DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 07.04.02 PALU RUMAH SAKIT TK IV 07.07.01 WIRABUANA
PANDUAN GIZI PERSIAPAN PEMASAKAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DIRUMAH SAKIT WIRABUANA PALU BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam melaksanakan pelayanan gizi gizi di rumah sakit diperlukan sumber daya manusia yang kompoten, sarana dan prasarana yang memadai, agar pelayanan gizi yang di laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan. Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang saling menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang yang digambarkan melalui pertumbuhan pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat dan berstatus gizi baik. Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus diperhatikan secara individual. Adanya kecendrungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan nutrition related disease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan khusus.
Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang optimal,
sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat penyembuhan. Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama pada penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, usila tidak sadar dalam waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna dan pasien yang mendapat kemoterapi. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Disamping itu masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan darah tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis untuk penyembuhan Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap orang, memerlukan adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, yang berarti be rarti pula memperpendek lama hari ha ri rawat sehingga dapat dap at menghemat men ghemat biaya bia ya pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera kembali mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Sehingga pelayanan gizi yang disesuaikan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/ pasien semakin buruk karena tidak di perhatikan keadaan gizi.
Terapi gizi
menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan
tentunya harus diperhatikan
agar
pemberian tidak tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan kata lain, pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung- jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi.
B. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari : 1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan 2. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap 3. Penyelenggaraan Makanan Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu dibentuk Tim Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan rawat inap dan rawat jalan, termasuk pelayanan Klinik Gizi Gizi yang merupakan bagian dari Instalasi Rawat Jalan.
C. Batasan Operasional Batasan Operasional Operasional ini merupakan batasan istilah, istilah, sesuai sesuai dengan kerangka konsep pelayanan gizi di rumah sakit yang tertuang didalam pedoman pelayanan gizi 1.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit : adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif.
2.
Pelayanan Gizi : adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di institusi kesehatan (rumah sakit), puskesmas dan institusi kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan gizi klien/ pasien. Pelayanan Pela yanan giz i merupakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam rangka meningkatkan kesehatan klien/ pasien.
3.
Tim Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter/ dokter spesialis, nutrisionst/dietisien, dan perawat dari setiap unit pelayanan bertugas menyelenggarakan asuhan gizi ( nutrition care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.
4.
Terapi Gizi Medis : adalah pelayanan gizi khusus untuk peyembuhan penyakit baik akut maupun kronis atau kondisi luka- luka, serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi klien/ pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan, agar klien/pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun.
5.
Terapi Gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.
6.
Terapi Diet : adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
7.
Preskripsi Diet atau Rencana Diet : adalah kebutuhan zat gizi klien/ pasien yang dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya. Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan Rencana diet dibuat oleh nutrisionis/dietisien.
8.
Konseling Gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku sehingga membantu klien/ pasien
mengenali dan mengatasi
masalah gizi, dilaksanakan oleh nutrisionis/dietisien. 9.
Nutrisionis : seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik di masyarakat maupun rumah sakit, dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar akademi gizi.
10.
Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan keterampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang mendapat sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di unit pelayanan yang menyelenggarakan terapi dietetik.
11.
Food Model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
12.
Klien : adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah sakit yang sudah berstatus rawat jalan.
13. Nutrition related disease : penyakit- penyakit yang berhubungan dengan masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatan memerlukan terapi gizi.
D. Landasan Hukum Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan perundang- undangan pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan perundang- undangan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. Undang- Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit 4. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 23/Kep/ M. PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kredit
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1. Kepala Unit Pelayanan Gizi Kepala Unit Pelayanan Gizi adalah penganggung jawab umum organisasi unit pelayanan gizi di sebuah rumah sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Kepala unit pelayanangizi rumah sakit bertugas memimpin penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit, yang pada umumnya bertanggung jawab kepada Direktur Bidang Penunjang Medis. Tugas dan fungsi kepala unit pelayanan gizi di rumah sakit meliputi : a. Menyusun Perencanaan Pelayanan Gizi b. Menyusun Rencana Evaluasi Pelayanan Gizi c. Melaksanakan Pengawasan dan Pengendalian d. Melaksanakan Pengkajian Data Kasus. e. Melaksanakan Penelitian Dan Pengembangan Rumah Sakit Umum Kec. Mandau saat ini berada pada kelas Tipe C, Untuk melaksanakan tugas- tugas tersebut maka seorang kepala unit pelayanan gizi rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut : a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi. b. Lulusan D4 – Gizi dengan Pendidikan dasar D3- Gizi c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi dengan pengalaman kerja tertentu. 2. Koordinator Unit- Unit Koordinator unit- unit melaksanakan tugas mengkoordinasikan : a. Perencanaan dan evaluasi pelayanan gizi b. Pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan pelayanan gizi. c. Pemantauan proses pelayanan d. Pengkajian data kasus Untuk melaksanakan tugas- tugas tersebut, maka pendidikan tenaga koordinator unit di rumah sakit umum kec. Mandau yang mempunyai kelas Tipe C harus mempunyai kriteria tertentu: a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi. b. Lulusan D4 – Gizi dengan Pendidikan dasar D3- Gizi c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi. 3. Supervisor Supervisor bertugas mengawasi dan mengendalikan proses penyelenggaraan pelayanan gizi rumah sakit mulai dari perencanaan sampai dengan pendistribusian dan pelayanan paska rawat dan rujukan. Bidang tugas aspek yang diawasi mencakup aspek dietetik dan non dietetik. Supervisor/ pengawas mempunyai klasifikasi pendidikan sebagai berikut: a.
Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi.
a.
Lulusan D4 – Gizi atau D3- Gizi
b.
Lulusan D3- perhotelan, atau serendah- rendahnya lulusan SMK-Tataboga + pengalaman
dibidang
penyelenggaraan makanan minimal selama 3 tahun. Supervisor dapat ditukar/ digantikan (rotasi) secara bergiliran berdasarkan pertimbangan tertentu , baik berdasarkan kemampuan teknis, keterampilan maupun masa tugas. 4. Pelaksana Pelaksana yang dimaksud adalah petugas gizi yang bertugas sebagai Juru Masak, Perbekalan, Pranata komputer, dan Ketatausahaan a. Juru Masak Juru masak yaitu tenaga pengolahan bahan makanan yang bertugas mulai dari persiapan bahan makanan hingga pendistribusian mempunyai kriteria pendidikan SMU/ SLTP + Kursus Masak. b. Urusan Gudang/ Perbekalan Tenaga urusan gudang atau perbekalan bertugas pada unit penyimpanan bahan makanan untuk menjamin ketersediaan dan kesiapan bahan makanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan mempunyai kriteria pendidikan D1- Gizi, SMU, atau yang sederajat. c. Operator komputer Operator komputer bertugas terutama pada perencanaan dan evaluais untuk mendukung formulasi dan akurasi perencanaan anggaran serta kebutuhan bahan makanan. Selain itu juga diperlukan dalam pengoganisasian data untuk mendukung efektifitas pelaporan. Pendidikan dasar tenaga untuk operator komputer adalah D3 Gizi + kursus komputer. d. Tata Usaha Tugas – tugas ketatausahaan meliputi registrasi pesanan, pembukuan keuangan, penyiapan laporan berkala, penyiapan laporan khusus, serta pengaturan hal-hal yang berkaitan dengan kepegawaian Pendidikan dasar tenaga untuk tata usaha adalah D3 Gizi + kursus computer
B. Distribusi Ketenagaan Distribusi tenaga gizi disesuaikan dengan tingkat pendidikan pada unit pelayanan gizi di rumah sakit. Adapun kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit adalah sebagai berikut :
Tenaga untuk penyelenggaraan makanan
Tenaga untuk asuhan rawat jalan
Tenaga untuk rawat inap
Tenaga untuk litbang gizi.
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang B. Standar Fasilitas
Pelayanan Gizi RS Wirabuana Mempunyai Standart Fasilitas Poliklinik Gizi. Adapun Fasilitas yang ada adalah : a. Meja dan kursi b. Lemari buku c. HT
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Produksi dan Distribusi Makanan 1. Pengertian Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi. 2. Tujuan Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang berkualitas baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau konsumen yang membutuhkannya. 3. Bentuk Penyelenggaraan Makanan Kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari kegiatan instalasi gizi, atau unit pelayanan gizi di rumah sakit. Sistem penyelenggaraan makanan yang dilakukan oleh RS Wirabuana adalah sistem swakelola, yaitu mulai instalasi bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari perencanaan , pelaksanaan dan evaluasi. 4. Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan Mekanisme Kerja Penyelenggaraan Makanan meliputi : a. Perencanaan Menu Perencanaan Menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/ pasien, dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Tujuannya adalah tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di rumah sakit , misalnya siklus menu 10 hari b. Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan makanan berdasarkan menu atau pedoman menu dan rata- rata jumlah konsumen atau pasien yang dilayani. Tujuannya adalah agar tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai standart atau spesifikasi yang ditetapkan. Adapun persyaratan Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan adalah sebagai berikut :
Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan bahan makanan
Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan
Adanya spesifikasi bahan makanan
Adanya daftar pesanan bahan makanan
Tersedianya dana
Sehingga untuk melakukan pemesanan bahan Makanan harus mempunyai langkah- langkah sebagai berikut :
Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk esok hari dengan cara : standar porsi x jumlah psien.
Hasil perhitungan diserahkan ke bagian gudang logistik
Bagian gudang menyiapkan bahan makanan sesuai dengan permintaan.
Bagian pengolahan mengambil bahan makanan yang dipesan (order)
5. Penerimaan, Penyimpanan dan penyaluran Bahan Makanan a. Penerimaan Bahan Makanan Penerimaan Bahan Makanan adalh suatu kegiatan uang meliputi pemeriksaan / penelitian , pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah tersedianya bahan makanan yang siap untuk diolah.Peryaratannya adalah : 1) Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian berupa macam dan jumlah bahan makanan yang akan diterima. 2) Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan Langkah- langkah Penerimaan Bahan Makanan : 1) Setelah bahan makanan diambil dari gudang logistik kemudian diperiksa satu persatu, untuk mengetahui ada barang yang ada, kurang atau berlebih. 2) Kemudian bahan makanan disimpan di gudang penyimpanan kecil sesuai jenis- jenis barang. 3) Esok harinya masing- masing bagian pengolahan mengambil bahan makanan sesuai dengan kebutuhannya. b. Penyimpanan Bahan Makanan Penyimpanan Bahan Makanan adalah suatu tata cara menata , menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya. Tujuannya agar tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan perencanaan. Untuk memenuhi hal ini maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1)
Adanya sistem penyimpanan barang
2)
Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.
3)
Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuk bahan makanan.
c. Penyaluran Bahan Makanan Penyaluran Bahan Makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan makanan berdasarkan permintaan harian. Tujuannya agar tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan pesanan. Sehingga harus mempunyai persyaratan sebagai berikut : 1) Adanya bon permintaan bahan makanan 2) Tersedianya kartu stok/ buku catatan keluar masuk makanan 6. Persiapan Bahan Makanan Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan, memotong, mengupas, mengupas, mengocok, merendam. Tujuannya adalah mempersiapkan bahan- bahan makanan, serta bumbu- bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan. Sehingga untuk melakukan persiapan bahan makanan harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan
Tersedianya peralatan persiapan
Tersedianya protap persiapan
Tersedianya aturan proses – proses persiapan
7. Pengolahan Bahan Makanan Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Tujuannya pengolahan bahan makanan adalah :
Mengurangi resiko kehilangan zat- zat gizi bahan makanan.
Meningkatkan nilai cerna
Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa keempukan dan penampilan makanan.
Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh.
Untuk dapat memenuhi hal tersebut, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :Tersedianya siklus menu.
Tersedianya peraturan pengguna bahan tambahan pangan (BTP)
Tersedianya bahan makanan yang akan diolah.
Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan
Tersedianya aturan penilaian.
Tersedianya prosedur tetap pengolahan.
8. Pendistribusian Makanan Pendistribusian Makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani ( makanan biasa maupun makanan khusus.) Tujuannya agar konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. Agar pendistribusian makanan dapat berjalan dengan baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit menyangkut standar penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta dietetika.
Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit
Adanya peraturan pengambilan makanan
Adanya bon permintaan makanan.
Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien/ kebutuhan konsumen.
Tersedianya peralatan makanan
Tersedianya sarana pendistribusian makanan
Tersedianya tenaga pramusaji.
Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama. Adapun sistem penyaluran makanan dirumah sakit umum kec. Mandau adalah sietem sentralisasi
maksudnya adalah makanan pasien dibagikan dan disajikan dalam alat makan di tempat pengolahan.
B. Pelayanan Gizi Ruang Rawat Jalan dan Rawat Inap Pada pelayanan gizi rumah sakit, asuhan gizi dapat dilaksanakan kepada pasien rawat jalan dan rawat inap.
1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan. Pengertian asuhan gizi rawat jalan adalah keriatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet hingga evaluasi rencana diet kepada klien/ pasien rawat jalan. Tujuannya adalah memberikan pelayanan gizi kepada pasien/ klien rawat jalan agar memperoleh asupan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Pelayanan gizi pasien rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi : a. Pengkajian status gizi. b. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakit. c. Penentuan macam atau jenis diet, sesuai dengan penyakit dan cara pemberian makanan d. Konseling dan penyuluhan gizi. e. Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi. 2. Asuhan Gizi Rawat Inap Pengertian
asuhan
gizi
rawat
inap
adalah
serangkaian
proses
kegiatan
pelayanan
gizi
yang
berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien di ruang rawat inap. Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya mempercepat proses penyembuhan. Pelayanan gizi pasien rawat inap merupakan serangkaian kegiatan selama perawatan yang meliputi : a. Pengkajian status gizi. b. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakit. c. Penentuan macam atau jenis diet, sesuai dengan penyakit dan cara pemberian makanan d. Konseling dan penyuluhan gizi. e. Pemantauan evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi.
C. Penyuluhan dan Konsultasi Diit Penyuluhan gizi adalah serangkaian kegatan penyampaian pesan-pesan giai dan kesehatan yang direncanakan dan direncanakan dan dilaksanakan untuk menanmkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku posoti pasien/klien dan lingkungannya terhadap upa ya peningkatan status gizi dan kesehatan. Pen yuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
D. Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan 1. Pengertian Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi di instalasi gizi rumah sakit atau unit pelayanan gizi merupakan pendukung kegiatan PGRS, yang dilaksanakan secara terencana dan terus menerus seperti halnya kegiatan gizi yang lain, dalam rangka meningkatkan pelayanan gizi di rumah sakit. Unit pelayanan gizi menyusun program-
program penelitian dan pengembangan yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu pelayanan gizi, yang disusun berdasarkan kaidah- kaidah penelitian yaitu adanya usulan penelitian atau proposal, laporan hasil penelitan, serta dokumen
hasil
penelitian.
Kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
gizi
terapan
diupayakan
dengan
mendayagunakan sarana, fasilitas, dan dana yang tersedia. 2. Tujuan a. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan PGRS b. Evaluasi kegiatan PGRS c. Mengembangkan teori, tatalaksana atau standar baru 3. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dapat dikelompokkan berdasarkan aspek asuhan gizi dan penyelenggaraan makanan di rumah sakit. 4. Ruang Lingkup Pengembangan Kegiatan pengembangan di unit pelayanan gizi dapat dilakukan pada berbagai aspek penting untuk pengembangan mutu pelayanan gizi. Beberapa aspek penting adalah aspek sumber daya manusia, standar terapi diet, standar sarana prasarana dan penggunaan berbagai perangkat lunak serta berbagai tehnik pengolahan makanan.
BAB V LOGISTIK
1. Pengelolaan Bahan Makanan Pengelolaan bahan makanan pada Instalasi Gizi di rumah sakit merupakan suatu aspek manajemen rumah sakit yang penting oleh karena ketidak-efisienannya akan memberi dampak yang negatif terhadap rumah sakit baik secara medik maupun ekonomik. 2. Pembiayaan Bahan Makanan Upaya-upaya pengendalian biaya yang dapat dilakukan di rumah sakit meliputi a. Meningkatkan efisiensi b. Meningkatkan kesadaran akan biaya c. Teknik investasi 3. Perencanaan Bahan Makanan pengadaan bahan makanan hingga proses penyediaan makanan matang bagi pasien dan karyawan rumah sakit, yang meliputi : a. Perencanaan anggaran belanja. b. Perencanaan menu. c. Perhitungan kebutuhan bahan makanan. d. Prosedur pembelian bahan makanan e. Prosedur penerimaan bahan makanan f. Prosedur penyimpanan bahan makanan g. Tehnik persiapan bahan makanan h. Pengaturan pemasakan makanan i.
Cara pelayanan dan distribusi makanan
j.
Pencatatan, pelaporan dan evaluasi.
4. Pengadaan Bahan Makanan Langkah proses pengadaan dimulai dengan : a) mereview daftar bahan yang akan diadakan, b) menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli, c) menyesuaikan dengan situasi keuangan, d) memilih metode pengadaan, e) memilih supplier atau rekanan, f) membuat syarat kontrak kerja, g) memonitor pengiriman barang, menerima barang dan memeriksa, 5. Penyimpanan dan Distribusi Makanan Kegiatan penyimpanan atau Storage atau pergudangan, dimulai dari datangnya barang yang diadakan sampai adanya permintaan untuk digunakan atau distribusi.Kegiatan penyimpanan dan distribusi diawali dengan penerimaan barang di gudang, penelitian dan pengecekan, pencatatan pada kartu stok gudang untuk pengendalian inventori serta barang dimasukkan dan ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan di dalam gudan g.
BAB VI KESELAMATAN KERJA
1. Pengertian Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian / kesengajaan. 2. Tujuan Menurut Undang- undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, Syarat- syarat keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan : a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan. b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran c) Mencegah, mengurangi bahaya ledakan d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian yang berbahaya. e) Memberi pertolongan pada kecelakaan f) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/ psikis, keracunan, infeksi dan penularan h) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup i) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban j) Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat perlakuan dan penyimpanan barang k) Mencegah terkena aliran listrik 3. Prinsip Keselamatan Kerja Pegawai Dalam Proses Penyelenggaraan. a. Pengendalian teknis mencakup :
Letak, bentuk dan kontruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan
Ruangan dapur cukup cukup luas, denah sesuai arus kerja dan dapur dari bahan- bahan kontruksi yang memenuhi syarat.
Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis
Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari pegawai d. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan. e. Maintenence (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap dalam kondisi yang layak dipakai f.
Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
g. Adanya fasilitas /peralatan pelindung keselamatan bagi pegawai h. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.
BAB VII PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian 1. Pengawasan Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, standar, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan. 2. Pengendalian Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan atau perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang ditetapkan. Pengertian pengawasan dan pengendalian hampir sama. Perbedaannya jika pengawasan mempunyai dasar hukum dan tindakan administratif, sedangkan pengendalian tidak. Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar semua kegiatan- kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 3. Evaluasi/ Penilaian Evaluasi
merupakan salah satu implementasi fungsi menajemen. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai
pelaksanan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana yang lalu bila perlu, ataupun membuat rencana program yang baru. B. Bentuk Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian 1. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi rumah sakit maupun untuk pengambilan keputusan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Instalasi Gizi. a. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan
Formulir pemesanan bahan makanan harian.
Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang instalasi gizi pada hari itu.
Pencatatan sisa bahan makanan (harian/ bulanan), meliputi bahan makan basah dan bahan makanan kering.
Pencatatan data permintaan/ pesanan bahan makanan berdasarkan bon- bon pemesanan dari masingmasing.
b. Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Penyelenggaraan Makanan
Buku laporan timbang terima barang antara penggantian rotasi (berisi pesan- pesan yang penting)
Buku laporan pasien baru/ yang berdiet khusus.
Buku laporan pasien baru makanan biasa
Buku laporan pergantian/ pertukaran diet pasien.
c. Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan Instalasi Gizi.
Membuat kartu inventaris peralatan masak.
Membuat kartu inventaris peralatan makan
Membuat kartu inventaris peralatan kantor
Buku besar tentang peralatan keseluruhan ( untuk aimpan pinjam)
Formulir untuk pelaporan alat- alat masak.
Formulir daftar kekuatan pasien dalam sehari
Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya.
d. Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan
Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan harian selama 1 kali putaran menu
Perhitungan tentang rencana kebutuhan bahan makanan untuk yang akan datang selama triwulan/ tahunan.
Rekapitulasi tentang pemasukan dan an pemakaian bahan makanan
Perhitungan harga rata- rata bahan makanan per orang perhari dalam satu kali putaran menu
Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan
Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar perbulan
e. Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan Gizi Di Ruang Rawat Inap.
Buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet, termasuk catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan.
f.
Formulir permintaan makanan untuk pasien baru
Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang
Formulir perubahan diet
Formulir permintaan makan pagi, siang, sore.
Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan
Pencatatan Dan Pelaporan Di Ruang Penyuluhan Dan Konsultasi Gizi/ Poliklinik Gizi.
Mencatat registrasi pasien yang baru datang (nama, dia gnosa, jenis diet, antropometri)
Membuat / mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya.
Formulis anemnesis.
Formulir frekwnsi makan
Formulir status pasien.
Membuat laporan penyuluhan (pada penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit, laporan pada pasien rawat jalan dan rawat inap). Semua laporan dikumpulkan, lalu dibuat rangkuman kemudian disampaikan kepada kepala Instalasi/Unit Pelayanan Gizi untuk dimanfaatkan, sesuai dengan apa yang dibutuhkan rumah sakit.
2. Pengawas Standar Porsi a. Untuk bahan makanan (pada) pengawasan porsi dilakukan dengan penimbangan. b. Untuk bahan makanan yang cair atau setengah cair seperti susu dan bumbu dipakai gelas ukuran/liter matt, sendok ukuran atau alat ukur lain yang sudah distandarisasi atau bila perlu ditimbang. c. Untuk pemotongan bentuk bahan makanan yang sesuai untuk jenis hidangan. Dapat dipakai alat-alat pemotong.
d. Untuk memudahkan persiapan sayuran dapat diukur dengan kontainer/panci yang standar dan bentuk sama. e. Untuk mendapatkan porsi yang tetap(tidak berubah-ubah) harus digunakan standar porsi dan standar resep. C. Indikator Keberhasilan Pelayanan Gizi Rumah Sakit. 1. Terselenggaranya diagnosis terhadap gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia tubuh (laboratorium) 2. Terselenggarany pengkajiann dietetik dan pola makan berdasarkan anemnesis diet dan pola makan. 3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien 4. Terwujutnya bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan, jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan.
BAB VIII PENUTUP
Pelayanan Gizi Rumah Sakit merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan di rumah sakit. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit yang tepat bagi klien/pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Selain itu, pedoman ini juga akan bermanfaat bagi pengelola gizi rumah sakit dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi kemajuan serta perkembangan pelayanan gizi yang holistik. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit ini dilengkapi dengan lampiran tentang materi, model/format pencatatan dan pelaporan, formulir lain yang diperlukan dan mendukung kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap, ruang rawat jalan dan pengelolaan penyelenggaraan makanan rumah sakit yang mutakhir dan professional di rumah sakit.
KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD ASY-SYIFA’ SUMBAWA BARAT Nomor : ……………………………………………
TENTANG
KEBIJAKAN PENGELOLAAN MAKANAN PADA UNIT GIZI DI RSUD ASY-SYIFA’ SUMBAWA BARAT DIREKTUR RSUD ASY-SYIFA’ SUMBAWA BARAT
MENIMBANG
:
a. Bahwa dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit dalam hal pengelolaan makanan, Unit Gizi RSUD Asy Syifa Sumbawa Barat harus menyelenggarakan proses pengelolaan makanan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh Komite PPI b. Bahwa pengelolaan makanan pada Unit Gizi harus sesuai dengan pedoman pelayanan gizi rumah sakit. c.
MENGINGAT
:
Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSUD Asy Syifa Sumbawa Barat
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan 2. Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang pedoman manajerial rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. 3. Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medis. 4. Keputusan Menkes RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 Standar Profesi Gizi.
5. Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1992 tentang Penyediaan Air Bersih dan Air Minum. 6. Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Hygiene Sanitasi Jasa Boga. 7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, Depkes RI, 2011.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : Pertama
:
KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD ASY-SYIFA SUMBAWA BARAT MAKANAN PADA UNIT GIZI DI RSUD ASY-SYIFA SUMBAWA BARAT
Kedua
:
Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah kebijakan pengelolaan makanan pada Unit Gizi yang di susun oleh Komite PPI RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat
Ketiga
:
Kebijakan ini mengatur bagaimana pengelolaan makanan pada Unit Gizi di RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat
Keempat
:
Unit Gizi bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan. Komite PPI dan Unit Kesling melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut kepada Direktur Rumah Sakit
Kelima
:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Taliwang Pada tanggal
Plt. DIREKTUR RSUD ASY-SYIFA SUMBAWA BARAT
dr. Carlof NIP. 19820124 201001 1 014
Tembusan : 1.
Ketua Komite
2.
Kepala Seksi/ Sub Bagian
3.
Kepala Instalasi/ Unit
RSUD ASY-SYIFA Sumbawa Barat
TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN
RSUD ASYSYIFA
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGADAAN BAHAN MAKANAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 09.01.05 0 1/1 Ditetapkan oleh, Plt. Direktur RSUD ASY-SYIFA Tanggal terbit 2016 dr. CARLOF
PROSEDUR TETAP PENGERTIAN TUJUAN
KEBIJAKAN
Serangkaian kegiatan dari merencanakan, membeli sampai menerima bahan makan untuk keperluan instalasi gizi Agar tersedianya makanan untuk pasien dan karyawan rumah sakit 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. 4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan 2002. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. .
PROSEDUR
1. Membuat siklus menu 2. Menentukan kebutuhan bahan makanan dari bahan pendukung 3. Melaporkan kepada bagian keuangan 4. Menentukan rekanan 5. Menetapkan kesepakatan daftar harga dan spesifikasi bahan makanan
UNIT TERKAIT
Ahli gizi, Ka. Keuangan
RSUD ASY-SYIFA
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENERIMAAN BAHAN MAKANAN
RS. BAPTIS BATU Jl. Raya Tlekung No. 1 Batu
No. Dokumen 08.01.05
No. Revisi Halaman 0 1/1 Ditetapkan oleh, Plt. Direktur RSUD ASY-SYIFA
Tanggal terbit 2016
PROSEDUR TETAP
dr. CARLOF
PENGERTIAN TUJUAN
KEBIJAKAN
Rangkaian kegiatan meneliti, memeriksa, mencatat dan melaporkan bahan makanan yang diperiksa sesuai dengan spesifikasi yang telah diteta kan dalam kontrak sesuai er an ian ual beli Tersedianya bahan makanan yang sesuai dengan standar baik jenis maupun jumlah 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. 4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan 2002. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. .
PROSEDUR
UNIT TERKAIT RSUD ASYSYIFA
1. Setiap petugas penerimaan bahan makanan basah harus membawa daftar spesifikasi bahan makanan 2. Bahan makanan yang datang harus dicocokkan dengan daftar spesifikasi bahan makanan apakah sudah sesuai dengan jumlahnya, beratnya, dan spesifikasi 3. Apabila bahan makanan yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi bahan makanan yang ditentukan harus dikembalikan pada rekanan untuk ditukar dengan bahan makanan dengan jenis yang sama tetapi sesuai s esifikasi Instalasi gizi STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMBELIAN BAHAN MAKANAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 05.01.05 0 1/1 Ditetapkan oleh, Plt. Direktur RSUD ASY-SYIFA Tanggal terbit 2016
PROSEDUR TETAP PENGERTIAN TUJUAN
dr. CARLOF
Suatu proses pengadaan bahan makanan melalui prosedur dan ketentuan yang berlaku Tersedianya bahan makanan yang sesuai dengan yang direncanakan secara berhasil guna dan berdaya guna
KEBIJAKAN
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. 4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan 2002. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. .
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
1. Membuat daftar kebutuhan bahan makanan yang dilakukan setiap hari untuk bahan makanan basah dan 2 minggu sekali untuk bahan makanan kering 2. Memberikan daftar bahan makanan kepada rekanan 3. Melakukan negosiasi awal harga bahan makanan dengan rekanan 4. Menetapkan waktu penerimaan bahan makanan sesuai kesepakatan 5. Pembayaran bahan makanan setelah bahan makanan diterima 6. Dilakuakan pencatatan(dokumentasi form pembelian bahan makanan Kepala Instalasi Gizi, Bagian Pengadaan.
RSUD ASYSYIFA
RS. BAPTIS BATU l. Ra a Tlekun No. 1 RS. BAPTIS BATU Jl. Raya Tlekung No. 1 Batu
STANDAR PROSEDUR OPERSIONAL PENYIAPAN BAHAN MAKANAN
No. Dokumen 20.01.05
Tanggal terbit Ditetapkan oleh, Direktur R.S. Baptis Batu
PROSEDUR TETAP PENGERTIAN TUJUAN
KEBIJAKAN
No. Revisi Halaman 0 1/3 Ditetapkan oleh, Plt. Direktur RSUD ASY-SYIFA
Serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan makanan,yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan, memotong, mengupas, mengocok, merendam ,dsb Mempersiapkan bahan-bahan makanan,serta bumbu-bumbu sebelum dilakukan pengolahan. 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. 4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan 2002. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. .
PROSEDUR
A.Bumbu 1. Bumbu basah (bawang merah,bawang putih,rempah-rempah,cabe besar,cabe kecil dikupas,disiangi dicuci) 2. Dipotong-potong bila akan dihaluskan 3. Diiris tipis/halus bila akan ditumis. B.Bahan Makanan Pokok 1. Beras ditimbang ditempatkan diwadah. 2. Beras dicuci hingga bersih. 3. Beras yang telah dicuci dimasukkan rice cocker. 4. Beras siap dimasak dengan menambahkan air C.Bahan makanan hewani Telur 1. Telur dicuci hingga bersih. 2. Telur diolah sesuai menu Ikan 1. Ikan dihilangkan sisiknya
RSUD ASYSYIFA RS. BAPTIS BATU l. Ra a Tlekun No. 1 RS. BAPTIS BATU Jl. Raya Tlekung No. 1 Batu
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGOLAHAN SAYURAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 15.01.05 0 1/1 Ditetapkan oleh, Direktur RSUD ASY-SYIFA Tanggal terbit Ditetapkan oleh, Direktur R.S. Baptis Batu
PROSEDUR TETAP PENGERTIAN TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT RUD ASYSYIFA
Serangkaian kegiatan mulai dari pemesanan,penerimaan,persiapan dan pengolahan sayuran dari bahan mentah hingga masak. Menyediakan sayuran yang sesuai dengan keadaan dan kondisi penyakit pasien serta karyawan juga keaadaan pasar /musim. 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. 4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan 2002. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
1. Melihat siklus menu. 2. Menghitung kebutuhan bahan makanan dengan cara mengalikan porsi dengan jumlah konsumen(pasien dan karyawan). 3. Pemesanan bahan makanan(sayuran)sesuai siklus menu. 4. Penerimaan bahan makanan (sayuran)sesuai pemesanan dan spesifikasinya. 5. Sayuran yang akan diolah dibersihkan ,dicuci,dan dipotong sesuai menu. 6. Sayuran yang dipersiapkan untuk esok harinya disimpan dengan men unakan kantun kedalam refri erator . Instalasi Gizi
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGOLAHAN LAUK NABATI No. Dokumen No. Revisi Halaman 13.01.05 1 1/1 Ditetapkan oleh, Plt. Direktur RSUD ASY-SYIFA Tanggal terbit 10 April 2013
PROSEDUR TETAP PENGERTIAN
dr. CARLOF
Suatu rangkaian kegiatan untuk memesan, menerima dan mengolah bahan makanan mentah dalam hal ini adalah lauk nabati menjadi masak
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT RSUD ASYSYIFA
Menyediakan lauk nabati sesuai dengan keadaan dan diet pasien. 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. 4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan 2002. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
1. Melihat siklus menu 2. Membuat kebutuhan akan tahu atau tempe dengan cara mengalikan porsi dengan jumlah pasien yang ada 3. Pada siang hari menulis kebutuhan di buku pemesanan bahan makanan 4. Pada malam hari buku pasanan di ambil olah suplaier 5. Pagi harinya jam 6.30 menerima bahan makanan 6. Tahu atau tempe yang akan digunakan untuk sore hari diletakkan di suhu ruang, sedangkan tahu atau tempe yang akan digunakan besok diletakkan di tempat tertutup dan disimpan di refrigerator dengan suhu 9°C 7. Tahu atau tempe yang akan dimasak, dipotong sesuai dengan resep yang akan di masak Instalasi gizi, pembelian. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGOLAHAN LAUK HEWANI No. Dokumen No. Revisi Halaman 12.01.05 0 1/1 Ditetapkan oleh, Plt. Direktur RSUD ASY-SYIFA Tanggal terbit 10 April 2013
PROSEDUR TETAP PENGERTIAN TUJUAN
dr. CARLOF
Suatu rangkaian kegiatan untuk memesan, menerima dan mengolah bahan makanan mentah dalam hal ini adalah daging menjadi masak Menyediakan lauk hawani sesuai dengan keadaan dan diet pasien
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
RSUD ASY. SYIFA
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. 4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan 2002. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
1. Melihat siklus menu 2. Membuat kebutuhan akan daging, ayam, telur dan ikan dengan cara mengalikan porsi dengan jumlah pasien yang ada 3. Pada siang hari menulis kebutuhan di buku pemesanan bahan makanan 4. Pada malam hari buku pesanan di ambil oleh suplaier 5. Pagi harinya jam 6.30 menerima bahan makanan 6. Daging, ayam, telur dan ikan yang digunakan untuk sore hari di potong-potong dan diletakkan di suhu ruang, sedangkan yang akan digunakan besok diletakkan ditempat tertutup dan disimpan di chiller dengan suhu -8°C 7. Bahan makanan di thawing sebelum di masak 8. Daging, ayam, telur dan ikan yang akan dimasak dipotong sesuai den an rese an akan di masak Ka.keuangan, koki, asisten koki
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENCUCIAN No. Dokumen
No. Revisi Halaman 0 1/2 Ditetapkan oleh, Plt. Direktur RSUD ASY-SYIFA
Tanggal terbit 2016 dr. Carlof
PENGERTIAN TUJUAN
KEBIJAKAN
Serangkaian kegiatan membersihkan dan mencuci alat saji dan alat masak dengan menggunakan bahan pembersih.. Supaya alat dapat dipergunakan kembali dalam proses selanjutnya dan terjamin kualitas sanitasinya. 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. 4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan 20013. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
A. Alat masak . 1. Pembersihan kasar adalah menghilangkan sisa makanan tanpa menggunakan air. 2. Pembersihan dengan detergen (sabun cair) menggunakan air panas. 3. Membilas dengan air panas. 4. Pembilasan dengan air dingin. 5. Pengeringan. B. Alat saji Alat saji yang digunakan untuk pasien ruang isolasi 1. Pembersihan kasar adalah menghilangkan sisa makanan tanpa air. 2. Perendaman dalam larutan desinfectan. 3. Pembersihan dengan detergen (sabun cair) menggunakan air panas. 4. Pembilasan dengan air panas. 5. Pembilasan dengan air dingin. 6. Pen erin an den an la kerin . INSTALASI GIZI