1
PERKEMBANGAN BUSANA MUSLIMAH PADA PEREMPUAN MUDA KAITANNYA DENGAN BUDAYA POPULER DI INDONESIA (ika damayanti/ kriya tekstil FSR ISI Yogyakarta)
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Lihatlah lingkungan sekitar kita saat ini, betapa semakin banyak perempuan-perempuan mengenakan busana muslimah tak hanya di tempat yang berhubungan dengan acara keagamaan tetapi juga di ruang-ruang publik seperti sekolah, kampus, kantor, mall, dll. Pemakai busana muslimah juga tak identik dengan ibu-ibu dengan gaya pakaian yang monoton tetapi justru didominasi perempuan-perempuan muda dengan gaya pakaian yang modis dan up to date. Lalu tengoklah kondisi sebelum tahun 1990 dimana perempuan yang mengenakan busana muslimah pada kesempatan umum, meskipun ada, masih sangat jarang, terlebih bagi perempuan muda dan remaja putri. Dahulu busana muslim dicirikan sebagai tanda fanatisme Islam, sedangkan pada saat itu hubungan diantara agama Islam dan politik Indonesia tidak begitu harmonis sehingga penduduknya pun tak ingin terlihat sebagai seorang yang fanatik. Sejak dasawarsa 1970-an, fenomena kebangkitan Islam terjadi di seluruh dunia. Dampak fenomena ini terhadap Islam di Indonesia mempengaruhi agama, politik dan keadaan sosial. Selain perubahan dalam bidang agama, politik dan sosial,
salah
satu
perubahan
yang
jelas
adalah
pemakaian
busana
muslim. Kebiasaan perempuan muslim yang menutup rambut dengan mengenakan
Ika damayanti/
[email protected]
2
jilbab yaitu sebuah kain yang hanya menampakan wajah telah berkembang dengan populer dalam beberapa dekade terakhir ini di wilayah Indonesia. Kebiasaan itu baru-baru ini meningkat
di Indonesia, mencerminkan sikap masyarakat Islam
terhadap kebijakan Bush di Timur Tengah.1 Kritikus budaya massa pada umumnya mengartikan budaya popular sebagai budaya rakyat dalam masyarakat pra-industri atau budaya massa dalam masyarakat industri. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa busana muslimah yang identik dengan atribut jilbab telah menjadi bagian dari budaya populer di Indonesia seperti halnya gaya fashion yang lain. Ternyata berbusana muslim sudah diterima oleh masyarakat dan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Busana muslim menjadi unsur kebudayaan populer di Indonesia, dan industri busana muslim berkembang pesat. Bahkan bukan hanya diantara pemakainya tapi juga sebagai tren dalam sektor industri.
2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, penulis akan mengajukan rumusan masalah sebagai berikut : a. Darimana busana muslimah berasal dan bagaimana gaya tersebut dapat menjadi budaya populer di Indonesia? b. Bagaimana tipikal dan karekter perempuan muda yang mengenakan busana muslimah dan apa yang meyebabkan mereka memustuskan untuk memakainya?
1
Jill Forshee, Culture and Customs in Indonesia (USA: Greenwood Press,2006), p.139
Ika damayanti/
[email protected]
3
c. Bagaimana para perempuan muda memaknai busana muslimah dan bagaimana mereka mengadaptasi dan mengolah busana muslimah supaya terlihat lebih trendi dan fashionable? 3. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini yaitu : a. Mengungkapkan alasan dan penyebab busana muslimah dapat menjadi bagaian dari budaya populer di Indonesia. b. Mengungkapkan tipikal dan karakter perempuan muda yang mengkonsumsi dan mengenakan busana muslimah. c. Menjelaskan cara dan proses perempuan muda memaknai busana muslimah dan cara mereka mengadaptasi dan mengolah busana muslimah supaya terlihat lebih trendi dan fashionable. 4. Manfaat Berdasarkan tujuan penelitian, manfaat dari penelitian ini yaitu: a. Bagi diri sendiri Menambah pengetahuan mengenai perkembangan busana muslimah pada perempuan muda kaitannya dengan budaya populer di Indonesia b. Bagi lembaga pendidikan Menambah referensi mengenai perkembangan gaya busana muslimah dan budaya populer c. Bagi masyarakat umum Masyarakat dapat mengetahui bahwa busana muslimah saat ini telah menjelma menjadi bagian budaya populer di Indonesia.
Ika damayanti/
[email protected]
4
LANDASAN TEORI 1. Busana Busana saat ini tak hanya sekedar kain untuk melindungi manusia dari hawa panas maupun dingin tetapi telah menjadi bagian gaya hidup. Kata busana diambil dari bahasa Sansekerta bhusana. Namun dalam bahasa Indonesia terjadi penggeseran arti busana menjadi padanan pakaian. Meskipun demikian pengertian busana dan pakaian merupakan dua hal yang berbeda. Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Busana ini mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan aksesories) dan tata riasnya. Sedangkan pakaian merupakan bagian dari busana yang tergolong pada busana pokok.2 Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh. Dalam kamus busana diartikan sebagai pakaian lengkap yang indah3. Tentunya kata indah sendiri masih rancu karena setiap individu memiliki kriteria indah masing-masing. 2. Busana muslimah Busana muslimah kini bukan hanya soal penutup kepala, jilbab atau kerudung, tetapi segala outfit yang dikenakan seorang perempuan muslim untuk menutupi auratnya. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki batas-batas aurat sendiri, bagi perempuan bagian tubuh yang boleh diperlihatkan adalah wajah dan telapak tangan 3. Jilbab
2 Ernawati dkk, Tata Busana (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), p.58 3 Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), p.241
Ika damayanti/
[email protected]
5
Di Indonesia atribut untuk menutup kepala perempuan muslim dikenal dengan jilbab tetapi pda tahun 1980-an lebih populer dengan sebutan kerudung. Secara harfiah jilbab ialah kerudung yang dipakai wanita untuk menutupi kepala, sebagian muka, dan dada4 Jilbab hanya mengacu pada penutup kepalanya saja. Di negara Islam lainnya terjadi pergeseran makna jilbab/ hijâb dari semula berarti tabir, berubah makna menjadi pakaian penutup aurat perempuan semenjak abad ke4 H5 Begitu juga di Indonesia, saat ini bila sesorang dikatakan berjilbab maka asumsinya ialah mengenakan pakaian muslimah secara lengkap, meskipun batasan mengenai pakaian muslimah saat ini juga tergantung bagaimana sesorang menafsirkannya. Jilbab berasal dari akar kata jalaba, berarti menghimpun dan membawa. Jilbab pada masa Muhammad SAW ialah pakaian luar yang menutupi segenap anggota badan dari kepala hingga kaki perempuan dewasa6 Beberapa penjelasan mengenai kewjiban mengenakan jilbab/ kerudung busana muslim dapat ditemui di dalam Al Quran, kitab suci agama Islam, antara lain dari An Nur:31 Katankanlah kepada wanita yang beriman; 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasi) nampak dari padanya. Dan hendakklah mereka menutup kain krudung ke dadanya, dan jangan menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra suami mereka, atau putra-putra mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lakilaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum 4
______Kamus Bahasa Indonesia, Op Cit, p.637 Nong Darol Mahmada, Review Buku Kritik atas Jilbab, http://islamlib.com/id/artikel/kritik-atas-jilbab/, Maret, 25, 2010 6 Ibid 5
Ika damayanti/
[email protected]
6
mengerti tentang aurat wanita. Dan jangan mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung 4. Fashion Aliran populer kostum atau gaya, khususnya di busana7 Fashion seringkali diasumsikan sebagai suatu topeng untuk menyembunyikan kebenaranan alami tubuh atau orang8 Fashion adalah sistem
untuk mengubah pakaian menjadi
‘fashion’ yang memiliki simbol nilai dan dinyatakan melalui pakaian. Fashion tidak diciptakan di ruang hampa udara tetapi ada karena kebudayaan khusus dan konteks yang teroganisir. Fashion ialah intangible sedangkan pakaian tangible. fashion terlegitimasi untuk dipelajari sebagai simbol kebudayaan dan sesuatu yang dihasilkan oleh organisasi sosial 9 5. Budaya populer Kebudayaan
yang
dimaksud
sebagai
kebudayaan
massa/pop(uler)
(mass/pop[ular]culture) dengan ditopang industri kebudayaan (cultural industry) telah mengkonstruksi masyarakat yang tak sekedar berbasis konsumsi, tapi juga menjadikan semua artefak budaya sebagai produk industri, dan sudah tentu komoditas10. Istilah pop merujuk pada kata populer, berasal dari kata popular, yang menyangkut kepada massa yang banyak.11 Populer, dapat berarti sebagai sesuatu 7
Richard Sorger and Jenny Udale, The Fundamental of Fashion (Singapore: Ava, 2006),
p.12 8
Jenifer Craik , The face of fashion: Cultural Studies in Fashion (London: Routledge, 1993), p16 9 Yuniya Kawamura, The Japanesse revulotion in Paris Fashion ( New York: Ber, 2004), p 12 10 Idi Subandy Ibrahim (ed.), Lifestyle Ectassy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia (Yogyakarta:Jalasutra, 2006), p.39 11 Umar Kayam.. Seni, Tradisi & Masyarakat (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan ,1983) via Desain Grafis Gaya Pop, http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/, Maret, 25, 2010
Ika damayanti/
[email protected]
7
yang disukai oleh orang banyak, sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya, disukai dan dikagumi orang banyak12 Karena budaya populer bersifat massal, sesaat, dan memperhitungkan nilai ekonomis. Di sisi lain, populer juga dapat menjadi penanda sesuatu yang modern. Budaya massa merupakan budaya populer yang diproduksi untuk pasar massal. Pertumbuhan budaya ini berarti memberi ruang yang makin sempit bagi segala jenis kebudayaan yang tidak dapat menghasilkan uang, yang tidak dapat diproduksi secara massal bagi massa seperti halnya kesenian dan budaya rakyat Kebudayaan massa adalah istilah kata untuk mass culture, istilah ingris yang konon berasal dari bahasa Jerman Masse dan Kultur. Kebudayaan massa sebenarnya merupakan istilah yang mengandung nada mengejek atau merendahkan, istilah ini merupakan antonim dari high culture, kebudayaan elite atau kebudayaan tinggi. Kebudayaan tinggi mengacu tidak hanya ke berbagai jenis kesenian produk simbolik yang menjadi pilihan kaum elite terpelajar dalam masyarakat Barat, tetapi juga segala sesuatu yang ada kaitannya dalam pikiran dan perasaan mereka yang menjatuhkan pilihan atas jenis kesenian dan produk simbolik tersebut.13
PEMBAHASAN 1.
Penyebab Busana Muslimah dapat Menjadi Bagian dari Budaya Populer di
Indonesia 12
______Kamus Bahasa Indonesia, Op Cit, p.1205 Sapardi Djoko Damono, “Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil” dalam Lifestyle Ectassy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, (Yogyakarta:Jalasutra, 2006), p.45 13
Ika damayanti/
[email protected]
8
Dahulu di Indonesia, gaya busana muslimah seperti jilbab atau kerudung sangat jarang diterapkan, hal tersebut memiliki sejarah yang panjang. Mulanya jilbab hanya diterapkan di lingkungan khusus seperti sekolah islami (MI, MTS, MA dan Muhammadiyah) atau pesantren Islam (boarding School). Sedangkan sacara umum yang mengenakan jilbab masih sangat terbatas, bahkan sampai tahun 1980-an jilbab hanya dikenakan oleh perempuan yang telah menuanaikan ibadah haji. Kemudin di tahun 1990-an orang lebih terbuka dengan pemakaian jilbab tetapi saat itu pun kondisinya tidak seramai sekarang ini, Ada banyak hal yang membuat jilbab menjadi budaya populer seperti sekarang antara lain karena; pertama busana muslim telah diterima secara terbuka oleh pemerintah. Sebelumnya pada tahun 1982, Depdikbud pernah memutuskan untuk melarang siswa perempuan mengenakan kerudung ke sekolah, kemudian pada tahun 1991 pemerintah kembali mengizinkan pemakaian jilbab di sekolah dan kantor pemerintahan.14 Bahkan mulai tahun 2000-an hampir semua SMA negeri di Yogyakarta justru menerapkan kewajiban mengenakan busana muslimah pada saat jam pelajaran agama, kemudian hal tersebut diikuti oleh tingkat SMP juga SD. Saat ini justru ada beberapa sekolah negeri yang mewajibkan siswi muslim berjilbab tidak hanya pada mata pelajaran agama, hal tersebut dapat di jumpai di SMA N 1 Sleman. Dari kewajiban dan kebiasaan mengenakan jilbab pada saat jam sekolah maupun kuliah menjadikan banyak perempuan mengenakan jilbab untuk kegiatan sehari-harinnya. Faktor yang mempengaruhinya antara lain karena dia telah 14
Alwi Alatas, Kasus Jilbab di Sekolah-Sekolah Negerei di Indonesia Tahun 1982-1991, http://maaini.wordpress.com/, Maret, 25, 2010
Ika damayanti/
[email protected]
9
terbiasa berjilbab, kenyamanan, kesenangan, malu bila jilbabnya pakai-lepas dan lingkungan sekitar juga melakukan hal yang sama. Ketiga, public figure pun mengubah penampilannya dengan jilbab, yang paling fenomenal tentunya Inneke Koesherawati yang dahulunya bintang panas. Kemudian perubahan Inneke direspon secara cepat oleh Sunsilk untuk mengiklankan varian barunya. Sunsilk hijau untuk rambut yang gatal dan berminyak di penghujung hari - yaitu rambut yang ditutup oleh kerudung dengan tagline bersih segar berkerudung. Lalu ada pula Ratih Sanggarwati yang juga seorang model catwalk, baru-baru ini pemilihan Putri Indonesia juga selalu ada yang berjilbab, biasanya perwakilan dari Aceh. Dengan begitu meskipun minoritas, jilbab juga telah diterima oleh industri hiburan yang biasanya memuja perempuan berpakaian minim, Keempat, desainer dan industri fashion telah menganggap busana muslim dapat
menjadi unsur penting dari mode. Menurut Ibu Alphiana Chandrajani,
desainer dan pengajar LPK Susan Budiharjo, busana Muslim akan tetap populer di Indonesia, dan ada kemungkinan Indonesia akan menjadi pusat untuk industri mode Islam. Indonesia mungkin menjadi negara yang penting untuk busana Muslim karena busana Muslim di Indonesia sangat dinamis. Toko yang menjual jilbab dan pakaian muslim pun semakin banyak bila dulu di Yogyakarta hanya kita jumpai Al-Fath dan An-Nissa dengan harga menengah ke atas, sekarang menjamur toko yang yang lebih terjangkau seperti Raja Murah, Firdaus yang keduanya telah memiliki banyak cabang. Yang paling terkenal mungkin Karita moslem boutique, karena ia menawarkan konsep yang
Ika damayanti/
[email protected]
10
baru yaitu busana muslim untuk anak muda dan one stop shopping. Sedangkan desainer yang khusus menggeluti busana muslim antara lain Monika Jufry, Lia Afif, Herman Nuary, dll. Kesemuanya menciptakan busana muslim yang lebih modern dan trendi dengan ciri khas masing-masing. Jadi, toko,butik besrta desainernya sebagai bagian dari perluasan budana muslimah karena secara sederhana dapat dikatakan bahwa budaya massa adalah budaya popular yang dihasilkan melalui teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen massa.15 Kelima, yang sangat berperan dalam budaya populer tentunya media massa karena melaluinya suatu budaya dapat disebarluaskan kepada massa dengan cepat. Di Indonesia tren busana muslim mendapat respon dari berbagai majalah, koran dan tabloid untuk diulas dan ditampilkan di rubric mode. Menginjak tahun 2000, banyak majalah Islam yang bermunculan, khususnya Paras dan Muslimah majalah yang diperuntukkan untuk perempuan. Hal ini tentu sangat mempengaruhi posisi busana muslim karena majalah tersebut akan mengulas (memberi nasehat) mengenai kewajiban berbusana muslim. Selain juga ditampilkan foto-foto busana muslimah terkini yang dikenakan para model. Koran dan tabloid umum juga mengupas busana muslim tetapi lebih dilihat dari sisi fashionnya saja. Seperti pada tabloid Aura yang setiap minggunya selalu menampilkan busana muslim dari fashion show seorang desainer, hal tersebut dimulai tahun 2008 sebelumnya Aura hanya menampilkan busana umum. 15
Dominic Strinati, Popular Culture:Pengatar Menuju Budaya Populer ( Yogyakarta:
Bentang Budaya, 2003), p.12
Ika damayanti/
[email protected]
11
2.
Tipikal dan Karakter Perempuan Muda yang Mengenakan Busana
Muslimah dan yang Meyebabkan Mereka Memutuskan Untuk Memakainya Untuk menganalisis karakter perempuan yang mengenakan busana muslim, sebelumnya penulis melakukan observasi dan membuat beberapa pertanyaan yang diajukan kepada siswi SMA dan mahasiswi berbusana muslim. Mereka berjilbab karena beberapa alasan. Karena mau melindungi sendiri dari hal-hal yang tidak baik, agar terlihat anggun dan rapi, karena kewajiban, karena perintah oleh Tuhan, supaya tidak diganggu oleh laki-laki, karena kebiasaan dan karena berjilbab nyaman dan aman. 3 dari 10 responden selalu mengenakan jilbab meski di rumah supaya tidak terlihat auratnya pada yang bukan muhrimnya meski hanya menggunakan lengan pendek sedangkan sisanya berpenampilan biasa saja bila di rumah Bila mengacu pada pembagian tiga varian agama dari Clifford Geert, yaitu abangan, santri dan priyayi pemakaian jilbab tidak lagi hanya dikenankan bagi mereka yang santri tetapi juga abangan dan priyayi. Karena beberapa responden mengakui bahwa mereka sepenuhnya juga belum mampu melakukan ibadah lainnya dengan baik. Di sisi lain, ada seorang responden yang bilang dia bukan Muslimah yang taat karena dia kadang-kadang keluar rumahnya tanpa jilbab dan dia menyimpang dari perintah Islam.
Ika damayanti/
[email protected]
12
3.
Cara Perempuan Muda Memaknai Busana Muslimah dan Cara Mereka
Mengadaptasi dan Mengolah Busana Muslimah Supaya Terlihat Lebih Trendi dan Fashionable Saat ini bebusana muslim tidak hanya mengenakan gamis dan rok panjang beserta jilbab besar tetpi sudah lebih dinamis dan lunak. Meskipun hal tersebut banyak dikritisi oleh pemerhati agama yang fanatik. Tetapi tentunya para perempuan muda pada umumnya tetap ingin terlihat menarik dan modern oleh karena itu kebanyakan dari mereka mengolah busana muslimnya supaya terlihat lebih fashionable mskipun sedikit keluar dari prokem. Seperti gambar dibawah ini adalah gaya kebanyakan perempuan muda yang berjilbab saat ini.
Gb.1. Jasmine, Sumber: www.jazmine.blogspot.com16
16
http://www.jazmine.blogspot.com, Maret, 25, 2010
Ika damayanti/
[email protected]
13
Gb.2. Ghaida, Sumber: gdagallery.blogspot.com17 Berjilbab dengan busana sedikit ketat juga jilbab yang pendek bagi mereka tidak masalah asalkan masih dalam batas kewajaran dalam artian tidak menampakkan aurat secara terang-terangan. Busana muslim pun mengalami pasang surut tren mode, misalnya saat ini yang sedang up to date ialah dress maxi yang dipadukan legging, celana panjang yang pas dan mengikuti lekuk tubuh . Pelengkap busana muslim yang tren sejak busana muslim menjadi populer ialah manset badan, sebutan untuk kaos lengan panjang pas badan terdiri dari berbagai macam warna berfungsi untuk melapisi pakaian lengan pendek maupun pakaian tipis. Memang bila mengacu pada busana muslimah dahulu, mode-mode seperti itu cenderung melanggar. Peran mode masih menjadi bagian yang agak besar di antara 17
http://www.gdagallery.blogspot.com, Maret, 25, 2010
Ika damayanti/
[email protected]
14
berbusana Muslim.
Kebanyakan responden yang diberi kuesioner senang
berbelanja dan mencoba gaya berjilbab atau berbusana Muslim baru. Kebanyakan responden mempunyai lebih dari lima belas jilbab dan senang berbelanja dan mencoba gaya berjilbab yang baru. Ide untuk gaya baru biasanya diambil dari majalah atau tabloid (misalnya Kawanku, Aura, Gadis dan Muslimah), orang terkenal, teman, dari ciptakan sendiri, dan televisi atau toko busana Muslim. Semua sumber ini ternyata pilihan yang populer tetapi yang paling populer adalah gaya-gaya dari majalah dan tabloid.
KESIMPULAN Seiring dengan perubahan waktu, walaupun jilbab masih menjadi simbol dari Islam, namun penafsiran terhadap makna jilbab dalam masyarakat Indonesia pun mengalami perubahan. Dahulu jilbab sangat identik dengan fanatisme Islam, penggunanya terbatas pada perempuan dengan kalangan yang tinggi tingkat religiusitasnya. Lambat laun, jilbab pun merambah ke semua lapisan masyarakat, hal ini dapat dikatakan sebagai dampak positif tetapi dapat juga dianggap negatif oleh orang-orang yang fanatik karena jilbab tidak bisa lagi diidentikkan dengan seorang perempuan yang sangat religius. Hal tersebut disebabkan karena peran mode dalam perkembangan busana muslimah dengan modifikasi di sana-sini (bahkan mungkin telah melenceng dari konsep dasarnya). Meminjam istilah Dr. Sawirman, saat ini makna jilbab telah mengalami pseudo identity (identitas tipuan), di mana para pengguna jilbab ingin untuk menunjukkan kesan sebagai perempuan baik-baik yang santun, ramah,
Ika damayanti/
[email protected]
15
berbudaya namun disisi lain mereka bukan perempuan dengan tipe tersebut. Tetapi pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar karena sekalipun busana Muslim sudah menjadi populer di Indonesia, tetapi masih melindungi arti-arti agama - bukan hanya mode saja. Lingkungan politik dan budaya di Indonesia yang dinamis dan toleran memperbolehkan mode Islam menjadi fashionable. Meskipun keadaan ini tidak begitu disukai dan disetujui oleh aliran Islam fanatik karena populerisasi mmerupakan hal baru bagi mereka. Sedangkan dari responden menurut mereka dalam menggambarkan seorang yang berbusana muslim tidak bisa digeneralisir karena setiap memiliki alasan pribadi dalam berbusan muslim. Menurut mereka pula orang-orang boleh berjilbab sambil berpakaian ketat, karena lebih baik daripada tidak berjilbab sama sekali. Busana muslim menjadi lebih diterima di semua kalangan begitu juga dalam sektor ekonomi. Dahulu, toko khusus busana muslim hanya ditujukan untuk menengah ke atas sekarang banyak ditemui busana muslim di pasar dan di toko dengan harga yang murah.
Ika damayanti/
[email protected]
16
Daftar Pustaka Alatas, Alwi, “Kasus Jilbab di Sekolah-Sekolah Negerei di Indonesia Tahun 19821991”, http://maaini.wordpress.com/ , Maret,25, 2010 Basuki, Milka dkk, “Desain Grafis Gaya Pop”, http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/ , Maret, 25, 2010 Craik, Jenifer , The face of fashion: Cultural Studies in Fashion, London: Routledge, 1993 Ernawati dkk, Tata Busana, Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008 Forshee, Jill, Culture and Customs in Indonesia, USA: Greenwood Press,2006 Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach II,Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM,1983 Heryanto, Ariel, Popular Culture in Indonesia, /t.k/: Taylor & Francis Routledge,2008 http://www.gdagallery.blogspot.com, Maret, 25, 2010 http://www.jazmine.blogspot.com, Maret, 25, 2010 Ibrahim, Idi Subandy (ed.), Lifestyle Ectassy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Yogyakarta:Jalasutra, 2006 Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008 Kawamura , Yuniya, The Japanesse revulotion in Paris Fashion, New York: Berg, 2004 Nong Darol Mahmada, “Review Buku Kritik atas Jilbab”, http://islamlib.com/id/artikel/kritik-atas-jilbab/, diakses tanggal 25 Maret 2010 Sophia, “ Twenty Four Seven Non-Stop Fashion” dalam majalah Outmagz Vol.03, Januari 2004 Sorger, Richard and Jenny Udale, The Fundamental of Fashion, Singapore: Ava, 2006 Strinati, Dominic, Popular Culture:Pengatar Menuju Budaya Populer, Yogyakarta: Bentang Budaya, 2003
Ika damayanti/
[email protected]