RESUME LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
Disusun oleh : Syifa Khoirunnisa (220110100015)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011
A. Kasus T n.
K 44 tahun BB 67 kg, seorang tukang mie bakso, saat lagi buat mie
bakso tersiram air panas yang digunakannya untuk mencampur adonan mie. Air panas mengenai dada depan, abdomen depan, kedua paha dan selangkangan. Dibawa ke RS dalam keadaan merintih kesulitan, pada luka bakar ditemukan blister yang berisi cairan bening. RR 28 x/menit, wheezing (-), HR 120 x/menit,
TD
130/100 mmHg. Dari hasil observasi
urin=25mL/jam, ureum kreatinin masih normal, klien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, asma, DM, ataupun penyakit kronis lainnya. Data laboratorium klien Hb 15 mg/dL, Hematokrit 45, Leukosit 13.000, Trombosit
330.000, Albumin 2,5 gr/dL. Hasil AGD pH 7,32, paCO2 50,
paO2 80, HCO3¯ 22.
B. Istilah penting
1. Blister Blister adalah esikel/benjolan/bula yang berisi cairan bening. 2. Ureum kreatinin Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 20 mg ± 40 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang di makan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum. Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang terjadi di otot. Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal. Kadar kreatinin pada pria max 1,6 kalau sudah melebihi 1,7 harus hati-hati. Jangan-jangan nanti memerlukan cuci darah Kreatinin: hasil katabolisme kreatin. Koefisien kreatinin adalah jumlah j umlah mg kreatinin yang diekskresikan dalam 24 jam/kg BB. Nilai normal pada laki-laki adl 20-26 mg/kg BB. Sedang pada wanita adl 14-22 mg/kg BB. Ekskresi kreatinin meningkat pada penyakit otot.
Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin (kreatin) di otot yang dibuang melalui ginjal. Pada pria, normalnya 0,6 ± 1,2 mg/dl. Di atas rentang itu salah satunya mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal.
T etapi
kami rasa angka 1,3 mg/dl masih tergolong
normal, walaupun Anda sebaiknya mulai waspada. Batas normal : Batas normal ureum : 20 ± 40 mg/dl Batas normal kreatinin : 0,5 ± 1,5 mg/dl 3. Hematokrit Perbandingan antara sel-sel darah putih dan sel trombosit dengan plasma darah. Pemeriksaan yang dilakukan bersama dengan pemeriksaan Hb dan eritrosit yang digunakan untuk menentukan keadaan anemia, kehilangan darah, anemia hemolitik, polisetimia. Nilai normal
: laki-laki : 42-52% : perempuan : 37-47%.
4. Leukosit Fungsi leukosit/sel darah putih adalah melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan virus. Pemeriksaan leukosit dilakukan untuk mengetahui kelainan sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap imunitas tubuh, evaluasi infeksi bakteri dan virus, proses metabolic toksik dan diagnosis keadaan leukemia. Nilai normal 5.
: 4,80-10,8 (10³/l).
Trombosit Trombosit
berperan dalam proses pembekuan darah.
Pemeriksaan Trombosit dilakukan untuk mengevaluasi, diagnosis dan pemantauan
perdarahan,
leukemia,
gangguan
pembekuan
darah
(Disseminated Intravascular Coagulation/DIC) dan lainnya. Nilai normal
: 150-450 (10³/l).
6. Hemoglobin Hb merupakan protein yang terdapat dalam eritrosit yang berfungsi membawa oksigen ke dalam tubuh¶
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi Hb pada komponen darah, evaluasi anemia hemolitik (anemia yang disebabkan rusaknya eritrosit lebih cepat). Nilai normal
: laki-laki : 14-18 (g/dL) : perempuan : 12-16 (g/dL) : anak-anak : 11-16 (g/dL)
7. Albumin Albumin adalah protein yang larut air, membentuk lebih dari 50% protein plasma, ditemukan hampir di setiap jaringan tubuh. Albumin diproduksi di hati, dan berfungsi untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik darah sehingga tekanan cairan vaskular (cairan di dalam pembuluh darah) dapat dipertahankan. Nilai normal :
Dewasa
3,8 - 5,1 gr/dl
Anak
4,0 - 5,8 gr/dl
Bayi
4,4 - 5,4 gr/dl
Bayi baru lahir
2,9 - 5,4 gr/dl
Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan vascular (cairan pembuluh darah) menuju jaringan sehingga terjadi oedema (bengkak). Penurunan albumin bisa juga disebabkan oleh : 1. Berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang menahun, sindrom malabsorpsi, penyakit hati menahun, kelainan genetik. 2. Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas, penyakit usus, nefrotik sindrom (penyakit ginjal). 8. AGD AGD adalah Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Manfaat dari pemeriksaan analisa gas darah tersebut bergantung pada kemampuan dokter untuk menginterpretasi hasilnya secara tepat. 1. pH
ph atau ion H+ adalah menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis atau alkalosis. Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai sa mpai 7,45. 2. paO2/PO2 paO2 adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah menggambarkan hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat. paO2 dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan. Kadar normal PO2 adalah 80-100 mmHg. 3. paCO2/PCO2 paCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat metabolisme normal, paCO2 dipengaruhi sepenuhnya oleh ventilasi. paCO2 yang tinggi menggambarkan hipoventilasi dan begitu pula sebaliknya. Pada kondisi gangguan metabolisme, paCO2 dapat menjadi abnormal sebagai kompensasi keadaan metabolik. Nilai normal PCO2 adalah 35-45 mmHg. 4. HCO3¯ HCO3¯
menggambarkan
apakah
telah
terjadi
gangguan
metabolisme, seperti ketoasidosis. Nilai yang rendah menggambarkan asidosis metabolik dan begitu pula sebaliknya. HCO3¯ juga dapat menjadi abnormal ketika ginjal mengkompensasi gangguan pernafasan agar pH kembali dalam rentang yang normal. Kadar normal HCO3¯ normal berada dalam rentang 22-26 mmol/l.
C. Pembahasan Kasus 1. Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik, dll). Atau zat-zat yang bersifat membakar (asam, kuat, basa kuat). Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang paling sering dialami oleh tiap orang, terutama anak-anak, setelah kecelakaan. Derajatnya berbeda-beda, dari luka bakar yang paling ringan yaitu akibat sengatan matahari, hingga
yang terberat, menyebabkan kematian. Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dapat disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang terbuka, petir atau bahan kimiawi seperti asam atau basa kuat. Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
2. Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. a. Gas b. Cairan c. Bahan padat (Solid) 2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia. 3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai sa mpai mengenai mengenai tubuh t ubuh.. 4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury) Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar
oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
3.
Klasifikasi
1. Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar Beberapa faktor yang mempengaruhi berat-ringannya injuri luka bakar antara lain kedalaman luka bakar, luas luka bakar, lokasi luka bakar, kesehatan umum, mekanisme injuri dan usia Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang faktor-faktor tersebut di atas: a. Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori yang didasarkan pada elemen kulit yang rusak. Tabel
Kedalaman Luka Bakar
Kedalaman
Ketebalan partial superfisial
Penyebab
Penampilan
Jilatan api, sinar ultra violet Kering tidak ada gelembung. gelembung. (terbakar oleh matahari). Oedem minimal atau tidak ada.
(tingkat I) Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas. Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar.
Lebih dalam dari ketebalan partial
Kontak dengan bahan air atau bahan padat.
(tingkat II)
Jilatan api kepada pakaian. Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi b erisi kembali. Jilatan langsung kimiawi.
y y
Superfisial Dalam
Ketebalan sepenuhnya sepenuhnya
Sinar ultra violet. Kontak dengan bahan cair atau padat.
(tingkat III) Nyala api. Kimia. Kontak dengan arus listrik.
Kering disertai kulit mengelupas. mengelupas. Pembuluh darah seperti arang terlihat t erlihat dibawah kulit yang mengelupas. Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.
Tidak
pucat bila ditekan.
b. Luas luka bakar Terdapat
beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar
meliputi : 1. rule of nine, Lund and Browder , 2. Lund
3. hand palm. Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut. Ukuran luka bakar ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar. 1. Metode rule of nine Metode ini mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana setiap bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 % (lihat gambar 1). Lund and Browder 2. Metode Lund
Metode ini merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar. 3. Metode hand palm Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar. c.
Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena)
Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar yang menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang mengenai lengan dan persendian seringkali membutuhkan terapi fisik
dan occupasi dan dapat menimbulkan implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen. Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang mengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekwatnya ekspansi dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmone pul moner. r. d. Kesehatan Umum
Adanya kelemahan jantung, penyakit pulmoner, endocrin dan
penyakit-penyakit
ginjal,
khususnya
diabetes,
insufisiensi
kardiopulmoner, alkoholisme dan gagal ginjal, harus diobservasi karena semua itu akan mempengaruhi respon klien terhadap injuri dan penanganannya. Angka kematian pada klien yang memiliki penyakit jantung adalah 3,5-4 kali lebih tinggi dibandingkan klien luka bakar yang tidak menderita penyakit jantung. Demikian pula klien luka bakar yang juga alkolism 3 kali lebih tinggi angka kematiannya dibandingkan klien luka bakar yang nonalkoholism. Disamping itu juga klien alkoholism yang terkena luka bakar masa hidupnya akan lebih lama berada di rumah sakit, artinya penderita luka bakar yang juga alkoholism akan lebih lama hari rawatnya di rumah sakit. e. Mekanisme Injury
Mekanisme injury merupakan faktor lain yang digunakan untuk menentukan berat ringannya luka bakar. Secra umum luka bakar yang juga mengalami injuri inhalasi memerlukan perhatian khusus. Pada luka bakar elektrik, panas yang dihantarkan melalui tubuh, mengakibatkan kerusakan jaringan internal. Injury pada kulit mungkin tidak begitu berarti akan tetapi kerusakan otot dan jaringan lunak lainnya dapat terjad lebih luas, khususnya bila injury elektrik dengan voltage tinggi. Oleh karena itu voltage, tipe arus (direct atau alternating), tempat kontak, dan lamanya kontak adalah sangat penting untuk diketahui dan diperhatikan karena dapat mempengaruhi morbiditi.
Alternating Alternating current ( AC) lebih berbahaya dari pada direct current (DC) (DC). Ini seringkali berhubungan dengan terjadinya kardiac arrest
(henti jantung), fibrilasi ventrikel, kontraksi otot tetani, dan fraktur kompresi tulang-tulang panjang atau vertebra. Pada luka bakar karena zat kimia keracunan sistemik akibat absorbsi oleh kulit dapat terjadi. f.
Usia
Usia klien mempengaruhi berat ringannya luka bakar. Angka ortality rate) cukup tinggi pada anak yang berusia kematiannya ( M ortality
kurang dari 4 tahun, terutama pada kelompok usia 0-1 tahun dan klien yang berusia di atas 65 th. Tingginya
statistik mortalitas dan morbiditas pada orang tua yang
terkena luka bakar merupakan akibat kombinasi dari berbagai gangguan fungsional (seperti lambatnya bereaksi, gangguan dalam menilai, dan menurunnya kemampuan mobilitas), hidup sendiri, dan bahaya-bahaya lingkungan lainnya. Disamping itu juga mereka lebih rentan terhadap injury luka bakar karena kulitnya menjadi lebih tipis, dan terjadi athropi pada bagian-bagian kulit lain. Sehingga situasi seperti ketika mandi dan memasak dapat menyebabkan terjadinya luka bakar. 2. Kategori berat luka bakar menurut ABA
Perkumpulan Asociation/ Asociation/ A B A)
Luka
Bakar
mempublikasikan
America petunjuk
American ( American
tentang
Burn
klasifikasi
beratnya luka bakar. Perkumpulan itu mengklasifikasikan beratnya luka bakar ke dalam 3 kategori, dengan petunjuknya seperti tampak dalam tabel berikut : Petunjuk klasifikasi beratnya luka bakar menurut ABA : 1. Luka Bakar Berat y
25 % pada orang dewasa
y
25 % pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun
y
20 % pada orang dewasa dengan usia lebih dari 40 tahun
y
Luka mengenai wajah, mata, telinga, lengan, kaki, dan perineum yang
y
mengakibatkan gangguan fungsional atau kosmetik atau menimbulkan disabiliti.
y
LB karena listrik voltage tinggi
y
Semua LB dengan yang disertai injuri inhalasi atau truma yang berat.
2. Luka Bakar Sedang y
15-25 % mengenai orang dewasa
y
10-20 % pada anak usia kurang dari 10 tahun
y
10-20 % pada orang dewasa usia lebih dari 40 tahun
y
<>
3. Luka Bakar Ringan y
<>
y
<><
10 th
y
<>>
40 th
y
Tidak
ada resiko gangguan kosmetik atau fungsional atau
disabiliti. Dari American Burn Association. (1984). Guidelines for service standars and severity classification in the treatment of burn American C ollege ollege of Surgeon s Surgeon s , 69(10), 24injury. Bulletin of t he American
28. Management
Berbagai macam respon sistem organ yang terjadi setelah mengalami luka bakar menuntut perlunya pendekatan antar disiplin. Perawat bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana perawatan yang didasarkan pada pengkajian data yang merefleksikan kebutuhan fisik dan psikososial klien dan keluarga atau orang lain yang dianggap penting. Diagnosa keperawatan, tujuan dan intervensinya dapat dilihat pada rencana perawatan di halaman lainnya. Secara klinis klien luka bakar dapat dibagi kedalam 3 fase, yaitu :
1. Fase emergent dan resusitasi Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan diakhiri dengan membaiknya permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah injury.
Tujuan
utama
pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock hipovolemik dan memelihara fungsi dari organ vital. Yang termasuk ke dalam fase emergensi adalah perawatan sebelum di rumah sakit, penanganan di bagian emergensi dan periode resusitasi. 2. Fase acut Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil, permeabilitas kapiler membaik dan diuresis telah mulai. Fase ini umumnya dianggap terjadi pada 48-72 jam setelah injuri. Fokus management bagi klien pada fase akut adalah sebagai berikut : mengatasi infeksi, perawatan luka, penutupan luka, nutrisi, managemen nyeri, dan terapi fisik. 3. Fase Rehabilitasi. Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari perawatan luka bakar. Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar adalah untuk peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal.
Tindakan-tindakan
untuk
meningkatkan
penyembuhan luka, pencegahan atau meminimalkan deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan memberikan support emosional serta pendidikan merupakan bagian dari proses rehabilitasi. Derajat Luka Bakar:
1. Grade I = hanya mengenai epidermis saja, gejalanya berupa kulit yang hiperemis, kering, dan nyeri
2. Grade II = mengenai epidermis dan sebagian dari dermis, gejalanya terbentuk bula. Namun bila bula sudah pecah, akan menyisakan lesi yang berwarna merah muda, basah, dan nyeri 3. Grade III = mengenai epidermis dan seluruh bagian dermis, bahkan dapat melibatkan struktur di bawah dermis. Pada luka bakar grade III, luka akan terlihat pucat/abu-abu, banyak jaringan kulit yang mati (eschar), dan tidak terasa nyeri.
4.
Manifestasi Klinik
1. Fase Resusitasi :
Defisit volume cairan
Kerusakan pertukaran gas
Nyeri
Resiko terhadap cedera
Resiko terhadap infeksi
Resiko terhadap terhadap inefektif koping, individu/ individu/ keluarga
2. Fase Akut :
Resiko terhadap cedera berhubungan dengan luka bakar dan immobilitas
Resiko terhadap infeksi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Inefektif Termoregulasi
Kurang pengetahuan berhubung dengan perawatan luka bakar
3. Fase Rehabilitasi :
Perubahan status nutrisi Nyeri dan pruritus
5.
Kerusakan integritas kulit
Gangguan body image
Resiko tinggi inefektif koping individu in dividu
Efek Lokal dan Efek Sistemik
1. Efek Lokal y
Blister
y
Panas
y
Nyeri
2. Efek Sistemik y
Pada Kulit Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah
luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh surface area) atau lebih besar, maka respon (T BS A : total body surface
tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh, seperti : y
Sistem kardiovaskuler sub stan stan si si va soaktif soaktif Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan sub
catecholamine, (catech
hi stamin, stamin,
serotonin, serotonin,
leukotriene s leukotriene s,
dan
pro s pro staglandin taglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri. Substansi-
substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan
permeabilitas
kapiler.
Injuri
yang
langsung
mengenai memberan sel menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih
lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan
hemokonsentrasi
dari
pengeluaran
cairan
intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml. (lihat tabel 1) Tabel 1 : Rata-rata output cairan perhari untuk orang dewasa Rute
Jumlah (ml) pada suhu normal
Urin Insensible losses: Paru Kulit Keringat Feces Total :
1400 350 350 100 100
y y
2300
Sumber : Adapted Adapted form A.C. form A.C. Guyton, T extbook extbook of medical ph ph y siology, siology, 7t h ed . (P hiladelph iladelphia: WB. WB. Saunder C Saunder C o , . , 1986 ) p. 383
Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi. Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah
luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu injuri.
Tubuh
kemudian mereabsorbsi cairan
edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya. y
Sistem Renal dan Gastrointestinal Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke
ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %. y
Sistem Imun Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada
aktivitas
lymphocyte,
immunoglobulin,
suatu
supresi
penurunan aktivitas
dalam
produksi
complement
dan
perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien. y
Sistem Respiratori Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan
penurunan kadar oksigen arteri dan lung compliance´. Smoke Inh Inhalation. Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri
pulmoner yang seringkali berhubungan dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api. Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan pada selaput hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis. y
Keracunan Carbon Monoxide. Mo noxide.
CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik terbakar. Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin sehingga membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan dapat terjadi akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen dalam darah. Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah. Manifestasi dari keracunan CO adalah sbb (lihat tabel 2) : Tabel 2 : Manifestasi klinik keracunan CO (Carbon Monoxida) Kadar CO (%)
Manifestasi Klinik
5 ± 10
Gangguan tajam penglihatan
11 ± 20
Nyeri kepala
21 ± 30
Mual, gangguan ketangkasan
31 ± 40
Muntah, dizines, sincope
41 ± 50
Tachypnea, tachicardia
>
50
Coma, mati
Diambil dari Cioffi W.G., Rue L.W. (1991). Diagnosis and treatment ritical C are are C linic linic s of Nort h America America, 3(2), 195. of inhalation injuries. C ritical C
. Komplikasi
4. Hipertrofi Jaringan Parut Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan tertentu terbentuknya hipertrofi jaringan
parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : y
Kedalaman luka bakar
y
Sifat kulit
y
Usia pasien
y
Lamanya waktu penutupan kulit
y
Penanduran kulit.
5. Kontraktur Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan menimbulkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi komplikasi kontraktur adalah : y
Pemberian posisi yang baik dan benar sejak awal.
y
Ambulasi yang dilakukan 2-3 kali/hari sesegera mungkin (perhatikan jika ada fraktur) pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif (misalnya, IV, NGT, monitor EKG, dll) perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasil (a mbulasil pasif).
y
Pressure grament adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertrosi scar, dimana penggunaan presure grament ini dapat menghambat mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur.
6. Infeksi Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis. 4. Curling¶s ulcer (tukak curling) Ini merupakan indiksi serius, biasanya muncul pada malam kelima atau hari kesepuluh terjadi ulkus duadenum atau ulkus lambung, kadang-kadang di temui hematomesis. 5. Gangguan jalan nafas Paling dini muncul di bandigkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. 1. Gagal Nafas Akut (ARDS)
2. Syok Hipovolemik 3. Gagal Ginjal Akut (ARF) 4. Sindrom kompartemen 5. Ileus paralitik 6. Ulcus Pepticum
7.
Pencegahan
HATI-HATI
8.
Penatalaksanaan
1. Farmakologi A. Resusitasi A, B, C. 1) Pernafasan: a. Udara panas mukosa rusak oedem obstruksi. b. Efek toksik dari asap: HCN, NO 2, HCL, Bensin iritasi Bronkhokontriksi obstruksi gagal nafas. 2) Sirkulasi : gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler hipovolemi relatif syok AT N gagal ginjal. B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka. C. Resusitasi cairan Baxter. Dewasa : Baxter. RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal: RL : Dextran = 17 : 3 2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal: <
1 tahun
1 ± 3 tahun
: BB x 100 cc : BB x 75 cc
3 ± 5 tahun
: BB x 50 cc
½ diberikan 8 jam pertama perta ma ½ diberikan 16 jam berikutnya. Hari
kedua:
Dewasa
: Dextran Dextr an 500 ± 2000 + D5% / albumin. albu min.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr 100 (Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt. Anak
: Diberi sesuai kebutuhan kebutuhan faal.
D. Monitor urine dan CVP. E.
Topikal
-
dan tutup luka
Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
F.
-
Tulle.
-
Silver sulfa diazin tebal.
-
Tutup
-
Evaluasi 5 ± 7 hari, kecuali balutan kotor.
kassa tebal.
Obat ± obatan:
Antibiotika
: tidak diberikan bila pasien datang
<
6 jam
sejak kejadian.
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
Analgetik
: kuat (morfin, petidine)
Antasida
: kalau perlu
2. Non-Farmakologi y
Perawatan Luka Bakar Adapun tujuan perawatan luka bakar adalah menjaga menjaga luka tetap teta p
bersih, mencegah infeksi, mengurangi rasa sakit, mempercepat penyembuhan dan komplikasi. Masing-masing luka bakar mempunyai 2 perawatan antara lain:
a. Perawatan terbuka Perawatan ini digunakan pada daerah terbuka seperti muka, leher, perineum dan seluruh badan. Penderita hanya di berikan sungkup agar tidak di hinggapi lalat atau kemasukan debu. Dengan membiarkan luka bakar berhubungan dengan udara, luka akan mengerin dalam waktu 3 ± 4 hari. Dengan demikian terbentuklah keropeng yang akan melindung kulit. Pasien luka bakar harus tidur dengan seprei yang steril, perawatan luka bakar harus dilakukan secara aseptik dan kamar harus dalam keadaan bersih. Suhu kamar di atur agar jangan terlalu panas atau terlalu dingin, suhu kamar berkisar antara 24 0-250C. Suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan pasien kehilangan cairan melalui keringat. Bila suhu kamar terlalu dingin makan pasanglah selimut pada sungkupan pasien. b. Perawatan tertutup Perawatan luka bakar tertutup menggunakan kassa steril dengan lubang agak besar yang diberi vaselin atau dapat memakai kassa Paten : misalnya sofratule atau daryanttulle. Kotoran, pasir, sisa pakaian, kayu, daun dan kulit yang telah mati harus di buang dengan cara septik, misalnya phisohek dan cairan garam fisiologik. Luka bakar yang mengenai jari-jari harus di bungkus satu persatu jangan sampai bersentuhan dan saling melekat. Perban di gangi 4-8 hari, bila perban basah akibat eksudat, harus di gangi dengan yang kering agar menjadi tempat berkembang biak bagi mikroorganisme.
9.
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik/Sistemik 1. Sirkulasi Tanda
(dengan cedera luka bakar lebih dari 20% AP TT):
hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera, vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi,
kulit
putih
dan
dingin
(syok
listrik),
takikardia
(syok/ansietas/nyeri), (syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik), pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). 2. Integritas ego Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda
: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah. 3. Eliminasi Tanda:
warna
haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat;
mungkin
hitam
kemerahan
bila
terjadi
mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam, diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi), penurunan bising usus/tak ada, khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan penurunan motilitas/peristaltik motilitas/peristaltik gastrik. 4. Makanan/cairan: Tanda
: oedema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah.
5. Neurosensori Gejala : area batas, kesemutan. Tanda
: perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan refleks
tendon dalam (R TD) pada cedera ekstremitas, aktifitas kejang (syok listrik), laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik), ruptur membran timpanik (syok listrik), paralisis (cedera listrik pada aliran saraf). 6. Nyeri/kenyamanan Gejala : Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu, luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri. 7. Respirasi/Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Tanda
: serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). 8. Pemeriksaan Diagnostik 1. LED: mengkaji hemokonsentrasi. 2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung. 3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya khususnya pada cedera inhalasi asap. 4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal. 5. Urinalisis
menunjukkan
mioglobin
dan
hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas. 6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap. 7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif. 8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
10. Asuhan Keperawatan 1. Asuhan Keperawatan menurut Teori
1. Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada klien dengan luka bakar adalah : y
Identitas
a. Identitas pasien terdiri dari Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor medical record dan diagnosa medis serta identitas penanggung jawab yang meliputi
: Nama, Nama, Jenis Jenis kelamin, kelamin, pendidikan, pendidikan, pekerjaan, pekerjaan,
alamat, agama dan hubungan dengan klien. b. Riwayat kesehatan sekarang yang terdiri dari keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit dan kapan timbulnya penyakit c. Riwayat Psikologis dan spiritual d. Riwayat kesehatan masa lalu, apakah klien sudah pernah mengalami penyakit seperti yang di alami klien saat ini. e. Riwayat kesehatan keluarga, apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami klien
yang
menyokong
diagnosa,
pengetahuan
dan
pengertian keluarga terhadap penyakit yang diderita klien. f. Riwayat aktifitas sehari-hari 1. Pola Nutrisi Sebelum dan sesudah klien masuk rumah sakit, berapa kali klien makan, porsi makan di habiskan atau tidak, apakah ada makanan pantangan, berapa banyak klien minum, jenis minumannya dan berapa banyak klien minum dalam sehari. 2. Pola Eliminasi Sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, berapa kali BAB, bagaimana konsistennya, apakah padat, lembek atau cair, bagaimana warnanya kuning atau coklat, berapa kali klien BAK bagaimana warnanya kuning atau keruh. 3. Pola Aktifitas
Sebelum dan sesudah klien masuk rumah sakit, apakah aktifitas klien terganggu, siapa yang memenuhi kebutuhan sehari-harinya. 4. Pola Istirahat Sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, bagaimana pola tidur, apakah klien tidur siang, berapa jam sehari dan berapa jam klien tidur malam. 5. Personal Hygiene Sebelum dan sesudah masuk rumah sakit, berapa kali klien mandi, apakah klien mandi menggunakan sabun mandi, berapa kali klien gosok gigi dan ganti pakaian. y
Analisa data Setelah
data-data
terkumpul
dari
haril
pengkajian,
selanjutnya data tersebut dianalisis dan di cari penyebab dan masalah-masalah yang aktual maupun potensial y
Riwayat Peny P enyakit akit
y
Pemeriksaan
2. Diagnosa M arilynn arilynn
E . Doenge s dalam Nur sing sing care plan s plan s , Guideline s for
planning and documenting patient care mengemukakan beberapa
Diagnosa keperawatan sebagai berikut : 1. Resiko
tinggi
bersihan
jalan
nafas
tidak
efektif
berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial, edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher, kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada. 2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan
cairan
melalui
rute
abnormal.
Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan. 3. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal
sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher. 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat, kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons r espons inflamasi. 5. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka. 6. Resiko
tinggi
kerusakan
perfusi
jaringan,
perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema. 7. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 %-60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein. 8. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan. 9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
Trauma
:
kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam). 10. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi, kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri. 11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan
berhubungan
dengan
Salah
interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.
2. Asuhan Keperawatan menurut Kasus
1. Pengkajian
y
Identitas
y
Nama
T n.
K :
Usia
: 44 tahun
Pekerjaan
: Tukang mie baso
Riwayat Peny P enyakit akit -
Keluhan Utama
: Kesakitan Kesakita n pada luka
bakar
y
-
Riwayat Penyakit Sekarang
: Luka bakar
-
Riwayat Penyakit Masa Lalu
:-
-
Riwayat Penyakit Keluarga
:-
Pemeriksaan -
Pemeriksaan Fisik dan Sistemik BB
: 67 kg
RR
: 28 x/menit
HR
: 120 x/menit
TD
: 130/100 mmHg
Wheezing : (-) Respirasi : air panas mengenai mengenai dada dada depan. Abdomen : air panas mengenai perut. Muskulo : air panas mengenai kedua paha dan selangkangan. -
Pemeriksaan Diagnostik Urine
: 25 mL/Jam
Ureum Kreatinin : (-) normal Hb
: 15 mg/dL
Hematokrit
: 45
Leukosit
: 13.000
rombosit Trombosit
: 330.000
Albumin Albumi n
: 2,5 gr/dL
AGD
:
pH
: 7, 32
paCO2 : 50
paO2
: 80
HCO3¯: 22 2. Analisa Data Data
DO : - ditemukan blister berisi cairan DS : - urin 25 mL/jam - klien tersiram air panas
Etiologi
Diagnose
Panas
Kekurangan volume
Injury/destruksi jrngn klit
cairan
Koagulasi, dematurasi, protein dan ionisasi isi sel Nekrosis dan kegagalan fungsi organ Respon sistemik LB Ginjal Darah ke ginjal GFR (Glomerulus Filtration Rate) Oliguri (urine yang dihasilkan ginjal <<)
Kekurangan vol. cairan
DO : - RR 28 x/menit
Panas
Gangguan perfusi
Injury/destruksi jrngn klit
jaringan
Koagulasi, dematurasi, protein dan ionisasi isi sel
DS : -
Nekrosis dan kegagalan fungsi organ Respon sistemik LB Paru-paru Hipertensi arteri pulmonal Compliance paru Sesak
RR
Gangguan perfusi jaringan
DO : - ditemukan blister yang berisi cairan bening - leukosit 13.000 DS : - tersiram air panas
Panas
Kerusakan integritas
Injury/destruksi jrngn klit
kulit
Koagulasi, dematurasi, protein dan ionisasi isi sel Nekrosis dan kegagalan fungsi organ Respon sistemik LB
- klien merintih kesakitan integumen/kulit trauma fisik blister pecah
Kerusakan integritas kulit
DO : DS : - klien merintih kesakitan
Panas Injury/destruksi jrngn klit
Gangguan rasa nyaman nyeri
Koagulasi, dematurasi, protein dan ionisasi isi sel Nekrosis dan kegagalan fungsi organ Respon sistemik LB integumen/kulit trauma fisik Kerusakan lapisan epidermis Menekan saraf nyeri
Pngeluarn mediator kimia
nyeri Gangguan rasa nyaman nyeri
DO : - leukosit 13.000 DS : -
Panas Injury/destruksi jrngn klit Koagulasi, dematurasi, protein dan ionisasi isi sel Nekrosis dan kegagalan fungsi organ
Infeksi dan sepsis
Respon sistemik LB Imun aktivitas limfosit (Ig) Gangguan fungsi netrofil dan makrofag
Leukosit Gangguan infeksi dan sepsis
3. Diagnosa M arilynn arilynn
E . Doenge s dalam Nur sing sing care plan s plan s , Guideline s for
planning and documenting patient care mengemukakan beberapa
Diagnosa keperawatan sebagai berikut : 1. Kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan. 2. Infeksi dan sepsis berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat, kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi. infla masi. 3. Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka. 4. Gangguan neurovaskuler
perfusi
jaringan,
perifer
perubahan/disfungsi
berhubungan
dengan
Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema. 5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
Trauma
:
kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
4. Intervensi Rencana Keperawatan Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan
Kriteria
Intervensi
Rasional
Hasil
Kekurangan
Pasien dapat
Awasi tanda vital, CVP.
volume cairan
mendemostr Perhatikan kapiler dan
berhubungan
asikan status
dengan
cairan dan
Kehilangan
biokimia
cairan melalui
membaik.
Awasi pengeluaran urine
meyakinkan rata-2 pengeluaran
rute abnormal.
Kriteria
dan berat jenisnya.
urine 30-50 cc/jam pada orang
Peningkatan
evaluasi: tak Observasi warna urine
kebutuhan :
ada
dan hemates sesuai
pada kerusakan otot masif karena
status
manifestasi
indikasi.
adanyadarah dan keluarnya
hypermetaboli
dehidrasi,
mioglobin.
k, ketidak
resolusi
Peningkatan permeabilitas
cukupan
oedema,
kapiler, perpindahan protein,
pemasukan.
elektrolit
Kehilangan
serum dalam
perdarahan.
batas
kekuatan nadi perifer.
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler.
Penggantian cairan dititrasi untuk
Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang
dewasa. Urine berwarna merah
proses inflamasi dan kehilangan cairan melalui evaporasi mempengaruhi volume sirkulasi
tampak
normal,
dan pengeluaran urine.
haluaran
Penggantian cairan tergantung
urine di atas
pada berat badan pertama dan
30 ml/jam.
perubahan selanjutnya Timbang
berat badan
setiap hari
Memperkirakan luasnya oedema/perpindahan oedema/perpindahan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine.
Ukur lingkar ekstremitas ekstremitas
Penyimpangan pada tingkat
yang terbakar tiap hari
kesadaran dapat mengindikasikan mengindikasikan
sesuai indikasi
ketidak adequatnya volume sirkulasi/penurunan sirkulasi/penurunan perfusi serebral
Selidiki perubahan
Stres (Curling) ulcus terjadi pada
mental
setengah dari semua pasien yang luka bakar berat(dapat terjadi t erjadi pada awal minggu pertama).
Observasi distensi abdomen,hematomesis,fe ces hitam.
Observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis atau refleks urine.
Hemates drainase NG
Memungkinkan infus cairan
dan feces secara periodik.
cepat.
Lakukan program kolaborasi meliputi :
Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah komplikasi.
Pasang / pertahankan
Mengidentifikasi kehilangan
kateter urine
darah/kerusakan darah/kerusakan SDM dan da n kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit.
Pasang/ pertahankan ukuran kateter IV. Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin.
Meningkatkan pengeluaran urine dan membersihkan tubulus dari debris /mencegah nekrosis. Penggantian lanjut karena kehilangan urine dalam jumlah besar Menurunkan keasaman gastrik
Awasi hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb,
sedangkan inhibitor histamin menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan
elektrolit, natrium ).
produksi asam hidroklorida untuk menurunkan iritasi gaster. Mengidentifikasi penyimpangan
Berikan obat sesuai
indikasi kemajuan atau
idikasi :
penyimpangan dari hasil yang
- Diuretika contohnya Manitol (Osmitrol)
diharapkan. Periode darurat (awal 48 jam pasca luka bakar) adalah periode kritis yang ditandai oleh hipovolemia yang mencetuskan individu pada perfusi ginjal dan
- Kalium
jarinagn tak adekuat.
- Antasida
Pantau:
-
Tanda-tanda vital
setiap jam selama periode darurat,
Inspeksi adekuat dari luka bakar.
setiap 2 jam selama periode akut, dan setiap 4 jam selama periode rehabilitasi.
-
Warna urine.
-
Masukan dan haluaran setiap jam selama periode darurat, setiap 4 jam selama periode akut, setiap 8 jam selama
Penggantian cairan cepat penting untuk mencegah gagal ginjal. Kehilangan cairan bermakna b ermakna terjadi melalui jarinagn yang terbakar dengan luka bakar luas. Pengukuran tekanan vena sentral memberikan data tentang status volume cairan intravask intra vaskular. ular.
periode rehabilitasi.
-
-
-
-
Hasil-hasil JDL dan
Temuan-temuan
ini mennadakan
laporan elektrolit.
hipovolemia dan perlunya
Berat badan setiap
peningkatan cairan. Pada lka
hari.
bakar luas, perpindahan cairan
CVP (tekanan vena
dari ruang intravaskular ke ruang
sentral) setiap jam
interstitial menimbukan
bial diperlukan. diperlukan.
hipovolemi.
Status umum setiap 8 jam.
Pasien rentan pada kelebihan beban volume intravaskular
Pada penerimaan rumah sakit, lepaskan semua pakaian dan perhiasan dari area luka bakar.
selama periode pemulihan bila perpindahan cairan dari kompartemen interstitial pada kompartemen intravaskuler. intravaskuler. Temuan-temuan emuan-temuan guaiak
positif
Mulai terapi IV yang
ennandakan adanya perdarahan
ditentukan dengan jarum
GI. Perdarahan GI menandakan
lubang besar (18G), lebih
adaya stres ulkus (Curling¶s).
disukai melalui kulit
Mencegah perdarahan GI. Luka
yang telah terluka bakar.
bakar luas mencetuskan pasien
Bila pasien menaglami
pada ulkus stres yang disebabkan
luka bakar luas dan
peningkatan sekresi hormon-
menunjukkan gejala-
hormon adrenal dan asam HCl
gejala syok hipovolemik,
oleh lambung la mbung..
bantu dokter dengan pemasangan kateter vena sentral untuk pemantauan CVP. Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30
ml/jam, haus, takikardia, ta kikardia, CVP < 6 mmHg, bikarbonat serum di bawah rentang normal, nor mal, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.
Konsultasi doketr bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.
Tes
guaiak muntahan
warna kopi atau feses ter hitam. Laporkan temuantemuan positif.
Berikan antasida yag diresepkan atau antagonis reseptor histamin seperti simetidin Infeksi dan
Pasien bebas Pantau:
sepsis
dari infeksi.
berhubungan
Penampilan luka
Mengidentifikasi indikasi-
Kriteria
bakar (area luka
indikasi kemajuan atau
dengan
evaluasi: tak
bakar, sisi donor dan
penyimapngan dari hasil yang
Pertahanan
ada demam,
status balutan di atas
diharapkan.
primer tidak
pembentuka
sisi tandur bial
-
adekuat;
n jaringan
tandur kulit
kerusakan
granulasi
dilakukan) setiap 8
perlinduingan
baik.
jam.
kulit; jaringan
-
Suhu setiap 4 jam.
traumatik.
-
Jumlah makanan
Pembersihan dan pelepasan
Pertahanan
yang dikonsumsi
jaringan nekrotik meningkatkan
sekunder sekunder tidak t idak
setiap kali makan.
pembentukan granulasi.
adekuat;
Bersihkan area luka
penurunan Hb,
bakar setiap hari dan
penekanan
lepaskan jarinagn
respons
nekrotik (debridemen)
inflamasi
sesuai pesanan. Berikan
Antimikroba topikal membantu
mandi kolam sesuai
mencegah infeksi. Mengikuti
pesanan,
prinsip aseptik melindungi pasien
implementasikan
dari infeksi. Kulit yang gundul
perawatan yang
menjadi media yang baik untuk
ditentukan untuk sisi
kultur pertumbuhan baketri.
donor, yang dapat ditutup dengan balutan vaseline
Temuan-temuan
ini mennadakan
atau op site.
infeksi. Kultur membantu
Lepaskan krim lama dari
mengidentifikasi patogen
luka sebelum pemberian
penyebab sehingga terapi
krim baru. Gunakan
antibiotika yang tepat dapat
sarung tangan steril dan
diresepkan. Karena balutan siis
beriakn krim antibiotika
tandur hanya diganti setiap 5-10
topikal yang diresepkan
hari, sisi ini memberiakn media
pada area luka bakar
kultur untuk pertumbuhan
dengan ujung jari.
bakteri.
Berikan krim secara
Kulit adalah lapisan pertama
menyeluruh di atas luka.
tubuh untuk pertahanan terhadap
Beritahu dokter bila
infeksi. Teknik steril dan
demam drainase purulen
tindakan perawatan perlindungan
atau bau busuk dari area
lainmelindungi pasien terhadap
luka bakar, sisi donor
infeksi. Kurangnya berbagai
atau balutan sisi tandur.
rangsang ekstrenal dan kebebasan
Dapatkan kultur luka dan bergerak mencetuskan pasien berikan antibiotika IV
pada kebosanan.
sesuai ketentuan.
Tempatkan
pasien pada
Melindungi terhadap t etanus. etanus.
ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas
Ahli diet adalah spesialis nutrisi
yang mengenai area luas
yang dapat mengevaluasi paling
tubuh. Gunakan linen
baik status nutrisi pasien dan
tempat tidur steril,
merencanakan diet untuk
handuk dan skort untuk
emmenuhi kebuuthan nutrisi
pasien. Gunakan skort
penderita. Nutrisi adekua a dekuatt
steril, sarung tangan dan
memabntu penyembuhan luka
penutup kepala dengan
dan memenuhi kebutuhan energi.
masker bila memberikan perawatan pada pasien. Tempatkan
radio atau
televisis pada ruangan pasien untuk menghilangkan kebosanan. Bila riwayat imunisasi tak adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia (hyper-tet) sesuai pesanan. Mulai rujukan pada ahli diet, beriakn protein
tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau makanan enteral bial pasien tak dapat makan per oral. Gangguan
Pasien dapat
Berikan anlgesik narkotik Analgesik narkotik diperlukan
rasa nyaman
mendemonst
yang diresepkan prn dan
utnuk memblok jaras nyeri
dan nyeri
rasikan
sedikitnya 30 menit
dengan nyeri berat. Absorpsi obat
berhubungan
hilang dari
sebelum prosedur
IM buruk pada pasien dengan
dengan
ketidaknyam perawatan luka. Evaluasi
luka bakar luas yang disebabkan
Kerusakan
anan.
keefektifannya. Anjurkan
oleh perpindahan interstitial
kulit/jaringan;
Kriteria
analgesik IV bila luka
berkenaan dnegan peningkatan
pembentukan
evaluasi:
bakar luas.
permeabilitas kapiler.
edema.
menyangkal
Manipulasi
nyeri,
Pertahankan pintu kamar jaringan luka bakar,
jaringan
melaporkan
tertutup, tingkatkan suhu
menyebabkan hipoetrmia.
cidera contoh
perasaan
ruangan dan berikan
Tindakan
debridemen
nyaman,
selimut ekstra untuk
menghemat menghemat kehilangan panas.
luka.
ekspresi
memberikan kehangatan.
Menururnkan neyri dengan
Panas dan air hilang melalui
wajah dan
eksternal ini membantu
mempertahankan berat badan
postur tubuh
Berikan ayunan di atas
jauh dari linen temapat tidur
rileks.
temapt tidur bila
terhadap luka dan menuurnkan
diperlukan.
pemajanan ujung saraf pada aliran udara. Menghilangkan tekanan pada
Bantu dengan
tonjolan tulang dependen. d ependen.
pengubahan pengubahan posisi setiap
Dukungan adekuat pada luka
2 jam bila diperlukan.
bakar selama gerakan membantu
Dapatkan bantuan
meinimalkan ketidaknyamanan. ketidaknyamanan.
tambahan sesuai kebutuhan, khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri. Gangguan
Pasien
Untuk luka bakar yang
Mengidentifikasi indikasi-
perfusi
menunjukka
mengitari ekstermitas
indikasi kemajuan atau
jaringan,
n sirkulasi
atau luka bakar listrik,
penyimpangan dari hasil yang
perubahan/disf tetap
pantau status
diharapkan.
ungsi
neurovaskular dari
adekuat.
neurovaskuler Kriteria
ekstermitas setaip 2 jam.
Meningkatkan aliran balik vena
perifer
evaluasi:
Pertahankan ekstermitas
dan menurunkan pembengkakan.
berhubungan
warna kulit
bengkak ditinggikan.
dengan
normal,
Penurunan/int
menyangkal
Beritahu dokter dengan
keruskana keruskana sirkualsi distal. Dokter
erupsi aliran
kebas dan
segera bila terjadi nadi
dapat mengkaji tekanan jaringan
darah
kesemutan,
berkurang, berkurang, pengisian
untuk emnentukan kebutuhan
arterial/vena,
nadi perifer
kapiler buruk, atau
terhadap intervensi bedah. beda h.
contoh luka
dapat diraba. penurunan sensasi.
Temuan-temuan
ini menandakan
Eskarotomi (mengikis pada
bakar seputar
Siapkan untuk
eskar) atau fasiotomi mungkin
ekstremitas
pembedahan eskarotomi
diperlukan untuk memperbaiki
dengan
sesuai pesanan.
sirkulasi adekuat.
edema. Kerusakan
Memumjukk Kaji/catat ukuran, warna,
Memberikan informasi dasar
integritas kulit
an
kedalaman luka,
tentang kebutuhan penanaman
b/d kerusakan
regenerasi
perhatikan jaringan
kulit dan kemungkinan petunjuk
permukaan
jaringan
nekrotik dan kondisi
tentang sirkulasi pada aera graft.
kulit sekunder
Kriteria
sekitar luka.
destruksi
hasil:
Menyiapkan jaringan untuk
lapisan kulit.
Mencapai
Lakukan perawatan luka
penyembuha bakar yang tepat dan n tepat
penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit.
tindakan kontrol infeksi.
waktu pada
Kain nilon/membran silikon
area luka
Pertahankan penutupan
mengandung kolagen porcine
bakar.
luka sesuai indikasi.
peptida yang melekat pada permukaan luka sampai lepasnya atau mengelupas secara spontan kulit repitelisasi.
Tinggikan
area graft bila
Menurunkan pembengkakan
mungkin/tepat.
/membatasi resiko pemisahan
Pertahankan posisi yang
graft. Gerakan jaringan dibawah
diinginkan dan
graft dapat mengubah posisi yang
imobilisasi area bila
mempengaruhi penyembuhan
diindikasikan.
optimal. Area mungkin ditutupi oleh
Pertahankan balutan
bahan dengan permukaan tembus
diatas area graft baru
pandang tak reaktif.
dan/atau sisi donor sesuai indikasi.
Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan
Cuci sisi dengan sabun
perawatan khusus untuk
ringan, cuci, dan minyaki
mempertahankan kelenturan.
dengan krim, beberapa waktu dalam sehari,
Graft kulit diambil dari kulit
setelah balutan dilepas
orang itu sendiri/orang lain untuk
dan penyembuhan
penutupan sementara sementara pada luka
selesai.
bakar luas sampai kulit orang itu
Lakukan program
siap ditanam.
kolaborasi : - Siapkan / bantu prosedur bedah/balutan
biologis. 5. Aspek Legal Etik a. Non- Maleficence 1.
Terpenuhi
prinsip ini saat petugas kesehatan tidak
melakukan sesuatu yang membahayakan bagi pasien (do no harm) disadari atau tidak disadari. 2. Perawat juga harus melinduni diri dari bahaya pada mereka yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri, seperti anak kecil, tidak sadar, gangguan mental, dll. b. Respect for Autonomy 1. Hak untuk menentukan diri sendiri, kemerdekaan, dan kebebasan. 2. Hak pasien untuk menentukan keputusan kesehatan untuk dirinya. 3. Otonomy bukan kebebasan absolut tetapi tergantung kondisi. Keterbatasan muncul saat hak, kesehatan atau kesejahteraan orang lain terganggu. t erganggu. c. Beneficence 1.
Tujuan
utama tim kesehatan untuk memberikan sesuatu
yang terbaik untuk pasien. 2. Perawatan yang baik memerlukan pendekatan yang holistic pada pasien, meliputi menghargai pada keyakinan, perasaan, keinginan juga pada keluarga dan orang yang berarti. d. Justice Termasuk
fairness dan equality.
6. Rehabilitasi Rehabilitasi berasal dari bahasa Inggris, re- berarti kembali dan abilitation artinya kemampuan. Jadi rehabilitasi medik merupakan usaha medis yang dilakukan untuk mengembalikan atau menjaga kemampuan atau fungsi organ tubuh. Dikatakan rehabilitasi
merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hidup pada penderita luka bakar karena rehabilitasi berguna untuk mencegah terjadinya skar atau gangguan gangguan fungsi alat t ubuh setelah penanganan luka bakar selesai. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut. Pada luka bakar terjadi perubahan destruktif pada jaringan akibat panas yang berlebihan, radiasi ultraviolet, zat kimia atau lainnya. Hal terpenting dari luka lu ka bakar adalah area per permuka mukaan an tubuh yang terkena, kedalaman luka bakar, lokasi luka bakar, umur pasien, keadaan umum, dan penyebab luka bakar sendiri. Luka bakar merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di Amerika Serikat. Pasien luka bakar biasanya memerlukan
pengawasan
yang
lama
dalam
rehabilitasi,
rekonstruksi dan dukungan psikologis. Kualitas penanganan luka bakar tidak lagi diukur hanya dari kelangsungan hidup, tetapi juga penampilan dan fungsi organ kedepannya dan diharapkan penanganan luka bakar dapat menjadi lebih baik dengan mengembalikan pasien kedalam lingkungan rumah dan masyarakat seperti keadaan sebelum sakit.
Tujuan
ini dapat tercapai dengan
adanya kerjasama tim penang p enanganan anan luka bakar.
11. Patofisioligi
DAFTAR PUSTAKA
Buku saku aku Keperawatan Pediatri, EGC, Cecily L.Betz & Linda A. Sowden, 2001, Buku s
Jakarta. siologi.. Kon sep sep Klini s Klini s Pro se se s- Pro se se s Penyakit, EGC, Price & Wilson, 1995, Patofi siologi
Jakarta Ajar Keperawatan M edikal edikal Bedah Bedah Brunner Smeltzer. S.C, Bare. B.G, 2001, Buku Ajar & Suddart h , Edisi 8, EGC, Jakarta. Ajar Keperawatan M edikal edikal - Bedah Bedah Brunner Brunner dan Suddarth. (2001). Buku Ajar dan Suddart h ed.8. ed.8. vol.3. Jakarta: EGC.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.