RESENSI BUKU LOKASI DAN POLA RUANG “ ELEMEN TATA RUANG KOTA”
DI SUSUN OLEH :
AgustinaF 231 17 001 Putri Anggraeni Saleh
F 231 17 012
Fahrul Pratama F 231 17 013 Maulana Gifary F 231 17 014 Yayang Eka Putri
F 231 17 015
Stevani Grace Purba F 231 17 017 Yuni Fransiska F 231 17 019 Mirna Liza Shafitri
F 231 17 021
Ayu Nadia Lestari
F 231 17 022
Lita Aprilian
F 231 17 025
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS TADULAKO 2018
Resensi Buku Elemen Tata Ruang Kota
I. Data Buku / Identitas Buku Judul buku: ELEMEN TATA RUANG KOTA Penulis : Rinaldi Mirsa Kategori buku : Buku Pengetahuan Penerbit : Graha Ilmu Tahun terbit : 2011 Cetakan pertama : 2012 ISBN: 978-979-756-809-2 Tebal Buku : 124 Halaman Jenis kertas: Cover : Dimensi : 16x 23 cm
II. Judul Resensi buku
III. Ikhtisar Isi Buku
Bab 1 Pendahuluan
Membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan
Bab 2 Pengertian kota
Pada buku ini membahas tentang bebagai pengertian kota baik secara umum, menurut para ahli ,dan dimana kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan yang lebih luas .serta beberapa ciri fisik kota yang menjadi ciri khas bentuk kota dan beberapa ciri kehiduan kota .
Bab 3 Pola dan Pertumbuhan Kota
Dari buku ini kita dapat mengetahui cara pandang sistem dikatakan oleh Doxiadis(1968:109) bahwa secara sitematik pola kota atau pemukiman terdiri dari empat unsur-unsur.kota-kota tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh berbagai faktor dan kekuatan.perekembangan kota dapat dilihat dalam dua cara yaitu:perkembangan kota menurut asal pertumbuhan dan perkembangan kota menurut arah pertumbuhan. Selain itu disini kita dapat mengetahui pola kota yang dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yang berbeda sehingga kita dapat menghasilkan amatan yang berbeda pula,seperti halnya saat kita melihat kota dalam bentuk sebaran-sebaran yang terdapat pada kota tersebut .
Bab 4 Pembangunan
Seperti yang kita ketahui sumber daya alam bersifat terbatas ,sedangkan jumlah penduduk dan pola hidup kian meningkat sehingga memerlukan sumber daya alam semakin banyak. Pada Hakikat pembangunan adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang mencakup berbagai hal. Dengan membaca buku ini kita dapat mengetahui bagaimana proses pembangunan berencana yang pada dasarnya pembangunan disini mengandung unsur perubahan yang besar misalnya pembangunan yang berada di kota-kota
besar yang lebih mementingkan aspek keindahan arsitektur dan efisiensi lahan bangunan rumah,daripada dampak atau efek yang ditimbulkan dimasa yang akan dating .dan disini kita dapat mengetahui terdapat beberapa hal yang sangat berpengaruh negative pada pembangunan itu sendiri contohnya : mengatasi urbanisasi,proses urbanisasi tersebut berlangsung di bawah tekanan struktur kekuasan ekonomi dan politik global,fungsi kota sebagai “agent of develo pment” terutama dalam kaitanya dengan
transfortasi masyarakat tradisional menjadi
modern dan dari rural menjadi industrial, ancaman yang dating dari perubahan system ekologis maupun local.
Bab 5 Partisipasi dan Pemberdayaan
Pada Bab 5, buku ini membahas tentang partisipasi dan pemberdayaan. Partisipasi dapat dilihat sebagai suatu cara untuk mencapai hasil akhir atau dapat pula dilihat sebagai hasil akhir itu sendiri. Sebagai hasil akhir kehadiran partisipasi masyarakat dibutuhkan pandangan terkait dengan teori lingkungan tempat tinggal (neighbourhood) atau
demokrasi tempat kerja yang
timbul akibat ketidakpuasan terhadap Negara Demokrasi. Partisipasi masyarakat biasanya lebih dipertimbangkan sebagai alat untuk menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, baik politis maupun kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pembangunan fisik. Partisipasi dapat memenangkan perdebatan dalam kata-kata, melampaui retorika, namun kesuksesan dari hasil partisipasi masyarakat ini belum banyak buktin ya. Partisipasi yang dimaksud yakni upaya pemberdayaan (empowerment). Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengonntrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. The Gulbenkian Foundation mengidentifikasi tingkatan community work yang menggambarkan cakupan komunitas yaitu : -
Grass root (neighbourhood work)
-
Local agency dan inter-agency work.
-
Regional dan national community planning work.
Upaya pemberdayaan pada level komunitas Rothman (1995) menggambarkan bahwa proses pemberdayaan masyarakat melalui intervensi komunitas dapat dilakukan melalui beberapa model atau pendekatan intervensi, seperti pengembangan masyarakat local, perencanaan dan kebijakan social dan aksi social. Perencanaan
yang
berbasis
pada
kemasyarakatan
dalam
proses
pembangunan,karena
pembangunan yang berbasis masyarakat akan lebih menngakomodir penggunanya (masyarakat).
Bab 6 Penataan Ruang
Di Bab 6 ini membahas mengenai Penataan ruang. Tata ruang itu sendiri menurut UU No. 24 Tahun 1992 adalah wujud struktural dari pola pemanfaatan ruang yang direncanakan maupun tidak. Menurut UU No. 22 Tahun 1999, tata ruangadalah mengenai penetapan kawasan perkotaan selain kawasan perkotaan yang berstatus daerah kota, penetapan tersebut terdiri dari Daerah Kabupaten, Kawasan Perkotaan Baru yang merupakan hasil Pembangunan yang mengubah kawasan pedesaan menjadi kawasan perkotaan, dan kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan sebagai daerah satu kesatuan social, ekonomi dan fisik perkotaan. Penataan ruang tentunya memiliki prinsip-prinsip yang telah melekat, yakni : -
Pengambilan keputusan untuk menentukan pilihan
-
Suatu penetapan pengalihan sumber daya
-
Suatu penetapan dan usaha pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan
Suatu pencapaian keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang, yaitu : -
Dapat membuat perkiraan yang baik dan menjabarkannya dalam suatu penjadwalan yang berurutan (sequential) sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang mendukungnya.
-
Pelaksanaan penahapan untuk mencapaitujuan masa mendatang disusun dalam urutan kegiatan yang logis, rasional dan tertata secara bertahap dan berurutan.
Dalam penataan ruang kota ada tiga hal yang perlu diperhatikan sebagai guidelines dalam menata ruang, antara lain adalah : -
Perencanaan Tata Ruang Rencana tata ruang disusun secara perspektif menuju keadaan masa depan yang diharapkan. Agar rencana yang disusun sesuai dengan yang diharapkan maka rencana tata ruang tersebut dapat ditinjau kembali dan atau disempurnakan secara berkala.
-
Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan ruang adalah rangkaian program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang.
-
Pengendalian Pemanfaatan Ruang Rencana
tata
ruang
dilakukan
pengendalian
melalui
penertiban
pemanfaatan
ruang.Pengawasan yang dimaksud adalah usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.Penertiban dalam ketentuan ini adalah usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud sesuai dengan ketetapan.
Bab 7 Massa Pembangunan
Di Bab 7, menurut Tranycik (1986) terdapat 3 elemen dasar unsur pembentuk kawasan kota sekaligus berfungsi sebagai wadah suatu aktivitas, yakni : Solid/padat, Void/terbuka, dan Linkage/Jalur. Elemen solid yang bersifat massif, void adalah open space/ruang terbuka dan linkage adalah jejalur/jalan yang merupakan jaringan yang menghubungkan antarfungsi utama atau antarfungsi kegiatan yang membentuk struktur kota.
Bab 8 Jalan/Linkage
Pada Bab 8, dijelaskan bahwa jalan adalah salah satu elemen pembentuk pola blok suatu kawasan kota. Jalan juga bisa disebut sebagai ruang yang terletak di antara blok-blok kawasan kota atau lorong-lorong ruang public yang membuat suatu jaringan.
Elemen sirkulasi urban design merupakan alat yang sangat menentukan struktur lingkungan urban, karena dapat membentuk, mengarahkan dan mengontrol pola aktivitas dalam kota. Teknik perancangannya meliputi tiga prinsip utama, yaitu : A. Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka visual yang positif. B. Jalan harus mampu memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat lingkungan tersebut terbaca secara normatif. C. Sektor public dan privat harus membina hubungan untuk dapat mencapai sasaran-sasaran tersebut sehingga akan tercapai suatu hubungan yang saling menguatkan dan saling mendukung dalam setiap program kegiatan.
Ruang jalan memiliki klasifikasi yang harus jelas sehingga dapat dengan mudah dibedakan fungsi dan penggunaanya secara terperinci baik dan benar.Jalan bukanlah sebuah jalur kendaraan bermotor saja, tetapi tempat interaksi setiap orang yang menggunakannya dan karenanya jalan adalah ruang publik. Pedestrian dalam bahasa inggris sebagai kata benda, berarti orang yang berjalan kaki. Fungsi dari jalur pedestrian ini sangat penting bagi pejalan kaki serta jalur pedestrian ini merupakan salah satu elemen yang berpengaruh di dalam perencanaan tata ruang kota. Adanya jalur pedestrian juga memiliki fungsi tertentu yaitu untuk menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pejalan kaki ketika menyusuri jalan-jalan yang ramai dan padat sehingga tidak tercampur dengan kendaraan nonmesin ataupun kendaraan bermesin, baik beroda dua, empat atau lebih. Jalur pedestrian memiliki beberapa tipe yang digunakan oleh pejalan kaki, baik itu di dalam maupun di luar bangunan, namun yang sangat berpengaruh dalam penataan ruang adalah yang berada di luar bangunan. Menyeimbangkan ruang jalan merupakan masalah perancangan sekaligus masalah manajemen, karena hal tersebut dapat dicapai dengan membuat perubahan fisik dalam suatu jalan, atau dengan mengubah regulasi yang mengendalikan fungsi jalan. Hal yang harus diperhatikan adalah rasa aman, nyaman, tidak terhalang, adanya jalur pemandu yang memberikan panduan arah atau tempat tertentu bagi pejalan kaki dan penyandang cacat.Ukuran jalur pedestrian minimum 120 cm untuk jalur searah dan 160 cm untuk jalur 2 arah.Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-rambu dan benda pelengkap jalan
yang menghalangi.Permukaan jalur pedestrian harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin, harus dihindari adanya gundukan dan sambungan di atas permukaan.
Bab 9 Kota dan Ruang Terbuka
Bab 9 ini membahas tentang pengertian Kota dan Ruang Terbuka. Jenis formal , yang dibentuk oleh facade bangunan dan pelataran kota disebut urban space (ruang kota), sedang yang natural (informa) yang menyajikan alam (nature) didalam atau di sekeliling kota disebut open space (ruang terbuka). Pengertian ruang kota diperluas tidak hanya yang terbentuk oleh bangunan (massa) melainkan juga yang terbentuk oleh alam (pohon, tebing, sungai dan sebagainya), pembicaraan mengenai ruang kota akan mencakup keduanya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kota. Pengertian OPEN SPACE/ruang terbuka untuk perencanaan, adalah meliputi beberapa macam seperti taman sungai, jalan umum, airport, bangunan umum,plaza, greenbelt, jalan, pendestrian dan sebagainya. Semuanya terjalin dan membentuk suatu struktur, yang merupakan kerangka pengembangan. Oleh karenanya, penataan bentuk dan polanya harus memulai perancangan yang matang.
Bab 10 Tata Guna Tanah (Land Use) dan Lingkungan
Pada Bab 10, buku ini membahasa tenbtang kualitas lingkungan dan tata guna lahan. Dimana kedua hal itu adalah bagaikan dua keping mata uang logam. Pola tata guna lahan akan mempengaruhi kualitas udara dan air dalam banyak cara, dari pembangunan wilayah yang kritis atau memiliki kualitas lingkungan yang rusak sampai dengan emisi kendaraan para komuter. Perlindungan lingkungan diawali dengan mengfokuskan solusi rekayasa sampai manajemen polui daripada perencanaan tat guna lahan untuk mengurangi sumber polusi. Program-program pengolahan udara mengidentifikasi bahwa perjalanan kendaraan yang berlebihan disebabkan karena ketidakefisien pola tata gua lahan yang memiahkan rumah, kantor atau tempat kerja.
Menurut Weisman dalam Merry (2001), ada 3 komponen yang mempengaruhi interaksi antar manusia dengan lingkungannya, yaitu: -
Individu, manusia yang menggunakan setting fiik dengan tujuan tertentu.
-
Setting fisik, lembaga atau institusi dimana individu melakukan aktivitas.
-
Organisasi, lembaga atau institusi dimana individu melakukan tu gasnya. Hubungan antara ketiga komponen tersebut,untuk mendapatkan atribut lebih lanjut oleh
Widley dan Scheidt dalam Weisman, bahwa sebagai kebutuhan aktivitas
atau kelengkapan
lingkungan, dibutuhkan adalah : -
Kenyamanan
-
Aksebilitas
-
Legibilitas
-
Kontrol
-
Teritorialita
-
Keamanan
Land Uses bisa dijadikan daar untuk membangun kembali dan merencanakan fungi baru dari suatu bangunan yang akan dibuat, yaitu denga cara menggabungkan atau mengurangi lot-lot bangunan Penatagunaan tanah berdasarkan PP No.16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah adalah sama dengan pola pengolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah
yang
berwujud
konsolidasi
pemanfaatan
tanah
melalui
peraturan
kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan secara adil. Penggunaan tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang merupakan bentukan alami maupun buatan manusia. Pemanfaatan tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan nilai tambah tanpa mengubah wujud fisik penggunaan tanah Penatagunaan tanah bertujuan: -
Mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai kebutuhan kegiatan pembangunan yang sesuai Rencana Tata Ruaang Wilayah.
-
Mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah agar sesuai dengan arahan fungi kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.
-
Mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, penggunanaan dan pemanfaatan tanah
-
Menjamin kepastian hukum untuk menguasai, menggunakan dan memanfaatkan tanah bagi mayarakat.
Penatagunaan tanahdiselenggarakan terhadap: -
Bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya baik yang sudah atau belum terdaftar
-
Tanah negara
-
Tanah ulayat masyarakat hukum adat
Pengertian kapling dalam bahasa Indonesia adalah persil tanah, petak dengan ukuran tertentu untuk perumahan. Blok kawasan terdiri dari susunan kapling-kapling. Kapling dan blok merupakan elemen awal pembentukan kota. Menurut Suwarno (2002) bentuk kapling bangunan biasanya empat persegi panjang, karena bentuk ini paling mudah untuk dimanfaatkan. Sedangkan menurut Chiara dalam Soewarno (2002) bentuk kapling dapat dipengaruhi juga oleh kondisi topografi kawasan, lay out jalan dan kondisi setempat. Menurut Primpto, CL, and Newman, Oscar dalam Umezu (2001), karena adanya perubahan fungsi dan kepemilikan kapling mengalami perubahan-perubahan antara lain sebagai berikut : -
Pembagian, yaitu proses yang pada awalnya satu kapling menjadi dua kapling
-
Pemisahan, yaitu proses pada awalnya dua kapling tetapi tanpa pembatas yang jelas. Kemudian diperjelas dengan pembatas yang tegas, sehingga batas kepemilikan menjadi jelas
-
Perpindahan, yaitu proses perpindahan lokasi kapling yang bersebelahan
-
Penghapusan, yaitu hilangnya sebuah kapling yang bersebelahan yang bergabung menjadi sebuah kapling
-
Pertukaran, yaitu proses terjadinya pertukaran kapling yang saling bersebelahan
-
Penambahan, yaitu suatu proses yang pada awalnya dua kapling kemudian menjadi tiga kapling di mana hanya satu kapling saja yang terbagi
-
Pengurangan, yaitu pengurangan dimensi luasan pada sebuah kapling
Bab 11 Standar Kebutuhan Sarana Kota
Pada Bab terakhir, buku ini menyuguhkan standar kebutuhan sarana kota. Perencanaan sebuah kawasan kota memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar dalam perencanaan tersebut memiliki standardisasi dan akurasi yang baik. Beberapa standar yang dapat dijadikan acuan untuk kebutuhan sarana pemukiman untuk beberapa fasilitas yang dibagi kedalam jenis-jenis fasilitas tersebut, yaitu : 1. Standar Kebutuhan Sarana Pemukiman Terdiri dari tabel-tabel yang membahas tentang sebuah perbandingan jumlah penduduk dan luas dari masing-masing fasilitas, yang dapat dijadikan acuan untuk pemenuhan sebuah sarana pemukiman. Fasilitas-fasilitas yang dimaksud yaitu Fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH)/ Ruang, Fasilitas Pendidikan, Fasilitas Kesehatan, Fasilitas Ibadah, Fasilitas Sosial, Fasilitas Hiburan, Fasilitas Pelayanan Pemerintahan, Fasilitas Komersial, Fasilitas Sosial lainnya, dan fasilitas-fasilitas lainnya 2. Standar Perencanaan Jalan Menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan yang dipakai ketika ingin membangun jalan. Hal-hal yang dibahas yaitu tentang Sistem Perencanaan Jaringan Jalan, dan Fungsi Klasifikasi Jalan. 3. Standar Perencanaan Terminal Angkutan Umum Yaitu membahas tentang jenis-jenis terminal angkutan umum, penentuan lokasi terminal, ketentuan dasar dalam perencanaan, dan kriteria perencanaan terminal. 4. Standar Pengaturan Parkir dan Vegetasi Membahas tentang pengertian parkir, jenis-jenis parkiran, dan ketentuan ukuran lahan parkir. Juga pengertian vegetasi, dan jenis-jenis vegetasi. 5. Standar Kebutuhan dan Tingkat Pelayanan Air Bersih Membahas tentang ketentuan ukuran pipa dan standar pemenuhan air bersih. 6. Standar Perencanaan Prasarana Drainase Membahas tentang standar kebutuhan drainase, jenis saluran pembuangan dan juga model dari saluran pembuangan tersebut. 7. Standar Perencanaan Prasarana Pengolahan Air Limbah
Membahas tentang kriteria air limbah, volume air limbah, kriteria pengumpulan dan pengaliran, kriteria pembuangan akhir dan pengolahan 8. Standar Perencanaan Prasarana Pengolahan Sampah Membahas tentang karakteristik sampah, dan kriteria kebutuhan peralatan pengolahan sampah. 9. Standar Hidrant dan Sarana Pemadam Kebakaran Membahas tentang guna dan tata letak hidrant. 10. Standar Pembangunan Menara Telekomunikasi Membahas tentang kriteria kawasan menara telekomunikasi 11. Standar Pembangunan Gardu Membahas tentang kriteria serta kebutuhan gardu listrik
IV. Kelebihan dan Kekurangan Buku -
Kelebihan
Untuk membantu mahasiswa teknik perencanaan untuk memahami elemen tata ruang kota. Elemen kota sendiri merupakan unsur penting yang ikut menentukan perkembangan dari sebuah kota dalam menentukan perletakan dan pemanfaatannya. Di dalam buku ini terdapat unsur unsur utama, standar" minimal dalam penyediaan sarana dan prasarana perkotaan.
- Kekurangan Buku ini susah di dapatkan di toko-toko buku terdekat. Dan contoh gambar dari buku ini kurang, serta beberapa contoh tidak berwarna sehingga agak membosankan.
V. Kesimpulan Buku ini menarik untuk dibaca atau dipelajari untuk mahasiswa perencanaan wilayah dan kota. Karena info mengenai kota di dalam buku ini sangat lengkap, apalagi dilengkapi dengan tabel – tabel yang dapat membatu kita untuk lebih mudah memahami materi yang dipaparkan. Buku ini sangat tepat dan bagus untuk dijadikan sebagai sumber belajar dan juga referensi untuk belajar.