DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................ Isi................................................................... ............................................. ............................................. ........................... .... i Bab I Pendahuluan .......................................................... ................................................................................ .......................................... .................... 1 Bab II Originalitas Ide Dan Koteks Sosialnya .......................................... .......................................................... ................ 2 Bab III Perangkat Yang Dibutuhkan Untuk Melakukan Inovasi .............................. .............................. 4 Bab IV Ide Turunan Dan Konteks Sosialnya ......................... ............................................... ................................... ............. 5 Bab V Kesimpulan dan saran ....................... .............................................. .............................................. ...................................... ............... 6 Bab VI V I Daftar Pustaka ........................................................... ................................................................................. ................................... ............. 7
i
BAB I
PENDAHULUAN
Serangga dikatakan hama apabila serangga tersebut mengurangi kualitas dan kuantitas bahan makanan, pakan ternak, tanaman serat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan dalam penggunaanya serta dapat bertindak sebagai vector penyakit pada tanaman, binatang dan manusia. Salah satu serangga yang dianggap sebagai hama budidaya yang cukup mempengaruhi budidaya yakni ulat grayak ( spodoptera litura).Hama S. litura F. merupakan hama yang bersifat polifag atau dengan kata lain memiliki banyak inang dari berbagai jenis tanaman holtikultura, tanaman pangan, tanaman industri sehingga agak sulit untuk dikendalikan . Strategi untuk pengendalian hama yang efektif yakni dengan mempelajari karakteristik dari hama tersebut dengan seksama. Beberapa jenis tumbuhan telah diketahui berpotensi sebagai pestisida nabati karena mengandung senyawa bioaktif antara lain alkanoid, alkenyl fenol, flaf onoid, saponin, tannin dan terpenoid. Salah satunya ialah Plucheaindica yang disebut oleh masyarakat sebagai daun beluntas.Ekstrak daun beluntas dengan konsentrasi 90% merupakan konsentrasi ekstrak daun beluntas yang sangat efektif sebagai insektisida pengontrol perkembangan larva nyamuk. Daun dan bunga beluntas ( P. indica) juga mengandung senyawa alkanoid, flavonoid, tanin, minyak atsiri, asam klorgenik, alumunium, magnesium dan fosfor. Sedanpada akar beluntas ( P. indica) mengandung senyawa flavonoid dan tanin.Didalam penelitian ini akan dikaji lebih lanjut tentang pengaruh ekstrak daun beluntas ( P. indica) sebagai insektisida nabati terhadap mortalitas larva S. litura F. dengan menggunakan daun Kailan ( Brassica Olerace) sebagai media pakan.
BAB II
1
ORIGINALITAS IDE DAN KOTEKS SOSIALNYA
Ide yang akan dibuat untuk menunjang penelitian tersebut dengan mengetahui efek toksisitas dari ekstrak daun P.indica terhadap mortaliltas larva S.litura F yang berlangsung selama 24 jam.Parameter yang diamati untuk menguji mortalitas dari larva nyamuk yang telah diberi ekstrak daun selasih yang diukur oleh GI ( Growth Index) dan RGI ( Relative Growth Index). Uji pengaruh ekstrak daun beluntas ( P. indica) terhadap mortalitas larva S. litura F. bertujuan untuk melihat dan mengidentifikasi pada konsentrasi berapakah yang menjadi ekstrak toksik pada larva, penentuan nilai LC 50 dari ekstrak daun beluntas yang dapat membunuh 50% dari larva uji yang hidup, perhitungan mortalitas , dan prosentase pembentukan pupa. Ekstrak terdiri dari 10- 90% sebanyak 3 kali ulangan.Langkah awal yang dilakukan dalam uji ini ialah disiapkan larva S. litura F. instar III dimasukkan ke dalam toples dengan masing-masing toples 20 ekor larva. Pengujian menggunakan metode residu. Daun kalian segar dipotong dan ditimbang lalu dicelupkan dalam ekstrak daun beluntas ( P. indica) hingga basah merata, kemudian dikeringkan yang digunakan sebagai makana larva [6]. Makanan diberikan setiap 24 jam sekali. Pengamatan dilakukan hingga mencapai masa pupa untuk data perkembangan. Hewan uji yang digunakan adalah larva nyamuk Anopheles aconitus instar I untuk uji pertumbuhan dan instar III untuk uji mortalitas. Larva diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRS) Salatiga. Daun selasih diperoleh dari sisa-sisa pemakaman dari pemakaman umum Bergota, dibersihkan dari ranting dan kotoran ikutan, kemudian dikering anginkan selama kurang lebih 3-4 hari. Kemudian daun selasiH kering di destilasi selama 2 jam hingga diperoleh ekstrak kasar (campuran air dan minyak), Ekstrak kasar inilah yang digunakan untuk pengujian. Untuk menguji pertumbuhan dari larva nyamuk dengan cara konsentrasi ekstrak yang diujikan adalah lima konsentrasi sub letal yaitu konsentrasi dibawah nilai LC50-48 jam dan kontrol. Setiap gelas berisi 60 ml bahan uji setiap konsentrasi perlakuan dan 20 ekor larva instar I. Untuk menguji mortalitas pada larva nyamuk adalah dengan cara pengujian erhadap mortalitas larva dan toksistas ekstrak dilakukan dengan uji hayati (bioassay) dalam 3 tahapan. Tahapan pertama adalah uji pendahuluan untuk menentukan kisaran konsentrasi ambang atas (LC95-24 jam) dan ambang bawah (LC5-48 jam). Tahapan kedua adalah uji toksisitas (LC50-48 jam) untuk mengetahui efektifitas ekstrak. Tahapan ketiga adalah uji mortalitas untuk
2
mengkaji bagaimana pola mortalitas larva nyamuk akibat pemberian ekstrak daun selasih. Semua tahapan uji hayati menggunakan lima tingkatan konsentrasi ekstrak dan satu kontrol. Untuk setiap konsentrasi perlakuan digunakan 20 ekor larva yang dimasukkan kedalam gelas berisi 60 ml larutan dengan berbagai konsentrasi perlakuan. Perhitungan tingkatan konsentrasi berdasarkan formulasi Hubert (1979). Perhitungan nilai toksisitas menggunakan Analisis Probit (Komisi Pestisida Pertanian, 1995).
BAB III
3
PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI
Perangkat yang dibutuhkan untuk melaksanakan ide tersebut ialah 1. Wadah yang digunakan untuk mengembangbiakkan larva ulat grayak 2. Alat untuk destilasi dari ekstrak daun beluntas 3. Wadah untuk tempat mengeringkan daun selasih yang telah diambil dari tempat pemakaman umum Bergota 4. Pipet tetes yang digunakan untuk mengambil cairan ekstrak daun beluntas 5. Alat untuk menangkap larva ulat grayak bisa menggunakan jaring atau saringan yang kecil.
BAB IV
4
IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA
1. Peluang keterwujudan Peluang keterwujudan suatu ide tersebut dapat mencapai 100 % apabila pe mbuatan ekstrak daun beluntas dapat dilakukan dengan benar, tidak dilakukan kesalahan dalam pengeringan daun beluntas yang telah dicuci untuk menghilangkan kotoran yang terdapat pada daun tersebut. Ketidakberhasilan aau keberhasilan percobaan berikut berhasil bisa diketahui dari beberapa referensi berupa jurnal penelitian yang mengangkat materi tentang uji mortalitas dan pertumbuhan pada larva ( spodoptera litura).
2. Nilai-nilai inovasi Nilai- nilai inovasi pada penelitian ini dapat terjadi sesuai mortalitas dan pertumbuhan pada larva ulat grayak yang diberi ekstrak daun beluntas yang mengandung metabolic sekunder 3. Perkiraan dampak Perkiraan dampak yang terjadi ialah :
Berdasarkan hasil uji mortalitas 24 jam terlihat antara konsentrasi 10% 20% dan 30% - 70% tidak ada beda nyata, sehingga pada konsentrasi ini pengaruh ekstrak antar konsentrasi tidak berpengaruh nyata atau signifikan, Sedangkan pengaruh nyata baru terlihat diantara kontrol dengan konsentrasi 80%-90% saja. Sehingga pada konsentrasi 80% dan 90% yang memiliki pengaruh paling tinggi terhadap mortalitas, sehingga pada konsentrasi tersebut menjadi satu kelompok yang paling mempengaruhi pada pola mortalitas larva S. litura, karena dapat membunuh hampir dari jumlah total larva uji. Sejalan dengan hasil uji tersebut seperti yang dikemukakan oleh [ yang menyebutkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diujikan, maka pola mortalitas juga akan semakin tinggi, dimana semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak. Berdasarkan hasil screening fitokimia ekstrak daun beluntas didapatkan hasil senyawa yang dominan ialah tannin sebesar 2,02, alkaloid sebesar 3,18, flavonoid sebesar 1,09 dan saponin sebesar 3,06 serta minyak atsiri sebesar 0,38. Senyawa toksik tersebut masuk kedalam tubuh larva diduga melaui dua cara yaitu kontak fisik antara tubuh larva dengan senyawa toksik yang menempel pada pakan dan masuk melalui saluran pernafasan. Tubuh semakin lembek dan pergerakan melemah (Gambar.A) dan pada akhirnya mati disebabkan karena tannin, tannin adalah senyawa polifenol yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan protein. Tannin tidak dapat dicerna lambung dan mempunyai daya ikat dengan protein, 5
karbohidrat, vitamin dan mineral,tanin tidak dapat mengganggu serangga dalam mencerna makanan karena tannin akan mengikat protein dalam sistem pencernaan yang diperlukan serangga untuk pertumbuhan sehingga diperkirakan proses pencernaan larva menjadi terganggu akibat zat tannin tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
6
Ekstrak daun beluntas ( P.indica) berpengaruh terhadap mortalitas Spodoptera litura F. instar 3 dan didapatkan nilai LC 50 pada konsentrasi 28% (28 gr/100 ml) dalam kurun waktu 24 jam pengamatan. Ekstrak daun beluntas ( P. indica) mampu menghambat pembentukan pupa. SARAN
Perlu dilakukan penelitian dalam sekala rumah kaca atau aplikasi langsung ke lahan pertanian agar diperoleh hasil dari pengujian terhadap mortalitas dan perkembangan ulat grayak serta penelitian terhadap pengaruh dari zat metabolic sekunder daun selasih terhadap larva serangga lain yang dianggap dapat menimbulkan penyakit pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah. 2005. Daun Beluntas Sebagai AntibakteridanAntioksidan.http://www.beritaiptek.com. (04 Februari 2015)
7
Bahan
8