MAKALAH PNEUMONIA PADA ANAK
Disusun oleh: 1. Tri Gunandar 2. Diah Clarashinta 3. Desemti Shinta Melati 4. Robi Julian Pratomo 5. Asditya Darma 6. Jenab Saputri 7. Ardi Rachman Fauzi
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2013/2014
A. DEFINISI Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Pada penyakit infeksi saluran pernafasan akut, sekitar 15-20% ditemukan pneumonia ini. Pneumonia merupakan suatu peradangan alveoli atau padaparenchyma paru yang terjadi pada anak. Definisi lainnya adalah pneumonia merupakan suatu sindrom (kelainan) yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi.
B. ETIOLOGI -
streptococcus pneumonia melalui droplet
-
Staphylococcus aureus melalui slang infuse
-
Pneumococcus aerugenisa dan enterobakter melalui ventilator
-
H.Influenzae
-
Mycoplasma (pada anak yang relatif besar)
-
adenovirus, Rhinovirus, Rubela, Varisela
-
Aspirasi benda asing
C. KLASIFIKASI Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut: 1.
Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus
paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2.
Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis. 3.
Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular. Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya yaitu: 1.
Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat pada
anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada awal penyakit. Terdengar sedikit mengi atau krekels saat auskultasi. 2.
Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim gugur
dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan kondisi hidup yang padat penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam, mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area paru. 3.
Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan pneumonia streptokokus,
manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-organisme individual menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya didahului dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam, malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia, pneumonia dapat diklasifikasikan: 1.
Usia 2 bulan – 5 tahun
a.
Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan adanya tarikan
dinding dada bagian bawah. b.
Pneumonia, ditandai secara klinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan – 1 tahun
frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih. c.
Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai dengan
demam, tetapi tanpa tarikan dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat. 2.
Usia 0 – 2 bulan
a.
Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu
frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih. b.
Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan tidak ada
nafas cepat.
D. FAKTOR RISIKO PNEUMONIA PADA ANAK 1.
Status gizi buruk, menempati urutan pertama pada risiko pneumonia pada anak balita,
dengan tiga kriteria antopometri yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Status gizi yang buruk dapat menurunkan pertahanan tubuh baik sistemik maupun lokal juga dapat mengurangi efektifitas barier dari epitel serta respon imun dan reflek batuk. 2.
Status ASI buruk, anak yang tidak mendapat ASI yang cukup sejak lahir ( kurang 4 bulan)
mempunyai risiko lebih besar terkena pneumonia. ASI mengandung kekebalan penyakit infeksi terutama pneumonia. 3.
Status vitamin A, pemberian vitamin A pada anak berpengaruh pada sistem imun dengan
cara meningkatkan imunitas nonspesifik, pertahanan integritas fisik, biologik, dan jaringan epitel. Vitamin A diperlukan dalam peningkatan daya tahan tubuh, disamping untuk kesehatan mata, produksi sekresi mukosa, dan mempertahankan sel-sel epitel. 4.
Riwayat imunisasi buruk atau tidak lengkap, khususnya imunisasi campak dan DPT.
Pemberian imunisasi campak menurunkan kasus pneumonia karena sebagian besar penyakit
campak menyebabkan komplikasi dengan pneumonia. Demikian pula imunisasi DPT dapat menurunkan kasus pneumonia karena Difteri dan Pertusis dapat menimbulkan komplikasi pneumonia. 5.
Riwayat wheezing berulang, anak dengan wheezing berulang akan sulit mengeluarkan
nafas. Wheezing terjadi karena penyempitan saluran nafas (bronkus), yang disebabkan oleh adanya infeksi. Secara biologis dan kejadian infeksi berulang ini menyebabkan terjadinya destruksi paru, keadaan ini memudahkan pneumonia pada anak. 6.
Riwayat BBLR, anak dengan riwayat BBLR mudah terserang penyakit infeksi termasuk
pneumonia karena daya tahan tubuh rendah. 7.
Kepadatan penghuni rumah, rumah dengan penghuni yang padat meningkatkan risiko
pneumonia dibanding dengan penghuni sedikit. Rumah dengan penghuni banyak memudahkan terjadinya penularan penyakit saluran pernafasan. 8.
Status sosial ekonomi, ada hubungan bermakna antara tingkat penghasilan keluarga dengan
pendidikan orang tua terhadap kejadian pneumonia anak.
E. TANDA DAN GEJALA 1.
Demam tinggi, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada
usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,50 – 40,50 C bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang eoforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa. 2.
Batuk, sesak nafas
3.
Bunyi pernafasan, seperti mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi, krekels.
4.
Keluaran nasal (ingus), mungkin encer dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulen,
bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi. 5.
Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi intercosta
6.
Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar.
Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral. 7.
Sakit kepala, malaise, myalgia
8.
Nyeri abdomen
9.
Anoreksia, muntah.
10. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
F. PATOFISIOLOGI Jalan nafas secara normal steril dari benda asingdari area sublaringeal sampai unit paru paling ujung. Paru dilindungi dari infeksi bakteri dengan beberapa mekanisme: 1.
filtrasi partikel dar hidung.
2.
pencegahan aspirasi oleh reflek epiglottal.
3.
Penyingkiran material yang teraspirasi dengan reflek bersin.
4.
Penyergapan dan penyingkiran organisme oleh sekresi mukus dan sel siliaris.
5.
Pencernaan dan pembunuhan bakteri oleh makrofag.
6.
Netralisasi bakteri oleh substansi imunitas lokal.
7.
Pengangkutan partikel dari paru oleh drainage limpatik.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral.
Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-toleft shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia.
G. PATWAYS
H. KOMPLIKASI -
Gangguan pertukaran gas
-
Obstruksi jalan nafas
-
Gagal pernafasan, pleural effusion ( bacterial pneumonia)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.
Pemeriksaan laboratorium
a.
Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk. b.
Hitung darah lengkap dan hitung jenis untuk menetapkan adanya anemia, proses inflamasi,
infeksi. c.
AGD untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubungan dengan oksigenasi.
2.
Pemeriksaan Bakteriologis
a.
Kultur darah, cairan pleura untuk menetapkan agen penyebab seperti virus dan bakteri.
b.
Biopsi paru
c.
Bronkoskopi digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama dari
trakheobronkial, jaringan yang diambil untuk uji diagnostik secara terapetik digunakan untuk menetapkan dan mengangkat benda asing 3.
Pemeriksaan imunologis : titer antibody terhadapa virus dengan teknik: Conunter Immunoe
Lectrophorosis, ELISA, latex agglutination, atau latex coagulation. 4.
Foto thorax, digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru-pa u dan status pulmoner
(untuk mengkaji perubahan pada paru)
5.
Tes fungsi paru digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya
penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan. J. TERAPI 1.
Antibiotik sesuai hasil biakan seperti: Penisilin, Amoksisilin, Kombinasi flukosasillin dan
gentamisin atau sefalospirin, eritromisin, 2.
Terapi suportif Terapi Oksigen 1-2 lt/mnt Humidifikasi dengan nebulizer Fisioterpi dada IVFD dekstrose 10%:NaCl 0,9%= 3:1, KCL 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat
badan, kenaikan suhu, dan status hidarsi Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang ngt dengan feeding drip Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan normal salin dan beta agonis untuk memperbaiki transfor mukosilier Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat Obat inotropik Drainase empiema Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrol
ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Riwayat pasien: Panas, batuk, nasal discharge, perubahan pola makan, kelemahan, Penyakit respirasi sebelumnya,perawatan dirumah, penyakit lain yangdiderita anggota keluarga di rumah Pemeriksaan Fisik: Demam, dispneu, takipneu, sianosis, penggunaan otot pernapasn tambahan, suara nafas tambahan, rales, menaikan sel darah putih (bakteri pneumonia), arterial blood gas, XRay dada Psikososial dan faktor perkembangan: Usia, tingkat perkembangan, kemampuan memahami rasionalisasi intervensi, pengalaman berpisah denganm orang tua, mekanisme koping yang diapkai sebelumnya, kebiasaan (pengalaman yang tidak menyenangkan, waktu tidur/rutinitas pemberian pola makan, obyek favorit) Pengetahuan pasien dan keluarga: Pengalaman dengan penyakit pernafasan, pemahaman akan kebutuhan intervensi pada distress pernafasan, tingkat pengetahuan kesiapan dan keinginan untuk belajar. 2. DIAGNOSA KEPERWATAN No
1
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
NOC :
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway Definisi : Ketidakmampuan untuk patency membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan Kriteria Hasil : kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
Intervensi
NIC : Airway suction Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
Informasikan pada klien dan keluarga Mendemonstrasikan batuk efektif tentang suctioning dan suara nafas yang bersih, Minta klien nafas dalam sebelum suction tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu bernafas dengan dilakukan.
-
-
mudah, tidak ada pursed lips) Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion Orthopneu Menunjukkan jalan nafas yang nasotrakeal paten (klien tidak merasa Cyanosis tercekik, irama nafas, frekuensi Gunakan alat yang steril sitiap melakukan pernafasan dalam rentang tindakan Kelainan suara nafas (rales, normal, tidak ada suara nafas wheezing) Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas abnormal) dalam setelah kateter dikeluarkan dari Kesulitan berbicara Mampu mengidentifikasikan dan nasotrakeal mencegah factor yang dapat Batuk, tidak efekotif atau tidak Monitor status oksigen pasien menghambat jalan nafas ada Dispneu, Penurunan suara nafas
-
Mata melebar
-
Produksi sputum
-
Gelisah
-
Perubahan frekuensi dan irama nafas
Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management Faktor-faktor yang berhubungan: -
-
-
Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma. Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
untuk
Defisit Volume cairan b/d intake oral tidak adekuat, takipneu, demam
2
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
NOC: Fluid balance
Fluid management
Hydration
-
Nutritional Status : Food and Definisi : Penurunan cairan Fluid Intake intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke Kriteria Hasil : dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal Batasan Karakteristik : Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Kelemahan Tidak ada tanda tanda Haus dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa Penurunan turgor kulit/lidah lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Membran mukosa/kulit kering
Timbang diperlukan
popok/pembalut
jika
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan Monitor vital sign Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian Lakukan terapi IV Monitor status nutrisi Berikan cairan
- Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
- Pengisian vena menurun
Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
- Perubahan status mental - Konsentrasi urine meningkat - Temperatur tubuh meningkat - Hematokrit meninggi - Kehilangan berat badan seketika
(kecuali pada third spacing)
berlebih muncul meburuk
Faktor-faktor yang berhubungan:
Atur kemungkinan tranfusi
- Kehilangan volume cairan secara aktif
Persiapan untuk tranfusi
- Kegagalan mekanisme pengaturan
3
NOC :
Intoleransi aktivitas b/d isolasi respiratory
Energy conservation
Intoleransi aktivitas b/d
Self Care : ADLs
NIC : Activity Therapy
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik fatigue Kriteria Hasil : dalammerencanakan progran Definisi : Ketidakcukupan energu Berpartisipasi dalam aktivitas terapi yang tepat. secara fisiologis maupun fisik tanpa disertai peningkatan psikologis untuk meneruskan atau tekanan darah, nadi dan RR Bantu klien untuk mengidentifikasi menyelesaikan aktifitas yang aktivitas yang mampu dilakukan diminta atau aktifitas sehari hari. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan mandiri kemampuan fisik, psikologi dan Batasan karakteristik : social a. melaporkan secara verbal adanya Bantu untuk mengidentifikasi dan kelelahan atau kelemahan. mendapatkan sumber yang b. Respon abnormal dari tekanan diperlukan untuk aktivitas yang darah atau nadi terhadap aktifitas diinginkan c.
Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
d. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
Faktor factor yang berhubungan :
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk
Tirah Baring atau imobilisasi
Kelemahan menyeluruh
Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan
Gaya hidup yang dipertahankan.
mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
Energy Management Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
4
Defisit pengetahuan b/d perawatan anak pulang
NOC :
NIC :
Kowlwdge : disease process Kowledge : health Behavior Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga
Teaching : disease Process
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Pasien dan keluarga mampu Gambarkan tanda dan gejala yang biasa melaksanakan prosedur yang muncul pada penyakit, dengan cara dijelaskan secara benar yang tepat Pasien dan keluarga mampu Gambarkan proses penyakit, dengan menjelaskan kembali apa yang cara yang tepat dijelaskan perawat/tim Identifikasi kemungkinan penyebab, kesehatan lainnya dengna cara yang tepat Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat Hindari harapan yang kosong Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
Diskusikan penanganan
pilihan
terapi
atau
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara
yang tepat
DAFTAR PUSTAKA Betz, Cecily, 1997, Buku Saku Keperawatan Pediatri, jakarta, EGC Closkey JC & Bulechek. 1996. Nursing Intervention Classification. 2nd ed. Mosby Year Book. Johnson M, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Second edition. Mosby. Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed-3, jakarta, Media Auskkulapius FK UI NANDA, 2001, Nursing Diagnosis: Definition & Classification 2051-2006, Philadelphia, North American Nursing Diagnosis Association Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC Price, Sylvia A, 1995, Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit, Jakarta, EGC. Suriadi, Rita Yulianni. 2005. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto