BAB III
PERANGKAT PEMOGRAMMAN PLC
3.1. TUJUAN Menguraikan prosedur pemakaian perangkat pemogramman PLC. Memilih dan mempergunakan perangkat pemogramman yang pantas. Memahami pengambaran diagram tangga yang benar dan yang salah. Memperkirakan dan merencanakan diagram tangga untuk merancang dan menjalankan PLC Menguraikan tindakan yang diperlukan untuk mengambil keputusan dalam kesalahan operasional dari sistem PLC
Syaprudin – te-pnj - 2005
31
3.2. PENDAHULUAN Dalam bab terdahulu telah digambarkan macam macam tipe perangkat pemogramman diantaranya Programmer/ Monitor layar lebar, portable hand-held programmer dan personal komputer. Dalam bab ini akan dibahas pemogramman menggunakan personal komputer (PC), bagaimana memulai sampai mendownload program ke PLC. Merencanakan diagram ladder yang benar, meninjau ulang bagaimana PLC menguji kesalahan operasi.
3.3. PERANGAT PEMOGRAMMAN Pemograman PLC Diantaranya:
• Instruksi Code Mnemonic alat yang digunakan Pemogramman Genggam (Hand Held Programmer) Type ini disebut juga Pemoggramman On Line.
• Program Ladder (STL-Step Ladder) Alat yang digunakan Komputer dapat memungkinkan Pemograman Off Line.
• Program SFC (Sequential Function Chart) alat yang digunakan Komputer. Konfigurasi pemogramman PLC mempergunakan personal komputer (PC) diperlihatkan pada gambar 3.1. dibawah ini. Software Program PLC
RS232 inventer
P L C
PERANGKAT LUAR INPUT dan OUTPUT
Gambar 3.1. Blok diagram Konfigurasi Pemogramman.
Fungsi Komputer dipergunakan sebagai alat Bantu pemogramman instruksiinstruksi yang diperlukan berupa diagram ladder. Fungsi RS232 sebagai perantara sinyal dari sistem komputer ke PLC. Fungsi dari sistem PLC pada blok diagram dipergunakan untuk mengolah data hasil pembacaan sinyal input, setelah diproses menghasilkan sinyal output untuk opersai perangkat luar input dan output. Fungsi perangkat luar sebagai peralatan yang akan dikontrol operasi kerjanya.
Syaprudin – te-pnj - 2005
32
3.4. PROSEDUR PEMOGRAMMAN PLC Untuk keperluan penulisan program pada komputer diperlukan sebuah software yang mana Software tersebut harus diinstal terlebih dahulu pada komputer anda. Adapun software yang mendukung ada dalam berbagai tipe tergantung dari jenis PLC yang dipergunakan. Software yang digunakan oleh PLC ini dapat digunakan untuk menulis program, men-donwload program, membaca program, mengecek kesalahan program, memonitoring program dan lain-lain.
Contoh 1. Membuat Program Baru, Untuk memulai program baru langkahlangkah yang harus dilakukan a. Klik icon program yang ada pada desktop komputer atau dapat juga dengan langkah klik start, program, nama program application, Tampilan seperti gambar 3.2a. b. Setelah software running klik file, new atau dengan mengklik toolbar bergambar kertas.Tampilan seperti gambar 3.2b. c. Klik pilihan jenis PLC pada menu PLC type setting, Klik OK.
(a) Tampilan program.
(b) Memulai Program
Gambar 3.2. Tampilan dan Memulai Program
Contoh 2. Menulis program Penulisan program dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan Ladder diagram atau dengan kode mnemonic. Untuk menulis program menggunakan ladder diagram dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Syaprudin – te-pnj - 2005
33
a. Klik View, ladder diagram atau dengan menklik pada toolbar, ladder diagram. Akan muncul tampilan seperti gambar 3.3a. berikut. b. Tulis program yang inginkan dengan mengklik kontak-kontak seperti NC dan NO, Ouput, END dan lain-lain atau dengan menggunakan shortkey F5, F6, F7, F8, dan F9,
sesuai dengan kontak- kontak atau output yang digunakan.
Sedangkan F4 untuk menconvert program yang telah dibuat. Catatan : Untuk
(a) Layar Program
(b) Penulisan Program
(c ) Menu Check Program
Gambar 3.3. Layar, Penulisan dan Menu Check Program
c. mengakhiri program selalu ditutup degan END. Gambar 3.3b Program yang ditulis menggunakan ladder diagram. d. Klik option, program check, akan muncul menu program check, seperti gambar 3.3c. pilih syntax error chek, execute untuk mengecek program apabila terdapat kesalahan.
Contoh 3. Menyimpan program Menyimpan pekerjaan pada memori komputer untuk menjaga agar program yang di tulis dapat ditampilkan kembali. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyimpan program adalah sebagai berikut : a. Klik File save, atau dengan menklik pada toolbar yang bergambar disket. b. Set penempatan folder penyimpanan, ketik nama file. c. klik OK. Penempatan folder penyimpanan yang benar akan memudahkan kita untuk membuka kembali program yang telah disimpan.
Syaprudin – te-pnj - 2005
34
Gambar 3.4. Penyimpanan file program.
Contoh 4. Membuka program yang telah ada. Program sebelumya yang telah di tulis dan di simpan dapat dibuka kembali dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. klik file, open atau dengan menklik toolbar bergambar folder terbuka. b. Pilih nama file yang akan dibuka. Klik OK untuk membukanya.
Contoh 5. Men-download program ke PLC Pada software ini untuk men-download program yang telah ditulis ke PLC dapat dilakukan degan langkah-langkah sebagai berikut :
(a)
(b)
Gambar 3.5. (a) Hubungan Ke Port (b) Download Program Ke PLC
Syaprudin – te-pnj - 2005
35
a. Pastikan kabel Rs232 penghubung dari komputer ke PLC terhubung. b. Setting pilihan COM. Klik PLC, Ports pilih ports yang digunakan klik OK. c. Pada menu toolbar klik PLC, transfer, write. d. Pilih All range pada menu program write. Kemudian klik OK untuk mentransfer program tersebut, maka program akan ditransfer ke PLC, tunggu sampai proses pentransferan selesai, Tampilan layar diperlihatkan pada gambar 3.5b.
Contoh 6. Memonitoring program Program yang telah di-download ke PLC kemudian di RUN atau dijalankan. Untuk mengecek kebenaran dari program yang telah ditulis, pada software dilengkapi dengan fasilitas monitoring. Langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Klik monitor/test, start monitor. Sofware akan memonitor secara otomatis atas program yang ditulis. 2. Klik stop monitor untuk mengakhiri proses monitoring. Catatan : Fasilitas monitoring ini hanya dapat dilakukan apabila PLC dan komputer masih dalam keadaan terhubung oleh kabel penghubung.
Contoh 7. Men-Upload program dari PLC ke komputer Sofware juga dilengkapi dengan fasilitas upload program dari PLC ke komputer/ software. Program yang di-download dalam bentuk ladder dan mnemonic-nya. Adpun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Klik PLC, transfer, read. 2. Pilih type PLC yang dipakai, kemudian klik OK. Maka secara otomatis program akan ditransfer dari PLC ke Komputer. Tunggu sampai proses ini selesai.
Catatan : PLC harus dalam keadaan terhubung ke komputer dan posisi saklar pilih PLC pada posisi STOP.
Syaprudin – te-pnj - 2005
36
3.5. FORMAT DIAGRAM LADDER Bahasa Pemograman Ladder. Apakah Ladder itu ? liaht gambar 3.6. Rel Sumber Tegangan Rung/ Network
Rel Ground Branch Ladder Rel Rung Branch
= Tangga = Penyangga pijakan = Pijakan = Percabangan Gambar 3.6. Pengertian Diagram Tangga
Dalam pembuatan program Diagram Ladder harus mengikuti format yang benar, CPU PLC tidak akan menerima diagram ladder yang diprogram tidak sesuai., ketika program yang telah dibuat tidak diterima suatu pesan kesalahan akan tampil dilayar (lihat contoh 2d). Pembatasan format diagram tangga yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Suatu kontak harus ditempatkan pada sisi sebelah kiri dari rung. 2. Suatu coil harus ditempatkan pada sisi sebelah kanan dari rung. 3. Semua kontak harus dihubungkan secara horizontal, dan tidak di izinkan untuk menhubungkan kontak secara parallel, pada gambar 3.7a. kontak C pada penempatan yang salah. gambar 3.7b. solusi masalah. 4. Banyaknya kontak pada setiap matrix (rung) terbatas, sebagai contoh 3 kebawah dan 5 mendatar, seperti gambar 3.7c. 5. Hanya satu output yang dihubungkan untuk semua kelompok kontak, lihat gambar 3.7c. 6. Percabangan kontak harus benar lihat contoh gambar 3.7 d dan 3.7e. 7. Aliran arus dari kiri kekanan. Lihat gambar 3.7f. dan 3.7g. 8. Gerakan kontak harus lurus mendatar, lihat gambar 3.7h. dan 3.7i.
Syaprudin – te-pnj - 2005
37
A
Y
B C D
E
(a) Tidak diperbolehkan kontak vertikal Dalam Rangkaian Y A
B
D
C
D
E
C
E
(b) Solusi Rangkaian yang benar
Y
( c) Kontak Matrix IN001
CR007
IN002
(d) Salah IN003
IN004
IN001
CR007
IN002
(e) Benar IN003
Syaprudin – te-pnj - 2005
IN004
38
IN 1
IN 2
IN 3
CR11
IN 4
Tidak Legal IN 5
(f) Salah
IN 1
IN 5
IN 2
IN 3
IN 3
CR11
IN 4
IN 5
(g) Benar
IN 1
IN 6
IN 2
IN 4
IN 7
IN 3
IN 5
IN 8
CR12
SALAH (h) Salah
IN 1
IN 4
IN 6
IN 2
IN 5
IN 7
IN 3
IN 8
CR12
BENAR (i) Benar
Gambar 3.7. Diagram Ladder Yang Sesuai
Syaprudin – te-pnj - 2005
39
3.6. PROSES WAKTU SCAN. Siklus operasional setiap PLC dibagi menjadi tiga bagian, (1) Input Scan, (2) Program Scan dan (3) Output Scan, lihat gambar 3.8a. Proses pembacaan dari input, mengeksekusi program dan memperbaharui output yang disebut scanning. Waktu scan umumnya konstan dan proses sekuensial dari pembacaan status input, mengevaluasi logika kontrol dan memperbaharui output. Proses scan detailnya dapat dilihat pada gambar 3.8b. OUTPUT SCAN
INPUT SCAN
PROGRAM SCAN
(a) Tiga Bagian Operasi Scan INPUT T E R M I N A L
INPUT STATUS TABLE
USER P R O G R A M
OUTPUT STATUS TABLE
OUTPUT T E R M I N A L
INPUT SCAN
PROGRAM SCAN
OUTPUT SCAN
Terminal input dibaca Status table Diperbaharu Dengan data Yang sesuai
Selama scan program Data pada input table Diberlakukan bagi pemakai program Program dieksekusi dan output Table diperbaharui dengan data Yang sesuai
Data yang berhubungan Dengan output status table ditransfer Ke terminal output
(b). Proses scan Secara Detail
Gambar 3.8. Proses Scan Spesifikasi waktu scan menunjukkan seberapa cepat kontroler dapat bereaksi terhadap input dan memecahkan dengan benar kontrol logicnya. Faktor yang Mempengaruhi Waktu Scan. Waktu yang diperlukan untuk membuat suatu scan bervariasi antara 1 milidetik sampai 30 milidetik. Waktu scan tergantung dari panjang program. Penggunaan subsistem remote I/O juga menaikkan waktu scan karena harus mentransfer I/O update ke subsistem remote.
Syaprudin – te-pnj - 2005
40
Monitoring dari kontrol program juga menambah waktu overhead dari scan karena CPU harus mengirim status dari coil dan contact ke CRT atau peralatan monitoring lainnya
3.7. KESALAHAN OPERASI PADA PLC. Setiap PLC dilengkapi dengan kode kesalahan (code error), untuk mengindentifikasi kesalahan dalam program dan kesalahan operasi. Apabila terjadi kesalahan maka kode error akan ditampilkan pada monitor. Pada sustu sistem menampilkan kode error dalam bilangan digit heksa desimal (0 s/ d F). dimana setiap digit mewakili informasi yang berbeda sesuai dengan tabel 3.1. Misalnya monitor menampilkan kode error “24” yang berarti digit pertama pada tabel A, memberi informasi “Program Sum Check Error”dan digit kedua Tabel B. “Memory Pack replacement” Tabel 3.1. Pesan Kesalahan. A
Error Code
B
Error Code
Error
TIM/CNT
Program
Keeping
Program
Error
Power
WDT
Memory
User
code
Present
Sum
Data
Ming
Code
Failure Or
Error
Pack
Memory
Display
value
Check
Sum
Error
Display
Memori
Replace
CRC
CRC
Error
Check
Pack
ment
Error
Error
Removal
error 1
2 3
1
2
3
4
5
6
7
4 5
6 7
8 9
A B
9
A
B
C
D
E
E F Error LED
OFF
ON
Syaprudin – te-pnj - 2005
OFF
ON
8
C D
F Error LED
OFF
OFF
OFF
ON
41
Pada beberapa sistem PLC dapat terjadi kesalahan tidak ada hubungan atau pesan kesalahan komunikasi, Kebanayakan PLC memiliki indikator pesan lima buah LED yang ada pada panel PLC, macam macam kondisi diperlihatkan pada tabel 3.2. LED Indikator kesalahan.
Tabel 3.2. LED Indikator Kesalahan. LED POWER
Indikasi Daya Tegangan berfungsi. Program scan sedang mengolah data dan mengendalikan output-
RUN
LED berkedip ketika PC berhenti-Output berhenti. LED padam ketika PC berhenti=Output disable.
FAULT
Prosessor rusak
LOW BATERY
Batere Lemah
PROM
Module PROM terhubung dan beroperasi.
3.8. SOAL SOAL LATIHAN. 1. Bandingkan beberapa model alat pemogramman PLC, Bagaimana bentuknya dan apa perbedaannya. 2. Daftar dan susun peraturan dalam perencanaan program, format bagaimana yang tidak dapat diproses oleh CPU. 3. Berapa lama waktu untuk scan pada setiap unit. 4. Bagaimana prosedur perbaikan yang dilakukan apabila indikator CPU menyala,
Syaprudin – te-pnj - 2005
42
BAB IV
PEMOGRAMMAN I/O ON-OFF PLC
4.1. TUJUAN Menjelaskan fungsi kontak (input) dari PLC. Menjelaskan fungsi coil (output) dari PLC. Menjelaskan prosedur menginstalasi program ON-OFF PLC. Membandingkan masalah kontrol industri dengan program ON-OFF PLC. Mengetahui kemampuan dari PLC. Menunjukan kemampuan dari PLC terhadap relay logika didalam pengawatan. Mengembangkan diagram ladder untuk permasalahan industri.
Syaprudin – te-pnj - 2005
43
4.2. PENDAHULUAN Dalam bab ini diilustrasikan bagaimana memprogram PLC dalam rangkaian operasi dengan input dan output ON-OFF. Kontak (Input) diberi nama yang berbeda beda oleh pabrik seperti ON, OFF, word, latter, number, kombinasi latterword dan instruksi. Dalam penjelasan buku ini nama untuk input menggunakan nomor seperti IN009. Coil (output) juga diberi nama yang berbeda beda oleh pabrik seperti OUT, number, letter dan CR (Control Relay) sebagai contoh CR013. Selain membahas input dan output ON-OFF, juga dibahas tentang tipe tipe prosedur operasi, contoh contoh program ON-OFF lainnya seperti rangkaian latch-Unlatch dan start-stop.
4.3. INSTRUKSI INPUT PLC Seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan, ada banyak tipe kontak yang diberikan nama berbeda beda oleh pabrik. Berbagai tipe instruksi dari kontak (input) adalah sebagai berikut: a. Membuka kontak secara normal, ketika kontak tertutup fungsi membawa beberapa aksi. b. Menutup kontak secara normal, ketika kontak terbuka fungsi membawa beberapa aksi. c. Sistem latch (mengunci) atau unlatch (tidak mengunci), actuator latch kekanan sehingga input ON, walaupun actuator latch kembali seperti semula input akan tetap ON, selama actuator unlatch tidak bekerja. Input akan OFF apabila actuator unlatch kekanan, dan akan tetap OFF walaupun actuator unlatch kembali seperti semula. d. Penyimpangan naik atau rising-edge actuation, fungsi peningkatan untuk sekali sapuan waktu pada sisi permukaan sinyal. e. Penyimpangan turun atau falling-edge actuation, fungsi penurunan untuk sekali sapuan waktu pada sisi permukaan sinyal. Dalam bab ini akan dibahas tipe 1, 2 dan 3 kemudian mendiskusikan tipe 4 dan 5.
Syaprudin – te-pnj - 2005
44
Dalam sistem PLC, masing masing input ditandai dengan nomor diatas modul input dan didalam CPU. Memungkinkan sejumlah nomor dalam blok berupa angka dan huruf, untuk beberapa tipe PLC dipergunakan awalan IN. untuk input yang ke lima akan sesuai dengan program PLC nomor IN0005. Rangkaian skema input diperlihatkan pada gambar 4.1. Terminal input diberi penomoran mulai dari IN0001 sampai IN0016, sejumlah terminal input modul dihubungkan dengan perangkat switch SIP atau DIP.
Gambar 4.1. Skema Input PLC
Syaprudin – te-pnj - 2005
45
Tegangan sebesar 120VAC dipergunakan untuk tenaga perangkat eksternal, dan biasanya dipergunakan tegangan 24VDC. Tegangan yang berbeda dapat juga dipergunakan dengan modul input yang berkelompok. Beberapa perangkat kontak ditunjukan pada gambar 4.2. PUSH - BUTTONS SINGLE CIRCUIT
NO
NC
DOUBLE CIRCUIT
FOOT - SWITCH
NO
NO
NC
NC
NO dan NC
Presure dan Vacuum Switch
Liquid Level switch
NO
NO
NC
LIMIT - SWITCH
NC
Temperatur Actuated Switch NO
NC
Flow Switch [Air and Water] NO
NC
Gambar 4.2. Perangkat Input PLC.
4.4. OUTPUT PLC: COIL, INDIKATOR Disaat nomor coil terhubung menjadi ON didalam diagram ladder dan merupakan program internal PLC, maka akan mengirimkan output sinyal ke perangkat eksternal melalui modul output yang diberi tegangan. Tidak semua coil didalam program mempunyai hubungan keluar, banyak coil yang hanya digunakan sebagai internal logic, tipe skema output PLC diperlihatkan pada gambar 4.3. Modul output harus diberi tegangan dan arus yang sesuai kebutuhan. Gambar menunjukkan 120VAC digunakan untuk perangkat output, dapat juga perangkat output menggunakan tegangan yang lain sesuai yang dibutuhkan. Dengan cara yang sama, pada input, nomor output harus berhubungan, sbagai contoh hanya output CR0017 sampai CR0032 yang dihubungkan dengan
Syaprudin – te-pnj - 2005
46
CPU melalui modul output, Jika coil-coil program memiliki nomor nomor seperti CR0014 dan CR0034 maka tidak seluruhnya dapat mempengaruhi output, karena tidak ada coil penghubung untuk pengaruhi sinyal output. Jika CR0018 dinyalakan makaoutput CR0018 akan menyala. Beberapa model perangkat output untuk output-output coil ditunjukan dalam gambar 4.4.
Gambar 4.3. Skema output PLC.
Syaprudin – te-pnj - 2005
47
Pemilihan perangkat output sangat penting, jika ada peralatan output yang sensitive terhadap nilai rendah sebuah tegangan, maka kebocoran arus output yang kecil ketika keluaran PLC berhenti peralatan output mungkin tidak akan mati, walaupun modul output dalam keadaan mati. Gambar 4.4. menggambarkan beberapa dari model peralatan output yang digunakan dalam proses.
Motor DC Armature
Anunciator
Shunt Field
Coil Series Field
Bell
Buzzer
Comm/ Compens Field
Horn/ sirene
Shunt
Volt Meter
V M
Series
Amper Meter
A M
Gambar 4.4. Perangkat modul output PLC
4.5. PROSEDUR OPERASI Sebuah program sederhana akan mengindikasikan bagaimana memulai merangkai sebuah proses kontrol PLC. Untuk melakukan prosedur operasi yang dikehendaki dbuat contoh sebagai berikut: Sebuah relay coil bekerja ketika dua buah saklar toggle dan sebuah limit switch diaktifkan. Langkah pertama adalah memberi nomor masing masing input dan output untuk mengindentifikasi PLC, Input biasanya menggunakan awalan I atau IN dan output menggunakan awalan O atau CR. Tabel 4.1. menunjukan pemberian nomor pada PLC.
Syaprudin – te-pnj - 2005
48
Tabel 4.1. Indentifikasi Input Output Penomoran PLC. Perangkat
Penomoran
Saklar 1
IN001
Saklar 2
IN002
Limit switch
IN003
Output Relay
CR001
Langkah kedua, sketsa diagram logika relay untuk menunjukan kerja rangkaian diatas, ditunjukan dalam gambar 4.5. SAKLAR 1
SAKLAR 2
LIMIT SWITCH
RELAY COIL
Gambar 4.5. Diagram Logika Relay.
Langkah ketiga, gambarkan pengawatan perangkat input ouput ke modul input output PLC. Asumsikan PLC memiliki terminal input 8 dan terminal output 8, itu diperlukan untuk mengatur saklar saklar pada modul, sehingga terminal modul memiliki penomoran sebagai input 1 s/d 8 dan output 1 s/d 8. Hubungan perangkat input dan output ke modul dibuat berdasarkan gambar 4.6. Modul Input T1 Common1 T2 Input 1 T3 Input 2 T4 Input 3 T5 Input 4 T6 Input 5 T7 Input 6 T8 Input 7 T9 Input 8 T10 GND
SAKLAR 1
SAKLAR 2
LIMIT SWITCH
Modul Output
CPU
Hot Common T1 Output 1 T2 Output 2 T3 Output 3 T4 Output 4 T5 Output 5 T6 Output 6 T7 Output 7 T8 Output 8 T9 GND T10
Relay Coil
Gambar 4.6. Rangkaian Pengawatan Perangkat I/O.
Langkah keempat, sketsa diagram ladder sesuai urutan penomoran PLC. rangkaian ditunjukan pada gambar 4.7.
Syaprudin – te-pnj - 2005
49
IN001
IN002
IN003
CR001
Gambar 4.7. Diagram Ladder
Program ladder harus dimasukan ke dalam CPU dengan diterjemahkan memakai keyboard. Sebuah prosedur umum untuk memasukan program dalam format ladder adalah: 1. Bersihkan memori CPU PLC. Langkahnya akan direncanakan disebuah layar menu atau dalam manual operasi untuk PLC. 2. Masukangaris kontrol perangkat sebagai berikut dalam mode edit: a. Tekan tombol kontak Normali Open b. Tekan tombol input c. Tekan tombol angka 001 d. Tekan tombol enter, kontak akan tampil dimonitor. e. Geser kursor satu spasi kekanan f. Ulangi langkah a dan b g. Tekan tombol angka 002 h. Tekan tombol enter, kontak kedua akan tampil dimonitor. i. Geser lagi kursor satu spasi kekanan, dan ulangi langkah diatas untuk proses angka 003 j. Lanjutkan garis kekanan. k. Tekan coil/ tombol output, coil akan tampil dimonitor. l. Tekan tombol angka 001 m. Tekan enter n. Jika garis terlihat sesuai, tekan tombol ladder, insert kemudian tekan enter.
Hasil diagram akan terlihat seperti pada gambar 4.7. Diagram ladder, ketika saklar PLC diatur untuk bekerja, rangkaian akan bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Langkah edit program ladder dapat berbeda beda tergantung dari type PLC dan software yang dipergunakan, untuk bentuk lain dapat dipergunakan buku petunjuk operasi.
Syaprudin – te-pnj - 2005
50
4.6. CONTOH CONTOH PEMOGRAMMAN I/O Berikut ini ditampilkan enam contoh model pemogramman PLC yang menggunakan kontak dan coil. Contoh yang pertama sampai kelima tersusun dari dasar. Contok yang ke enam merupakan sebuah masalah sistem alarm yang lebih rumit. Untuk ketiga contoh pertama menunjukan penyelesaian mengenai PLC dan Logic relay, untuk empat, lima dan enam hanya diagram hubungan PLC. Keenam contoh tersebut adalah sebagai berikut: 1. Satu kontak sederhana dan satu coil. 2. Rangkaian standar start-stop pengunci dan rangkaian Latch-Unlatch. 3. Forwars-reverse stop dengan interlocks mutual. 4. Forward-reverse stor dengan pembalikan langsung. 5. Start stop berjalan. 6. Sistem Alarm
Contoh 1. adalah sebuah rangkaian sederhana dengan sebuah saklar sebagai kontak dan sebuah coil sebagai output. Bila saklar terbuka output akan mati, dan bila saklar tertutup output akan hidup. Gambar 4.8. menunjukan diagram ladder untuk relay logic dan PLC logic. LOGIC RELAY DIAGRAM DASAR L1
SW 1
M
DIAGRAM PENGAWATAN L1 L2
L2
Kontak Power
3 SW 1
T1
3
T2
M
LOGIC PLC BENTUK DI LAYAR
DIAGRAM PENGAWATAN Input
IN001
CR01 7
SW 1
COM 1 2 P 3 L 4 C 5 6 7 8
Output COM 17 18 19 20 21 22 23 24
M
Gambar 4.8. Rangkaian kontrol satu saklar satu coil.
Syaprudin – te-pnj - 2005
51
kontrol tegangan untuk motor dapat sebesar 24VDC atau 120VAC atau tegangan yanglain, Arus yang mengalir ke motor relatif kecil. Maka dari itu, arus yang dikontrol melalui kontak power dibuat sangat besar untuk digunakan pada relay atau PLC.
Contoh 2. adalah rangkaian start stop pengunci, ketika tombol start di tekan, coil akan menyala. Dan ketika tombol start dilepas, coil tetap menyala. Karena ditahan oleh sebuah kontak pengunci yang berhubungan parallel dengan tombol start. Dan kontak pengunci menutup ketika coil menyala, Jika tombol stop ditekan coil berhenti dan mati, keuntungan model ini dibandingkan model contoh 1, adalah ketika power kontrol terputus kemudian terhubung kembali, tombol start harus ditekan untuk memberi kembali pada tegangan coil sedangkan untuk model contoh 1 coil akan segera menstart ulang, tidak memberikan tanda bahaya bagi operator atau teknisi yang memperbaikinya. Diagram logic relay dan diagram logic PLC untuk model ini ditunjukan pada gambar 4.9. DIAGRAM DASAR L1
Stop
Start 3
DIAGRAM PENGAWATAN
LOGIC RELAY M
L2
4
3
L1
L2
L3
Start Aux Aux BENTUK DI LAYAR
LOGIC PLC
IN001
CR017 Stop
CR017
Start
IN1
608 L
IN2
T2
T3
M
DIAGRAM PENGAWATAN Input
IN002
T1
Stop
CO M 1 2 2 4 5
Output CO M 17 18 18 20 21
M
On
608 U Off
608
OUT 7L
LATCH / UNLATCH LOGIC PLC
M
Gambar 4.9. Rangkaian Standard Start Stop Pengunci.
Syaprudin – te-pnj - 2005
52
Perbedaan utama antara hubungan relay dan PLC adalah penempatan fisik dari kontak pengunci. Pada logic relay kontak pengunci menempel dengan coil output, dalam control PLC pengunci dihasilkan secara internal dalam logic PLC. Dalam logic PLC jika kunci meneutup maka output coil berjalan, dan jika pengunci membuka maka output coil berhenti. Gambar 4.9. juga menggambarkan fungsi latch/ Unlatch (mengunci/ membuka), yang digunakan dalam berbagai model PLC. Salah satu saklar input mengunci output bekerja, dan saklar input lain yang berbeda mengunci output agar mati. Sebuah kontak dari coil harus digunakan untuk mengontrol sebuah coil yang terhubung kesebuah terminal output. Catatan bahwa jika CR017 terhubung oleh sebuah coil stater motor dengan relay bermuatan penuh (overload) dan kontak, maka diperlukan pelindung khusus. Jika coil bermuatan penuh terhubung seri dengan stater coil terbuka, maka stater akan terbuka, tetapi itu tidak akan mengunci CR017 dalam program PLC, Jika muatan penh kemudian berkurang dan kontak tertutup kembali, motor akan menstart ulang secara tiba-tiba.
Contoh 3. adalah suatu rangkaian standard forward reverse. Masing masing putaran coil mempunyai tombol start sendiri sendiri. Tombol stop tunggal menghentikan kerja/ operasi coil manapun. Dalam rangkaian diharuskan menekan tombol stop sebelum mengubah arah putaran. Interlocks telah tersedia, oleh karena itu kedua output tidak dapat diberi tegangan secara bersamaan. Rangkaian particular ini bekerja untuk penggunaan control lain, juga dapat digunakan untuk mengatur kecepat rendah/ tinggi atau system control pada bagian naik/ turun. Gambar rangkaian ditunjkan pada gambar 4.10. IN001 menghentikan operasi seluruh perintah, IN002 untuk arah forward CR017 dan IN003 untuk arah reverse CR018. Ada dua catatan pada gambar 4.10. yang akan dijelaskan. Catatan pertama adalah diagram dasar logic relay mengenai akan gagal atau aman, jika motor terlalu panas, rangkaian akan mati untuk melindungi logic relay, jika motor menjadi dingin dan kontak overload menutup kembali. Motor tidak men-start ulang sampai tombol star diaktifkan. Dalam rangkaian PLC, kontak overload
Syaprudin – te-pnj - 2005
53
berada dalam sumber tegangan rangkaian. Ketika kontak overload membuka, tidak akan mempengaruhi rangkaian kontrol, rangkaian CR017 atau CR018 tetap terkunci. Ketika motor menjadi dingin dan overload menutup, motor akan menstart ulang dan itu akan berbahaya, untuk menghindari keadaan ini kontak overload dapat dihubungkan ke modul inputdan rangkaian diprogram untuk menjalankan sebuah kontak PLC normally closed (NC) overload. LOGIC RELAY DIAGRAM DASAR L1
Stop
For
R-2
DIAGRAM PENGAWATAN F
OL L2
F– 1
F-2 Stop
Ref
F-2
F-1
R For
R-1
Rev
5
F
L2
R-2
R-1 7
R
L2
LOGIC PLC BENTUK DI LAYAR IN001
IN002
CR18
DIAGRAM PENGAWATAN CR017
Input F
CR017
IN001
IN003
CR17
Stop
Start F
CR018 R
CR018
CO M 1 2 3 4 5
Start R
Output CO M 17 18 19 20 21
OL
F
R
Gambar 4.10 Kontrol Forward Reverse
Catatan kedua adalah diagram ladder PLC mengacu pada pemogramman kontak kontak tombol stop. Untuk kontak kontak tombol stop yang digunakan adalah normally closed (NC). IN001 diprogram sebagai kontak normally open (NO). ketika sumber tegangan diberi daya, kontak PLC menutup seperti yang
Syaprudin – te-pnj - 2005
54
ditunjukan. Didalam beberapa skema pemogramman (yang tidak ditunjukan) kontak tombol stop yang digunakan adalah NO, sehingga kontak PLC yang diprogram sebagai kontak NC. Dalambeberapa hal bagaimana membuat rangkaian benar benar aman atau gagal. Dalam hal ini melihat bahwa hubungan PLC lebih sederhana dari pada hubungan logic relay bandingkan. Note: Blok diagram logic relay diatas adalah fail safe. Dapat terbuka apabila overload. Blok diagram PLC tidak fail safe saat OL karena tidak terbuka. Contoh 4. sama dengan contoh ketiga, perbedaan utama adalah bahwa contoh ini secara langsung merupabah putaran forward dan reverse tanpa penekana tombol stop. Perbedaan yang lain adalah penambahan petunjuk pilot light untuk indicator. Untuk indentifikasi masukan input ditunjukan pada Gambar diagram 4.11. berikut.
L1
FWD STOP
FWD
L2
REV
R
F
OL
R REV STOP
R F
G
IN001
IN002
IN004 CR018 CR017
Input
Output
F Stop F
CR017
IN003
IN004
Start F
IN002 CR017 CR018 R
CR018 CR017
Stop R
COM
COM
1
17
2
18
3
19
4
20
5
21
F R
Stop R
CR019 Red
CR018
CR020
Green
Gambar 4.11. Rangkaian Pembalik Yang Cepat
Syaprudin – te-pnj - 2005
55
Pembalikan arah putaran yang cepat mungkin diinginkan dalam beberapa aplikasi, bagaimanapun dalam beberapa kasus mungkin tidak baik untuk sistem, sebagai contoh sustu roda sebagai alat keluaran yang dihubungkan ke suatu motor, dengan melakukan pembalikan yang cepat akan menyebabkan tekanan pada motor, system distribusi tenaga dan komponen mekanik, untuk pengamanan rangkaian maka diperlukan waktu tunda (time delay).
Contoh 5. dalam beberapa hal diharapkan rangkaian mempunyai output yang sesaat pada waktu tertentu, output yang sesaat itu disebut JOG. Dua kemungkinan rangkaian untuk start stop JOG ditunjukan pada gambar 4.12. Termasuk diagram ladder PLC dan pengawatan PLC. Catatan bahwa penting untuk menekan tombol stop terlebih dahulu sebelum menjalankan JOG dalam rangkaian. (a). Jogging dengan Start Push button switch Pemilih JOG L1 Stop
Start
M
(b). Jogging dengan Control Relay 3 push button
OL
L2
L1 Stop
Jog Run A2 M
Start
CR
OL
L2
M
JOG
A1
CR
M
CR
IN001
IN002
CR10
Input
Output
Logic CR17
IN001
Stop
CR10
IN003
CR17
Start M
Com 1 2 3 4 5
Com 17 18 19 20 21
M
Jog CR10
Gambar 4.12. Rangkaian Jog Start-Stop
Syaprudin – te-pnj - 2005
56
Contoh 6. adalah system alarm, pada rangkaian alarm ini memiliki empat pilihan input yang tentunya merupakan penyebab kegagalan pemakaian operasi diantarnya adalah: Jika satu input yang hidup, maka tidak akan terjadi apa-apa. Jika dua input yang hidup, maka pilot light yang menyala. Jika tiga input yang hidup, maka alarm akan berbunyi. Jika empat input yang hidup, maka bahaya kebakaran yang akan menyala. Program diagram ladder dan pengawatan PLC untuk input dan output diperlihatkan pada gambar 4.13. IN001 IN002
CR017
IN001 IN003
PILOT LIGHT
IN001 IN004
Input To Semua
IN002 IN003
A B C D
IN002 IN004 IN003 IN004 IN001 IN002 IN003
CR018
Com 1 2 3 4 5
Output Com 17 18 19 20 21
PL
Sirene
Sirene
IN001 IN002 IN004
Fire Alarm
IN001 IN003 IN004 IN002 IN003 IN004 IN001 IN002 IN003 IN004
CR019
Fire Dept Alarm
Gambar 4.13. Sistem Alarm
Tabel 4.2. Input-Output Alarm Input IN001 IN002 IN003 IN004
Output Red Pilot Light Alarm (Sirine) Pemadam Kebakaran
CR017 CR018 CR019
Pada contoh ini sambungan terminal PLC ke perangkat output yang berupa alarm sangat sederhana, jika menggunakan rangkaian relay maka sambungan akan lebih rumit.
Syaprudin – te-pnj - 2005
57
4.7. RANGKAIAN FAIL-SAFE Beberapa PLC diprogramkan untuk dapat mati dengan menerapkan suatu isyarat tegangan. Sebagai contoh fungsi latch/unlatch memerlukan suatu isyarat untuk menghidupkan atau mematikan coil. Apabila kehilangan tegangan, tombol stop tidak mempunyai efek dan coil masih hidup, sampai tegangan yang diperlukan sistem mati. Tombol stop keadaan darurat seharusnya ada pada rangkaian PLC. Gambar 4.14. menunjukan suatu rangkaian yang bisa digunakan sebagai sistem fail safe. Pengaturan saklar master run-stop pada fail safe terdapat pada sisi kanan yang akan memutus semua daya coil. Tentunya dalam sebuah system terdapat fail safe, dimana tidak diperbolehkan mematikan semua coil manakala tombol darurat ditekan, sumber tegangan untuk alat harus ada. Untuk pengoperasian fail safe yang benar, kelengkapan analisa system kontrol sangat diperlukan. IN 004
0022
IN 004
RUN
Latch
L
CR - FS
0022 STOP
U 0022
2
CR - FS UnLat ch Output
LIGHTS
HOT
VALVES
OUTPUT MODUL
COILS
ATAU IN004
STATER
IN005
CR002 Output ATAU
CR002 IN004
IN005
CR - FS
SAKLAR 1
CR - FS SAKLAR 2
VR - FS
INPUT MODUL
NOT FAIL SAFE
FAIL SAFE
Gambar 4.14. Rangkaian Fail Safe
Syaprudin – te-pnj - 2005
58
4.8. CONTOH PROSES INDUSTRI Contoh berikut lebih lengkap dibandingkan dengan yang sebelum. Untuk merumuskan suatu sistem kontrol, biasanya mengikuti langkah langkah pelajaran terdahulu. Masalah yang melibatkan mesin bor semi-otomatis ditunjukan pada gambar 4.15. PROYEKSI KE FRAM E MOTOR LSDD PELINDUNG PENGAMAN BENDA KERJA
LSSP
LSSD SISTEM MASTER KONTROL
START STOP KIRI
KANAN
B Gambar 4.15. Layout Operasional Mesin Bor
Posisi awal putaran mesin dan mata bor berada diatas, bagian yang akan dibor ditempatkan dibawah. Kemudian turun pelindung keamanan setelah kedua tombol start ditekan, dua saklar pushbutton direkomendasikan untuk meyakinkan kedua tangan keluar dari jalur. Bor berputar dan kebawah, kekuatan putaran dilengkapi oleh silinder udara yang mendorong dan menarik. Sistem pneumatic menggunakan elektrik solenoid. Ketika pemboran telah selesai, sensor yang diletakkan dibawah akan merespon dan bor sepenuhnya akan kembali keatas, dan sistem akan berhenti. Jika tidak ada bagian yang akan dibor maka solenoid tidak akan bekerja. Untuk menambah keamanan juga perlu diperhatikan. Lebih aman lagi sebelum mesin dijalankan ketika tombol stop ditekan setiap saat bor dan pelindung kembali lagi.
Syaprudin – te-pnj - 2005
59
Ada beberapa langkah prosedur yang harus dilakukan untuk penyelesaian. Contoh sebelumnya tidak terlalu rumit dan mendapatkan langkah langkah prosedur secara informal, untuk langkah langkah yang direkomendasikan untuk masalah ini adalah sebagai berikut: 1. Menetukan proses operasi dan mendaftar langkah langkah operasi secara berurutan. 2. Menetukan dan mendaftar input dan output peralatan sensor yang dibutuhkan sesuai dengan kerja system 3. Tentukan jumlah I/O PLC dibutuhkan 4. Gambarkan
diagram
pengawatan
PLC
perhatikan keterangan sangat
membantu. 5. Gambarkan program diagram ladder PLC. 6. Periksa urutan program 7. Hubungkan system PLC ke simulator dan periksa operasinya. 8. Periksa operasi yang actual. 9. Buatlah modifikasi yang dibutuhkan.
Langkah Pertama, mendaftar urutan kerja: 1. Tekan tombol start sistem. 2. Letakan bagian yang akan dibor pada tempatnya dan mengaktifkan LSSP 3. Tekan tombol start secara bersamaan. 4. Pelindung keamanan turun dan mengaktifkan LSDD 5. Bor mulai berputar dan turun. 6. Ketika mata bor dibawah dan mengaktifkan LSSD 7. Sistem dimatikan mata bor dan pelindung kembali. 8. Sistem direset.
Catatan, bahwa menekan stop kapan saja dapat menghentikan langkah langkah kerja dan mereset kembali seperti awal.
Syaprudin – te-pnj - 2005
60
Langkah kedua, mendaftar input dan output. 1. Saklar Start 2. Saklar Stop 3. Lampu pilot 4. Saklar sebelah kiri pelindung dan bor start 5. Saklar sebelah kanan pelindung dan bor turun 6. Sensor penempatan benda kerja. 7. Sensor bor turun 8. Sensor benda kerja selesai dibor.
Langkah ketiga, mendaftar nomor input, output dan komponen sensor. Tabel 4.3. Penomoran Komponen. I/O kontrol bor. INPUT
OUTPUT
IN001
Sistem Start
OUT017
Sistem Pilot Ligth
IN002
Sistem Stop
OUT018
Solenoid Pelindung Turun
IN003
LSSP-Posisi benda kerja
OUT019
Perputaran Motor
IN004
Start Kiri
OUT020
Solenoid Bor Turun.
IN005
Start Kanan
IN006
Stop Kiri
IN007
Stop Kanan
IN008
LSSD-Pelindung Turun
IN009
LSDD-Bor Selesai Turun
Langkah ke empat, merancang pengawatan sistem PLC, hasil perancangan ditunjukan pada gambar 4.16. Pengawatan Perangkat I/O ke PLC Sistem
Kiri
2
Stop
4
Start
6
Stop
5
Start
Kanan
Stop
CO M 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
Start
CO M
P L C
17 18
PL SD SOL
19
RGT MOTOR
20
MD SOL
LSDD 7 8 LSPP 9
LSSD
Gambar 3 4.16. Pengawatan Perangkat I/O Ke PLC
Syaprudin – te-pnj - 2005
61
Langkah ke lima, merancang program software sistem PLC, hasil perancangan ditunjukan pada gambar 4.17. Diagram Ladder sistem bor.
IN002
IN006
I N007
IN001
CR017
CR017 CR017
CR018
IN003
IN004
IN005
IN008
CR018
IN008
CR019
IN009
CR018
CR019 CR020
Gambar 4.17. Diagram Ladder Sistem Bor
Langkah ke enam, memeriksa urutan kerja ladder. Urutan kerja diagram ladder adalah sebagai berikut: A. Tekan tombol start, IN001. CR017 aktif B. CR017 terkunci C. Menepatkan benda kerja pada tempatnya, IN003 menutup, posisis IN009 NC. Tekan kanan dan kiri tombol start IN004 dan IN005, CR018 aktif, pelindung turun. D. Ketika pelindung akan turun mengaktifkan LSDD IN008. E. CR018 dan IN008 tertutup, CR019 aktif motor bor berputar F. CR019 tertutup, mengaktifkan CR020 bor turun. G. Pengeboran selesai, LSSD IN009 aktif NO, CR018, CR019 dan CR020 semua off, Motor berhenti berputar dan pelindung keamanan kembali keatas.
Langkah ke tujuh, men download program softwsre ke PLC Langkah ke delapan, periksa rangkaian operasi. Langkah sembilan, modifikasi apabila ada kekurangan atau pengembangan.
Syaprudin – te-pnj - 2005
62
4.9. SOAL SOAL TROUBLESHOOTING Suatu sistem yang berbasis PLC setelah dioperasikan terkadang mengalami kegagalan, rangkaian tidak dapat bekerja sesuai yang diharapkan, apakah karena salah program atau factor factor lain. 1. Lihat gambar 4.9. pada contoh 2. rangkaian hubungan PLC Output tidak aktif ketika IN001 diberi supply. Output tidak terkunci ketika IN001 dilepas. Rangkaian tidak dapat dinonaktifkan. 2. Lihat gambar 4.10. pada contoh 3. rangkaian hubungan PLC Ketika IN002 atau IN003 diberi supply tidak terjadi apa-apa. Output forward dapat disupply, sedangkan output reverse tidak dapat. Ketika Distop, IN001 diberi supply output reverse tidak mati. 3. Lihat gambar 4.11. pada contoh 4. rangkaian hubungan PLC. Output pilot lamp tetap aktif walaupun coil tidak aktif. Hanya dapat mengaktifkan dari forward ke reverse, tidak dapat mengaktifkan dari reverse ke forward. 4. Lihat gambar 4.12. pada contoh 5. rangkaian hubungan PLC. Ketika JOG dinonaktifkan coil CR010 tetap aktif mengunci. Ketika start dinonaktofkan, coil CR010 tidak mengunci.. 5. Lihat gambar 4.13. pada contoh 6, buktikan bahwa sistem tidak bekerja bilamana salah satu inputnya diganti dengan saklar NC
4.10. SOAL SOAL LATIHAN. Buatlah diagram ladder dan pengawatan perangkat input –output ke PLC, untuk soal soal dibawah ini. 1. Kipas angin akan aktif dan non-aktif dari salah satu lokasi diantara tiga lokasi, setiap lokasi memiliki tombol start dan stop. 2. Silinder hidrolik dua arah memiliki dua solenoid untuk pengontrol, Pemberian supply pada solenoid A, menyebabkan silinder memanjang dan pemberian supply pada solenoid B, menyebabkan silindir memendek. Sebuah limit switch pada masing masing solenoid mengindikasikan perpanjangan dan
Syaprudin – te-pnj - 2005
63
perpendekan secara penuh, gunakan 2 kontrol start-stop dan 3 kabel, satu pad setiap arah. Buatlah kontrol dua arah termasuk interlock untuk mengatur solenoid. Lihat contoh 3. 3. Sebuah mesin penggiling (M) dan pompa Lubrikasi (L) keduanya memiliki sistem kontrol start-stop tiga kabel, sistem 3 kabel ditunjukan pada contoh 2. L harus bekerja sebelum M distart, ketika L berhenti M juga harus berhenti. 4. Tiga buah mesin, dimana masing masing setiap mesin memiliki tombol startstop sendiri. Hanya satu mesin yang aktif pada waktu yang bersamaan, buatlah rangkaian dengan interlock. 5. Sistem kontrol temperatur yang memiliki 4 buah thermostat. Sistem ini mengendalikan 3 unit pemanas. Thermostat diatur 55, 60, 65 dan 70F, dibawah 55F 3 buah pemanas akan aktif, pada temperatur antara 55F - 60F menyebabkan dua pemanas aktif, untuk 60F - 65F satu pemanas aktif, diatas 70F semua pemanas tidak aktif. Master saklar dapat menaktifkan dan menonaktifkan sistem. 6. Buatlah sistem PLC untuk situasi berikut: ketiga sebuah bendak kerja ditempatkan diconveyor pada posisi satu, akan bergerak atau berpindah menuju ke posisi dua, Setelah mencapai posisi dua benda kerja akan berhenti dan di stempel, selesai distempel bergerak lagi menuju posisi tiga gambar sistem diperlihatkan pada gambar 4.18.
Gambar 4.18. kontrol Posisi.
Syaprudin – te-pnj - 2005
64