BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan atau fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak berpindah, memproduksi makanannya sendiri, menggantungkan diri pada apa yang diperolehnya dari lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar harus bergerak, harus mencari makan, ukuran tubuhnya terbatas pada ukuran tertentu dan harus menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan. Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah kemampuan dalam menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasi dalam tubuh tumbuhan. Tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya tergolong pada organisme autotrof, yaitu makhluk hidup yang dapat mensintesis sendiri senyawa organik yang dibutuhkannya. Senyawa organik yang baku adalah rantai karbon yang dibentuk oleh tumbuhan hijau dari proses fotosintesis. Fotosintesis atau asimilasi karbon adalah proses pengubahan zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil menjadi zat organik karbohidrat dengan bantuan cahaya. Proses fotosintesis hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yang mempunyai klorofil. Proses ini hanya akan terjadi jika ada cahaya dan melalui perantara pigmen hijau daun yaitu yaitu klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Kalau fotosintesis adalah suatu proses penyusunan (anabolisme atau asimilasi) di mana energi diperoleh dari sumber cahaya dan disimpan sebagai zat kimia, maka proses respirasi adalah suatu proses pembongkaran (katabolisme atau disimilasi) dimana energi yang tersimpan dibongkar kembali untuk menyelenggarakan proses – proses – proses kehidupan. Respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam sel, berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerobik ini diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam proses respirasi secara anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa lain karbondioksida. 1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk untuk mengukur jumlah CO 2 yang dibebaskan selama respirasi dan menghitung respiratory quotient (RQ) nya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan s ebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut t ersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan
sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang berada di dalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena kloropil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986). Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai molekul yang kompleks dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya seperti sukrosa, monosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling sederhana. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membentuk dimer, trimer dan lainlain. Dimer merupakan gabungan antara dua monosakarida dan trimer terdiri dari tiga monosakarida (Kimball, 2002). Fotosintesis merupakan proses sintesis senyawa organik (glukosa) dari zat anorganik (CO 2 dan H2O) dengan bantuan energi cahaya matahari. Dalam proses ini energi radiasi diubah menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADPH + H yang selanjutnya akan digunakan untuk mereduksi CO 2 menjadi glukosa. Maka persamaan reaksinya dapat dituliskan : Kloropil 6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2 + Energi Sinar matahari Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol Co 2 yang dilepaskan dan jumlah mol O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Persamaan reaksi kimia respirasi merupakan kebalikan dari reaksi kimia fotosintesis (Syamsuri, 2000). Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O 2 yang digunakan biasa dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient dan disingkat RQ. Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1989). Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme lain yang disebut respirasi. Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997). Bahan organik yang dioksidasi adalah glukosa (C 6H12O6) maka persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6H2O + Energi Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol Co 2 yang dilepaskan dan jumlah mol O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Diketahui nilai RQ untuk karbohidrat = 1, protein < 1 (= 0,8 – 0,9), lemak <1 (= 0,7) dan asam organik > 1 (1,33). Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempuran tidaknya proses respirasi dan kondisi lainnya (Krisdianto dkk, 2005). BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Desember 2007 pukul 08.00 – 11.00, bertempat di Laboratorium Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. 3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah respirometer ganong dan statif, corong gelas dan penunjuk waktu. Bahan-bahan yang diperlukan adalah kecambah kacang hijau (s egar), larutan KOH 10 %, akuades dan vaselin. 3.3 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan, menimbang 10 gram kecambah kacang hijau. 2. Memasukkan akuades ke dalam pipa respirometer dan memasukkan kecambah (No.1) ke dalam tabung respirometer dan memutar kedua sumbunya sampai kedua lubang berhadapan. 3. Mengatur permukaan air dalam pipa pada skala 20 dengan jalan menaikkan dan menurunkan pipa. 4. Mengoleskan sumbat dengan vaselin, kemudian putar sehingga udara di dalam tabung respirometer terpisah dari udara luar. Membiarkan selama 30 menit. 5. Mengamati perubahan permukaan air di dalam pipa. Jika permukaan airnya turun maka nilainya positif dan jika permukaan air naik maka nilainya negatif. 6. Mengulangi kegiatan 1-5 dengan menggunakan KOH 10 %.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel hasil respirasi pada tumbuhan No. 1. 2.
Perlakuan KOH Akuades
Respiratory Quotient 200 160
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini kita telah mengamati proses respirasi pada kecambah kacang hijau. Alasan mengapa bahan yang digunakan adalah kecambah kacang hijau, karena tumbuhan ini merupakan suatu organisme yang walaupun ia masih belum berkembang dengan sempurna tetapi sudah bisa melakukan pernapasan, hal ini terbukti dari hasil percobaan yang telah diamati dimana kecambah kacang hijau sebagai bahan percobaan mampu melakukan respirasi. Kecambah melakukan pernapasan untuk mendapatkan energi yang dilakukan dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap/diperlukan dan menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah ener gi. Pada dasarnya, proses respirasi bertujuan untuk mendapatkan energi yang digunakan dalam metabolisme dan proses pertumbuhan serta perkembangan untuk menjadi sebuah tanaman dewasa. Semakin besar suatu tanaman, maka makin besar pula kebutuhannya akan energi sehingga dalam respirasinya memerlukan oksigen yang banyak pula. Pada pengamatan ini digunakan alat yang disebut respirometer, alat ini berfungsi untuk mengukur jumlah oksigen yang diperlukan dalam respirasi. Di dalam tabung respirometer diletakkan kapas yang sudah dibasahi larutan KOH 10% dan ada juga yang dibasahi dengan aquadest di bawah kecambah kacang hijau. Kapas yang sudah dibasahi larutan KOH 10% ini akan mengikat oksigen yang ada di dalam tabung respirometer, sehingga di dalam tabung respirometer terjadi perebutan oksigen antara larutan KOH 10% dengan kecambah kacang hijau. Kecambah kacang hijau tidak bisa mengikat oksigen yang dibebaskan oleh larutan KOH 10% karena yang diperlukan kecambah kacang hijau adalah oksigen bebas, bukan oksigen yang terikat sehingga lama-kelamaan oksigen yang ada di dalam tabung respirometer
habis dan akhirnya oksigen dari luar akan tertarik masuk ke dalam tabung respirometer melalui selang karet. Masuknya oksigen dari luar ini ditandai dengan naiknya larutan eosin yang dimasukkan dalam pipa kaca. Praktikum kali ini mengamati respirasi yang terjadi pada kecambah kacang hijau segar, yang dilakukan sebanyak dua kali dengan memberi perlakuan yang berbeda. Pada perlakuan yang pertama, kapas dibasahi dengan larutan KOH 10%. Sedangkan pada perlakuan kedua, kapas dibasahi dengan akuades. Pada kapas yang dibasahi dengan akuades, terlihat permukaan air pada alat respirometer ganong menjadi turun maka nilainya positif karena adanya O2 yang merupakan penguraian dari H 2O selain H2, yang membantu kecambah dalam respirasi. Dan pada perlakuan kedua, permukaan air pada respirometer ganong menjadi naik berarti nilainya negatif karena terdapat KOH yang apabila bereaksi dengan CO 2 akan menghambat respirasi pada kecambah. Hal ini dapat terjadi karena KOH lebih bersifat basa jika dibandingkan dengan aquades. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi suatu organisme antara lain: umur/usia organisme tersebut, bobot dari kegiatan yang dilakukan, ukuran organisme itu sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta cahaya juga mempengaruhi rata-rata pernapasan. Untuk mengetahui bahwa kecambah kacang hijau melakukan respirasi atau tidak, maka kita dapat mengamati tabung respirometer. Jika kecambah kacang hijau dalam tabung berespirasi maka kita akan menemukan uap air yang menempel dalam tabung respirometer, tetapi jika tidak ada uap air itu artinya kecambah kacang hijau tidak berespirasi. Adanya uap air dijadikan indikator respirasi karena dalam proses respirasi akan dilepaskan karbon dioksida dan uap air. Dalam pengamatan ini kita harus teliti dalam mengoleskan vaselin pada sumbat, jangan sampai ada rongga udara yang masih terbuka karena hal ini bisa mengganggu pengamatan. Respirasi aerob pada pengukuran respirasi kecambah berarti diperlukan oksigen dan dihasilkan karbodioksida serta energi. Sedangkan respirasi anaerob berarti respirasi dengan kadar oksigen yang kurang atau tidak dan dihasilkan senyawa selain karbodioksida seperti alkohol, asetildehida atau asam asetat dengan sedikit energi. Adapun persamaan reaksi dari respirasi + KOH adalah : C6H12O6 + KOH 2C2H5OH + 2CO2 + K + Energi Respirasi aerob pada pengukuran respirasi kecambah berarti diperlukan oksigen dan dihasilkan karbodioksida serta energi. Sedangkan respirasi anaerob berarti respirasi dengan kadar oksigen yang kurang atau tidak dan dihasilkan senyawa selain karbodioksida seperti alkohol, asetildehida atau asam asetat dengan sedikit energi. Laju respirasi dapat diketahui dari waktu yang digunakan kecambah kacang hijau untuk menarik eosin, sedangkan banyaknya oksigen yang diperlukan selama proses respirasi dapat diketahui dari sejauh mana eosin naik. Kecambah kacang hijau menarik eosin dalam dua tahap. Tahap pertama adalah kenaikan eosin secara lambat. Kenaikan ini terjadi, sejauh 200 pada skala respirometer dengan menggunakan akuades. Sedangkan pada tahap kedua, yaitu tahap kenaikan 160 pada skala respirometer dengan menggunakan KOH 10 %. BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah:
1. Pada peristiwa respirasi menghasilkan karbondioksida, air, dan sejumlah energi. 2. Pada respirasi kecambah bernilai positif dengan akuades 160 sedangkan dengan KOH bernilai negatif 200. 5.2 Saran
Percobaan seperti ini memerlukan pengamatan yang harus benar-benar diperhatikan, terlebih lagi saat memperhatikan gelembung udara yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Agar proses pembuktian adanya karbohidrat pada daun yang melakukan fotosintesis DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta. Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta. Krisdianto, dan kawan-kawan. 2005. Penuntun Praktikum Biologi Umum. FMIPA Universitas Lambung Mangkurat.Banjarbaru. Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. PT Gramedia. Jakarta. Simbolon, Hubu dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta. Syamsuri. I. 2000. Biologi. Erlangga. Jakarta
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Respirasi merupakan proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi dilakukan oleh semua makhluk hidup dengan semua penyusun tubuh, baik sel tumbuhan maupun sel hewan, dan manusia. Respirasi ini dilakukan baik siang maupun malam (syamsuri, 1980). Pada praktikum ini akan mempelajari respirasi pada tumbuhan kecambah kacang hijau dan hewan jangkrik, serta mengetahui tentang respirasi aerob dan anaer ob 1.2 Permasalahan Permasalahan yang dihadapi praktikan ini adalah bagaimana membuktikan respirasi dapat menghasilkan CO2 dan panas. 1.3 Tujuan Tujuan praktikum ini adalah praktikan mampu membuktikan bahwa respirasi dapat menghasilkan CO2 dan panas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Katabolisme Katabolisme adalah reaksi penguraian senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim. Penguraaian suatu senyawa dapat menghasilkan energi. Energi berasal dari lepasnya ikatan kimia yang menyusun peresenyawaan. Contoh katabolisme adalah proses pernapasan sel atau respirasi (syamsuri, 1980). 2.2 Respirasi Yang dimaksud dengan respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik siang maupun malam (syamsuri, 1980). Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup memerlukan energi, tumbuhan juga. Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen kan menghasilkan energi. Karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada sel (jasin, 1989). Kandungan katalis disebut juga enzim, sangat penting untuk siklus reaksi respirasi (sebaik baiknya proses respirasi ). Beberapa reaksi kimia membolehkan mencampur dengn fungsi
dari enzim memperbat enzim atau dengan mengkombinasi dengan sisi aktifnya. Penggunaan ini akan dapat dilihat hasilnya pada inhibitor dari aktivitas enzim (mertens, 1966). Sistem pernapasan adalah pertukaran gas O 2 dan CO2 dalam tubuh organisme dan bertujuan mendapatkan energi. Alat respirasi pada berbagai hewan berbeda-beda. Pada hewan tingkat rendah O2 langsung berdifusi melalui permukaan tubuh, pada serangga adalah trakea, kalajengking dengan paru-paru buku, ikan dengan insang, katak dengan paru-paru, kulit dan rongga mulut, reptile dengan paru-paru, dll (panduan primagama). Respirasi juga terjadi pada manusia yang disebut dengan pernapasan. Proses menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Respirasi pada manusia bisa memiliki gangguan seperti penyakit infeksi saluran pernapasan akut atau yang disebut juga (ISPA), hal ini merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada anak balita. Untuk mencegahnya bisa digunakan sanitasi rumah, yaitu usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap struktur fisik, dimana orang menggunakan sebagai tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana tersebut antara lain ventilasi, suhu, kelembapan, padatan hunian, penerangan alami, kontruksi bangunan, sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan kotoran manusia dan penyediaan air bersih ( nindya, sulistyorini, 2005). Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 2.2.1 Respirasi Aerobik (aerob) Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk mendapatkan energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara sederhana dapat dituliskan: C6H12O6 + 6H2O >> 6H2O + 6CO2 + 675 kal Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat dibedakan menjadi 3 tahapan yaitu glikolosis, siklus krebs dan transport elektron (syamsuri, 1980). a. Glikolisis Kata “glikolisis” berarti “menguraikan gula” dan itulah yang tepatnya terjadi selama jalur ini. Glukosa, gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula berkarbon tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom sisanya disusun ulang untuk membuat dua molekul piruvat (champbell, 2002) NADH merupakan sumber elektron berenergi tinggi, sedangkan ATP adalah persenyawaan berenergi tinggi. Selama glikolisis dihasilkan 4 molekul ATP, akan tetapi 2 molekul ATP diantaranya digunakan kembali untuk berlangsungnya reaksi-reaksi yang lain sehingga tersisa 2 molekul ATP yang siap digunakan untuk tubuh. Seluruh proses glikolisis ti dak memerlukan oksigen. Reaksi glikolisis terjadi di sitoplasma (di luar mitokondria). Hasil akhir sebelum memasuki siklus krebs adalah asam piruvat. Ada yang membedakan tahap ini menjadi dua yaitu glikolisis dan dekarbosilasi oksidatif. Glikolisis mengubah senyawa 6C menjadi senyawa 2C pada hasil akhir glikolisis. Yang dimaksud dekarbosilasi oksidatif adalah reaksi asam piruvat diubah menjadi asetil KoA (syamsuri, 1980_. b. Siklus krebs
Glikolisis melepas energi kurang dari seperempat energi kimiawi yang tersimpan dalam glukosa, sebagian besar energi itu tetap tersimpan dalam dua molekul piruvet. Jika ada oksigen molekuler, piruvat itu memasuki mitokondria dimana enzim siklus krebs menyempurnakan oksidasi bahan bakar organiknya (champbell, 2002) Memasuki siklus krebs, asetil KoA direaksikan dengan asam oksaloasetat (4C) menjadi asam piruvat (6C). selanjutnya asam oksaloasetat memasuki daur menjadi berbagai macam zat yang akhirnya menjadi asam oksalosuksinat. Dalam perjalanannya, 1C (CO 2) dilepaskan. Pada tiap tahapan, dilepaskan energi dalam bentuk ATP dan hidrogen. ATP yang dihasilkan langsung dapat digunakan. Sebaliknya, hidrogen berenergi digabungkan dengan penerima hidrogen yaitu NAD dan FAD, untuk dibawa ke sistem transport elektron. Dalam tahap ini dilepaskan energi, dan hidrogen direasikan dengan oksigen membentuk air. Seluruh reaksi siklus krebs berlangsung dengan memerlukan oksigen bebas (aerob). Siklus krebs berlangsung didalam mitokondria (Syamsuri, 1980). c. Sistem Transpor ELektron Energi yang terbentuk dari peristiwa glikolisis dan siklus krebs ada dua macam. Pertama dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi, yaitu ATP atau GTP (Guanin Tripospat). Energi ini merupakan energi siap pakai yang langsung dapat digunakan. Kedua dalam bentuk transport elektron, yaitu NADH (Nikotin Adenin Dinokleutida) dan FAD (Flafin adenine dinukleotida) dalam bentuk FADH 2. Kedua macam sumber elektron ini dibawa kesistem transfer elektron. Proses transfer elektron ini sangat komplek, pada dasarnya, elektron dan H + dan NADH dan FADH 2 dibawa dari satu substrak ke substrak yang lain secara berantai. Setiap kali dipindahkan, energi yang terlepas digunakan untuk mengikatkan fosfat anorganik (P) kemolekul ADP sehingga terbentuk ATP. Pada bagian akhir terdapat oksigen sebagai penerima, sehingga terbentuklah H2O. katabolisme 1 glukosa melalui respirasi aerobik menghasilkan 3 ATP. Setiap reaksi pada glikolisis, siklus krebs dan transport elektron dihasilkan senyawa – senyawa antara. Senyawa itu digunakan bahan dasar anabolisme (Syamsuri, 1980). 2.2.2 Respirasi Anaerobik (Anaerob) Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik menggunakan senyawa tertentu misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat hidrogen dan membentuk asam laktat atau alcohol. Respirasi anaerobik terjadi pada jaringan yang kekurangan oksigen, akan tumbuhan yang terendam air, biji – biji yang kulit tebal yang sulit ditembus oksigen, sel – sel ragi dan bakteri anaerobik. Bahan baku respirasi anaerobik pada peragian adalah glukosa. Selain glukosa, bahan baku seperti fruktosa, galaktosa dan malosa juga dapat diubah menjadi alkohol. Hasil akhirnya adalah alcohol, karbon dioksida dan energi. Glukosa tidak terurai lengkap menjadi air dan karbondioksida, energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi aerobik. Reaksinya : C6H12O6 Ragi >> 2C2H5OH + 2CO 2 + 21Kal Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan. Bahkan bakteri anaerobik seperti klostidrium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat hidup jika berhubungan dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika luka tertutup sehingga member kemungkinan bakteri tambah subur (Syamsuri, 1980). BAB III METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tabung reaksi dan raknya, sekrup, termometer dan pipet tetes. 3.1.2 Bahan Bahan yang dibutuhkan antara lain phenolred, kertas saring dan kertas tissue, kecambah kacang hijau, larutan gula dan jangkrik serta batu. 3.2 Cara Kerja 3.2.1 Respirasi pada makhluk hidup Tabung reaksi sebanyak 5 buah diletakkan pada rak dan masing – masing diisi dengan 20 tetes phenol red. Sekrup dimasukkan sampai menyentuh dasar tabung reaksi. Kemudian member tanda tabung reaksi 1 sampai 5. Tabung reaksi 1 diisi 25 kecambah kacang hijaun, tabung reaksi 2 diisi 25 kacambah kacang kedelai, tabung reaksi 3 diisi 3 ekor jangkrik, tabung reaksi 4 diisi kerikil secukupnya, tabung reaksi 5 diisi dengan kertas tissue yang dicelupkan kelarutan gula. Setelah itu tabung reaksi ditutup dengan kertas saring dan diikat dengan karet gelang. Lalu di tunggu beberapa menit dan dicatat tabung reaksi mana yang lebih dulu terjadi perubahan warna dari merah menjadi kuning. 3.2.2 Respirasi Menghasilkan Panas Tabung reaksi sebanyak 3 buah diletakkan pada rak dan diberi tanda tabung reaksi 1 sampai 3. Tabung reaksi di isi kecambah kacang hijau segar setengah bagian. Tabung reaksi 2 diisi kacang hijau segar seperempat bagian. Tabung reaksi 3 diisi kecambah kacang hijau yang telah direbus setengah bagian. Kemudian tabung reaksi ditutup dengan sumbat karet yang telah disisipi thermometer. Mengikuti perubahan dan mencatat kenaikan suhu yang terjadi setiap 3 menit dalam 30 menit. BAB VI DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan 4.1.1 Respirasi pada Makhluk Hidup Isi Tabung Tabung 1 (Kecambah kacang hijau) Tabung 2 (Kecamba kacang kedelai) Tabung 3 (Jangkrik) Tabung 4 (Kerikil) Tabung 5 (Tisu dicelup larutan gula)
Perubahan Warna Merah menjadi Kuning Merah menjadi Kuning Merah menjadi Kuning Tidak berubah Tidak berubah
Waktu 25 menit 22 menit 20 menit -
4.1.2 Respirasi menghasilkan panas Menit ke No Tabung
3
Kenaikan Suhu ( C ) Setiap 3 Menit ke Depan 6 9 12 15 18 21 24 27
30
I (Kecambah Kacang Hijau) II (Kecambah Kacang Hijau 1/4 bagian) III (Kecambah Kacang Hijau direbus 1/2 Bagian)
34
35
35.5 35.5
32 32.5
33
33
31
32
32
32
36
36
37
37
33.5 34 34.5 34.5 32
32
32
32
37.5 38 35
35
32
32
4.1.1 Respirasi Menghasilkan panas dalam bentuk grafik
4.2 pembahasan 4.2.1 respirasi pada makhluk hidup Pada percobaan ini menguunakan 5 buah tabung yang diletakkan dalam raknya. Masingmasing tabung diisi dengan 20 tetes phenol red, fungsinya adalah sebagai indikator untuk melihat perubahan warna. Menjadi kuning, membuktikan adanya respirasi. Setelah itu masing-masing tabung diisi dengan sekrup sampai ke dasar tabung, fungsinya untuk mencegah bahan praktikum agar tidak tercelup ke dalam phenol red. Masing-masing tabung diberi tanda. Tabung reaksi I diisi dengan 15 kecambah kacang hijau, disini kacang hijau berfungsi sebagai bahan yang akan dibuktikan respirasinya pada subjek tumbuhan. Tabung reaksi II diisi denngan 15 kacang kedelai, fungsinya sama dengan kecambah kacang hijau, hanya saja pada kedelai volumenya lebih besar dibandingkan dengan kacang hijau,hal ini digunakan untuk membuktikan bahwa semakin besar individu itu maka lebih cepat mengubah warna phenolnya menjadi kuning dan itu membuktikan bahwa individu itu lebih banyak dan lebih cepat menghirup udara. Tabung reaksi III diisi dengan jangkrik, jangkrik berfungsi sebagai bahan yang akan dibuktikan respirasinya pada hewan. Praktikum ini menggunakan kecambah dan jangkrik bertujuan untuk membandingkan antara respirasi hewan dengan tumbuhan. Tabung reaksi IV diisi dengan kerikil, dan tabung reaksi V diisi dengan kertas tissu yang telah dicelupkan dalam air gula. Kedua bahan ini digunakan untuk membuktikan proses respirasi pada benda mati, yang ternyata tidak mengalami perubahan warna pada phenol rednya. Hal ini dikarenakan benda mati tidak mengalami proses respirasi. Kemudian tabung reaksi ditutup dengan menggunakan alumunium foil, sebagai alat yang menghindarkan bahan praktikum dari pengaruh lingkungan. Kemudian alumunium foil itu diikat dengan karet gelang agar tidak mudah lepas. Setelah ditunggu beberapa menit,phenol red yang lebih dulu berubah warna adalah tabung III atau tabung yang berisi jangkrik, karena jangkrik beraktivitas lebih banyak daripada yang lain sehingga membutuhkan udara lebih banyak dan proses respirasinya lebih cepat. Setelah itu tabung reaksi II yang berisi kecambah kacang kedelai, dan disusul dengan tabung reaksi I yang berisi kacang hijau. Penyebabnya adalah volume kedelai lebih besar daripada kacang hijau sehingga proses respirasinya lebih cepat kacang kedelai. Pada respirasi jangkrik, dia menggunakan pembuluh darah terbuka untuk mengikat oksigen. Dia juga menggunakan indoskeleton sebagai pengganti hemoglobin.
Mekanisme respirasi hewan jangkrik yaitu corong hawa (trakea) adalah alat pernafasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada dikerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, yang terletak berpasangan pada setiap sekmen tubuh. Spirakel mempunyai tutup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan menutup saat beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dan spirakel menuju pembuluh – pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus. Sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis titin, terisi cairan dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel – sel tubuh. Trakeolus mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler. Pada sistem pengangkutan pada vertebrata. Mekanisme pernapasan pada serangga ini, misalnya belalang adalah : jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea menyerpi sehingga udara kaya CO2 keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea kembali pada volume semula. Sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan diluar sebagai akibatnya udara diluar yang kaya oksigen masuk ke trakea, sistem trake berfungsi mengangkut oksigen dan mengedarkan keseluruh tubuh, sebaliknya mengangkut karbondioksida hasil respirasi dikeluarkan dalam tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan tidak mengangkut gas. Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan. Mekanisme respirasi tumbuhan memberi manfaat pada tumbuhan. Manfaatnya terlihat pada respirasi dimana terjadi pemecahan senya organik, dari proses pemecahan tersebut maka dihasilkan senyawa antara yang penting sebagai “building block” merupakan senyawa yang penting dalam tubuh. Senyawa tersebut meliputi, asam amino, untuk protein nukleotida, untuk asam nukleat dan prazat karbon untuk pigmen profirin (seperti klorofil dan sitokinin), lemak, steron,karotenoit, pigmen flafonoit. Seperti antosianin dan senyawa aromatik tertentu lainnya seperti likmin. Telah diketahui hasil akhir dari respirasi adalah CO 2 dan H2O, terjadi bila substrat secara sempurna dioksidasi. Namun bila berbagai senyawa diatas terbentuk substrat awal respirasi tidak seluruhnya diubah menjadi CO 2 dan H2O. 4.2.2 Respirasi menghasilkan panas Tabung reaksi diletakkan pada raknya dan diberi tanda. Tabung reaksi I diisi kecambah kacang hijau besar setengah bagian, sedangkan tabung reaksi II diisi kecambah kacang hijau segar setengah bagian tujuannya adalah untuk membuktikan ss emakin besar volume individu, maka semakin besar pula panas yang dihasilkan. Tabung III diisi dengan kacang hijau yang telah direbus setengah bagian. Setelah itu tabung reaksi ditutup dengan sumbat karet dan disisipi denga termometer, fungsinya untuk mengetahui suhu dan atau kenaikannya karena yang dicari adalah pembuktian bahwa respirasi menghasilkan panas. Tabung yang mengeluarkan suhu yang paling tinggi adalah tabung yang no I karena volume kecambah didalamnya lebih besar dibanding kecambah pada tabung no II yang dipotong tiga perempat bagian. Sedangkan pada tabung ketiga yidak mengalami kenaikan suhu karena kecambah didalamnya tidak mengalami respirasi lagi disebabkan sel – sel didalamnya telah mati setelah melalui proses perebusan. BAB V KESIMPULAN
Respirasi pada makhluk hidup, jika semakin besar volume organisme maka respirasi yang berlangsung semakin cepat. Begitu juga organisme yang memiliki struktur tubuh kompleks,
akan lebih cepat. Respirasi menghasilkan panas. Sedangkan benda mati tidak melangsungkan respirasi saat dipanaskan. DAFTAR PUSTAKA
Syamsuri, Istamar.1980. “Biologi SMA”. Erlangga:Jakarta Jasin,Maskoeri.1989. “Biologi Umum Untuk Perguruan Tinggi”. Bina Pustakatama:Surabaya Champbell, N.A,dkk.2002. “Biologi”. Edisi lima Jilid satu. Erlangga:Jakarta Nindy, Triska Sulisa,dkk. 2005. “Hubungan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran pernapasan Akut (ISPA) Lingkungan, vol 2 No 1
pada
anak
balita”.Jurnal
Kesehatan
Mertens, Thomas R, dkk.1966. “Laboratory Exercises in the principles of biology”. Burgess publishing company:Indiana