Peta Potensi Sumber Daya Alam Pulau Wawonii
29 Jul 11
3858
0 Komentar
Lingkungan, ... Lingkungan, ... Oleh: IBRAHIM SK Wilayah pulau Wawonii berada dalam provinsi Sulawesi Tenggara di Kabupaten Konawe. Luas wilayah daratan pulau Wawonii seluruhnya hanya seluas 86,761 kilo meter bujur sangkar. Wilayah pulau wawonii saat ini terdapat 7 kecamatan yaitu Kecamatam Wawonii Barat, Kecamatan Wawonii Utara, Kecamatan W awonii Timur, Kecamatan Wawonii Timur Laut, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kecamatan W awonii Selatan, Kecamatan Wawonii Tenggah. Terdapat 84 Desa yang tersebar di Kecamat. Pulau Wawonii berada di perairan Laut Banda, dengan batas-batas wilayah sbb Utara : kompleks hutan Lasalimu, Selatan : teluk Pasarwajo, Barat : kompleks hutan Sampolawa, Timur : teluk Pasarwajo atau Laut Banda. Jumlah penduduk pulau Wawonii 28.544 jiwa (data statistic dan kehutanan provinsi menurut angka 2005-2006 hasil investigasi tanggal 14 juli 2008). Adapun suku yang mendiami pulau Wawonii adalah : suku Wawonii, suku Bajo, suku Buton, suku Tolaki, suku Bugis, Transmigran Jawa & Bali. Hampir 100% masyarakat Wawonii beragama Islam. Hanya pada warga transmigran Bali terdapat masyarakat yang memeluk agama Hindu. Keadaan iklim pada wilayah persiapan pemekaran adalah termasuk ikliim tropis dengan suhu terendah 18,0C. Type iklim menurut Smith-Ferquson termasuk type iklim C dengan curah hujan tahunan secara rata-rata tercatat antara 1.500 mm/ tahun hingga 2.898 mm/tahun. Secara geologis, tanah pada kawasan Pulau wawonii, terdiri dari deposit batuan beku dan batuan sedimen tua dengan genesa dari bentuk awal sturktural, dan karst. Sedangkan pada lembah – lembah daerah aliran sungai (DAS) terbentuk tanah Aluvial. Hal ini terkait dengan kondisi wilayah Pulau W awonii yang banyak memiliki sungai besar dan kecil. Bahkan, hampir disetiap Desa/Kelurahan, terdapat sungai besar dan sungai kecil. Jenis tanah yang berkembang di daerah perbukitan/pegunungan adalah jenis tanah kambisiol, podsoloik, oxisol, dan sebagian besar berupa litosol. Sedangkan pada wilayah
dataran, adalah jenis tanah mediteran, podsolik, organosol, dan latosol. Dalam kenyataannya, tanah yang ada di wilayah ini, pada umumnya subur. Dari aspek hidrologis wilayah persiapan pemekaran (Pulau Wawonii) sebagaimana dikemukakan di atas, memiliki beberapa sungai yang relatif besar. Sungai dimaksud, antara lain adalah Sungai Lampeapi, Sungai Lansilowo, Sungai Ladianta, dan Sungai Wungkolo serta beberapa sungai dan anak sungai lainnya. Kondisi sungai-sungai tersebut, sangat memungkinkan untuk dapat dikembangkan dan dimanfaatkan a irnya, baik untuk kebutuhan air bersih, pengairan, maupun sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Dilihat dari aspek status kepemilikan tanah, wilayah calon pemekaran/pembentukan Kabupaten Konawe Kepulauan terdiri atas tanah negara diusahakan, tanah negara dibebani hak, tanah kuasa pertambangan, dan kawasan hutan. Luas wilayah perairan pesisir dan laut pulau wawonii seluruhnya tercatat 1.211,8 km2, dengan panjang garis pantai kurang lebih sekitar 70 Km. Potensi/bentuk kawasan pesisir dan laut Pulau Wawonii terdiri dari pantai, laut, tanjung, teluk, selat, sungai dan muara sungai. Bentuk topografi pantainya mulai dari landai sampai curam. Di beberapa kecamatan mempunyai pasir putih, antara lain di Kecamatan Wawonii Timur. Wilayah pesisir dan laut Pulau Wawonii dipengaruhi langsung oleh Laut Banda, terutama perairan laut di Wawonii bagian Timur dan Utara. Sedangkan di bagian selatan dan Tenggara (Selat Wawonii), selain dipengaruhi oleh Laut Banda, juga dipengaruhi oleh Selat Buton. Dengan demikian, maka wilayah pesisir dan laut Pulau Wawonii merupakan pertemuan segi tiga arus laut yaitu Laut Banda, Selat Wawonii, dan Selat Buton. Baik dalam teori maupun praktek (kenyataan yang ada) perairan laut seperti ini memiliki potensi perikanan yang cukup besar, baik perikanan tangkap maupun budidaya. Sementara itu, wilayah pesisir dan laut Pulau Wawonii ditumbuhi hutan mangrove yang lebat, sehingga sangat mendukung habitat biota laut yang benilai ekonomis seperti kepiting bakau dan udang. Selain itu, wilayah pesisir dan laut Pulau Wawonii banyak ditemukan padang lamun dan terumbu karang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Wilayah Pesisir dan Laut Lembaga Penelitian Unhalu bekerjasama dengan Bappeda Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2002, menunjukkan bahwa persentase keberadaan/ditemukan mangrove di Pulau Wawonii rata-rata sebesar 33,035 persen, lamun sebesar 30,66 persen, dan terumbu karang rata-rata sebesar 25,81 persen. Dengan demikian, maka wilayah atau kawasan ini sangat potensial untuk pengembangan komoditas udang (lobster), rumput laut, dan ikan kerapu. Potensi Sumber Daya Alam Pulau Wawonii * Potensi Hutan Wawonii Potensi sumberdaya alam yang juga diprediksi dapat memberikan kontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada wilayah persiapan pemekaran, adalah
melalui sub sektor kehutanan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2005 menunjukkan, bahwa luas kawasan hutan secara keseluruhan di wilayah persiapan pemekaran/pembentukan Kabupaten Konawe Kepulauan seluas 12.733 hektar. Dari luas kawasan hutan tersebut, terdapat kawasan hutan lindung seluas 4.875 hektar. Sedangkan Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 7.858 hektar. Selain kawasan h utan tersebut di atas, terdapat potensi hasil hutan ikutan yang dimanfaatkan berupa kayu dan rotan. * Potensi Pertanian Tanaman Pangan Sejak zaman nenek moyang hingga kini masyarakat wawonii memiliki mata pencaharian pada pertanian 80% dan nelayan 20 %. Masyarakat yang memilki mata pencaharian petani adalah merupakan mata pencaharian yang paling dominan di Wawonii, baik petani tanaman semusim seperti padi, jagung, dan kacang hijau, maupun tanaman perkebunan seperti kelapa, cengkeh, jambu mete, kakao, pala, dan pisang. Sejak dari jaman nenek moyang orang Wawonii ratusan tahun yang lalu hingga sampai sekarang, profesi sebagai petani sudah menjadi pekerjaan utama dan sumber kehidupan utama masyarakat Wawonii. Keahlian sebagai petani dan lahan pertanian yang dimiliki masyarakat Wawonii saat ini adalah dua warisan sakral yang diwarisi dari nenek moyang. Maka ketika itu akan di ganti dengan tambang hal inilah yang tidak di terima oleh masyarakat Wawonii. Potensi pengembangan pertanian tanaman pangan, khususnya padi sawah di wilayah calon Kabupaten Konawe Kepulauan sangat besar. Luas areal persawahan yang telah diolah seluas 2.081 hektar atau sekitar 35,03 % dari total luas potensi areal persawahan di daerah ini. Potensi areal persawahan ini, terutama terdapat di Kecamatan Wawonii Selatan, Wawonii Utara dan Wawonii Timur. Areal persawahan yang telah diolah Pulau Wawonii pada umumnya adalah sawah tadah hujan. Walaupun demikian, pada saat ini dibeberapa kecamatan telah terbangun sarana produksi padi sawah berupa Daerah Irigasi (DI) yaitu DI Ladianta di Kecamatan Wawonii Timur, DI Wungkolo Desa Wungkolo dan DI Wawouso Desa Wawouso Kecamatan wawonii Selatan. Sedangkan irigasi teknis dan semi teknis belum ada. Selain areal persawahan, juga terdapat potensi lahan kering yang belum seluruhnya dapat dimanfaatkan secara optimal, khususnya untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura. Beberapa tanaman pangan lainnya yang banyak diusahakan antara lain adalah padi ladang, jagung, ubi-ubian, dan sayur-sayuran. Pola pengusahaan tanaman pangan tersebut, pada umumnya masih dalam skala kecil atau dalam bentuk usaha tani sub sistem. * Potensi Perkebunan Tanaman perkebunan merupakan salah satu sub sektor andalan di Pulau Wawonii. Dari luas wilayah 867,58 km2 atau 86.758 hektar yang digunakan untuk pengembangan tanaman perkebunan sampai dengan tahun 2006 adalah seluas 15.247 Ha atau baru mencapai .....% dari luas wilayah daratan yang ada. Dengan demikian, masih sangat memungkinkan untuk pengembangan tanaman perkebunan di masa-masa yang akan
datang. Komoditas perkebunan yang paling ban yak diusahakan masyarakat di wilayah persiapan pemekaran adalah tanaman kakao, jambu mete, dan kelapa dalam. Selain itu, terdapat tanaman cengkeh, pala, kopi, dan lain-lain. * Potensi Perikanan dan Kelautan Wilayah Kepulauan Wawonii mempuny ai wilayah perairan laut yang sangat memungkinkan untuk pengembangan usaha komoditas perikanan. W ilayah perairan tersebut, sebagian besar digunakan sebagai areal usaha perikanan tangkap dan sebagaian kecil dipergunakan sebagai areal usaha budidaya laut. Sedangkan untuk wilayah pesisir pantai baru sebahagian kecil yang telah dimanfaatkan sebagai areal usaha budidaya tambak. Berdasarkan data yang ada dari hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa usaha perikanan tangkap yang ada di wilayah Pulau Wawonii tercatat sebanyak 2.391 RTP (Rumah Tangga Perikanan atau Kepala Keluarga Nelayan) dengan total produksi 2.345,9 ton dan nilai total produksi sebesar Rp. 14.550,5 juta. Jenis alat tangkap yang digunakan terdiri dari pancing, pancing tonda, rawai dasar, rawai gantung, bagan apung, sero, gill net, dan mini purse seine. Rata-rata jumlah trip perbulan berkisar antara 20-30 hari dengan hasil tangkapan sangat bervariasi tergantung jenis alat tangkap dan musim yaitu antara 2-1.000 Kg/trip. Jenis alat yang mempunyai hasil tangkapan tertinggi per trip adalah pole and line yakni antara 500-5.000 Kg/trip. Jenis alat lainnya yang mempunyai hasil tangkapan yang cukup tinggi adalah mini purse seine yaitu mencapai 1.000 Kg/trip. Sedangkan hasil tangkapan per trip yang terendah adalah pancing yaitu 2-20 Kg/trip. Sementara itu, potensi budiidaya laut pada wilayah persiapan pemekaran/pembentukan Kabupaten Konawe Kepulauan seluas kurang lebih 396 hektar, sedangkan yang dimanfaatkan masih sangat kecill dengan total produksi hanya 2,2 ton dan nilai produksi sebesar Rp. 9,9 juta. Selain itu terdapat potensi budidaya tambak seluas 350 hektar dan yang sudah dimanfaatkan baru seluas 25 hektar atau sebesar 7,14 persen. Berdasarkan data tersebut di atas, menunjukkan bahwa usaha perikanan tangkap dan budidaya laut, masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Beberapa sumber-sumber penghidupan yang di kembangakan masyarakat dalah : Budi Daya Rumput Laut yang di kembangkan oleh masyarakat Wawonii Barat, Wawonii Tengah. Budi Daya Mutiara di Wawonii Utara, Wawonii Barat dan wawonii Tengah. Budi Daya ikan (Karamba) di W awonii Barat, Wawonii Selatan dan Wawonii utara. Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan Serong (Bala) di Wawonii Barat, Wawonii Tengah, Wawonii Utara dan Wawonii Selatan. Nelayan Pemancing laut dalam dan laut Dangkal, Nelayan yang mengunakan pukat, Masyarakat Penangkap Kepitin Mangrov dengn menggunakan bubu( Wuwu), Masyarakat Pencari Kerang laut (Otioti). * Potensi Peternakan Selain sektor pertanian dan perkebunan yang menjadi potensi andalan wilayah persiapan pemekaran/pembentukan Kabupaten Konawe Kepulauan, sekktor peternakan adalah merupakan potensi yang juga berpeluang besar untuk pengembangannya pada masa-
masa yang akan datang, sebagai bagian dari upaya peningkatan pendapatan peternak maupun kesejahteraan masyarakat. Walaupun pada saat ini, belum terdapat penduduk/masyarakat di wilayah ini yang mempunyai mata pencaharian sebagai peternak, namun tidak sedikit masyarakat yang memelihara ternak. Khususnya ternak sapi. Mengingat potensi lahan berupa padang rumput di wilayah ini cukup luas, maka potensi pengembangan ternak sapi dalam skala usaha yang lebih besar masih sangat memungkinkan. Jenis ternak lainnya yang sudah dikembangkan di 7 (tujuh) Kecamatan persiapan pemekaran/pembentukan Kabupaten Konawe Kepulauan, meliputi ternak besar (kerbau), ternak kecil (kambing), dan ternak unggas (ayam Buras dan itik). * Potensi Pariwisata Salah satu potensi andalan yang dimiliki oleh pulau wawonii adalah potensi pariwisata, namun potensi ini belum mendapat sedikitpun perhatian pemerintah, baik itu pemerinta kecamatan maupun pemerintah Kabupaten Konawe. Beberapa potensi wisata yang di miliki pulau wawonii antara lain : Wisata Air Terjun Tumburano di desa lansilowo, Panta i Kampa, Permandian Sungai Mosolo, Wisata Pantai Tekonea, W isata Pantai Sawa'ea, Wisata Air Panas Wungkolo, Wisata Danau Air Asin di gnung wungkolo, Air Terjun Lampeapi, Wisata Permandian Moliuano Labeau, Wisata Watuntinap Noko. Dari semua potensi wisata yang di miliki pulau wawonii apa bila dikembangkan akan meningktkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dapan meningkatkan kesejahteraan masyarakatt wawonii. /////////////////////////////////////////////////////////////////// Pembangunan Industri Perikanan di Tinjau dari Ekologi Kepulauan Wawonii mempunyai wilayah perairan laut yang sangat memungkinkan untuk pengembangan usaha komoditas perikanan. Wilayah perairan tersebut, sebagian besar digunaka n sebagai areal usaha perikanan tangkap dan sebagaian kecil dipergunakan sebagai areal usaha budidaya laut. Sedangkan untuk wilayah pesisir pantai baru sebahagian ke cil yang telah dimanfaatkan sebagai areal usaha budidaya tambak. Berdasarkan data dari LEMLIT UHO dan Bank Dunia (2012), bahwa usaha perikanan tangkap yang ada di wilayah Pulau Wawonii tercatat sebanyak 2.391 RTP (Rumah Tangga Perikanan atau Kepala Keluarga Nelayan) dengan total produksi 2.345,9 ton dan nilai total produksi sebesar Rp. 14.550,5 juta. Sementara itu, potensi budidaya laut pada wilayah persiapan pemekaran/pembentukan Kabupaten Konawe Kepulauan seluas kurang lebih 396 hektar, sedangkan yang dimanfaatkan masih sangat kecill dengan total produksi hanya 2,2 ton dan nilai produksi sebesar Rp. 9,9 juta. Selain itu terdapat potensi budidaya tambak seluas 350 ha dan yang sudah dimanfaatkan b aru seluas 25 ha atau sebesar 7,14 %. Sebagai pusat industri perikanan SULTRA, pembangunan pelabuhan, pembangkit listrik Tenaga Air. Maka arus transportasi semakin lancar. Dengan semakin lancarnya arus transportasi tersebut dimungkinkan banyak eksploitasi yang dilakukan di beberapa titik potensi. Beberapa kawasan tersebut apabila tidak diperhatikan dalam hal eks ploitasinya, maka akan berdampak buruk bagi lingkungan dan keseimbangan ekologi. Seluruh sumber energi diambil dari lingkungan dan keluaran karbon dioksida terbuang ke lingkungan dimana aktivitas kehidupan manusia berlangsung dan di mana sumber-sumber energi berada. Perubahan yang terjadi pada komponen penyusun suatu ekosistem akan mengakibatkan ekosistem tersebut tidak lagi berjalan seimbang. Menurut Krebs (2001), perubahan alih fungsi lahan akan menyebabkan hilangnya habitat untuk tumbuhan dan komunitas hewan serta fragmentasi habitat. Dalam jangka panjang tidak diatasi, maka kesinambungan ekologi dan jejaring rantai makananan akan terganggu.
Pembangunan Industri Perikanan di Tinjau dari Sosial Budaya Berdasarkan data dari LEMLIT UHO dan Tim Bank Dunia (2012), Jumlah penduduk pulau Wawonii 28.544 dengan suku yang berbeda-beda yaitu suku Wawonii, suku Bajo, suku Buton, suku Tolaki, transmigran Jawa dan Bali. Kehidupan nelayan Wawonii terutama pada lapisan buruh dalam kegiatan penangkapan ikannya tergantung pada hubungan dengan juragan (pemiliki modal dan kapal). Pembangunan industri perikanan ini berdampak pada kehidupan sosial nelayan maupun komunitas nelayan. Aslan dan Nadia, (2009) mengemukakan bahwa, dampak pembangunan industri perikanan adalah akan merubah pola kerja dari penggunaan teknologi lama yang masih sederhana yaitu perahu dayung menjadi teknologi baru berupa perahu motor tempel yang lebih modern, efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi modernisasi tersebut menimbulkan diferensiasi yakni munculnya unit-unit sosial baru yang berdampak pada perubahan struktur sosial masyarakat nelayan. Perubahan t ersebut terjadi pada level nelayan maupun komunitas. Perubahan selanjutnya yang dialami oleh masyarakat bajo adalah mulai tumbuhnya tingkat kesadaran akan kelestarian lingkungan alam dengan adanya gerakan sukarela menghijaukan kembali terumbu karang dan bakau, dengan adanya larangan untuk tidak melakukan penangkapan ikan menggunakan bom atau racun yang sangat membahayakan keberlangsungan ekosistem alam. Disisi lain Suherman dan Dault (2008), menyatakan pembangunan industri perikanan jika mengesampingkan aspek budaya akan menunjang kompetisi atau pesrsaingan diantara masyarakat yaitu persaingan usaha, konflik sosial dan ketersediaan sumberdaya ikan yang semakin berkurang. ..........................