3.1
Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Pekerjaan struktur yang akan di bahas pada bab ini adalah pekerjaan struktur
atas.
Pekerjaan
struktur
atas
adalah
pekerjaan
yang
berulang/tyipical. Untuk itu perlu diperhatikan kebutuhan material, tenaga kerja dsb. Hal ini bertujuan untuk mencapai target waktu pelaksanaan. Ada beberapa pekerjaan dalam pekerjaan struktur atas, yaitu 1. Pekerjaan kolom, 2. Pekerjaan Balok dan Pelat, 3. Pekerjaan Tangga.
Pekerjaan-pekerjaan tersebut selalu terdiri dari beberapa pekerjaan utama, yaitu: 1. Pekerjaan persiapan, 2. Pekerjaan tulangan, 3. Pekerjaan bekisting, 4. Pekerjaan pengecoran dan pemadatan, 5. Pekerjaan pembongkaran bekisting, 6. Pekerjaan perawatan.
20
21
Gambar 3.12 Flowchart Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
22
3.1.2 Pelaksanaan Pekerjaan Kolom Di proyek Laboraturium Universitas Padjajaran yang kami tinjau dalam perencanaanya menggunakan beton K-300 dengan berbagai dimensi dan jenis penulangannya dan pekerjaan kolom yang kami amati yaitu pada lantai 3 dan atap. Pada lantai 3, terdapat 5 jenis kolom. Yaitu K1, K1A K2, K2A, K3 B, K3 C dan K3 D.
Gambar 3.14 Column Schedule Tipe K1
23
Gambar 3.15 Flowchart pekerjaan kolom
Pekerjaan Persiapan Kolom Dalam pekerjaan persiapan kolom, dipersiapkan beberapa hal yaitu, peralatan, bahan, alat berat, APD dan penentuan As kolom.
24
Tabel 3.1 Peralatan Pekerjaan kolom
No
Gambar
Nama
Fungsi
1 Menentukan ketinggian Thedolite
dengan sudut mendatar dan sudut tegak Untuk membuat
2
Sipatan tinta
garis pada hasil
hitam
bidikan theodolite
4
Meteran
Untuk mengukur panjang
Untuk membengkokkan
5
Bar Bender listrik
baja tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan
25
Untuk memotong baja 6
Bar cutter
sehingga
listrik
ukurannya sesuai dengan gambar kerja Untuk memotong kawat
7
Tang
bendrat yang telah diikat pada tulangan Untuk
8
Palu
memberikan tumbukan kepada paku Untuk memberi perkuatan pada
9
Tie Rod
bekisting yang sudah tertutup agar tidak ada celah Bucket digunakan untuk
Bucket dan 10
Selang Tremis
menyimpan campuran beton sementara dan selang tremis digunakan untuk menyalurkan
26
campuran beton yang berada di dalam bucket kedalam bekisting kolom yang siap di cor
Vibrator
11
Concrete
Untuk pemadatan beton segar
Untuk mencongkel 12
Linggis
papan pada saat pembongkaran bekisting
Tabel 3.2 Bahan Pekerjaan Kolom
No
Gambar
Nama Alat
Fungsi Untuk menandai
1
Paku
titik sementara dan untuk memaku papan
Untuk mengikat 2
Kawat
antar tulangan
Bendrat
agar lebih kokoh dan tidak bergeser
27
Untuk menjaga 3
Beton deking
ketebalan selimut beton
Untuk menahan 4
Tulangan
gaya tarik dan gaya geser pada beton bertulang
5
Plywood
Sebagai bahan
12mm
acuan kolom
Untuk memberi 6
Balok 5/7
perkuatan pada bekisting kolom yang akan di cor Untuk memberi
7
Hollow 50 mm
sokongan agar bekisting tetap tegak berdiri dan kokoh Untuk mencegah
8
Minyak
campuran beton
bekisting
menempel pada bekisting
28
Untuk menahan beban/gaya tekan 9
Beton Segar
apabila beton tersebut sudah mengeras
Tabel 3.3 Alat Berat Pekerjaan Kolom
No
Gambar
Nama Alat
Fungsi Untuk
1
Mobile Crane
mengangkat material ke lantai 2 atau 3 Untuk mengangkut adukan
2
Concrete
beton ready mix
Mixer Truk
dari tempat pencampuran beton ke lokasi proyek
Tabel 3.4 Alat Pelindung Diri
No
Gambar
Nama Alat
Fungsi
Helm Safety
Untuk melindungi kepala dari benturan, jatuhan material dan mengurangi cidera
1
29
2 Safety Shoes
Untuk melindungi kaki dari benturan, jatuhan material dan mengurangi cidera
Penentuan As Kolom Kolom Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yaitu berupa pengukuran dan pematokan. Pengukuran tersebut berupa marking titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar penentuan letak kolom. Dalam penentuan as kolom, hal pertama yang dilakukan adalah memahami gambar kerja sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan penentuan as bangunan. As bangunan didapat berasal dari bidikan benchmark yang sudah ada sebelumnya, lokasinya di dekat gedung perpustakaan yang sedang di bangun. Penempatan titik As bangunan diletakkan pada areal bangunan yang sekiranya tidak terganggu oleh aktifitas pekerjaan sehingga titik acuan tidak bergerak. Untuk menentukan letak as kolom lainnya yang sama/sejajar ditentukan berdasarkan kolom acuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Untuk
mendapatkan
as
posisi
kolom
menggunakan
theodolite, surveyor menembak dari as bangunan ke as pondasi pile cap, kemudian tandai. Setelah mendapatkan as kolom lantai 1, lakukan cara yang sama untuk pekerjaan kolom lantai 2 dan 3. Kemudian dilakukan pengecekan posisi as kolom dilantai 3 tujuannya agar posisi kolom lantai 3 benar-benar
sentris
kedudukannya terhadap as kolom pada lantai sebelumnya. Untuk mengurangi resiko kesalahan dalam penentuan as kolom, maka sebelum pekerjaan kolom dilakukan pengukuran ulang untuk memeriksa titik-titik as kolom tersebut sesuai dengan gambar. 30
Pekerjaan Penulangan Kolom Metode kerja yang digunakan pada proyek yang kami amati menggunakan metode pabrikasi. Selain itu, jenis besi yang digunakan pada kolom adalah besi ulir. Pabrikasi tulangan, dilakukan di los tulangan yang letaknya berada di Gedung Perpustakaan. Pengerjaannya dilakukan secara manual dengan menggunakan alat Bar Bender listrik dan Bar Cutter listrik. Sebelum memulai pabrikasi, pilihlah tulangan yang dalam kondisi baik dan tidak berkarat. Dalam pabrikasi tulangan, hal pertama yang dilakukan adalah pahami gambar kerja serta membuat rencana daftar pembengkokan dan pemotongan berdasarkan gambar rencana atau biasa disebut dengan BBS.
Cara membuat BBS untuk sengkang yaitu Dimensi tulangan = 640 x 240 mm Selimut beton (SB)= 30 mm Diameter tulangan sengkang (Ds) = 10 mm Diameter lengkunngan (Dl) = 5*Db = 5*(10) = 50mm L= ((640 mm-(2 Ds)+(5 Ds))*2) +
Gambar 3.16 Sengkang kolom tipe K1
(240 mm-(2 Ds)+(5 Ds)) *2) + (2*(6 Ds)) + 1,5* *Dl L= ((640 mm-(2*10 mm)+(5 *10 mm)*2) + (240 mm-(2*10 mm)+(5*10 mm))*2) + (2*(6*10)) + 1,5* *50 L= ((640 mm-70 mm)*2) + ((240 mm-70 mm) *2) + 120 mm + 235,62 mm L = 1835,62 mm
1,836 m
Tinggi kolom = 4 m Jarak sengkang = 10 cm = 0,1 m
31
Banyak sengkang dalam 1 kolom = ((4 m : 0,1 m)-1) = 39 bh Jumlah total panjang sengkang = 1,836 m * 39 = 71,6 m.
72 m
Jumlah kolom tipe K1= 24 buah Jumlah panjang semua kolom tipe K1 = 24 * 72 m = 1728 m Jumlah kebutuhan besi dalam satuan batang = 1728 m : 12 m = 144 lente
Tabel 3.5 Kebutuhan tulangan kolom No
Diameter (mm)
Banyak Kode
Panjang
Sisa Tulangan
Tulangan (m)
(m)
144
1728
0
64
768
0
68
812,214
3,786
64
768
0
Tulangan (Lente)
Keterangan
Sengkang 1
10
kolom tipe K1
Tul. 2
19
Utama kolom tipe K1
Sengkang
3
10
kolom tipe K2A
Tul.
4
19
Utama kolom
32
tipe K2A
....... .....
.....
............
................
..............
..............
..........................
Setelah diketahui jumlah tulangan sengkang untuk satu kolom, selanjutnya disiapkan tulangan yang akan digunakan sesuai dengan diameter yang diperlukan untuk tulangan utama kolom. Potong besi tulangan sesuai ukuran yang diperlukan menggunakan bar cutter listrik. Pada proyek ini digunakan bar cutter listrik. Dengan dimensi maksimal diameter besi tulangan 32mm. Cara kerja dari alat ini yaitu baja yang akan dipotong dimasukkan ke dalam gigi bar cutter, kemudian pedal pengendali dipijak, dan dalam hitungan detik baja tulangan akan terpotong. Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu. Sedangkan untuk baja yang diameternya lebih kecil, pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus sesuai dengan kapasitas dari alat.kemudian untuk membuat tulangan sengkang, gunakan tulangan yang sudah di potong tadi Setelah tulangan dipotong menggunakan bar cutter listrik, kemudian tulangan di bengkokkan menggunakan bar bender. Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokkan dimasukkan di antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokkannya. Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokkan yang diinginkan. Bar bender dapat mengatur sudut pembengkokan tulangan dengan mudah dan rapi. Bar bender yang digunakan mempunyai batas pembengkokkan besi tulangan maksimal diameter besi 32mm.
33
Gambar 3.17 Tulangan yang telah dipotong menggunakan bar cutter listrik
Kemudian, bengkokkan tulangan dengan menggunakan bar bender dengan aturan seperti tabel di bawah ini.
Tabel 3.6 Aturan dalam pembengkokkan tulngan
Bengkokan tulangan dengan sudut 90o hingga seperti gambar dibawah ini
Gambar 3.18 Pembengkokkan pertama dengan sudut 90o
Setelah itu bengkokkan lagi tulangan hingga seperti gambar dibawah ini
34
Gambar 3.19 Pembengkokkan kedua dengan sudut 90o
Terakhir, bengkokkan lagi tulangan dengan menggunakan sudut 135o hingga seperti gambar dibawah ini
Gambar 3.20 Pembengkokkan ketiga dengan sudut 135o untuk pengait
Setelah semua tulangan sudah di bengkokkan, kemudian sengkang-sengkang dikumpulkan berdasarkan kebutuhan sengkang dalam satu buah kolom. Rangkai tulangan utama dan sengkang menggunakan kawat bendrat dengan ikatan silang dan tang. Jarak antar sengkang untuk tumpuan 10 cm. Setelah selesai terpasang, cek kembali kekuatan ikatan antara sengkang dan tulangan dengan cara sengkang menggoyang-goyangkan sengkang tersebut. Selain itu dicek juga jarak antar sengkang menggunakan meteran. Di lokasi kerja, dilakukan pemasangan sepatu kolom. Cara membuat sepatu kolom yaitu tulangan yang panjangnya +/- 20cm di 35
bengkokkan menggunakan bar bender dengan sudut 90o sebanyak empat buah untuk satu kolom. Setelah di bengkokkan, tulangan tersebut dibawa ke lokasi kerja. Cara pemasangannya yaitu dilakukan pemboran pada pelat di titik yang sudah di tentukan. Setelah itu masukkan ujungnya kedalam lubang yang sudah di bor dan ujung lainnya di las pada tulangan overstek kolom. Setelah pemasangan sepatu kolom telah selesai, kemudian tulangan yang sudah di pabrikasi di bawa ke lokasi kerja dan disimpan di satu tempat yang telah ditentukan. Tulangan tersebut di angkat
ke lokasi kerja dengan menggunakan mobile crane dan
diangkat ke atas kolom yang akan di pasang tulangan. Ikat tulangan yang sudah dipabrikasi dengan tulangan overstek kolom meggunakan kawat bendrat
Gambar 3.21 Tulangan yang sudah dirangkai di los tulangan, dibawa ke lokasi kerja
Setelah pembesian selesai, pada sekeliling baja tulangan kolom dipasang beton decking sejarak 60cm yang diikat dengan kawat bendrat untuk menjaga ketebalan selimut beton. Kemudian dilakukan pengecekan kembali ikatan antara sengkang dan tulangan utama,
jarak
antar
sengkang
ketegakkan
tulangan
dengan
menggunakan unting-unting. Karena syarat-syarat diatas telah terpenuhi maka dilanjutkan ke pekerjaan bekisting kolom.
36
Pekerjaan Bekisting Kolom Pekerjaan menggunakan
bekisting metode
pada
proyek
semi-modern.
yang
kami
Pekerjaannya
amati
dilakukan
langsung di lokasi kerja. Pekerjaan bekisting kolom dikerjakan setelah pekerjaan penulangan kolom selesai. Dalam pekerjaan bekisting, hal yang pertama dilakukan adalah membersihkan area kolom agar pada saat pengecoran tidak ada material yang dapat mengganggu hasil pengecoran. Lalu bekisting kolom berupa kayu papan plywood 12 mm dipasang pada keempat sisi kolom. Dalam pemasangan papan kayu tersebut tepat mengenai sepatu kolom. Setelah itu, keempat sisinya diberi sabuk dari balok kayu 5/7 lalu pasang tie rod. Jarak antar sabuk kolom pada proyek yang penulis amati +/- 60 cm. Kemudian dilakukan perkuatan bekisting dengan memasang pipa besi pada setiap sisi kolom dengan tujuan supaya lebih kuat, dengan sudut +/- 45o. Setelah bekisting berdiri tegak, lalu dilakukan pengecekkan. Untuk bekisting, pengecekkan yang dilakukan adalah cek kerapatan bekisting, cek kekokohan bekisting dengan cara bekisting tersebut
digoyang-goyangkan
dan
cek
ketegakkan
bekisting
menggunakan unting-unting. Karena syarat-syarat di atas telah di penuhi maka pekerjaan pengecoran dapat dilakukan.
37
Gambar 3.22 Kolom sudah siap untuk di cor
Pekerjaan Pengecoran dan Pemadatan Kolom Pekerjaan pengecoran pada proyek yang penulis amati menggunakan beton ready mix dari Pioneer dan Adimix. Sebelum pekerjaan pengecoran dan pemadatan, terlebih dahulu penuhi syarat administrasi pengecoran. Pertama, setelah bekisting dan pembesian siap, engineer yang bertugas sebagai quality control mengecek ke lokasi atau zona yang akan dicor. Karena sudah OK, engineer membuat surat izin cor dan mengajukan surat izin ke ke bagian MK. Kemudian tim pengawas akan melakukan survey ke lokasi yang diajukan dalam surat cor. Setelah OK, konsultan pengawas menandatangani surat izin cor tersebut. Surat izin cor dikembalikan kepada engineer dan pengecoran boleh dilaksanakan. Kemudian truk mixer tiba dilokasi kerja, dan dilakukan pengecekan terlebih dahulu surat jalannya. Yang diperhatikan adalah mutu, slump dan volume dan waktu pembuatan-waktu tiba, karena lumayan tepat waktu beton yang berada di dalam truk mixer masih dalam keadaan baik sehingga beton segar tersebut siap untuk dilakukan cek slumptest.
38
Gambar 3.23 Surat jalan Adhimix Precast
Selain itu, Beton segar yang berada di dalam mollen (concrete mixer) diuji slumpnya dengan spesifikasi 12 ± 2 cm tinggi keruntuhanya di ukur dengan membandingkannya dengan alat slump test nya seperti pada gambar 3.24.
Gambar 3.24 Ilustrasi slump test
39
Pertama, masukan beton segar ke dalam alat slump test meter dalam 3 lapis, masing-masing lapisan berukuran 1/3 dari slump. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat dengan cara ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali. Penusukan dilakukan secara merata (memutar) dan penusukan sampai lapisan bagian bawah untuk tiap lapisannya, pada bagian sisi alat posisi tongkat penusuk juga dimiringkan. Kedua, ratakan permukaan benda uji dan diamkan selama 30 detik, lalu diangkat cetakan perlahan-lahan secara vertikal. Ketiga, ukur penurunan dari beton segar. Pengukuran dilakukan pada 2 titik atau lebih, kemudian nilai penurunan-nya diambil dari harga rata-rata.
Gambar 3.25 Pelaksanaan slump test di lapangan
Karena nilai slump didapat rata-rata 13cm maka beton segar tersebut memenuhi spesifikasi siap untuk dicorkan, kemudian tuangkan beton segar ke dalam bucket, kemudian bucket diangkat dengan mobil crane yang diarahkan oleh orang yang menaiki bucket dengan walky talky ke titik cor yang bertugas menuangkan beton segar dari bucket. Setelah itu
beton yang ada di dalam bucket 40
dituang dari atas kolom. Dengan satu pekerja yang berada di bucket dan satu pekerja berada di atas kolom untuk mengatur selang tremi dengan diameter 8 inch yang didalamnya mengalir beton segar. Dibawah ini merupakan ilustrasi gambar ketika pengecoran kolom pada tipe K1.
Gambar 3.26 Ilustrasi penempatan selang tremi dan vibrator pada kolom tipe K1
Gambar 3.27 Pekerja mengatur masuknya campuran beton kedalam kolom
Pengecoran kolom dilakukan secara bertahap, dengan titik jatuh maksimal 1,5 m. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya segregasi agregat ketika pengecoran berlangsung. Setiap ketinggian 50 cm, beton segar digetarkan menggunakan alat vibrator. Tujuannya agar beton menjadi padat. Cara menggunakan alat vibrator yaitu batang vibrator dimasukkan dalam posisi sedapat mungkin vertikal, biarkan berat sendiri
menenggelamkan
batang
vibrator.
Waktu
41
pemadatan/penggetaran dilakukan dengan waktu ± 5 detik setelah terlihat permukaan beton mulai mengkilap tanda pasta semen sudah mulai naik maka pengecoran telah selesai.
Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Kolom
Papan Plywood 12mm
Hollow 50mm
Support Tie Rod Balok kayu 5/7
Gambar 3.28 Komponen-komponen dalam beksiting kolom
Setelah kolom di cor, diamkan selama +/- 8 jam kemudian bekisting dibongkar Dalam
pekerjaan
pembongkaran
bekisting,
Pertama,
kendorkan dan lepaskan tie rod kemudian lepas sabuk kolom. Setelah itu papan plywood di keempat sisinya di lepas. Panel bekisting yang telah terlepas segera diangkat dengan mobile crane ke lokasi pabrikasi awal.
Pekerjaan Perawatan Kolom Dalam proyek yang kami amati, pekerjaan perawatan kolom tidak dilakukan dengan alasan agar lebih cepat. Sehingga terkadang permukaan beton terlihat retak-retak rambut.
42
Padahal, perawatan kolom dilakukan agar proses hidrasi tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat (PB,1989:29). Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur.
Gambar 3.29 Pekerja melalukan pekerjaan curing Sumber: http://2.bp.blogspot.com/s7HMlZo5j8E/UcZFIzOoUoI/AAAAAAAAAKc/PFizS97Tnmo/s1600/ c8.jpg
Untuk
kolom,
perawatannya
dengan
cara
menyirami
permukaan beton dengan air secara kontinyu.
43
3.1.4 Pelaksanaan Pekerjaan Tangga Dalam proyek yang kami tinjau digedung Laboraturium Fakultas Geologi UNPAD Jatinangor jenis tangganya adalah tangga terjepit sebelah dengan pembekistingan memakai metode konvesional dan pekerjaan pelat yang kami amati yaitu pada lantai 1, 2 dan 3. Contoh denah tangga yang di kerjakan:
Gambar 3.30 Denah tangga lantai 1
44
45
Gambar 3.31 Flowchart pekerjaan tangga
46
Pekerjaan Persiapan Tangga Dalam pekerjaan persiapan tangga, ada beberapa hal
yang
dipersiapkan diantaranya, peralatan, bahan, alat berat, APD dan penentuan As tangga.
Tabel 3.7 Peralatan Pekerjaan Tangga
No
Gambar
Nama
Fungsi
1 Mengukur Waterpass
2
3
ketinggian elevasi bangunan
Sipatan tinta
Untuk membuat
hitam
garis penanda
Meteran
Untuk mengukur panjang
Untuk memotong 4
Tang
kawat bendrat yang telah diikat pada tulangan
47
Bucket digunakan untuk menyimpan campuran beton sementara dan selang tremis 5
Bucket dan
digunakan untuk
Selang Tremis
menyalurkan campuran beton yang berada di dalam bucket kedalam bekisting kolom yang siap di cor
6
7
Vibrator
Untuk pemadatan
Concrete
beton segar
Ruskam Kayu
8
Untuk meratakan hasil pengecoran
Untuk menancapkan Palu kakatua
paku dengan cara memukul dan mecabut paku
48
Untuk menggali tanah dan bisa 9
Linggis
dipakai untuk mencongkel plywood
Tabel 3.8 Bahan Pekerjaan Tangga
No
Gambar
Nama Bahan
Fungsi Untuk menahan beban/gaya tekan
1
Beton Segar
apabila beton tersebut sudah mengeras
Untuk menjaga 2
Beton Deking
tebal selimut beton
Untuk mengikat
3
Kawat Bendrat
antar tulangan agar lebih kokoh dan tidak bergeser
Sebagai perancah 4
Scaffolding
bekisting balok dan plat lantai
49
Papan 5
plywood 12mm
Sebagai bahan acuan bekisting balok
Sebagai 6
Balok suri-
penompang /
suri
tumpuan acuan balok Untuk melekatkan dua
7
Paku
bahan dengan menembus keduanya. Untuk menjaga ketebalan pelat
8
Cakar Ayam
dan menjaga jarak antar tulangan supaya tidak menempel
9
Tulangan
Untuk menahan
anak tangga
gaya tarik
50
Alat Berat Pekerjaan Tangga Karena dalam pekerjaan tangga Alat Berat yang dipakai sama dengan pekerjaan kolom maka dapat dilihat pada Tabel 3.3 Alat Berat Pekerjaan Kolom.
Alat Pelindung Diri Karena dalam pekerjaan tangga Alat Berat yang dipakai sama dengan pekerjaan kolom maka dapat dilihat pada Tabel 3.4 Alat Pelindung Diri.
Penentuan AS Tangga Kemudian menentukan titik as, titik-titik as diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yaitu berupa pengukuran dan pematokan. Dan dalam pekerjaan pengukuran yang pertama dilakukan adalah mengukur ketinggian antar lantai yang akan menjadi lokasi pekerjaan tangga. Dari ketinggian antar lantai yang sudah didapat, hasilnya dibagi dua, gunanya untuk bordes. Karena ketinggian dari lantai kelantai adalah 4,5 meter maka letak bordes adalah tinggi lantai kelantai di bagi dua , kemudian dikurangi dengan tebal plat bordes tebal 0,15 meter maka ketinggian dari lantai bawah ke lantai bordes yang didapatkan adalah 2,1 meter. Sedangkan dari lantai bawah ke balok bordes tebal 0,25 meter adalah 2 meter. Kemudian tandai kemiringannya dengan menarik garis dari lantai terbawah menuju bordes dan dari bordes menuju lantai diatasnya, tandai dengan memasang tali sebagai patokan kemiringan.
Pekerjaan Bekisting Tangga
51
Sebelum memulai pekerjaan bordes tangga, diperhatikan terlebih dahulu oleh surveyor elevasi/ ketinggian dari lantai dibawahnya sehingga diketahui kombinasi alat yang diperlukan seperti menggunakan pipe support. Pekerjaan bordes tangga dimulai dari pekerjaan Balok bordes, yang cara penyetelannya sama seperti balok biasa. Setelah pekerjaan balok selesai bisa dilakukan pekerjaan plat bordes, pekerjaan ini menggunakan metode yang sama dengan pekerjaan plat lantai tetapi pada pekerjaan plat bordes volume pekerjaannya lebih sedikit daripada plat lantai. Kemudian antar dinding balok dipasang kayu 5/7 (jarak maksimum 25 cm). Kayu ini berfungsi sebagai pengganti pipa (karena bentang pendek). Setelah selesai pemasangan kayu 50/10, lalu diikuti pemasangan plywood yang ukurannya disesuaikan dengan panjang dan lebar bordes yang sudah di pabrikasi sebelum pekerjaan bekisting untuk mempercepat dan mempermudahkannya. Badan tangga ada 2 buah, yaitu antara bordes dengan lantai dibawahnya dan antara bordes dengan lantai di atasnya. Setelah pekerjaan bordes dan badan tangga selesai, kemudian dipasang dinding tangga kanan-kiri dan dinding bordes diatas badan tangga dan bordes.
Gambar 3.32 Pekerjaan bekisting tangga bagian badan dinding
Dinding tangga dipaku dengan badan tangga dan diberi perkuatan dengan potongan kayu 5/7 (jarak maksimum 40 cm).
52
Potongan kayu 5/7 dipaku antara badan tangga dengan dinding tangga sehingga benar-benar kuat, rapi, dan tidak goyang,. Dinding ini telah dipabrikasi sebelumnya. Anak tangga dipasang setelah dilakukan pengecekan terhadap elevasi bordes, kemiringan badan tangga, penggambaran trape/ anak tangga pada dinding badan tangga dan pembesian. Pemasangan bordes dan badan tangga yang dikerjakan telah sesuai jumlah anak tangga pas, dengan antrade dan uptrade yang telah ditentukan ukurannya . Kemudian pasang trade/ dinding anak tangga dipasang diantara dinding badan tangga sesuai dengan yang telah digambar pada dinding badan tangga dan dipaku dari dinding tangga kearah dalam. Dalam hal ini pekerja melakukan pemasangan dari bawah keatas untuk memudah pekerjaan. Setelah semua terpasang, kemudian antar anak tangga dirangkai dengan kayu 5/7 memanjang dari atas ke bawah pada dua tempat kanan-kiri dan dipaku. Sama halnya dengan dinding badan tangga, dinding anak tangga inipun telah dipabrikasi sebelumnya.
Gambar 3.33 Pekerjaan bekisting tangga
Pekerjaan Penulangan Tangga
53
Pembesian atau perakitan tulangan tangga langsung dilakukan dilapangan kerja setelah di pabrikasi dilos. Perakitan tulangan tangga sesuai dengan gambar kerja. Jenis tulangan pokok yang dipakai adalah tulangan deform dan polos dengan perbedaan jenis pembengkokannya dan diameternya yang di sesuaikan dengan fungsinya masing – masing. Contoh gambar detail penulangan tangga:
Gambar 3.34 Contoh gambar detail tulangan tangga
Seperti pada gambar dipakai tulangan D13 untuk tulangan pokok tangga, Ø12 untuk tulangan utama balok bordes dan Ø8 untuk tulangan bagi pada tiap anak tangga dan balok bordes. Pada jalannya proyek sendiri untuk penulangan ini dimulai dari pemasangan tulangan terbawah yaitu tulangan pokok/badan tangga dan bordes, pada penulangan bordes nya kolom sedikit di bor sampai kedalaman minimal 1,5 cm untuk memasukan tulangannya. Kemudian diberi beton deking minimal satu perjarak satu meter, setelah itu pasang tulangan
bagi sejarak 15 cm. Selanjutnya
pasang tulangan
pengganjal/cakar ayam, kemudian pasang tulangan pokok badan tangga lapis ke dua dan pasang tulangan bagi lagi. Semuanya terikat
54
kuat oleh kawat, dan yang terakhir adalah pasang tulangan anak tangga yaitu 8 tulangan per satu anak tangga.
Gambar 3.35 Proses pekerjaan penulangan untuk tangga
Gambar 3.36 Pekerjaan bekisting untuk tangga telah siap dicor
Pekerjaan Pengecoran dan Pemadatan Tangga Pertama tangga yang akan dicor harus benar-benar bersih dari kotoran agar tidak membahayakan konstruksi dan menghindari kerusakan
beton.
Pembersihan
dilakukan
memakai
alat
air
compressor. Selain itu kita cek lagi kekuatan bekisting agar ketika mengecor tidak terjadi jebol dan dilakukan leveling oleh surveyor untuk menentukan elevasi tebal plat bordes agar tidak kurang atau
55
kelebihan dimensinya, biasanya dengan memasang paku di bekisting bagia panel samping sebagai patokannya. Sebelum pekerjaan pengecoran dan pemadatan, terlebih dahulu penuhi syarat administrasi pengecoran. Pertama, setelah bekisting dan pembesian siap, engineer yang bertugas sebagai quality control mengecek ke lokasi atau zona yang akan dicor. Ketika sudah OK, engineer membuat surat izin cor dan mengajukan surat izin ke ke bagian MK. Kemudian tim pengawas akan melakukan survey ke lokasi yang diajukan dalam surat cor. Setelah OK, konsultan pengawas menandatangani surat izin cor tersebut. Surat izin cor dikembalikan kepada engineer dan pengecoran boleh dilaksanakan. Kemudian truk mixer tiba dilokasi kerja, dan dilakukan pengecekan terlebih dahulu surat jalannya. Yang diperhatikan adalah mutu, slump dan volume dan waktu pembuatan-waktu tiba, setelah surat jalannya sudah diperiksa dan sesuai dengan ketentuan, beton segar tersebut siap untuk dilakukan cek slumptest. (seperti pada gambar 3.23) Selain itu, Beton segar yang berada di dalam mollen (concrete mixer) diuji slumpnya dengan spesifikasi 12 ± 2 cm tinggi keruntuhanya di ukur dengan membandingkannya dengan alat slump test nya seperti pada gambar 3.24. Pertama, masukan beton segar ke dalam alat slump test meter dalam 3 lapis, masing-masing lapisan berukuran 1/3 dari slump. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat dengan cara ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali. Penusukan dilakukan secara merata (memutar) dan penusukan sampai lapisan bagian bawah untuk tiap lapisannya, pada bagian sisi alat posisi tongkat penusuk juga dimiringkan. Kedua, ratakan permukaan benda uji dan diamkan selama 30 detik, lalu diangkat cetakan perlahan-lahan secara vertikal. Ketiga, ukur penurunan dari beton segar. Pengukuran dilakukan pada
56
2 titik atau lebih, kemudian nilai penurunan-nya diambil dari harga rata-rata . (seperti gambar 3.25) Karena nilai slump didapat rata-rata 12cm maka beton segar tersebut memenuhi spesifikasi siap untuk dicorkan, kemudian tuangkan beton segar ke dalam bucket, kemudian bucket diangkat dengan mobil crane yang diarahkan oleh orang yang menaiki bucket dengan walky talky ke titik cor yang bertugas menuangkan beton segar dari bucket. Dalam proyek tinjauan kami sendiri untuk pengecoran satu tangga di butuhkan sampai ± 3,5 m3 campuran beton, dengan karakteristik beton K-300. Penuangan beton dilakukan secara bertahap, dan ketinggian jatuh kurang dari 0,5 m, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang dapat mengurangi mutu beton. Sesaat beton jatuh ke bekisting beton langsung diratakan dengan cangkul dan ruskam agar beton tidak menumpuk pada satu tempat. Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan beton menggunakan vibrator. Hal tersebut dilakukan untuk meng/hilangkan
rongga-rongga
udara
serta
untuk
mencapai
pemadatan yang maksimal..
Gambar 3.37 Bucket diangkat mobil crane dan pipa tremis diarahkah ke bekisting yang akan di cor
57
.
Gambar 3.38 Proses perataaan campuran beton yang menumpuk dengan cangkul, penggetaran dengan vibrator dan perataan permukaan
Gambar 3.39 Hasil pekerjaan pengecoran
Pekerjaan Perawatan Tangga Dalam proyek yang kami amati, pekerjaan perawatan tangga tidak dilakukan dengan alasan agar lebih cepat. Sehingga terkadang permukaan beton terlihat retak-retak rambut. Namun, apabila tersedia cukup waktu luang, maka dilakukan perawatan tetapi hal ini jarang sekali dilakukan.
58
Padahal, perawatan tangga bertujuan agar proses hidrasi tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat (PB,1989:29). Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur. Untuk balok, perawatannya dengan cara menyirami permukaan beton dengan air secara kontinyu.
Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Tangga Beton yang sudah di cor, tidak langsung di bongkar bekistingnya. Melainkan di diamkan selama +/- 7 hari agar beton tersebut mengeras dan memudahkan pengerjaan pembongkaran bekisting. Untuk pembongkaran dinding tangga dilakukan dengan memukul dahulu panel dinding tangga agar terlepas dan tidak tertempel lagi, kemudian congkel paku yang menyambung ke badan tangga. Untuk pembongkaran balok bordes cara dan urutannya seperti pada pembongkaran balok biasa. Untuk pembongkaran badan tangga dan bordes, dimulai dari pengendoran jack base dan U-head, kemudian diikuti pembongkaran lader/pipe support dan kayu 6/12. Setelah itu dibongkar kayu 5/7 dan terakhir adalah pembongkaran plywood. Setelah semua dibongkar kemudian dirapikan dan ditumpuk pada tempat yang mudah dijangkau oleh alat angkut.
59
3.1.2 Pekerjaan Balok dan Pelat Di proyek Laboraturium Universitas Padjajaran yang kami tinjau dalam perencanaanya menggunakan beton K-300 dengan berbagai dimensi dan jenis penulangannya dan pekerjaan balok yang kami amati yaitu pada lantai 2 dan 3. Tabel 3.10 Detail Tulangan Balok B1 Lantai 3
Gambar 3.42 Letak penulangan balok
60
Di
proyek
Laboraturium
Fakultas
Geologi
Universitas
Padjajaran yang kami tinjau dalam perencanaanya menggunakan beton K-300 dengan berbagai dimensi dan jenis penulangannya dan pekerjaan pelat yang kami amati yaitu pada lantai 2 dan 3.
61
62
Gambar 3.43 Flowchart pekerjaan balok dan pelat
63
Pekerjaan Persiapan Balok dan Pelat Dalam pekerjaan persiapan balok dan pelat, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan. Yaitu, peralatan, bahan, alat berat, APD dan penentuan As balok.
Peralatan Karena pada pekerjaan balok peralatan yang digunakan sama seperti pekerjaan tangga maka dapat dilihat pada Tabel 3.7 Peralatan Pekerjaan Tangga. Tabel 3.11 Bahan pekerjaan Balok
No
Gambar
Nama Bahan
Fungsi Untuk menahan beban/gaya tekan
1
Beton Segar
apabila beton tersebut sudah mengeras
2
3
Sengkang
Untuk menahan gaya geser
Tulangan
Untuk menahan
Utama
gaya tarik
64
Untuk menjaga 4
Beton Deking
tebal selimut beton
Untuk mengikat
5
Kawat Bendrat
antar tulangan agar lebih kokoh dan tidak bergeser
Sebagai perancah 6
Scaffolding
pada pekerjaan bekisting
7
Papan
Sebagai bahan
plywood
acuan balok
12mm
8
Balok surisuri
Sebagai tumpuan / penompang acuan balok
65
Sebagai tempat 9
U-Head
untuk menaruh balok suri-suri
Untuk memberi 10
X-Brace
perkuatan pada kolom yang akan di cor Untuk melekatkan dua
11
Paku
bahan dengan menembus keduanya.
12
Cakar Ayam
13
Wiremesh M7
Untuk menjaga ketebalan pelat
Untuk menahan gaya tekan
66
Tabel 3.12 Alat Berat Pekerjaan Balok
No
Gambar
Nama Alat
Fungsi Untuk
1
Mobile Crane
mengangkat material ke lantai 2 atau 3 Untuk mengangkut adukan
2
Concrete
beton ready mix
Mixer Truk
dari tempat pencampuran beton ke lokasi proyek Untuk memberi tekanan atau dorongan agar
3
Pump
campuran
Concrete
material beton bisa sampai pada tempat yang akan di cor
Alat Pelindung Diri Karena dalam pekerjaan tangga Alat Berat yang dipakai sama dengan pekerjaan kolom maka dapat dilihat pada Tabel 3.4 Alat Pelindung Diri.
67
Penentuan AS Balok dan Pelat Sebelum
penentuan
AS
balok
dan
pelat,
dilakukan
pengukuran. Pengukuran ini bertujuan untuk mengatur/ memastikan kerataan ketinggian balok dan pelat. Pada pekerjaan ini digunakan waterpass. Dilakukan dengan cara membuat titik pinjaman pada kolom yaitu 1 meter dari lantai, contoh jika untuk pengukuran ketinggian dari balok lantai 3. Karena ketinggiannya dari lantai 2 di tentukan 4 meter maka dihitung dengan tinggi dari lantai 2 ke 3 dikurangi titik pinjaman sama dengan 3 meter. Berikan tanda setinggi 3 meter dari titik pinjaman, kemudian kurangi tinggi balok itu sendiri karena tinggi balok 0,55 meter jadi hasilnya adalah 2,45 meter. Jadi tinggi untuk balok bagian terbawah adalah 2,45 m ditambah tinggi titik pinjaman sama dengan 3,45 meter. Kemudian mencari as balok dan pelat diketahui dengan cara melihat kolom sebagai patokan, yaitu dengan cara ukur lebar kolom, jika kolom ukuranya 30x70 cm maka titik tengah kolom dapat ditentukan dengan
70cm dibagi dua. Hasilnya adalah 35cm itu
adalah titik As untuk balok dan pelat, kemuadian dilakukan hal yang sama pada balok dan pelat selanjutnya. Pekerjaan Bekisting Balok dan Pelat Setelah pekerjaan persiapan selesai yang dikerjakan kemudian adalah pekerjaan pembekistingan, yang pertama dilakukan adalah pekerjaan persiapan bahan panel bekisting balok dan pelat. Persiapan bahan panel bekisting sendiri meliputi cek kelayakan pakai, penyesuaian dengan ukuran balok yang akan di buat bekistingnya, serta pelumasan minyak bekisting sebelum pemasangan. Cek kelayakan pakai tersendiri yang dilakukan di proyek yang kami amati terdiri dari cek dimensi dari panel multriplek kemudian disesuaikan dengan kebutuhan kerjanya, kemudian cek panel multripleknya berlubang atau tidak , karena ada beperapa plywood
68
yang berlubang tetapi lubang tidak lebih besar dari aggregat maksimum beton maka plywood bisa digunakan.
Gambar 3.44 Pekerjaan persiapan panel multriplek bekisting
Pekerjaan pengukuran dimensi bekisting balok dan pelat sudah di pabrikasi sesuai dengan ukuran baloknya sehingga mempermudah pekerjaan perakitan tanpa harus mengukur lagi atau bisa langsung dipasang saja. Setelah itu untuk pelumasan oli pada panel bekisting dilakukan bertujuan agar papan bekisting tidak menempel dengan betonnya sendiri sehingga mudah di bongkar. Pelumasan dilakukan pada bagian dalam bekisting saja. Pekerjaan bekisting balok dan pelat sendiri dikerjakan dengan metode semi modern dikarenakan penggunaan perancah yang sudah modern tetapi terkadang masih membuat acuan dilapangan kerja. Pada pekerjaan yang dilakukan pada proyek yang kami tinjau dalam pekerjaan bekisting balok yang pertama dilakukan adalah pemasangan scafolding. Scafolding ini terdiri dari :
69
Gambar 3.45 Bagian-bagian scafolding
Pemasangan scafolding ini diawali dengan memasang jack base sebagai tumpuan paling bawah, kemudian pasang main frame dan main frame yang disambung dengan joint pin.
Selanjutnya
pasang cross brace di sisi samping main frame sebagai pengaku dua scafold, kemudian pasang U head di bagian paling atas. Selanjutnya pasangkan balok suri-suri di atas U head sejarak 60 cm, dan ukur ketinggian sesuai dengan pedoman yang telah dibuat.
Balok suri-suri
Gambar 3.46 Balok suri-suri telah terpasang
70
Kemudian pasang Bottom from (panel bawah) selebar rencana balok diatas balok suri-suri yang telah terpasang dengan cara di paku agar papan bekisting bottom from tidak bergeser.
Gambar 3.47 Pemasangan panel bawah dan panel samping hampir selesai dikerjakan
Papan panel adalah papan cetak yang terbuat dari multriplek. Selanjutnya rangkai tulangan yang sudah disiapkan sesuai gambar kerja yang direncanakan, lebih jelasnya ada pada penjelasan pada pekerjaan penulangan. Kemudian pasang Side form (panel samping), cek kelurusan dan ketegakannya, pengecekan dilakukan dengan memakai baja siku dengan menaruhnya di bagian sudut-sudut bekisting, jika bagian sudut acuan rapat maka bekisting sudah lurus. Dan untuk perkuatanya dipasang from tie dan siku baja tiap 90 cm. Jarak 90 cm ini adalah jarak per scafoolding. Yang terkahir adalah melakukan pengecekan kekuatan bekisting sebelum dilaksanakan pengecoran
dengan
cara
mengoyang-goyangkan
bekistingnya, jika masih ada
rangkaian
yang lepas atau mengendor
bekistingnya maka belum kuat untuk itu lakukan perkuatan lagi. Perkuatan bisa dilakukan dengan menambah pemasangan paku.
71
Gambar 3.48 Pengecekkan kelurusan oleh surveyor sebelum dilaksanakan pengecoran
Pekerjaan Penulangan Balok Dalam pekerjaan pembesian atau perakitan tulangan balok pada proyek yang kami tinjau langsung dilakukan dilapangan kerja setelah di pabrikasi dilos. Pabrikasi dilakukan berdasarkan data BBS (Bar Bending Schedule) yang sudah direncanakan. Pabrikasi di los ini dilakukan pada waktu yang sebelum pekerjaan bekisting dan terdiri dari beperapa pekerjaan antara lain adalah pekerjaan pemotongan, pekerjaan pembengkokan yang kemudian diangkut ke lapangan kerja untuk dirakit. Tulangan yang dipakai pada pekerjaan balok bisa dilihat pada Tabel 3.10 (Detail tulangan balok B1 lantai 3) Cara membuat BBS untuk sengkang yaitu Dimensi tulangan = 490 x 240 mm Selimut beton (SB)= 30 mm Diameter tulangan sengkang (Ds) = 10 mm Diameter lengkunngan (Dl) = 5*Db = 5*(10) = 50mm L= ((490mm-(2 Ds)+(5 Ds))*2) + (240 mm(2 Ds)-(5 Ds)) *2) + (2*(6 Ds)) + 1,5* *Dl
Gambar 3.16 Sengkang balok B1
72
L= ((490 mm-(2*10 mm)+(5 *10 mm)*2) + (240 mm-(2*10 mm)+(5*10 mm))*2) + (2*(6*10)) + 1,5* *50 L= ((490 mm-70 mm)*2) + ((240 mm-70 mm) *2) + 120 mm + 235,62 mm L = 1535,62 mm
1,536 m
Panjang bentang sengkang = 4,6 m Tumpuan = 2 x1325 mm= 2650 mm 2,65 m Jarak sengkang = 10 cm = 0,1 m Banyak sengkang dalam 1 kolom = (2,65m : 0,1 m)-1)= 25,5bh 26bh Lapangan = 2550 mm
2,55 m
Jarak sengkang = 15 cm = 0,15 m Banyak sengkang dalam 1 kolom = (2,55m : 0,15 m)+2)= 19 bh Jumlah total panjang sengkak = 1,536 m x 45 = 69,12 m. Jumlah kolom tipe B1= 42 buah Jumlah panjang semua kolom tipe B1 = 42 x 69,12 m = 2903,04 m Berat besi diameter 10 Ulir = 0,62 kg Volume besi dalam kilo gram = 0,62 kg/m x 2903,04 m =1799,88 kg. Jumlah kebutuhan besi dalam satuan batang = 2903,04 : 12 m = 241,9 lente menjadi 242 lente.
73
Tabel 3.13 kebutuhan tulangan untuk satu buah Balok tipe B1
Diameter (mm)
Banyak batang
10
45
Panjang (m’) Perbatang
Total
1,536
69,12
Gambar
Setelah mengetahui jumlah tulangan sengkang untuk satu section balok, selanjutnya siapkan tulangan yang akan digunakan sesuai dengan diameter yang diperlukan untuk tulangan utama balok. Kemudian dipotong besi tulangannya sesuai ukuran yang diperlukan menggunakan bar cutter listrik.
Contoh perhitungan tulangan utama (1):
D = 6d = 96 mm A = 8990 mm A’ = 8830 mm B = 12d = 192 mm C = 6d = 96 mm
74
X=
(D+2d) = 150,8 mm
X’ =
(D+2d) = 50,27mm
Panjang total = A’ + B + C + X + X’ = 9319,07 mm 9,32 m
Tabel 3.14 Data BBS tipe B1 (Bar Bending Schedule) Balok
No
Diameter
Panjang ( m )
Jumlah
1
D 16
9,32 m
3
2
D16
2,115
5
3
D16
4
Ø10
5
D16
3
D16
6
Gambar tulangan
Ø10
4,845
5
9,22
2
8,5
4
3,29
2
1,536
45
75
Pada proyek ini digunakan bar cutter listrik. Bar cutter yang digunakan memiliki dimensi maksimal dengan diameter besi tulangan 32mm. Cara kerja dari alat ini yaitu baja yang akan dipotong dimasukkan ke dalam gigi bar cutter, kemudian pedal pengendali dipijak, dan dalam hitungan detik baja tulangan akan terpotong. Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu. Sedangkan untuk baja yang diameternya lebih kecil, pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus sesuai dengan kapasitas dari alat.kemudian untuk membuat tulangan sengkang, gunakan tulangan yang sudah di potong tadi.
Gambar 3.50 Pekerja memotong tulangan dengan menggunakan bar cutter
Setelah tulangan dipotong menggunakan bar cutter listrik, kemudian tulangan di bengkokkan menggunakan bar bender. Cara kerja alat ini adalah baja yang akan dibengkokkan dimasukkan di antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokkannya. Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokkan
yang diinginkan. Bar bender mengatur sudut
pembengkokan tulangan dengan mudah dan rapi. Bar bender pada
76
mempunyai batas pembengkokkan besi tulangan maksimal diameter besi 32mm. (Lihat Gambar 3.17). Kemudian, bengkokkan tulangan dengan menggunakan bar bender dengan aturan seperti tabel di bawah ini. (Lihat Tabel 3.6). Bengkokan tulangan dengan sudut 90o (Lihat Gambar 3.18). Setelah itu bengkokkan lagi tulangan (Lihat Gambar 3.19). Terakhir, bengkokkan lagi tulangan dengan menggunakan sudut 135o hingga seperti gambar dibawah ini (Lihat Gambar 3.20). Setelah semua tulangan sudah di bengkokkan, kemudian sengkang-sengkang dikumpulkan berdasarkan kebutuhan sengkang untuk satu section balok. Kemudian tempatkan pada satu tempat persetiap
jenis
tulangannya
yang
kemudian
akan
diangkut
kelapangan kerja. Sedangkan pengangkatannya sendiri dilakukan menggunakan alat berat Mobil Crane. Cara pengangkatannya dengan mengaitkan tali pada bagian tengah memanjang tumpukan tulangan,kemudian kunci dengan kaitnya. Selanjutnya diangkat oleh mobil crane dengan bantuan orang yang memberi petunjuk arah sampai ke titik penempatan tumpukan tulangan tersebut. Penempatan sendiri tidak langsung menempel ke lantai melainkan diberi balok kayu di tengah-tengah tumpukan tulangan agar memudahkan pengambilan saat perakitan, setelah itu lepas ikatannya dan pekerjaan perakitan bisa dilakukan.
Gambar 3.50 Tulangan yang siap digunakan sebagai tulangan utama
77
Perakitan tulangan balok sesuai dengan gambar kerja. Selanjutnya adalah pemasangan tulangan utama sesuai jenis balok yang sudah direncanakan. Tulangan utama atau pokok terdiri dari tulangan bagian atas dan bawah tumpuan serta lapangan dengan jenis tulangan D16. Penempatan tulangannya, tulangan utama masukan kedalam tulangan kolom pada bagian yang sudah dibengkok 90 derajat dengan panjang over stek sepanjang 40D kemudian ikat pada pertemuan dengan tulangan sengkang kolom dengan kawat memakai alat gap-gap, tujuannya untuk membuat ikatan antara balok dan kolom semakin kuat. Kemudian pasang tulangan sengkang, tulangan yang dipakai adalah jenis D10, pemasangannya dilakukan dengan cara mengikat tulangan utama dibagian tengah sampai tiap tulangan tertempel, kemudian masukan sengkang ke tulangan utama. Selanjutnya lepas ikatanya dan sesuaikan dengan perencanaannya yaitu sejarak 10 cm untuk tulangan tumpuan dan 15 cm untuk tulangan lapangan. Hanya saja dalam kenyataannya ketentuan jarak sengkang tersebut pelaksanaannya kurang diperhatikan sehingga kurang sesuai.
Gambar 3.52 Pemasangan sebagian tulangan utama
78
Gambar 3.53 Sengkang yang sudah terpasang diikat dengan kawat
Gambar 3.54 Pemasangan sengkang dengan sistem silang
Sesuai posisinya dan rangkaian telah kaku, kemudian dipasang beton deking sesuai ketentuan minimal dipasang per satu meter memanjang 3 beton deking dibagian bawah dan samping kanan kiri di tulangan sengkang. Hanya saja pada proyek yang kami amati, pemasangan decking ini kurang diperhatian sehingga sering terjadi tulangan menempel pada bekisting. Pada proyek yang kami amati, tulangan pelat menggunakan tulangan wiremesh. Terdapat dua jenis wiremesh yang digunakan, yaitu M6-150 dan M7-150. Untuk menghitung kebutuhan wiremesh, kita perlu mengukur lokasi yang akan di pasang wiremesh. Contohnya pada lokasi dibawah ini pada AS I’-J’ dan AS 7’-4’ .
Gambar 3.63 Denah pelat yang akan dilakuakan pekerjaan penulangan
79
Luas As I’-J’ dan As 7’-4’ = 36,15 m2 Kebutuhan Wiremesh untuk AS I’-J’ dan AS 7’-4’ untuk dua lapis. =(
)*2
=(
)*2
= 6,29 buah
7 buah
Berat wiremesh yang dibutuhkan untuk As I’-J’ dan As 7’-4’ = 7 buah x 47,31 kg = 331,17 kg No
Diameter (mm)
1
7
2
7
.......
.....
Kode
Banyak
Berat
wiremesh
Wiremesh
(lembar)
(kg)
7
331,17
7
331,17
................
..............
M7150 M7150 ............
Keterangan As I’-J’ dan As 7’4’ As H’-I’ dan As 7’4’ ..........................
Setelah mengetahui jumlah wiremesh yang akan digunakan, kita melihat dulu kondisi tulangannya. Apakah wiremesh dalam kondisi layak digunakan atau tidak. Karena beperapa wiremesh dalam kondisi berkarat menuju keropos, sebaiknya tidak digunakan dan menggantinya dengan bahan lain yang lebih baik kondisinya. Serta beperapa wiremesh hanya berkarat sedikit maka dilakukan pengampelasan untuk
mengurangi
karat.
Namun,
ada pula
penggunaan wiremesh yang kondisinya tidak berkarat sehingga kekuatan tarik wiremesh menjadi lebih kuat dan ikatan dengan betonnya menjadi kuat juga. Keemudian wiremesh diangkut ke lokasi kerja dengan truck kemudian diangkat ke lantai atas dengan menggunakan mobile crane.
80
Tulangan wiremesh dibawa ke lokasi kerja diangkat menggunakan mobile crane. Tulangan pun dipasang sesuai dengan gambar kerja. Wiremesh lapis pertama dihamparkan ke tempat yang dituju kemudian Wiremesh lapis kedua dihamparkan ke tempat yang sama. Antara bekisting dan wiremesh lapis pertama, gunakan beton deking dengan jarak antar beton deking sejauh 60 cm. Kemudian antara wiremesh lapis pertama dan kedua, gunakan cakar ayam dengan jarak antar cakar ayam sejauh 100 cm. Ketinggian cakar ayam diatur mengunakan dua buah linggis. Fungsinya untuk menjaga ketebalan pelat lantai. Ilustrasinya seperti gambar di bawah ini.
Gambar 3.64 Ilustrasi penempatan deking beton dan cakar ayam
Apabila pemasangan sudah sesuai dengan ilustrasi di atas, kemudian ikat wiremesh dengan balok menggunakan kawat bendrat untuk menambah perkuatannya dengan ikatan silang. Pelat pun di bersihkan menggunakan air compressor untuk menghilangkan material-material yang dapat mengganggu proses dan hasil pengecoran. Apabila sudah bersih, pelat tersebut siap untuk dicor
81
Gambar 3.65 Pelat dibersihkan menggunakan air compressor
Pekerjaan Pengecoran dan Pemadatan Balok Pertama balok yang akan dicor harus benar-benar bersih dari kotoran agar tidak membahayakan konstruksi dan menghindari kerusakan
beton.
Pembersihan dilakukan
memakai
alat
air
compressor. Selain itu kita cek lagi kekuatan bekisting agar ketika mengecor tidak terjadi jebol dan dilakukan leveling oleh surveyor untuk menentukan elevasi tebal plat bordes agar tidak kurang atau kelebihan dimensinya, yang biasanya dengan memasang paku di bekisting bagian panel samping sebagai patokannya. Sebelum pekerjaan pengecoran dan pemadatan, terlebih dahulu penuhi syarat administrasi pengecoran. Pertama, setelah bekisting dan pembesian siap, engineer yang bertugas sebagai quality control mengecek ke lokasi atau zona yang akan dicor. Karena sudah OK, engineer membuat surat izin cor dan mengajukan surat izin ke ke bagian MK. Kemudian tim pengawas akan melakukan survey ke lokasi yang diajukan dalam surat cor. Setelah OK, konsultan pengawas menandatangani surat izin cor tersebut. Surat izin cor dikembalikan kepada engineer dan pengecoran boleh dilaksanakan. Kemudian truk mixer tiba dilokasi kerja, dan dilakukan pengecekan terlebih dahulu surat jalannya. Yang diperhatikan adalah
82
mutu, slump dan volume dan waktu pembuatan-waktu tiba, karena lumayan tepat waktu beton yang berada di dalam truk mixer masih dalam keadaan baik sehingga beton segar tersebut siap untuk dilakukan cek slumptest. ( seperti pada gambar 3.23 ) Selain itu, Beton segar yang berada di dalam mollen (concrete mixer) diuji slumpnya dengan spesifikasi 12 ± 2 cm tinggi keruntuhanya di ukur dengan membandingkannya dengan alat slump test nya seperti pada gambar 3.24. Pertama, masukan beton segar ke dalam alat slump test meter dalam 3 lapis, masing-masing lapisan berukuran 1/3 dari slump. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat dengan cara ditusuk-tusuk sebanyak 25 kali. Penusukan dilakukan secara merata (memutar) dan penusukan sampai lapisan bagian bawah untuk tiap lapisannya, pada bagian sisi alat posisi tongkat penusuk juga dimiringkan. Kedua, ratakan permukaan benda uji dan diamkan selama 30 detik, lalu diangkat cetakan perlahan-lahan secara vertikal. Ketiga, ukur penurunan dari beton segar. Pengukuran dilakukan pada 2 titik atau lebih, kemudian nilai penurunan-nya diambil dari harga rata-rata . (seperti gambar 3.25) Karena nilai slump didapat rata-rata 12cm maka beton segar tersebut memenuhi spesifikasi siap untuk dicorkan. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket cor yang dihubungkan dengan pipa tremi dengan kapasitas bucket sampai 0,9 m3 dan menggunakan selang tremi dengan diameter 8 inch. Bucket tersebut diangkut dengan menggunakan Mobile crane untuk memudahkan pengerjaan. Pemberian petunjuk kepada operator Mobil crane dilakukan oleh seorang yang menaiki bucket dengan menggunakan alat walkytalky yang sekaligus bertugas menuangkan beton segar dari bucket ke titik pengecoran.
83
Gambar 3.54 Bucket yang berisi beton segar diangkat menggunakan mobile crane
Penuangan beton dilakukan secara bertahap dan jarak jatuh kurang dari jarak jatuh maksimal yaitu 1,5 meter tetapi lebih di utamkan kurang dari 1 meter, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang dapat mengurangi mutu beton. Setelah beton jatuh kedalam bekisting lalu ratakan dengan menggunakan cangkul.
Gambar 3.56 Selang tremi di arahkan pada balok yang akan dicor
Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan beton menggunakan vibrator. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara serta untuk mencapai pemadatan yang maksimal. Pemadatan ini harus sesuai standar yaitu 5-10 detik pertitik pemadatan, hanya saja pada proyek yang kami tinjau pemadatan dilakukan terlalu singkat waktunya yaitu hanya 2 detik sehingga bagian pojok beton ketika di bongkar cenderung tidak terisi oleh beton karena kurangnya pemadatan. Setelah beton dipadatkan, 84
maka dilakukan perataan permukaan coran dengan menggunakan alat-alat manual seperti ruskam dan sebagainya. Dalam perataan ini juga diperhatikan ketinggian elevasi lagi dengan waterpass dengan cara menaruh patok kayu yang sudah ditandai ukurannya diatas permukaan beton kemudian di cek dengan waterpas sampai bacaan tengah waterpas pas mengenai garis yang sudah ditandai pada patokan sehingga ketinggiannya sesuai dengan gambar kerjanya.
Gambar 3.57 Balok dan pelat yang sudah di cor diratakan dengan menggunakan ruskam
Dalam pekerjaan pengecoran dan pemadatan yang kami amati, pengecoran pada As F, G, H, I, menggunakan bucket yang dibantu dengan Mobile Crane. Sedangkan pada As A, B, C, D, E, A’, B’, C’, D’, E’, F’, G’, H’, I’ menggunakan pump concrete karena mobile crane yang biasa digunakan diperbaiki karena mengalami kerusakan pada mesin hidroliknya serta volume pengecoran yang terlalu banyak sehingga jika memakai bucket pekerjaan ini akan sangat lama dan beresiko beton segar mengalami setting sehingga sangat tidak memadahi. Perbedaan saat pekerjaan pengecoran menggunakan Pump Concrete dengan menggunakan Mobile Crane adalah apabila menggunakan Pump Concrete lebih cepat namun kurang terkontrol untuk melakukan pemadatan apabila pekerja kurang terampil dan cekatan. Sehingga beton yang dihasilkan lebih
85
banyak mengalami keropos dibandingkan dengan pengecoran yang dibantu Mobile Crane. Berikut ini ilustrasi pekerjaan pengecoran menggunakan Pump Concrete.
Gambar 3.57 Ilustrasi pekerjaan pengecoran menggunakan Pump Concrete
Sebelum pekerjaan menggunakan Pump Concrete yang harus diperhatikan adalah Pump Concrete harus datang lebih dulu dibandingkan Truk Mixer. Karena, apabila Truk Mixer datang lebih dulu dan menunggu kedatangan Pump Concrete, maka beton yang ada di dalam Truk Mixer akan mengalami setting. Pertama, masukkan air secukupnya kedalam pump hopper, hal ini bertujuan untuk memperlancar aliran beton segar sambil mengatur arah pipa untuk pengecoran. Diameter pipa tremi yang digunakan 12 inch. Setelah itu, beton segar dimasukkan kedalam pump hopper dan pipa yang berada di lokasi pengecoran diatur oleh operator. Untuk perpindahan lokasi pengecoran, operator yang berada di lokasi pengecoran memberi aba-aba kepada operator yang berada di dekat Pump Concrete. Dengan langkah kerja yang sama seperti memakai bucket berbeda pada sistem kerja penuangannya saja.
86
Pekerjaan Perawatan Balok dan Pelat Dalam proyek yang kami amati, pekerjaan perawatan balok dan Pelat tidak dilakukan dengan alasan agar lebih cepat. Sehingga terkadang permukaan beton terlihat retak-retak rambut. Namun, apabila tersedia cukup waktu luang, maka dilakukan perawatan tetapi hal ini jarang sekali dilakukan. Padahal, perawatan kolom agar proses hidrasi tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat (PB,1989:29). Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur. Untuk balok, perawatannya dengan cara menyirami permukaan beton dengan
air
secara
kontinyu
atau
menutup
beton
dengan
menggunakan karung basah.
Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Balok dan Pelat Beton yang sudah di cor, tidak langsung di bongkar bekistingnya. Melainkan di diamkan selama +/- 7 hari agar beton tersebut mengeras dan memudahkan pengerjaan pembongkaran bekisting. Setelah beton sudah mencukupi umurnya maka bekisting bisa di bongkar. Bekisting di bongkar pertama dengan melepaskan form tie dan siku. Pelepasan from tie dilakukan dengan cara mengendorkan bagian wing nut nya sedangkan siku di bongkar dengan mencabut paku yang tertancap pada bekisting. Kemudian bongkar papan panel dibagian samping menggunakan alat linggis
87
dan palu. Papan panel dipukul-pukul dengan menggunakan palu agar lekatan beton pada papan panel dapat terlepas kemudian congkel dengan linggis. Setelah itu kendorkan jack base agar panel diatasnya tidak menempel lagi dengan scafolding. Kemudian ambil balok surisurinya lepaskan dari U head, kemudian lepaskan U-head, scafolding dan jack base nya. Terakhir bongkar papan panel bagian bawah. Setelah terbongkar semua peralatan, panel multripleknya dan bekas bahan bekisting dipilah yang masih bagus lalu dikumpulkan di satu tempat yang akan digunakan lagi untuk pekerjaan selanjutnya.
88
3.2
Pelaksanaan Pekerjaan Arsitektur Pekerjaan arsitektur, terdiri dari: 1. Pekerjaan Pasangan Kolom Praktis, 2. Pekerjaan Pasangan Bata, 3. Pekerjaan Plesteran, 4. Pekerjaan Acian. Dalam setiap pekerjaan arsitektur, meliputi pekerjaan: 1. Pekerjaan Persiapan, 2. Pekerjaan Pelaksanaan
89
Mulai
1. Pahami gambar kerja 2. Siapkan alat, bahan dan APD
Pekerjaan Kolom praktis
1. Cek kesesuaiannya dengan gambar kerja 2. Cek ketegakkan
Cek
1. Pahami gambar kerja 2. Siapkan alat, bahan dan APD
Pekerjaan pasangan bata
1. Cek kesesuaiannya dengan gambar kerja 2. Cek ketegakkan
CEK
1. Pahami gambar kerja 2. Siapkan alat, bahan dan APD
TIDAK
Perbaiki dan sesuaikan dengan gambar kerja
Perbaiki dan sesuaikan dengan gambar kerja
Pekerjaan Plesteran
A
90
A
1. Cek kesesuaiannya dengan gambar kerja 2. Cek ketegakkan
Cek
TIDAK
Perbaiki dan sesuaikan dengan gambar kerja
TIDAK
Perbaiki dan sesuaikan dengan gambar kerja
YA
1. Pahami gambar kerja 2. Siapkan alat, bahan dan APD
1. Cek kesesuaiannya dengan gambar kerja 2. Cek ketegakkan
Pekerjaan Acian
Cek
YA
SELESAI
Gambar 3.68 Flowchart pekerjaan Arsitektur
91
Pekerjaan Persiapan Sebelum memulai pelaksaan pasangan bata, ada hal-hal yang perlu kita persiapkan agar selama pelaksaan berjalan lancar. Persiapannya meliputi:
Tabel 3.17 Peralatan Pekerjaan Kolom Praktis
No
Gambar
Nama Alat
Fungsi Untuk melubangi
1
Bor
lokasi yang akan dipasang kolom praktis Untuk mengukur
2
Meteran
ketebalan, lebar, panjang dan tinggi benda kerja Untuk membengkok kan baja tulangan
3
Bar Bender
dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan
92
Untuk memotong 4
Bar cutter
baja sehingga ukurannya sesuai dengan gambar Alat untuk tempat
5
Kotak spesi
mengaduk dan menyimpan adukan. untuk
6
Cangkul
mengaduk adukan. untuk
7
Ember
mengangkut adukan. Untuk mengambil
8
Sendok spesi
dan memasangkan adukan. Untuk mengukur
9
Waterpass
kedataran dan ketegakan pasangan bata
93
untuk memudahkan 10
Fork lift
dalam mengangkut bata untuk mengangkat
11
Sekop
pasir atau bahan sejenisnya.
untuk 12
Cangkul
mengaduk adukan. untuk meratakan
13
Ruskam Kayu
permukaan plesteran yang sedang dikerjakan. untuk
14
Palu
memukul paku jika diperlukan.
94
untuk mendatarkan plesteran dinding, menentukan kelurusan dan ketegakan 15
Jidar
pasangan bata, meratakan adukan yang menempel pada dinding sewaktu pekerjaan plesteran.
Tabel 3.18 Bahan Pekerjaan Kolom Praktis
No
Gambar
Nama Bahan
Fungsi
1 Tulangan Kolom Praktis yang
Sebagai perkuatan dinding
sudah di rakit
95
2
Tulangan Sambungan dengan panjang 20 cm
Sebagai media untuk penyambungan kolom praktis Untuk mengikat antar
3
Kawat
tulangan agar
Bendrat
lebih kokoh dan tidak bergeser
4
Bata Ringan
Sebagai pembatas ruang luar dengan ruang dalam, penahan cahaya, angin, hujan, debu, suara, dan lain-lain yang bersumber dari alam dll Untuk
5
Air
mencampur adukan
6
Thin Bed Mortar
Untuk merekatkan bata ringan
96
Untuk melekatkan 7
Paku
dua bahan dengan menembus keduanya. Sebagai garis petunjuk / pedoman kedataran dan pelurusan
8
Benang
dengan mencantolkan benang pada waktu pemasangan bata agar lurus satu sama lain.
Sebagai bahan 9
Semen mortar
pengikat
acian
campuran adukan
Alat Pelindung Diri Karena pada pekerjaan kolom praktis alat pelindung diri sama dengan semua pekerjaan, maka dapat dilihat pada Tabel 3.4 Alat Pelindung Diri
97
Pekerjaan Pelaksanaan Untuk pabrikasi tulangan dilakukan di los tulangan. Pabrikasi di los tulangan dilakukan manual menggunakan bar bender dan bar cutter. Diameter tulangan utama 8 mm dan diameter sengkang 5 mm, kedua tulangan ini adalah tulangan polos. Dengan jarak antar sengkang 10 cm. Pertama kedua tulangan ini di potong sesuai gambar kerja, kemudian tulangan diameter 5 mm dibengkokkan untuk membuat sengkang. Apabila semua sudah selesai, lakukan perangkaian tulangan utama dengan sengkang menggunakan kawat bendrat dengan ikatan silang. Setelah tulangan selesai di pabrikasi di los tulangan, bawa tulangan tersebut ke lokasi kerja. Saat dilokasi kerja baca dan pahami gambar kerja. Lalu, mulai pengukuran sesuai dengan gambar kerja. Setelah pengukuran, bor sebanyak 4 titik yang akan dipasang kolom praktis dengan kedalaman +/- 10 cm.
Gambar 3.69 Pengeboran lantai menggunakan bor
Lalu, masukkan tulangan sambungan yang panjangnya 20 cm kedalam lubang yang sudah di bor tadi.
98
Gambar 3.70 Penyambungan antar tulangan dengan menggunakan kawat bendat
Kemudian, tempatkan tulangan kolom praktis yang sudah di rakit diatas
tulangan sambungan dan ikat menggunakan kawat
bendrat dengan ikatan silang. Lakukan cara yang sama pada pekerjaan kolom praktis berikutnya.
Gambar 3.71 Tulangan kolom praktis telah di pasang
Untuk pekerjaan pasangan bata, hal pertama yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan pasangan bata adalah taruh dan susun bata tanpa spesi sesuai gambar sebagai patokan pasangan pada awal dan akhir pasangan. Lalu Buatlah adukan sesuai takaran yang telah ditentukan. Pasang benang yang kencang membentang dari tulangan kolom praktis awal sampai tulangan kolom praktis akhir, pastikan benang tersebut datar dan rata.
99
Gambar 3.73 Pemasangan pasangan bata lapis pertama
Setelah itu, Hamparkan adukan pada lantai dan ratakan setiap pemasangan satu bata. Pasang bata diawal dan diakhir pasangan bata yang
terlah
direncanakan
diatas
adukan.
Lihat
kedataran
menggunakan waterpas. Kemudian, Untuk lapisan kedua dimulai dengan pemasangan bata secara memanjang pada pinggir pasangan bata diawal dan diakhir. Lihat kedataran serta ketegakan bata yang dipasang menggunakan waterpass, untuk melihat kedataran bata yang berada dimasing-masing ujung simpan tongkat ukur diatasnya kemudian lihat kedataran menggunakan waterpass. Setelah selesai pasang kembali benang pada masing-masing tulangan kolom praktis. Susun bata yang lain sehingga berselang-seling dengan lapisan bata pertama.
Gambar 3.74 Pemasangan pasangan sampai lapis terakhir
100
Selain itu, ada hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan pasangan bata. Yaitu, ketinggian maksimal dari pasangan bata setinggi 2 m. Karena apabila dipasang hingga lapis terakhir dalam satu waktu, maka dinding tersebut akan runtuh karena pasangan dinding belum mampu menahan berat sendiri. Maka, setiap ketinggian 2 m, dinding tersebut dibiarkan kering terlebih dahulu, lalu dilanjutkan lagi ke lapisan berikutnya. Demikian seterusnya sampai lapisan terakhir dan pastikan juga bahwa pasangan bata siku. Selain itu cek ketegakan setiap pemasangan bata di empat titik berbeda menggunkan waterpass. Setelah bata tersusun sampai lapisan kesepuluh, bersihkan pasangan bata, lokasi pekerjaan, dan peralatan yang telah digunakan sewaktu bekerja, kemudian dikembalikan ke tempat semula. Pada proyek yang kami tinjau pekerjaan plesteran ini mulai dikerjakan dengan sistem finish to start, maksudnya adalah setelah pekerjaan bata hebel selesai langsung dikerjakan pekerjaan plesteran dan tidak menunggu sampai keseluruhan gedung tertutup oleh dinding Dalam pekerjaan plesteran ini yang pertama dilakukan persiapan bahan dan peralatan kerja, selanjutnya pembersihan pasangan bata hebel terlebih dahulu dengan sikat kawat, kemudian basahi pasangan bata hebel secara merata dengan air agar adukan semen bisa menempel sempurna ke dinding. Setalah itu pasang patokan yaitu dengan papan kayu yang dipaku dibagian samping dinding dan ukur sejarak 1cm dari pasangan dinding. Selanjutnya buat kepalaan plesteran tiap jarak persatu meter setebal patokan papan yang sudah dibuat. Pembuatan kepala plerster ini diawali dengan pengkamprotan bagian atas dan bawah, lalu terakhir kamprotkan diantara keduanya, pastikan kepala plesteran benar-benar rata dan seukuran.
101
Gambar 3.76 Kepala plester telah terpasang
Pengkamprotan dilakukan dengan berbagai cara yaitu back hand, for hand dan over hand. Setelah kepala plester mengering kemudian kamprotkan adukan diantara kepala plester dari bawah ke atas dan secara bertahap ratakan dengan papan kayu dan sesuaikan ketebalannya dengan kepala plesteran. Setelah dinding tertutup plester kemudian ratakan permukaannya lagi dengan ruskam.
Gambar 3.77 Pengkamprotan adukan plester ke dinding
Setelah plestran rapih dan rata, kemudian bersihkan sekitar lokasi kerja dan pasangan dinding hebel siap dilakukan pekerjaan berikutnya. Pekerjaan acian yaitu mengoleskan dan menghaluskan semen di permukaan dinding. Di proyek yang kami amati, pekerjaan ini terdiri dari beperapa pekerjaan. Pertama adalah persiapkan peralatan serta adukan semennya. Selanjutnya permukaan dinding yang sudah di plester dibasahi. Kemudian pasang patokan dengan papan kayu dan diukur setebal maksimal 0,5 cm. 102
Gambar 3.79 Pembasahan dinding agar plester menempel sempurna
Gambar 3.80 Pemasangan patokan papan kayu
Kemudian setelah patok terpasang lakukan pengacian, pengacian dimulai dari bawah ke atas. Cara pengaciannya dilakukan dengan sendok spesi lalu oleskan ke dinding dan ratakan dengan ruskam plastik. Ulangi pekerjaan tersebut sampai dinding terisi penuh dengan acian. Kemudian cek kedatarannya dengan waterpass, untuk permukaan yang belum rata gunakan ruskam karet dan ratakan. Setelah acian rata dan rapih maka di tunggu hingga kering dan bereskan peralatan agar rapih.
Gambar 3.81 Pengolesan adukan semen sudah merata
Gambar 3.82 Hasil pengaciaan setelah mengering
103