruksi bejana, tangki pertamina atau konstruksi bangunan lainnya yang membutuhkan tempat yang tinggi, bahaya yang mungkin dapat terjadi adalah bahaya jatuh atau kejatuhan yang berakibat fatal. Beberapa langkah yang perlu diambil oleh operator untuk menghindari bahaya ini: -
Menggunakan tali pengaman
-
Menggunakan topi pengaman untuk mencegah terjadinya kejatuhan benda benda atau kena panas matahari.
3. Bahaya Kebakaran
Proses pengelasan selalu berhubungan dengan api sehingga bahaya kebakaran sangat mungkin terjadi mengingat proses ini sangat berhubungan erat dengan api dan gas yang mudah terbakar, untuk itu operator perlu sekali mengambil langkahlangkah pengamanan seperti : -
Ruangan atau areal pengelasan harus bebas dari kain, kertas, kayu, bensin, solar, minyak atau bahan-bahan lain yang mudah terbakar atau meledakharus ditempatkan di tempat khusu yang tidak akan terkena percikan las
-
Jauhkan tabung-tabung dan generator dari percikan api las, api gerinda atau panas matahari
-
Perbaikan pada sambungan-sambungan pipa atau selang-selang terutama saluran Asetilen
-
Penyediaan alat pemadam kebakaran di tempat yang mudah dijangkau seperti bak air, pasir, hydrant
-
Kabel yang ada didekat tempat pengelasan diisolasi dari karet ban 8
4. Bahaya Percikan Api / Panas
Bahaya dari percikan api atau panas akan berakibat bahaya kebakaran seperti yang diuraikan diatas , tetapi bahaya lainnya adalah pada operator las sendiri yang terkena luka bakar atau sakit mata. Untuk itu operator selalu dianjurkan menggunakan alat-alat pelindung seperti : -
sarung tangan
-
apron
-
sepatu tahan api
-
kaca mata las
-
topeng las
5. Bahaya Gas dalam Asap Las
Pencegahan atau tindakan yang harus diambil oleh operator untuk menghindari bahaya gas dalam asap las adalah : -
Pekerjaan las harus dikerjakan dalam ruang terbuka atau ruang yang berventilasi agar gas dan debu yang terbentuk segera terbuang
-
Apabila ventilasi masih belum cukup memadai maka sebaiknya memakai masker hidung
-
Untuk pengerjaan pengelasan dalam tangki perlu tindakan di bawah ini: 1) Menggunakan penghisap gas/ debu 2) Dibutuhkan seorang rekan operator di luar tangki atau bejana yang selalu siaga apabila terjadi bahaya 3) Voltage lampu penerangan maksimum 12 volt
G. Macam - macam alat pelindung diri
Suma’mur (1994) menggolongkan alat pelindung diri menurut bagian tubuh yang dilindunginya ke dalam 8 golongan yaitu : 1. Alat Pelindung Kepala Topi pengaman (helmet) harus dipakai oleh tenaga kerja yang mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh atau melayang atau benda-benda lain yang bergerak. Topi pengaman harus cukup keras dan kokoh, tetapi ringan. Bahan plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini.
9
Topi pengaman dengan bahan elastis seperti karet atau plastik pada umumnya dipakai oleh wanita. Rambut wanita yang panjang memiliki potensi resiko ditarik oleh mesin. Oleh karena itu penutup kepala harus dipakai agar rambut tidak terbawa putaran mesin dengan cara rambut diikat dan ditutup oleh penutup kepala. Tujuan dari penggunaan alat ini adalah melindungi kepala dari bahaya terbentur dengan benda tajam atau keras yang menyebabkan luka tergores, terpotong, tertusuk, terpukul oleh benda jatuh, melayang dan meluncur, juga melindungi kepala dari panas radiasi, sengatan arus listrik, api, percikan bahan bahan kimia korosif dan mencegah rambut rontok dengan bagian mesin yang berputar Jenisnya berupa topi pengaman yang terbuat dari plastik, fiberglass, bakelite. 2. Alat Pelindung Mata Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu, batu, atau
serpihan besi yang berterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-
partikel debu berukuran sangat kecil dan halus yang terkadang tidak terlihat oleh kasat mata. Oleh karenanya bagian mata perlu mendapat perhatian dan diberikan perlindungan dengan menggunakan alat pelindung mata, biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata yaitu saat pekerjaan mengelas atau pekerjaan yang lainnya. Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah pencegahan kecelakaan yang menimpa mata dimana jumlah kejadiannya demikian besar. Masalah pencegahan yang paling sulit adalah kecelakaan pada mata, oleh karena biasanya tenaga kerja menolak untuk memakai pengaman yang dianggapnya mengganggu dan tidak enak dipakai. Kaca mata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan bahaya
10
karena percikan atau kemasukan debu, gas, uap, cairan korosif partikel melayang, atau kena radiasi gelombang elektromagnetik.
Kebanyakan tenaga kerja merasa enggan memakai kaca mata karena ketidaknyamanan
sehingga
dengan
alasan
tersebut
merasa
mengurangi
kenyamanan dalam bekerja. Sekalipun kaca mata pelindung yang memenuhi persyaratan demikian banyaknya. Upaya untuk pembinaan kedisiplinan pada pekerja, atau melalui pendidikan dan keteladanan, agar tenaga kerja memakainya. Tenaga kerja yang berpandangan bahwa resiko kecelakaan terhadap mata adalah besar akan memakainya dengan kemauan dan kesadarannya sendiri. Sebaliknya tenaga kerja yang merasa bahwa bahaya itu kecil, maka mereka tidak begitu mengindahkannya dan tidak akan mau memakainya. Kesulitan akan pemakaian kacamata ini dapat diatasi dengan berbagai cara. Pada beberapa perusahaan, tempat kerja dengan bahaya pekerjaan mata hanya boleh di masuki jika kaca mata pelindung di kenakan. Sebagaimana fungsi sebagai tempat kerja tersebut, maka suatu keharusan setiap tenaga kerja akan selalu memakai kaca mata pelindung selama jam kerja, dan bagi barang siapa tidak memakai kaca mata pelindung akan merasa paling tidak bersaing bila dibandingkan dari kelompok tenaga kerja yang memakai kaca mata pelindung. 3. Alat Pelindung Muka Alat Pelindung Muka digunakan untuk mencegah terkenanya muka oleh partikel-partikel yang dapat melukai muka seperti terkena percikan logam pada saat melakukan pengelasan. Alat pelindung muka sekaligus pula dapat melindungi mata. Alat pelindung muka yang biasa digunakan berupa tameng muka atau perisai muka seperti goggles, helm pengelas dan topi penutup. Helm/ topeng las melindungi mata dari pancaran busur listrik berupa sinar ultra violet dan infra merah yang menyala terang dan kuat. Sinar las ini tidak 11
boleh dilihat secara langsung dengan mata telanjang sampai jarak 15 meter. Selain itu bentuk helm/topeng las yang menutup muka berguna melindungi kulit muka dari percikkan api busur listrik dan asap gas dari proses peleburan elektroda pada las listrik. Alat keselamatan kerja ini memiliki 3 lapisan kaca, yang terdiri dari satu kaca las khusus yang diapit oleh 2 kaca bening. kaca bening berfungsi melindungi kaca khusus tersebut agar tidak mudah rusak dan pecah. Kaca las memiliki klasifikasi berbeda berdasarkan besar arus listrik yang dapat diatur pada mesin lasnya, sbb:
Kaca las no.6 dipakai untuk las titik (tack weld )
Kaca las no.6 dan no. 7 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 30 Ampere
Kaca las no.8 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 30 Ampere – 75 Ampere
Kaca las no.10 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 75 ampere – 200 Ampere
Kaca las no.12 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 200 Ampere – 400 Ampere
Kaca las no.14 dipakai untuk pengelasan menggunakan arus sebesar diatas 400 Ampere.
4. Alat Pelindung Telinga Hilangnya pendengaran adalah kejadian umum di tempat kerja dan sering dihiraukan karena gangguan suara tidak mengakibatkan luka. Alat ini digunakan untuk menjaga dan melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang yang bersumber atau 12
dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Alat pelindung telinga bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga dalam. Alat pelindung telinga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : -
Sumbat telinga Alat ini memberikan perlindungan yang paling efektif karena langsung dimasukkan ke dalam telinga
-
Tutup telinga Alat ini dipakai di luar telinga dan penutupnya terbuat dari sponge untuk memberikan perlindungan yang baik
5. Alat Pelindung Pernafasan Berguna untuk menutup mulut dan hidung dari asap yang ditimbilkan oleh mencairnya fluks pada elektroda. Alat keselamatan kerja las listrik hanyalah salah satu bagian dari sistem keamanan dan keselamatan kerja. Pemahaman terhadap resiko pekerjaan las listrik dan kesadaran dalam mematuhi prosedur kerjanya akan sangat membantu kelancaran dan keberhasilan pekerjaan.
6. Alat Pelindung Tangan Sarung tangan terbuat dari kulit atau asbes lunak sehingga tidak menghalangi pergerakkan jari-jari tangan saat memegang penjepit elektroda atau peralatan lainnya. Sepasang sarung tangan harus selalu dipakai agar tangan tidak tidak terkena percikkan bunga api atau benda panas yang dilas.
13
7. Alat pelindung Kaki Karakteristik sepatu las sangat berbeda dengan sepatu biasa pada umumnya. Sepatu las yang baik adalah yang terbuat dari bahan kulit dan diujungnya terdapat besi plat pelindung. Ini berguna untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda kerja yang biasanya besi keras, berat, dan mungkin tajam.
8. Pakaian pelindung Pakaian kerja berguna melindungi badan dari percikan bunga api. Apron terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar . Apron terdiri dari apron lengan dan apron dada.
14