FORMULASI CAIR PEWARNA RAMBUT MERAH KECOKLATAN( PIRANG) PERMANEN BAHAN ALAM
Dibuat oleh: IMAM PERDANA FIRDAUS 201551189 ISTA 2017
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya penulis dapat menyelesaiakan proposal penelitian dengan judul ”PEWARNA RAMBUT PIRANG PERMANEN”. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikannya dengan baik. Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada institusi dan masyarakat dari hasil karya ini. Karena itu penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Jakarta, 20 juli 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman KATAPENGANTAR……………………………………………………………............ DAFTAR ISI…………………………………………………………………….............. BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..........
ii iii 1
1.1 Latar belakang……………………………………………………........... 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 1.3 Tujuan Makalah…………………………………………………............. 1.4 Manfaat Makalah ……………………………………………….............. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………............ 2.1 Anatomi Rambut ………………………………………………….......... 2.2 Sediaan Pewarna Rambut ………………………………....…......... 2.3 Pewarna ……………………………………………….......................... 2.4 Proses Sistem Pewarnaan …………………………………….......... 2.5 Evaluasi Sediaan Pewarna Rambu ……………..……………........... 2.5.1 Uji Tempel ……………….……………………………............. 2.5.2 Pengujian Efektivitas Perwarnaan ……………...………....... 2.5.3 Evaluasi Organoleptik (Visual) …………………………...........
5 5 5 6 7 8 10 11 17 18 19 21 21
BAB II
2.5.4 Evaluasi Stabilitas Warna terhadap Pencucian ......................
21
2.5.5 Evaluasi Stabilitas Warna terhadap Sinar Matahari ...........
21
2.5.6 Uji Kesukaan .....................................................................
21
2.5.7 Tes keamanan Awal……………………………………….. 2.6
2.5.11 Tes Keamanan Awal .......................................................
23
2.6 Stabilitas Sediaan Pewarna Rambut ...........................................
24
2.7 Klasifikasi Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.) .............
25
2.8 Praformulasi Pewarna Rambut .................................................
26
2.8.1 Monografi bahan baku ....................................................
26
2.9 Prosedur Pembuatan .................................................................
30
2.9.1 Pengemasan ...................................................................... 2.9.2 Cara Pengaplikasian ..............................................................
30 31 32
BAB III
PEMBAHASAN ……………………………………………………...........
3.1 Tabel Formula…………………………………………………............ 3.2 Pembahasan ……………………………………………………….......... BAB IV PENUTUP ………………………………………………………….......... 4.1 Kesimpulan ………………………………………………………........... 4.2 Saran ……………………………………………………………............ DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………............ iii
33 34 35 35 35 36
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Rambut merupakan mahkota kecantikan baik pria maupun wanita. Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin di dalam rambut yang ada dalam lapisan korteks. Bahan asal pigmen melanin adalah melanosit yang berada dalam umbi rambut. Melanosit adalah sel-sel yang menghasilkan pigmen (zat warna) yang menyebabkan rambut asli dapat memiliki bermacammacam warna. Warna rambut dapat diubah-ubah secara buatan dengan menggunakan cat rambut, di Indonesia disebut juga dengan semir rambut, yaitu mengecat rambut putih (uban) agar tetap nampak hitam. Warna rambut pada manusia bermacam-macam, ada yang berwarna hitam, merah kecokelatan, cokelat, keemasan atau pirang dan sebagainya. Diera sekarang ini merubah warna rambut dengan warna- warna yang tidak lazim seperti biru, hijau, ungu, silver- abu merupakan suatu trend. Dimana biasanya orang –orang ingin menirukan aktris/ aktor atau publik figur idolanya. Lain halnya ketika seseorang berprofesi sebagai model, aktris ataupun aktor biasanya orang tersebut ankan mencari suatu ciri khas dalam agar mudah dikenal oleh masyarakat salah satunya adalah dengan mengubah warna tambut dengan warna yang tidak lazim tersebut. Hal itu menjadi salah satu yang mendasari kenapa FORMULASI CAIR PEWARNA RAMBUT MERAH KECOKLATAN(PIRANG) PERMANEN dibuat.
1.2 Rumusan Masalah a.
Bagaimanakah membuat sediaan pewarna rambut permanen yang tidak mudah luntur dan tidak mengiritasi kulit kepala.
b.
Formulasi apa saja yang digunakan agar untuk membuat pewarna rambut permanen tersebut dapat berfungsi dengan baik. 4
1.3 Tujuan Memahami formulasi sediaan pewarna rambut yang mencakup bagaimana memformulasikan sediaan pewarna rambut pirang dalam bentuk cair, proses pembuatan dan mengevaluasi sediaan pewarna rambut tersebut. 1.4 Manfaat Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu menyusun rancangan formula sediaan pewarna merah kecoklatan (pirang) dari zat warna alami, memahami prosedur pembuatan sediaan pewarna rambut permanen dan memahami prosedur evaluasi dan uji stabilitas sediaan pewarna rambut permanen sehingga mampu memahami karakteristik sediaan pewarna rambut permanen yang baik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Anatomi Rambut
5
Rambut merupakan salah satu dari adneksa yang tumbih berasal dari kulit. Rambut tumbuh dari akar rambut yang adal dalam lapisan dermis kulit dan melalui saluran folikel rambut keluar dari kulit. Bagian yang keluar dari kulit dinamakan batang rambut [1]. Ilmu tentang rambut (trichology) membagi rambut manusia kedalam dua jenis yaitu [1]: 1. Rambut terminal, yang umumnya kasar, misalnya rambut kepala, alis, rambut ketiak, dan rambut alat kelamin. 2. Rambut vellus, berupa rambut halus pada pipi, dahi, punggung dan lengan Tetapi pada dasarnya semua rambut dari akar rambut yang jenisnya sama, maka rambit vellus dapat berubah menjadi rambut terminal. Pada pria dewasa misalnya kadang kadang rambut vellus di atas bibir dan didagu berubah menjadi rambut terminal berupa kumis dan janggut kasar. Sementara rambut vellus dapat juga menggantikan rambut terminal, misalnya padaorang yang kepalanya botak, rambut kepala yang tadinya panjang dan kasar diganti dengan rambut vellus yang halus[1]. Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut: Folikel Rambut, yaitu suatu tonjolan epidermis ke dalam berupa tabung yang meliputi: 1). Akar rambut (folliculus pili), yaitu bagian rambut yang tertanam secara miring dalam kulit. 2). Umbi rambut (bulbus pili), yaitu pelebaran bagian terbawah akar rambut. Bagian terbawah umbi rambut adalah matriks rambut, yaitu daerah yang terdiri dari sel-sel yang membelah dengan cepat dan berperan dalam pembentukan batang rambut. Dasar umbi rambut yang melekuk ini mencakup gumpalan jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf yang berguna untuk 16drene makanan kepada matriks rambut [2]. Selain itu, folikel rambut juga menyelubungi akar rambut, mulai dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut. Pada selubung ini dapat dibedakan 16drene yang berasal dari dermis dan 16drene yang berasal dari epidermis [2]. Unsur dari epidermis terdiri dari kandung akar luar dan kandung akar dalam. Kandung akar luar terdiri atas sel bening, dan baru mulai berdiferensiasi pada daerah ismus tanpa membentuk stratum granulosum. Kandung akar dalam terdiri atas 3 bagian yaitu: lapisan Henle,lapisan Huxley, dan kutikula kandung akar dalam [2]. Batang Rambut, yaitu bagian rambut yang berada diatas permukaan kulit. Batang rambut keluar dari kulit secara miring. Batang rambut terdiri atas 3 bagian, yaitu kutikula (selaput rambut), yang terdiri dari 6-10 lapis sel tanduk dan tersusun seperti genteng atap; korteks (kulit rambut), terdiri atas serabut polipeptida yang memanjang dan saling berdekatan; dan medulla (sumsum rambut), yang terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin, badan lemak, dan rongga udara [2]. 6
Otot Penegak Rambut (muskulus arector pili), merupakan otot polos yang berasal dari batas dermo-epidermis dan melekat di bagian bawah kandung rambut. Otot-otot ini dipersarafi oleh saraf-saraf 17drenergic dan berperan untuk menegakkan rambut bila kedinginan serta sewaktu mengalami tekanan emosional [2].
Gambar 2.1 Penampang Batang dan Folikel Rambut [4] Batang Rambut
Gambar 2.2. Penampang Batang Rambut [4] Medula: merupakan bagian tengah rambut yang longgar terdiri atas 2-3 lapis sel kubis mengerut sama lain dipisahkan oleh ruang berisi udara dan bulu halus pendek jenis bulu roma. Sebagai rambut kepala dan rambut pirang tidak mempunyai medula, sel-selnya sering mengandung pigmen, keratin sel-sel medula termasuk keratin lunak [3]. Korteks: merupakan bagian utama rambut yang terdiri atas beberapa lapis sel gepeng dan panjang berbentuk gelondong membentuk keratin keras. Fibril keratin tersusun sejajar, 7
sedangkan granula pigmen terdapat di dalam dan diantara sel-selnya. Rambut hitam mengandung pigmen teroksidasi udara yang terkumpul di dalam ruang antara sel korteks dan mengubah warna rambut [3]. Kutikula: terdapat pada permukaan selapis sel tipis dan jernih. Kutikula tidak berinti kecuali yang terdapat pada akar rambut, sel-selnya tersusun seperti genteng atap dengan ujung menghadap ke atas. Penampang melintang rambut beragam sesuai dengan ras, rambut lurus bangsa mongol, eskimo, dan indian amerika tampak bundar pada potongan melintang, rambut berombak pada beberapa bangsa kaukasia, afrika dan irian penampangnya lonjong [3]. Folikel rambut Merupakan selubung yang terdiri atas sarung jaringan ikat bagian luar (sarung akar dermis) yang berasal dari dermis dan sarung akar epitel bagian dalam berasal dari epidermis. Folikel yang mengembung membentuk bulbus rambut dan berhubungan dengan papilla tempat persatuan akar rambut dan selubungnya [3]. Sarung akar asal dermis: a. lapisan paling luar: berkas serat kolagen kasar yang memanjang sesuai dengan lapisan
retikulum dermis. b. lapisan tengah: lebih tebal sesuai dengan lapisan papila dermis. Lapisan ini padat sel dan
mengandung serat jaringan ikat halus yang tersusun melingkar. c. lapisan dalam: berupa sabuk homogen sempit yang disebut glassy membran basal di
bawah epidermis Sarung akar asal epidermis (epitel) mempunyai lapisan luar yang menyambung dengan lapis-lapis dalam epidermis yang sesuai dengan lapis-lapis permukaan yang sudah berkembang. Sarung akar rambut luar mempunyai selapis sel poligonal yang menyerupai selsel stratum spinosum epidermis. Sarung akar rambut dalam, sarung berzat
tanduk
membungkus[3]. Akar rambut yang sedang tumbuh dan menghasilkan keratin lunak yang juga ditemukan pada epidermis. Sarung ini tidak tampak lagi diatas muara kelenjar sebasea dalam folikel [3]. Pertumbuhan rambut: terjadi sebagai hasil mitosis sel-sel matriks yang berasal dari epidermis dan belum berdiferensiasi yang terletak di atas sekitar puncak papila rambut. Selsel pada dasar folikel akan menjadi sarung akar rambut luar. Sel-sel matriks rambut: merupakan stratum malpigi epidermis yang akhirnya menjadi sel-sel berzat tanduk. Pada epidermis bahan keratin lunak terjadi terus-menerus.
8
Rambut mempunyai masa pertumbuhan tertentu, untuk rambut kepala 0-3 tahun, sedangkan bulu mata 3-4 bulan [3]. Akar rambut lepas dari matriks dan rambut rontok tertarik keluar setelah istirahat folikel memasuki masa pertumbuhan dan berhubungan dengan papil baru selanjutnya rambut-rambut baru tumbuh dari folikel yang terbentuk tersebut [3]. Fungsi rambut: 1. Sebagai pelindung, pada muara lubang telinga/hidung terhadap benda-benda yang masuk serta melindungi kulit terhadap sinar ultraviolet dan panas. 2. Mengatur suhu: pengaturan panas dengan cara bulu badan menyimpan panas. 3. Pembuangan keringat dan air: karena permukaan yang lebih luas, rambut akan membantu penguapan keringat. 4. Sebagai alat perasa: rambut membesar rangsangan sentuhan terhadap kulit. Sediaan Pewarna Rambut (1,2) Pewarna rambut adalah sediaan kosmetik yang digunakan dalam tata rias rambut baik
2.2.
untuk mengembalikan warna asalnya/menutupi uban atau untuk membuat warna lain. Ada dua cara pewarnaan rambut yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pewarnaan rambut secara langsung adalah pewarnaan rambut menggunakan sediaan rambut yang dapat digunakan secara langsung digunakan pada rambut tanpa mencampur komponen pewarna rambut terlebih dahulu. Pewarnaan rambut tidak langsung adalah pewarnaan rambut menggunakan sediaan pewarnaan rambut yang terdiri dari dua macam sediaan yaitu sediaan campuran warna intermediet dan sediaan pembangkit warna yang dicampur sesaat sebelum menggunakan. Ada tiga bentuk pewarna rambut yaitu : gel, liquid, dan serbuk. Berdasarkan daya lekat zat warna pewarnaan rambut dapat dibedakan menjadi 3 golongan yaitu : a. Pewarnaan rambut temporer. Pewarnaan rambut temporer adalah pewarnaan rambut yang sifatnya sebentar dan mudah dihilangkan dengan keramas menggunakan sampo. Bahan pewarna melapisi rambut bagian luar karena adanya gaya kohesi dengan perantaraan minyak/lemak, polimer gel larut air dan adhesi polimer resin. Produk pewarna rambut sementara tidak mengandung amonia sehingga batang rambut tidak terbuka selama proses pewarnaan dan warna alami rambut tetap bertahan ketika rambut dikeramas menggunakan sampo. Tes kepekaan kulit tidak perlu dilakukan bila zat warna yang digunakan adalah zat warna yang diizinkan digunakan dalam kosmetik. Bentuk sediaan pewarna rambut yang 9
digunakan untuk pewarnaan rambut temporer bisa cairan, spray atau serbuk. Jenis sediaan bisa berupa sampo, krayon rambut atau krim.
Gambar 2.3. Mekanisme Pewarnaan Rambut Temporer b. Pewarnaan rambut semi permanen. Pewarnaan rambut semi permanen adalah pewarnaan rambut yang memiliki daya lekat tidak terlalu lama, biasanya akan hilang setelah 4 – 5 kali keramas menggunakan sampo. Daya penetrasi zat warna yang digunakan dalam pewarnaan rambut semi permanen biasanya sangat terbatas, pewarna rambut berpermeasi ke dalam kutikula dan korteks dan warna diserap rambut dengan mekanisme ikatan ionik. Untuk pewarnaan rambut golongan ini biasanya lebih banyak digunakan sediaan pewarnaan rambut langsung dibandingkan dengan sediaan pewarnaan rambut dengan bahan pembentuk warna penetrasi zat warna yang digunakan dalam pewarnaan rambut semi permanen biasanya sangat terbatas, pewarna rambut berpermeasi ke dalam kutikula dan korteks dan warna diserap rambut dengan mekanisme ikatan ionik. Untuk pewarnaan rambut golongan ini biasanya lebih banyak digunakan sediaan pewarnaan rambut langsung dibandingkan dengan sediaan pewarnaan rambut dengan bahan pembentuk warna.
Gambar 2.4 Mekanisme Kerja Pewarna Rambut Semi Permanen c. Pewarnaan rambut permanen Pewarnaan rambut permanen ini mempunyai daya lekat jauh lebih lama dan akan tetap melekat pada rambut hingga pertumbuhan rambut selanjutnya dan rambut yang kena
10
cat dipotong, dilunturkan dengan proses pemucatan rambut atau dilunturkan menggunakan penghilang cat rambut.
Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Pewarna Rambut Permanen Sediaan pewarnaan rambut permanen disajikan dalam 2 bagian yaitu bagian pertama merupakan campuran warna intermediet dan bagian kedua adalah larutan pembangkit warna seperti hidrogen peroksida atau serbuk peroksid. Pada saat akan digunakan kedua bagian tersebut dicampur Proses pewarnaan rambut ini menggunakan zat warna oksidasi yang tidak berwarna (prekursor) tetapi akan berubah menjadi berwarna secara in situ dalam rambut melalui serangkaian reaksi kimia. Mekanismenya adalah oksidasi dan kopling atau kondensasi pada pH basa yang biasanya menggunakan amonia dan oksidator biasanya menggunakan hidrogen peroksida atau dert\ivatnya yaitu urea peroksida. Proses pewarnaan ini melalui 2 tahap yaitu pertama melarutkan atau mengoksidasi pigmen rambut proses ini disebut decolorization atau bleaching menggunakan hidrogen peroksida. Kemudian lapisan rambut terluar yang disebut kutikula harus dibuka sebelum pewarna rambut permanen masuk ke dalam rambut. Senyawa amonia akan membuka kutikula dan membuat pewarna rambut berpenetrasi kedalam korteks rambut sehingga rambut yang tidak berpigmen ini dengan mudah diwarnai sesuai warna yang diinginkan. Produk sediaan pewarna rambut permanen :
Produk-produk pewarna rambut permanen terdiri dari 2 komponen yang dikemas terpisah dan dicampur segera sebelum digunakan. Kemasan yang pertama mengandung larutan hidrogen peroksida (biasanya 6%) dalam air atau dasar losio. Kemasan yang lain mengandung larutan ammonia dari pewarna intermediate dan coupler (performed dyes).
11
Intermediate
yang
terutama
adalah
orto
atau
para
diaminobenzen,
aminohidroksibenzen, Coupler tidak mengoksidasi segera tetapi bereaksi dengan intermediate yang teroksidasi untuk menghasilkan suatu variasi yang luas dari
warna. Coupler
adalah
phenol,
phenyleneaminophenols,
dan
meta
disubstitusi
bermacam-macam
phenylendiamines derivate
resorcinol
dan (1,3
dihidroksibenzene) Larutan pewarna dalam ammonia dicampur dengan larutan hidrogen peroksida segera digunakan pada rambut. Larutan ammonia dalam campuran (kurang dari 1%) menyebabkan rambut mengembang. Sesudah itu prekursor-prekursor zat warna dapat menembus kutikula sebelum mereka telah bereaksi penuh satu sama lain dan dengan hidrogen peroksida. Alasan inilah yang menyebabkan kenapa rambut yang diwarnai mulamula kelihatan keputih-putihan, sehingga harus menunggu setengah jam atau lebih untuk pengembangan warna selanjutnya. Warna yang lebih gelap diperoleh dengan menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi dari intermediate. Sifat-sifat warna dapat diatur misalnya penambahan resorsinol akan membuat warna lebih kuning, sementara penambahan 4 amino 2 hidroksi toluena membuat warna lebih merah. Komposisi pewarna oksidasi yang sederhana umumnya terdiri dari alkali dan zat pengoksidasi. Komposisi yang modern pada saat ini juga mengandung bahan-bahan seperti : color modifiers, antioksidan, stabilizer, bahan –bahan tambahan lain. Batas kadar beberapa bahan kosmetika pewarna rambut menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.42.1018 tentang Bahan Kosmetik (Lampiran II Bahan yang Diizinkan Digunakan dalam Kosmetik dengan Pembatasan dan Persyaratan Penggunaan) (16). BATASAN Batas Batas No dan Nama Bahan Kegunaan Kadar . Persyara Maksim tan um lainnya 1 1-naftol dan Bahan pengoksidasi 2% Kombin garamnya warna pada asi pewarna rambut dengan H2O2 maks 1% 2 Amonia 6% sbg 12
Penandaan
Mengandung alfa-naftol Dapat menyebabkan reaksi alergi
>2%
:
mengandung
NH3 Bahan pengoksidasi 10% warna pada dihitung pewarna rambut sebagai basa bebas
3
Diaminofenol
4
Hidrogen peroksida
5
Hidrokinon
6
mdan p- Bahan pengoksidasi Fenilendiamina, warna pada turunan pewarna rambut substitusi-N nya dan garamnya; turunansubstitusi-N ofenilendiamina
6% dihitung sebagai basa bebas
7
Metilfenilendiam Bahan pengoksidasi ina, turunan warna pada substitusi-N nya pewarna rambut dan garamnya dengan pengecualian zat yang terdapat pada Lampiran I
10% dihitung sebagai basa bebas
8
Resorsinol
Bahan pengoksidasi 12% warna pada H2O2 pewarna rambut yang ada atau yang dilepask an Bahan pengoksidasi 0,3% warna pada pewarna rambut
Bahan 5% pengoksidasi warna 13
amonia Dapat menyebabkan reaksi alergi Mgd diaminofenol Jangan gunakan untuk mewarnai bulu mata dan alis Hanya digunakan oleh tenaga professional Kenakan sarung tangan yang sesuai Kenakan sarung tangan yang sesuai
Jangan gunakan untuk mewarnai bulu mata dan alis Bilas mata segera bila mengenai mata Mengandung hidrokinon Kenakan sarung tangan Dapat menyebabkan reaksi alergi Mengandung fenilendiamina Jangan digunakan untuk mewarnai bulu mata dan alis. Hanya digunakan oleh tenaga professional Pakai sarung tangan yang sesuai. Dapat menyebabkan reaksi alergi Mengandung fenilendiamina Jangan digunakan untuk mewarnai bulu mata dan alis. Hanya digunakan oleh tenaga professional Pakai sarung tangan yang sesuai. Mengandung resorcinol Bilas rambut sampai
pada rambut
pewarna
bersih setelah pemakaian Jangan gunakan utnuk mewarnai bulu mata dan alis Cucilah mata segera bila terkena mata Hanya digunakan oleh tenaga professional
2.3. Pewarna (12,14) 1. Pewarna Alam Pewarna alam yang lazim digunakan adalah zat warna yang diperoleh dari sumber alam berasal dari tumbuhan, baik sebagai simplisia, sediaan galenika seperti ekstrak dari rebusan, sari komponen warna, maupun zat semisintetik yang dibuat berdasarkan pola warna senyawa komponen warna yang terkandung dalam simplisianya. Zat warna ini meliputi:
Akar, kulit batang, dan daun Hena; diperoleh dari Lawsonia alba, Lawsonia enemis, dan Lawsonia spinosa ; disajikan dalam bentuk serbuk, tunggal, atau campur. Lawsone (2-hidroksi-1,4 napthoquinon). Untuk mendapat warna yang bagus dicampur dengan
indigo). Indigo, serbuk daun kering terutama dari jenis Indigofera argentea; digunakan dalam
kombinasi dengan Hena (coklat sampai hitam). Bunga : Bunga kamomil, diperoleh dari Matricaria chammomilla (Apigenin yang
berwarna kuning) ------ Apigenin (4’,5,7, trihiroksiflavon). Ekstrak kayu : Kayu Brazil, diperoleh dari Caesalpinia braziliensis atau C. echinata. Zat Brazilin (warna kekuningan bila kena oksigen atau dengan alkali berwarna merah).
Kombinasi menghasilkan warna coklat. Catechu (Gambir) diperoleh dari dua spesies yang berbeda : 1.
Ouroparia (Uncaria) gambir : Kuning
2.
Acacia catechu : Coklat sampai hitam
Zat : Catechin dan Pyrocatechol (1,2-dihidroksi benzene). Bila dikombinasikan dengan phenol lain : pirang sampai hitam 2. Pewarna semisintetik, contoh : Lawson (2-hidroksinafto-1, 4-kuinon) (CI 75480) Arpigenin (4’,5,7-trihidroksiflavon) (CI 75580) Hemetin; hematoksilin (CI 75290) 3. Pewarna senyawa logam
14
Peranan pewarnaan rambut oleh zat warna senyawa logam ditentukan oleh jenis senyawa logam, jenis pembangkit warna, dan suasana lingkungan pembawanya. Oleh karena itu, zat warna senyawa logam meliputi, senyawa logam, zat pembangkit warna, asam, alkalis, dan pembawa. Zat pembangkit warna masih dapat dibedakan menjadi zat pengoksidasi dan senyawa organik lain, tetapi kesamaan fungsinya disatukan dalam judul ini. a. Senyawa logam meliputi Bismuth sitrat, Kadmium sulfat, Kobalt sulfat, Nikel sulfat, Perak Nitrat, Tembaga sulfat, dan Timbal asetat (1-2%). b. Zat pembangkit warna meliputi Ammonium tioglikolat,
Belerang
endap,
Monoetanolamina tioglikolat, Natrium metabisulfit, Natrium sulfide, Natrium tiosulfat 3%, Pirogalol 1%. c. Asam dan zat pengasam meliputi ammonium klorida, asam asetat glacial, asam nitrat. Zat warna asam : asam pirogalat (perlu penambahan alkali untuk mempercepat oksidasi) d. Basa dan zat pengalkalis : Ammonia e. Zat pembawa meliputi air, etanol, propilenglikol f. Zat warna organik sintetik : Kelompok senyawa-senyawa amina, aminofenol, dan zat warna oksidatif. g. Zat warna oksidatif sering juga disebut zat warna organic atau zat pewarna rambut
permanen. Di dalamnya termasuk juga zat pewarna oto-oksidatif. Zat warna oksidatif meliputi :
2-amino-4-nitrofenol
4,4-diaminoanisol sulfat
2,4-diaminofenol
2,6-diaminopiridina
Hidrokinon (aminohidrokinon)
6-kloro-4-nitro-2-aminofenol
Metaminofenol
4-nitro-ortofenildiamina
2-nitro-parafenilendiamina
Parafenilendiamina
Paraminodifenilen
Paraminofenol
Paraminofenol hidroklorida
Paratoluilendiamina hidroklorida 15
Pirogalol
Resorsinol
1,2,4-trihidroksibenzen
2,4-diaminofenol
2 amino-4-nitrofeno
2.4 Proses Sistem Pewarnaan (13)
Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarnaan rambut dibagi dalam 2 golongan: a. Pewarnaan rambut langsung Sediaan pewarnaan rambut langsung telah mengandung zat warna, sehingga dapat langsung digunakan dalam pewarnaan rambut, tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna. Pewarna rambut langsung terdiri dari : Pewarnaan rambut langsung dengan zat warna alam Pewarnaan rambut langsung dengan zat warna sintetik Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak, sari komponen warna bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik berdasarkan pola warna komponen warna bahan nabati. b. Pewarnaan rambut tidak langsung Sediaan pewarnaan rambut tidak langsung disajikan dalam 2 kemasan, asing-masing berisi komponen dan komponen pembangkit warna. Jika hendak digunakan terlebih dahulu harus dicampur komponen satu dengan lainnya. Pewarnaan rambut tidak langsung terdiri dari : Pewarnaan rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam Pewarnaan rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif 2.5. Evaluasi Sediaan Pewarna Rambut 2.5.1. Uji Tempel Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan uji itu dapat menimbulkan iritasi atau kepekaan kulit atau tidak. Iritasi atau kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan kulit. Jika toksikan dilekatkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan iritan, sedangkan 16
kepekaan kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan allergen.Umumnya, iritasi akan segera menimbulkan reaksi kulit sesat setelah pelekatan atau penyentuhannya pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika reaksi itu timbul beberapa jama setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Alergen biasanya adalah zat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit setelah pelekatan kedua atau seterusnya pada kulit yang mengikuti pelekatan pertama pada kulit yang sama. Tanda yang ditimbulkan kedua reaksi kulit tersebut lebih kurang sama, yakni, dalam keadaan tidak parah umunya akan nampak sebagai hyperemia, eritema, edema atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian biasanya bersifat local pada daerah kulit rusak saja.Tetapi jika keadaanya lebih parah, kemungkinan besar dapat menyebabkan efek toksik yang dapat membahayakan dan mengancam keselamatan jiwanya. a. Sarana Uji Tempel Sarana Uji Tempel meliputi panel, alat, sediaan uji, talam baku dan zat pembawa. b. Panel Uji Tempel Panel Uji Tempel meliputi manusia sehat dan penderita. Manusia sehat dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia antara 20-30 tahun, berbadan sehat jasmani dan rohani dengan riwayat penyakit dirinya dan ibu bapaknya yang belum pernah menderita penyakit yang erat kaitannya dengan penyakit alergi atau reaksi alergi, dan menyatakan kesediaannya dijadikan panel uji tempel. Penderita yang dijadikan panel uji temple harus memenuhi ketentuan : 1. Penderita harus berusia tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua 2. Keadaan penyakit kulit sudah tenang 3. Tidak memakan obat golongan antihistamin, imunomodulator, kortikoid, atau sitostatikum. c. Alat Uji Tempel Alat uji tempel berupa pita temple yang terdiri dari beberapa talam tempel. Masingmasing talam temple tersusun dari satu unit yang terdiri dari pita perekat, perekat, foil aluminium, lembar polietilen, dan cakram kertas saring. d. Sediaan Uji Sediaan uji dapat berupa produk kosmetika yang hendak diedarkan, produk kosmetika yang menyebabkan keracunan kulit, atau bahan kosmetika yang hendak 17
diuji. Dalam hal belum diketahui jenis dan kadar bahan kosmetika yang hendak diuji, kadar sediaan uji selalu dimulai dari kadar sekecil mungkin, biasanya 0,1% jika tidak menimbulkan reaksi kulit, kadar ditingkatkan hingga 1%, demikian selanjutnya. e. Talam Baku Talam baku adalah sediaan kosmetika ataua bahan lain dengan kadar tertentu dalam zat pembawa, dimaksudkan untuk digunakan dalam penyidikan dan pelacakan komponen produk kosmetika atau produk lain yang menjadi penyebab keracunan kulit pada penderita. Dikenal dua jenis talam baku, yakni, talam baku dan talam baku Internasional.
f. Lokasi Lekatan Uji Tempel Lokasi lekatan uji tempel adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel.Biasanya yang paling tepat digunakan untuk uji tempel adalah bagian punggung, lengan tangan, lipatan siku, dan bagian kulit di belakang telinga. Hasil uji tempel dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : 1. Ada atau tidak adanya gangguan sirkulasi perifer 2. Kadar dan jenis sediaan uji 3. Ketaatan panel dalam melaksanakan instruksi penguji 4. Lamanya waktu pelekatan sediaan uji 5. Lokasi lekatan 6. Tidak tepat memilih talam baku 7. Umur panel g. Teknik Uji Tempel Dalam uji tempel, prosedurnya dapat dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka, uji tempel tertutup, dan atau uji tempel sinar, tergantung dari sifat fisikokimia sediaan uji. h. Pengamatan dan Penafsiran Uji Tempel Reaksi yang diamati adalah terjadinya khas pada daerah uji atau terjadinya gatalgatal pada daerah uji.Gejala ini tampak seperti terjadinya edema pada daerah kulit yang merah.
18
Jika terjadi bulat, gelembung, berarti terjadi iritasi primer.Jika terjadi eritema sedang maka pengujian harus dilakukan pengulangan pada hari berikutnya. Terjadinya kulit merah dapat diukur jika dimaksud untuk reaksi alergi.Terjadinya eritema pada daerah uji memucat dalam 24 jam, tidak ada sangkut pautnya dengan reaksi alergi. Tanda-tanda untuk mencatat reaksi uji tempel adalah sebagai berikut : 1. Tidak ada reaksi
0
2. Eritema
+
3. Eritema dan papula
++
4. Eritema, papula dan gelembung (vesikula)
+++
5. Edema dan gelembung
++++
Reaksi tempel positif dapat juga diikuti dengan terjadinya dermatitis alergi.Mungkin juga terjadi untuk kosmetika yang mempunyai kepekaan lemah, bahwa reaksi tempel negative pada daerah lengan atau punggung tetapi memberikan reaksi positif pada daerah kulit tipis, misalnya pada pelapuk mata atau leher. Kosmetika yang mempunyai kepekaan kuat, biasanya selalu memberikan hasil uji tempel positif, misalnya cat rambut dan pernis kuku.Jika suatu uji tempel negative, maka harus dilakukan pengujian ulang, dan jika hasilnya tetap negative, maka reaksi uji tempel tersebut dapat dinyatakan negatif. 2.5.2. Pengujian Efektivitas Perwarnaan Pengujian efektivitas sediaan
pewarna rambut dilakukan untuk
mengetahui apakah sediaan pewarna rambut yang dibuat dapat memberikan efek pewarnaan pada rambut. Pengujiaan efektivitas sediaan pewarna rambut dilakukan terhadap sediaan pewarna rambut dengan konsentrasi terkecil dan terbesar, sebagai berikut Sediaan uji dioleskan pada rambut sukarelawan secara merata, dibiarkan selam 1 jam,kemudian rambut dicuci dan diamati ada tidaknya perubahan warna yang terjadi padarambut.Untuk mengetahui pengaruh pemakaian sediaan pewarna rambut secaraberulang-ulang, dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dan masing-masing dibiarkan selama 30 menit. 2.5.3. Evaluasi Organoleptik (Visual) Pengamatan secara visual dilakukan setiap kali perendaman. Terlebih dahulu ditentukan perendaman waktu yang optimal, yaitu dengan membandingkan hasil pewarnaan setelah 1 sampai 4 jam perendaman. Kemudian masing-masing formula 19
diamati hasil akhir pewarnaan dan warna tersebut diklasifikasikan menurut Natural Colour Levels (Dalton). 2.5.4. Evaluasi Stabilitas Warna terhadap Pencucian Setelah diamati secara visual, maka dilakukan uji untuk mengetahui kualitas sediaan berdasarkan kemampuan menghasilkan perubahan warna rambut yang paling baik berdasarkan stabilitas warna terhadap pencucian dengan prosedur kerja sebagai berikut : 1.
Uban yang telah diberi pewarna dengan perendaman 4 jam dicuci dengan
2.
mengunakan 1tetes sampo tiap rambut uban dan dikeringkan Pencucian ini dilakukan setiap 2 hari sekali sebanyak 15 kali pencucian
selama sebulan 3. Setiap 1 kali pencucian uban disisihkan 4. Kemudian diamati apakah terjadi perubahan warna setelah pencucian 2.5.5. Evaluasi Stabilitas Warna terhadap Sinar Matahari Uji stabilitas warna terhadap sinar matahari dengan prosedur kerja: uban yang telah direndam dan dibilas bersih dibiarkan terkena sinar matahari langsung selama 5 jam mulai dari pukul 10.00 – 15.00 WIB setelah itu diamati perubahan warna. 2.5.6. Uji Kesukaan Untuk mendapat warna terbaik, dilakukan uji kesukaan pada konsumen. Konsumen yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sebanyak 20 orang dewasa yang terdiri dari 10 orang wanita dan 10 orang pria yang tidak mengalami buta warna, dari masing-masing formula yang ditunjukan pada konsumen adalah perendaman setiap 4 jam. 2.5.7. Tes Keamanan Awal Sebelum melakukan penghilangan warna diperlukan langkah pengaman awal yaitu menguji coba kosmetik untuk mengetahui tingkat alergi pada kulit dan kekuatan kosmetik pada batang rambut. Ujicoba kosmetik ini dapat dilakukan dengan tes tempel, tes untai, dan tes ketidakserasian. a. Tes tempel (patch tes) Tes tempel dilakukan untuk mengetahui alergi tidaknya kulit jika terkena kosmetik penghilang warna. Caranya dengan mengoleskan sedikit kosmetik pada lengan bagia dalam atau bagian belakang teling. Kosmetik tersebut kemudian didiamkan beberapa saat. Jika terjadi reaksi pana, gatal-gatal, atau kulit kemerahan maka diindikasikan kulit alergi terhadap kosmetik tersebut. b. Tes untai Tes untai dilakukan guna mengetahui kekuatan rambut dan kekuatan hydrogenperoksida yang akan digunakan dalam mencapai tingkat warna yang dikehendaki. Caranya seuntai rambut yang akan dihilangkan warnanya, dikenakan kosmetik 20
penghilang warna yang digunakan. Pemilihan kekuatan kosmetik penghilangan warna dan waktu olahnya disesuaikan dengan kekuatan rambut yang dapat diketahui dari data hasil tes untai tersebut. c. Tes ketidak-serasian Tes ketidak-serasian perlu dilakukan jika rambut yang akan dihilangkan warnanya mempunyai indikasi pernah diwarnai dengan pewarna logam ataupun pewarna campuran nabati dan logam. Tes untai dan tes ketidakserasian bertujuan untuk melindungi rambut dengan cara mengetahui terlebih dahulu reaksi kosmetik penghilang warna yang akan digunakan terhadap rambut yang bersangkutan. Sedangkan tes tempel bertujuan untuk mengetahui apakah kulit alergi jika terkena kosmetik yang akan digunakan. 2.6. Stabilitas Sediaan Pewarna Rambut (10) Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetika untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk tersebut. Sediaan kosmetika yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Penyimpanan tiga bulan pada suhu 37-45oC tanpa adanya tanda ketidakstabilan menunjukkan bahwa produk stabil pada suhu kamar 25-30oC selama lebih kurang setahun, dengan menganggap bahwa reaksi yang terjadi pada suhu yang dinaikkan sama dengan reaksi yang terjadi pada suhu kamar. Prosedur pengujian tersebut meliputi : 1. Elevated temperatur Secara umum dapat diperkirakan bahwa setiap kenaikan suhu 10oC akan mempercepat reaksi dua kalinya. Namun, secara praktis perkiraan ini agak terbatas karena kenyataannya suhu yang jauh di atas normal akan menyebabkan perubahan lain yang tidak pernah terjadi pada suhu normal. Penyimpanan sampel pada suhu yang sangat tinggi merupakan indikator kestabilan bukan ketidakstabilan. Uji stabilitas sediaan sampo padat meliputi penyimpanan pada suhu 5oC, 25oC, 40oC selama 3 bulan dan 50oC selama 1 bulan. 2. Cycling test termasuk freeze-thaw test Pengujian stabilitas produk dengan menggunakan perubahan temperatur dan atau kelembaban dalam interval waktu tertentu sehingga produk dalam kemasannya akan mengalami tekanan yang bervariasi daripada tekanan yang statis yang kadang-kadang lebih parah daripada penyimpanan hanya dalam satu kondisi saja. Cycling test diterapkan untuk menguji produk terhadap kemungkinan mengalami kristalisasi atau berawan. 21
Setelah sampel melewati 6 siklus, dimana 1 siklusnya disimpan pada suhu 4±2 oC selama 24 jam, lalu dipindahkan ke oven bersuhu 40±2oC selama 24 jam kemudian diamati perubahan fisik yang terjadi.
2.7 Klasifikasi Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.)(17) Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), buah kesumba keling diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Violales Famili : Bixaceae Genus : Bixa Spesies : Bixa orellana L.
Gambar . Kesumba Keling (Bixa orellana L.) Kandungan Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.) Kandungan kimia tanaman kesumba keling, terutama batang dan daunnya mengandung tanin, kalsium oksalat, saponin, dan lemak. Daun dan akar mengandung orellin, glukosida, zat samak dan damar sedangkan biji kesumba keling mengandung tanin, steroid/terpenoid, flavonoid dan zat warna bixin/norbixin. Kulit biji juga mengandung karotenoid yang memberi warna merah. 22
2.8 Praformulasi Pewarna Rambut Berikut adalah formula pewarna rambut cair warna coklat kemerahan yang penulis rancang, dapat dilihat pada Tabel 2.3. dan 2.4 pewarna developer Tabe 2.3.Formula pewarna rambut cair (Colorant Base) NO 1 2
Bahan 1,5-Naphtalenediol Para toluenediamine
Jml. % Qs sulfate Qs
3 ³ 5 6 7 8 9 10 11 12
(PTDS) Nonoxynol-10 Isoprofil Alkohol Gliserin Propilen glikol POE (20) Sorbitan Monostearat Oleic acid Oleil alcohol EDTA2Na Amonium Hydroxyda Hydroxy ethylselulosa Air
21 10 3 5 ³ 6 12 0,2 10 0,7 Ad 100
Fungsi Dye Dye Surfaktan Pelarut Pelarut Pelarut Surfaktan Pengisi Pengisi Kelating agent Pengatur pH Pengental Pelarut
Tabe 2.4. Formula developer NO 1 2
Bahan Jml. % Hydrogen peroxide (30%) 50 Dodecyl benzene Sulfonate 33
Fungsi Oksidator Stabilizer
3 ³
(50%) Phosphoric acid Air
Pengatur pH Pelarut
1 16
BAB III 23
METODE PENELITIAN 3.1 Bahan baku dan Monografi 1. Pirogalol
Gambar Struktur Kimia Pirogalol
Struktur molekul : C6H6O3 Fungsi
: pewarna rambut
Pemerian
: padatan hablur putih atau hablur tidak berwarna
Kelarutan
: larut dalam air
Titik lebur
: 133°C
Pirogalol bersifat sebagai reduktor (mudah teroksidasi). Dalam bentuk larutan akan menjadi warna gelap jika terkena udara. Jika pemakaiannya dicampur dengan zat warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, pirogalol
berfungsi sebagai zat
pembangkit
warna dan
dikombinasikan dengan pewarna logam lain. Ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan agar zat warna dapat menempel lebih kuat lagi pada rambut dibandingkan pada saat sebelum dicampur, selain itu dapat menghasilkan warna coklat gelap. Pirogalol diizinkan digunakan sebagai zat pembangkit warna dengan batas kadar 5%. 2. Tembaga sulfat Struktur molekul : CuSO4 Fungsi
:Tembaga (II) sulfat merupakan senyawa logam yang dapat digunakan dalam
pewarna rambut. Pemerian : Berbentuk serbuk atau granul berwarna biru Kelarutan : 1 g larut dalam 3 ml air; 0,5 ml air panas; 2,8 ml gliserol; 5000 ml alkohol Tembaga (II) sulfat dalam konsentrasi rendah yang umum dapat digunakan untuk pewarna rambut, praktis tidak berbahaya dalam proses penyerapannya melalui kulit yang luka, tetapi jika senyawa ini masuk dalam tubuh melalui oral dapat mengakibatkan keracunan. Informasi toksikologi : iritasi terhadap mata dan kulit; LD50 oral akut 300 mg/kg (tikus). 3. Cetyl alcohol dan stearyl alcohol
24
merupakan kelompok Fatty alcohol. Cetyl alcohol biasanya digunakan 90-95% dan Stearyl alkohol sekitar 96% dan yang murni mengandung kira-kira 1,5% cetyl dan 2% arachidyl alcohols. Cetyl alkohol Tidak berasa, tidak berbau, lunak seperti lilin, serbuk bersisik dengan titik lebur dari 48˚ hingga 49˚ C dan nilai keasaman dan esternya adalah 0. Sangat stabil dengan kehadiran asam, kondisi alkalis/basa, sinar, dan udara, mudah larut dalam alkohol, eter, karbon disulfida sama seperti glycol dan diglycol eter. Ini benar-benar dapat larut dalam mineral, minyak sayur, dan lemak. Senyawa ini dihasilkan dengan proses saponifikasi dari Cetyl Palmitate yang ditemukan dalam Spermaceti atau secara tidak langsung dari minyak kelapa. Untuk sediaan kosmetika, biasanya mengandung sekitar 70% cetyl alkohol, merupakan sisa dari campuran myristyl dan stearyl alkohol dengan sedikit bagian unsaturasi alkohol. Sangat berguna sebagai dalam pembentukan emulsi dalam tipe emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sebanyak 1 sampai dengan 5% dalam kosmetika digunakan sebagai emolien kulit. Senyawa yang mirip adalah Cetostearyl alcohol yang mengandung 45% cetyl alkohol dan 40% stearyl alkohol. Stearyl alkohol Campuran dari terdiri dari alkohol padat. Dapat diperoleh dalam bentuk serpihan putih atau granul dengan bau samar khas. Biasanya digunakan sebagai alternatif dari cetyl alkohol untuk proses stabilisasi dan mengatur viskositas dari emulsi tipe air dalam minyak maupun minyak dalam air, dengan titik lebur 56-60˚. 4. Ozokerite merupakan kelompok hydrocarbon waxes. Beberapa hydrocarbon waxes memiliki titik lebur yang sama tetapi berbeda pada derajat Kristal atau amorph. Jadi meskipun titik leburnya sama tetapi berbeda struktur maka akan menyebabkan perbedaan konsistensi krim, stabilitas, dan fraktur krim. Merupakan lilin kasar yang digunakan dalam pembentukan Ceresin. Titik leleh antara 60˚ dan 80˚ C. 5. Methyl paraben dan propyl paraben merupakan jenis pengawet yang biasa digunakan dalam krim emulsi. (Balsam; Edward., 1972) Dalam penggunaan methyl paraben dan propyl paraben sangat mempengaruhi tingkat interaksi dengan bahan emulsi tertentu. Misalnya interaksi antara propyl paraben dengan PEG 4000, maka persentase interaksi terikat 8% dan bebas 92%. Penggunaan Nipagin dan Nipasol ini sangat mengalami kemajuan dan sering disarankan dalam penggunaanya, karena tidak toksik bila dibandingkan dengan asam benzoat. Kedua pengawet ini merupakan 25
serbuk putih, kristal, dan tidak mempengaruhi bau, rasa, warna dan konsistensi dari bahanbahan yang menggunakan kedua pengawet ini. 6. Lanolin Sumber geografis wol mentah gemuk digunakan dalam penyulingan lanolin terlihat pada perbedaan warna, konsistensi, nilai iodium, angka penyabunan, dan konten bebas kolesterol. Terbuat dari lemak wool domba Ovis aries, yang didapatkan dengan cara pemisahan menggunakan penyabunan maupun ekstraksi dengan pelarut volatil. Asam lemak bebas dihilangkan dan dilakukan pemucatan. Menghasilkan pemerian berwarna kekuningan yang kuat, senyawa yang lembut, hampir tidak berbau, titik lebur pada 40˚ sampai dengan 44˚ C. Lanolin oil dan Lanolin liquid dipersiapkan dengan mengisolasi fraksi cair dimana menghasilkan sifat sebagai sifat emolien, mengurangi viskositas, dan lengket. Lanolin juga larut dalam minyak mineral terutam lanolin liquid. 7. Beeswax digunakan dalam kebanyakan krim pelembut karena kontribusinya pada konsistensi krim. Merupakan lilin yang dipisahkan dari sarang madu lebah Apis mellifica.L. Biasanya bereaksi basa atau alkalis untuk membentuk emulsi kompleks, digunakan dalam emulsi tipe air dalam minyak, dengan titik leleh 62˚C-65˚C. 8. Water adalah fase pendispersi. 9. Parfum adalah bahan tambahan. 10. Propilen glikol Pemerian : Tidak berwarna, jernih, viscous, liquid higroskopik. Mudah larut dalam air, alkohol, aseton, dan kloroform dan bisa larut juga dalam minyak esensial. Tetapi tidak larut dalam minyak, Digunakan sebagai humektan dalam krim dasar, krim moisturizer, dan di dalam tonik kulit. Juga sebagai pelarut ester asam p-hydroxybenzoic sebagai pengawet, b.p. 189, s.g. 1.040. Merupakan kelompok polyethylene Glikol Fatty Acid. Antioksidan adalah suatu oksidasi rantai radikal bebas. Oleh karena itu rekasi tsb dapat dihambat dengan tidak adanya oksigen, oleh pemecah rantai radikal bebas atau oleh suatu zat pereduksi. Pemilihan antioksidan khusus tergantung pada keamanannya, dapat diterima dengan penggunaan khusus, dan kemanjurannya. 11. Kernel oil dan minyak mineral merupakan fase minyak. INCI Name
: Prunus Persica (Peach) Kernel Oil
menekan imbal hasil sekitar 32-35% kernel kuning pucat minyak agak kuning-hijau. Tergantung pada persiapan, memiliki bau yang lemah dari hidrogen sianida tetapi minyak yang disempurnakan secara appropriate. Minyak ini sangat mirip dengan minyak almond dan menjadi tengik cukup mudah, digunakan sebaiknya dalam minyak kulit. Minyak ini 26
merupakan kelompok trigliserida unsaturasi C10-C18 dimana bila tanpa antioksidan akan menjadi tidak stabil. 12. Minyak mineral Merupakan cairan berminyak yang tidak berwarna dan tidak berbau yang diperoleh dari minyak bumi dan mendidih di atas 370°C. Biasanya dijual berdasarkan spesifikasi gravitasi dan viskositas, s.g minyak 0,865-0,890. Untuk minyak mineral yang berfungsi sebagai krim dingin, krim pembersih dan emulsifier maka harus memiliki s.g. 0,860-0,885 serta viskositas sekitar 30-35 centistokes (pada suhu 25°C). Lanolin, petrolatum, minyak mineral, dan beeswax bisa juga dikelompokkan dalam basis absorbsi. Penggunaan basis absorbs memberikan keuntungan adanya keseimbangan campuran. 13. Gliserin Penggunaan gliserin dalam kosmetika adalah 30% dimana memiliki fungsi sebagai body agent, emolient, humektan, lubricant, dan solvent. Biasanya diaplikasikan dalam skin cream dan lotion, detergen, sabun, dan shampoo serta kondisioner rambut. 3.2 Alat Pembantu 3.3 Prosedur Pembuatan a. b.
Formula dasar dengan developer dibuat dan dikemas secara terpisah. Untuk pembuatan formula dasar gunakan homomixer sebagai pengaduk dalam formula ini merupakan formula emulsi, dimana fase minyak dipisahkan dengan dengan fase air dikrenakan zat warna larut dalam air maka zat warna dilarutkan dulu dengan fase air. Fase minyak dicampurkan dengan surfaktan lalu sisihkan (A). kemudian propilen glikol, gliserin dan iso profil alcohol di campurkan dengan zat warna (B). kemudian hydroxyetilselulosa air EDTA 2Na, ammonium hidroksida di campurkan (C). campurkan B dan C aduk hingga rata. Tuangkan sedikit- sedikit larutan A hingga
c.
terbentuk korpus emulsi dan tambahkan sisa kekurangan air. Untuk membuat developer digunakan pengaduk yang terbuat dari pelastik/ kaca. Campurkan semua komponen kecuali oksidator. Aduk hingga rata setelah homogeny tambahkan oksidator. 3.3.1 Pengemasan Kemasan : tertutup rapat tidak tembus cahaya. 3.3.2 Cara Pemakaian
27
a.
Sebelum melakukan pewarnaan rambut, rambut sebaiknya dicuci terlebih dahulu menggunakan shampo sesuai dengan jenis rambut tanpa menggunakan conditioner. Rambut diberi shampo dan dipijat dengan ringan, lalu di bilas dengan air sampai
b. c. d.
bersih. Rambut disisir menggunakan sisir garpu dan di hair dryer hingga kering. Rambut disisir dan rambut dibagi atau diparting menjadi 4 bagian. Ambil rambut persection dari bagian terbawah dekat dengan tengkuk, kemudian
e.
ambil beberapa untai rambut dengan cara zig-zag untuk dibleaching. Pengambilan rambut yang akan dibleaching dengan cara zig-zag. Oleskan kosmetik bleaching pada rambut dapat dilakukan dengan cara frosting yaitu memudakan warna beberapa untai bagian rambut secarara penuh. Setelah pemberian atau pengolesan bleaching selesai lalu rambut ditutupi dengan alumunium foil. Dan
f.
lakukan seterusnya sampai selesai. Periksa rambut setiap 5 sampai dengan 10 menit sekali agar rambut yang
g. h. i. j.
dibleaching tidak mengalami proses yang berlebihan. Rambut yang sudah berubah warna lalu di basuh dengan handuk basah. Setelah semua selesai rambut dicuci sampai bersih tanpa menggunakan conditioner. Rambut disisir dan dikeringkan dengan hair dryer lalu diparting 4 bagian. Rambut diolesi dengan kosmetik pewarna rambut dari bagian terbawah dahulu
k. l.
sesuai dengan warna yang telah ditentukan sampai selesai. Rambut dicuci menggunakan conditioner. Rambut disisir dan dikeringkan menggunakan hair dryer dan ditata.
BAB IV PEMBAHASAN Tabel 4.1 Perbandingan Formula Pewarna Rambut Cair Warna merah kecoklatan (Pirang) Fungsi F1 (%)
BAHAN BAKU Zat aktif
Matricaria chammomilla (Bunga chamomile) Caesalpinia braziliensis (Kayu Brazil)
JUMLAH (%) F2 F3 (%) (%)
3
1
28
F TRIAL (%) 0,6
KARAKTERISTIK/FUNGSI
Apigenin yang berwarna kuning) ------ Apigenin (4’,5,7, trihiroksiflavon) Menimbulkan warna kekuningan bila kena oksigen atau dengan alkali berwarna merah
3
Catechu (Gambir)
1,3
Bila
dikombinasikan
dengan phenol lain : pirang Ekstrak Biji 0,6 Kesumba Keling
2
0.5
Ekstrak bunga belilimbing wuluh Pembangkit warna
Fase Minyak
Pirogalol
10
15
3
Tembaga (II) sulfat Petrolatum
7 10,00
12 16,00
3,2 -
2,4 10,00
Mineral oil
30,00
22,00
39,00
10,00
Persic oil (Apricot or peach kernel oil) Lanolin
4,00
-
-
5,00
10,00
5,00
10,00
5,00
Beeswax
5,00
5,00
5,00
5,00
Ozokerite
-
-
3,50
3,50
Absorption base
-
16,00
-
10,00
2,00
-
-
2,00
Stearyl alcohol
-
2,00
2,50
2,00
Lanolin alcohol
-
-
3,00
2,00
0,15 2,00 0,15 0,50
0,15 0,15 -
0,15 0,15 -
0,15 10% 2,00 0,15 0,50
Mengandung fenol sebagai pewarna rambut Pewarna logam Hidrokarbon, sebagai pelindung kulit dari efek bahan-bahan aktif yang keras, titik lebur 35˚C-60˚C Hidrokarbon, sebagai pelindung kulit dari efek bahan-bahan aktif yang keras, titik lebur 35˚C-60˚C Minyak lemak, titik lebur minimal 44˚C Waxes, titik lebur 40˚C-44˚C, bersifat emolient Waxes, titik lebur 62˚C-65˚C, wax murni membentuk emulsi kompleks karena dapat bereaksi dengan asam atau basa. Waxes, sebagai pelindung kulit dari efek bahan-bahan aktif yang keras, titik lebur 35˚C-60˚C Waxes, membantu mencapai keseimbangan emulsi. Alkohol, Mengatur viskositas emulsi tipe air dalam minyak, titik lebur 48˚C-49˚C Alkohol, Mengatur viskositas emulsi tipe air dalam minyak, titik lebur 56˚C-60˚C Alkohol, Mengatur viskositas emulsi tipe air dalam minyak, titik lebur 48˚C-49˚C Pengawet Humektan, maksimal 30% Humektan, Pengawet, Surfaktan,
0,25 Ad 100
0,25 0,30 Ad 100
0,75 0,35 Ad 100
0,25 0,35 Ad 100
Surfaktan, Surfaktan, Pewangi, Solven
Cetyl alcohol
Fase air
0,2
Propyl paraben Glycerin Propylene glycol Methyl paraben BTC (50%)/benzalkonium chloride Emcol E-607 Atlas G-263 (35%) Parfume Water
29
3
sampai hitam Bentuk : bubuk warna merah, tidak berbau. Mudah larut dalam air. Bentuk : serbuk, warna coklat, bau khas, Rasa: Tidak tersedia.
Formula Formula I
Karakteristik Sediaan pewarna rambut merupakan sediaan pewarna rambut cair semi permanen. Dimana komponen utamanya adalah surfaktan golongan detergen, formula 1 merupakan pewarna rambut cair, dengan pewarna Matricaria chammomilla dan Ekstrak Biji Kesumba Keling yang menghasilkan warna abu
Formula II
kehitaman, bau khas, mudah luntur dan agak mengkilap. merupakan sediaan pewarna rambut cair berbentuk losio (emulsi) yang memiliki warna dan bau yang khas, daya oles baik, serta tidak mudah pecah dan dapat menghasilkan warna
Formula III
pink agak kecoklatan Merupakan sediaan pewarna cair terdiri dari campuran surfaktan pengental dan campuran pewarna violet, merah dan kuning yang campurannya menghasilkan warna putih abu. pada formula ini
Formula IV
merupakan pewarna semi permanen. Zat warna yang digunakan merupakan pewarna dari bahan alami ekstrak Ekstrak Biji Kesumba Keling dan ekstrak bunga belimbing wuluh, yang menghasikan warna coklat kemerahan sehingga menghasilkan
warna pirang pada formula
ini
merupakan pewarna permanen.
4.2 Pembahasan Pada formula 1 merupakan sediaan pewarna rambut cair. Dimana komponen utamanya adalah surfaktan golongan detergen, formula 1 merupakan pewarna rambut cair, dengan pewarna Matricaria chammomilla (Bunga chamomile) dan Ekstrak Biji Kesumba Keling yang menghasilkan warna abu kejitaman. untuk pemudar warna rambut digunakan campuran Pirogalol dan air. pemudar warna rambut ditujukan untuk menghilangkan warna dasar rambut yang hitam menjadi pirang untuk ditutupi oleh pewarna abu- abu. pada formula ini merupakan pewarna semi permanen dimana bahan alam yang digunakan hanya menempel pada permukaan kutikula rambut dengan bantuan pH asam dari larutan.
30
Pada formula 2 merupakan sediaan pewarna rambut cair berbentuk losio (emulsi), dimana terdapat fase minyak (stearyl alkohol dan ozokerite) dengan fase air (zat warna, pelarut gol poli alcohol) dan terakhir surfaktan. Pada formula 2 ini terdapat zat tambahan berupa ammonium hidroksida yang berperan sebagai pengatur pH dan stabilizer. Untuk larutan develovernya digunakan larutan H2O2 dalam suasana buffer asam (pH =3) dikarenakan H2O2 stabil dalam suasana pH asam. Pada formula 3 merupakan sediaan pewarna cair terdiri dari campuran surfaktan pengental dan campuran pewarna violet, merah dan kuning yang campurannya menghasilkan warna putih abu. pada formula 3 merupakan pewarna semi permanen. Pada formula x merupakan formula penulis, dimana zat warna yang digunakan merupakan pewarna dari bahan alami ekstrak Ekstrak Biji Kesumba Keling dan ekstrak bunga belimbing wuluh, yang menghasikan warna coklat kemerahan sehingga menghasilkan warna pirang pada formula ini merupakan pewarna permanen.
BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN 1. Secara umum karakteristi sediaan pewarna rambut yang dihasilkan berbentuk cairan kental agar mudah diaplikasikan pada daerah rambut, memiliki bau yang khas, yang memiliki daya lekat , daya lekatnya 4-6 minggu Pewarnaan rambut ini masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika berulang dikeramas, zat warnanya akan luntur juga. 2. Komponen dalam pembuatan pewarna rambut terdiri dari bahan dasar seperti pembangkit warna, komponen minyak, komponen air, surfaktan, pengawet, parfum, humektan. 3. Pada formula IV adanya senyawa zat warna bixin/norbixin diharapkan dapat berfungsi sebagai pewarna, dimana senyawa-senyawa tersebut dapat membentuk warna yang signifikan. 5.2 SARAN
31
Sebaiknya dilakukan percobaan mengenai jumlah konsentrasi yang digunakan sebagai bahan aktif pada sediaan pewarna rambut. Serta dilakukan pembuatan terhadap formula-formula tersebut sehingga dapat dilakukan evaluasi terhadap sedian tersebut, baik evaluasi secara fisik maupun evaluasi uji keamanan. Sehingga menghasilkan formula pewarna rambut yang paling baik dan efektif.
Daftar Pustaka 1. Tranggono, RI, dan Latifah, F. Buku Pengantar Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT. Gramedia. Jakarta. 2007. Hal.33-34. 2. _______.Kerontokan
3. 4.
Rambut.
Tersedia
:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31211/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses
pada
[16 Oktober 2014]. Tia. 2002. Sistem Integument (Makalah). Hal. 3-4. _______.Perawatan Kulit Kepala dan
Tersedia
:
Rambut.
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/19750 1282001122-SUCIATI/rambut.pdf. Diakses pada [16 Oktober 2014] 5. Muliyawan, D. dan Suriana, N. A-Z Tentang Kosmetik. Penerbit PT Eleksmedia Komputindo. Jakarta. 2002 6. Saputra, Sam.J. 2009. Formula Dasar Kosmetika. Jakarta: Grandi Academi Press. Hal. 6-10. 7. Scharader, Karlheinz dan Andreas Domsch. 2005.Cosmeticology – Theory & Practice. Verlah fur Chemische Industrie. German. 32
8. Reigar, MM. Harys Cosmetocology 8th edition. Hemical Publishing co.inc.: Newyork. 9. M. Khairil Nasution, Nazliniwaty*, Djendakita Purba. Penggunaan Ekstrak Kering Kayu Merbau (Intsia Bakeri Prain.) Dalam Sediaan Pewarna Rambut. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (2): 119 -124 10. Naishadham, Padmaja et al. Evaluation of Organic Hair Dye Formulation by an Environment Friendly Process. Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res., 21(2), Jul – Aug 2013; nᵒ 28, 152-157. 11. Uttara, J. et al. Formulation And Preliminary Evaluation Of Natural Hair Colorant. International Journal of Pharma and Bio Sciences V1(2)2010. 12. Yadav, R. et al. Development and Evaluation of Polyherbal Formulation for Hair Colorant. ISSN: 0975-8585 13. Munshi, Shushan. Hair Coloring Products. Colloid and Surface Phenomena Spring. 2004. 14. Wahyuningsih. Manufacture And Test The Color Stability Of Natural Hair Dye Solution Super Red Dragon Fruit Skin Extracts (Hylocereus costaricensis). 15. Perka BPOM No. HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetik 16. Perka BPOM No. HK 03.1.23.12.10.12459 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis bahan Kosmetik
17. Dalimartha, Setiawan. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid IV. Jakarta: Puspa Swara.
33