PERGESERAN BUDAYA TARI TOR-TOR
Anita Arumsari
Samuel
Universitas Brawijaya
[email protected]
Abtraks
Indonesia memiliki kebudayaan melimpah baik dari segi bahasa, kepercayaan, hingga tari tradisionalnya. Sayangnya kebudayaan yang melimpah tersebut tidak seiring dengan pelestariannya. Salah satu faktor pemicunya adalah globalisasi. Hal ini yang kemudian membuat beberapa nilai kebudyaannya bergeser, salah satunya yang terjadi pada Tari Tor-Tor. Tari Tor-Tor itu sendiri merupakan tari yang berasal dari Pulau Sumatra yang memiliki beberapa jenis tari serta properti yang beragam. Pergeseran yang terjadi tidak lupa terjadi pada Tari Tor-Tor. Makalah ini difokuskan pada pergeran yang terjadi pada Tari Tor-Tor antara lain pada segi penggunaan, gerak, serta musik pengiringnya.
Kata kunci : Tari Tor-Tor, Nilai budaya, Pergeseran budaya
Pendahuluan
Indonesia terkenal dengan kekayaan budaya yang melimpah, baik dari segi bahasa, kepercayaan, upacara adat, hingga tari tradisionalnya. Namun sayangnya, jumlah tari tradisional yang mencapai ratusan tidak didukung oleh pelestariannya. Terbukti dengan maraknya tari moderen yang mulai menggeser nilai-nilai tari tradisional di mata para generasi muda.
Maraknya tari modern yang memasuki kawasan Indonesia rupanya menjadi magnet tersendiri bagi warga negara Indonesia, terutama generasi mudanya. Para generasi muda berlomba-lomba untuk mempelajari tari moderen yang dinilai lebih menarik dibandingkan dnegan tari tradisonal. Salah satu faktor penyebab lunturnya minat tari tradisi di kalangan remaja yaitu "gengsi". Selain itu, mereka juga berpikiran bahwa tari moderen lebih memiliki nilai-nilai yang bermakna di setiap gerakannya. Lunturnya minat tari tradisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah globalisasi dan modernisasi.
Situasi yang terjadi seperti diatas menunjukkan bahwa kebudayaan Indonesia kian memudar sehingga rasa bangga dan memiliki kebudayaan Indonesia khususnya Tari Tor-Tor sudah tidak ada lagi. Apalagi kian marak kasus pengklaiman budaya sendiri oleh negara tetangga, seperti pada tahun 2012 dimana dilansir dari situs berita Bernama, mendaftarkan Tari Tor-Tor menjadi Akta Warisan Kebangsaan 2005. Ini membuktikan bahwa dengan berkurangnya antusiasme generasi muda untuk mengenal tari tradisional, maka akan lebih mudah bagi negara lain untuk mengklaim tari-tari tradisonal yang dimiliki oleh Indonesia
Oleh karena itu pada artikel ini, penulis akan membahas tentang tari Tor-Tor serta nilai kebudayaan tari Tor-Tor sehingga kedepannya diharapkan generasi muda bisa mengenal lebih dalam tentang apa itu tari Tor-Tor dan nilai yang terkandung di dalamnya. Sehingga tujuan penulis menulis artikel ini
Tari Tor-Tor
Tari Tor-Tor merupakan salah satu jenis tari yang berasal dari Pulau Sumatera. Menurut mantan anggota anjungan Sumatera Utara 1973-2010 dan pakar Tari Tor-Tor, Tari Tor-Tor sudah menjadi menjadi budaya suku Batak sejak abad 13. Dulunya tradisi Tor-Tor hanya ada di suku Batak yang berada di kawasan Samosir kawasan Toba. Namun setelah masuknya gama kristen, tarian ini mulai dikenal.
Asal muasal nama dari Tari Tor-Tor sendiri tidak diketahui secara jelas. Namun menurut salah satu seniman, Togama Naibaho, memiliki pemikiran asal muasal nama dari Tari Tor-Tor ini. menurut Togarma Naibaho, pendiri Sanggar budaya Batak, Gorga, kata "Tor-tor" berasal dari suara entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. (Zakiya, 2012)
Selain itu, Tari Tor-Tor juga memiliki makna dan tujuan dari setiap pegelarannya. Menurut Togarma, "Tujuan tarian ini dulu untuk upacara kematian, panen, penyembuhan, dan pesta muda-mudi. Dan tarian ini memiliki proses ritual yang harus dilalui." (Zakiya, 2012)
Ritual yang dilakkan sebelum menari memiliki pesan tersendiri. Pesan tersebut ada tiga. Pertama, takut dan taat pada Tuhan, hal ini tercermin saat sebelum tari dimulai, harus dimainkan musik persembahan kepada Yang Maha Esa. Kedua, pesan ritual untuk leluhur dan orang-orang hidup yang dihormati. Terakhir adalah pesan kepada khalayak ramai yang tengah hadir melihat tari Tor-Tor.
Tari Tor-Tor sendiri memiliki tiga jenis. Pertama, Tor-Tor Pangurason yaitu tari pembersihan yang dilaksanakan pada cara pesta besar. Kedua, Tor Tor Sipitu Cawan atau disebut juga Tari Tujuh Cawan yang menceritkan tentang tujuh bidadari. Ketiga, Tor Tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual.
Properti tari Tor-Tor sendiri hampir sama dengan tari tradisonal. Pada bagian atas penari, terdapat penutup kepala atau ikat kepala yang terbuat dari kain ulos yang dihiasi pernak pernik berupa bunga. Baju yang dikenakan pun berupa kemben yang dihias sedemikian rupa menggunakan benang emas.kemben ini akan dipadupadankan dengan kain ulos yang berfungsi sebagai selendang.
Properti lain yang digunakan adalah cawan yang khusus digunakan hanya pada tari Tor-Tor Sapitu Cawam. Properti terakhir yang digunakan adalah Tas anyaman. Properti ini digunakan pada tari Tor-Tor jenis Sapitu Cawan. Properti ini tidak digunakan mulai awal acaranya, hanya pada saat pertunjukkan tari akan usai.
Pergeseran Budaya Tari Tor-Tor
Pengertian budaya sangat bermacam-macam. Menurut Clifford Geertz (dalam Alam 1997:2) "pola-pola arti yang terwujud sebagai simbol-simbol yang diwariskan secara historis . . . . dengan bantuan mana manusia mengkomunikasikan, melestarikan dan mengembangkan pengetahuan dan sikap terhadap hidup." Berdasarkan uraian tersebut, budaya dapat diartikan sebagai hal yang dapat diwariskan dan dilestarikan sehingga nilai yang terkandung pun tetap.
Namun saat ini, nilai dari berbagai budaya mulai bergeser, tak terkecuali Tari Tor-Tor. Jika di masa lalu Tari Tor-Tor digunakan sebagai sarana penyampaian batin kepada roh-roh leluhur maupun kepada orang yang dihormati dalam bentuk tarian sebagai rasa hormat. Maka di masa sekarang, tarian ini digunakan sebagai pentas seni menyambut dan menghibur tamu.
Disisi gerakan, Tari Tor-Tor memiliki gerakan tangan yang mengandung arti tertentu. Misalnya terdapat empat posisi tangan Mane Nea yang berarti meminta berkat dan turut menanggung beban, memasu-masu yang berarti memberi berkat, mangido tua yang berarti meminta atau menerima berkat, dan manomba yang berarti menyembah, meminta berkat. Ketika gerak ini dilakukan sebagai pentas seni menyambut dan menghibur tamu, maka gerakan tangan makna dari posisi tangan tersebut menghilang dan hanya menjadi sebuah gerakan tari yang bermakna estetis semata.
Selain itu, dalam segi musik pengiring, gondang, juga mengalami pergeseran nilai. Di masa kini, gondang tidak hanya sebagai menjadii musik pengiring tari Tor-Tor semata tapi juga untuk hal lainnya. Secara garis besar terbagi menjadi tiga besar, gondong pesta seperti gondang pembangunan gereja, gondang adat seperti gondang mamampe marga (pemberian marga), gondang religi seperti purbalingin.
Kesimpulan
Semakin lama, nilai-nilai kebudayaan milik Indonesia semakin bergeser, salah satunya adalah Tari Tor-Tor. Tari yang berasal dari Pulau Sumatra ini mengalami banyak sekali pergeseran. Pergeseran yang terjadi antara lain dari segi penggunaan, pergerakan, serta pengiring musik itu sendiri. Hal ini dikarenakan saat ini, Tari Tor-Tor kebanyakan digunakan sebagai tari pementasan semata, bukan lagi menjadi sebagai bagian upacara sakral seperti dulu.
Saran
Data tentang pergeseran Tari Tor-Tor sangat sedikit, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Tari Tor-Tor dulu dan sekarang. Hal yang perlu di teliti terutama fungsi spesifik dari Tari Tor-Tor pada zaman dulu, serta penggunaan properti yang mungkin berubah seperti bahan atau model yang dipakai. Selain itu, juga diperlukan penelitian tentang pantangan-pantangan dalam Tari Tor-Tor yang mungkin dulu ada tapi sekarang sudah dianggap tidak terlalu penting.
Daftar Rujukan
Alam, B. (1998). Globalisasi Perubahan Bidaya. Perspektif Teori Kebudayaan, 11.
Zakiya, Z. (2012, Juni 19). National Geography : Mengupas Sejarah dan Makna Tari Tor Tor. Dipetik November 20, 2017, dari National Geography web site: http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/06/mengupas-sejarah-dan-makna-tari-tor-tor
Zakiya, Z. (2012, Juni 18). National Geography : Perlu Ada Kajian Bersama soal Tari Tor-Tor. Dipetik November 20, 2017, dari National Geography web site: http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/06/perlu-ada-kajian-bersama-soal-tari-tortor
Tari Tor Tor Seni Budaya Sumatera Utara. (t.thn.). Dipetik November 20, 2017, dari Go Sumatra web site: http://www.gosumatra.com/tari-tor-tor-seni-budaya-sumatera-utara/
Tari Tor Tor Tradisional Batak. (2015, Maret). Dipetik November 20, 2017, dari negeriku indonesia web site: http://www.negerikuindonesia.com/2015/03/tari-tortor-kesenian-tradisional-batak.html