PERCOBAAN NOMOR II
PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN DAN CARA PEMBERIAN OBAT
KELOMPOK 3 WIDARI ADLI SUCI (1208109010020) MAYA FARIDA (1208109010002) NUR ELLA SARI (1208109010028) FAJAR MENA FADILLAH (1208109010041) SARI ISMANIAR (1208109010042)
LABORATORIUM FARMAKOLOGI II FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PRODI FARMASI UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2014
PERCOBAAN II PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN
1.1. -
Tujuan Percobaan Menangani hewan-hewan percobaan, yaitu mencit, tikus, kelinci, marmut, dan katak untuk percobaan farmakologi Mengetahui sifat-sifat hewan percobaan Mengetahui cara menangani hewan percobaan secara manusiawi, serta faktorfaktor yang mempengaruhi responnya
1.2.
Dasar Teori Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu kedokteran senyawa tersebut disebut obat, dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko penggunaan obat. Karena itu dikatakan farmakologi merupakan seni menimbang (the art of weighing). Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu, misalnya membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan hewan coba. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu cara membuat, menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat (Katzung,1998). Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika, karena efek teraupetis obat berhubungan erat dengan efek dosisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme (“sola dosis facit venenum”; hanya dosis membuat racun. Paracelcus) (Harmita, Dkk 2008). Hewan coba / hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan pembangunan nasional bahkan internasional, dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi tentang segi etik percobaan yang meng-gunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya diakukan percobaan pada hewan, sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga dengan demikian jelas hewan per-cobaan mempunyai mission di dalam keikutsertaannya menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian biomedis (Ansel,1989). 1.3. Hewan Percobaan 1.3.1. Mencit Karakteristik 1. Cendrung berkumpul bersama Penakut, fotofobik Lebih aktif pada malam hari Aktivitas terhambat dengan kehadiran manusia Tidak mengigit Suhu normal tubuh 37,4 oC Laju Respirasi 163/menit
2.
Cara Penanganan Dibuka kandang dengan hati-hati, kira-kira cukup untuk masuk tangan saja Diangkat mencit dengan cara memegang ekornya (3-4 cm dari ujung) Diletakkan di atas lembaran kawat atau alas kasar lainnya Dijepit tengkuk diantara telunjuk dan ibu jari dengan tangan kiri Dipindahkan ekor dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri
3.
Cara Pemberian Obat Oral : Dimasukkan ke dalam mulut perlahan-lahan jarum/kanulanya, diluncurkan melalui langit-langit ke belakang sampai esofagus Subkutan : Disuntikkan pada bagian bawah kulit pada bagian tengkuk Intravena : Disuntikkan pada vena di ekor Intramuskular : Disuntikkan pada otot gluteus maksimus atau bisep fermoris atau semitendinosus paha belakang Intraperitoneal : Dipegang tikus pada tengkuk sampai punggungnya sehingga kulit bagian abdomen tegang dan posisi abdomen harus lebih tinggi dari kepala, dilakukan penyuntikan pada perut sebelah kanan garis tengah, jangan terlalu tinggi agar tidak mengenai hati dan kantung kemih, disuntikkan jarum membentuk sudut 10o menembus kulit dan obat masuk ke rongga peritoneal.
4.
Anastesi Eter : Eter digunakan untuk anestesi singkat. Caranya adalah obat diletakkan dalam suatu wadah, kemudian hewan dimasukkan dan wadah ditutup. Hewan sudah kehilangan kesadaran, hewan dikeluarkan dan siap dibedah. Penambahan selanjutnya diberikan dengan bantuan kapas yang dibasahi dengan obat tersebut. Halotan: Obat ini digunakan untuk anestesi yang lebih lama. Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium : Dosis pentobarbital natrium adalah 45-60 mg/kg untuk pemberian intraperitonial dan 35 mg/kg untuk cara pemberian intravena. Dosis heksobarbital natrium adalah 75 mg/kg untuk intraperitonial dan 47 mg/kg untuk pemberian intravena. Uretan (etil karabamat) : Ureten diberikan pada dosis 1000-1250 mg/kg secara intraperitoneal dalam bentuk larutan 25% dalam air.
5.
Cara Pengorbanan Hewan Cara kimia antara lain dengan menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis yang mematikan. Cara fisik dilakukan dengan dislokasi leher. Proses dislokasi dilakukan dengan cara: Ekor mencit dipegang dan kemudian ditempatkan pada permukaan yang bisa dijangkaunya. Mencit akan meregangkan badannya.
Saat mencit meregangkan badannya, pada tengkuk ditempatkan suatu penahan, misalnya pensil atau batang logam yang dipegang dengan tangan kiri. Ekornya ditarik dengan tangan kanan dengan keras, sehingga lehernya akan terdislokasi dan mencit akan terbunuh.
1.3.2. Tikus Karakteristik 1. Sangat cerdas Tidak begitu fotofobik Aktivitasnya tidak terhambat dengan kehadiran manusia Bila diperlakukan kasar atau dalam keadaan defisiensi nutrisi, cendrung menjadi galak dan sering menyerang Dapat hidup sendiri di kandangnya Suhu tubuh 37,5 oC Laju Respirasi normal 210/menit 2.
Cara Penanganan Dibuka kandang dengan hati-hati, kira-kira cukup untuk masuk tangan saja Diangkat dengan cara memegang bagian ujung ekor, letakkan pada kawat kandang. Tangan kiri bergerak dari belakang dengan jari tengah dan telunjuk “mengunci” tengkuknya, sementara ibu jari menjepit kaki depan.
3.
Cara Pemberian Obat Oral : Dimasukkan ke dalam mulut perlahan-lahan jarum/kanulanya, diluncurkan melalui langit-langit ke belakang sampai esofagus Subkutan : Disuntikkan pada bagian bawah abdomen, di bawah telapak kaki Intravena : Disuntikkan pada vena di ekor Intramuskular : Disuntikkan pada otot gluteus maksimus atau bisep fermoris atau semitendinosus paha belakang Intraperitoneal : Dipegang tikus pada tengkuk sampai punggungnya sehingga kulit bagian abdomen tegang dan posisi abdomen harus lebih tinggi dari kepala, dilakukan penyuntikan pada perut sebelah kanan garis tengah, jangan terlalu tinggi agar tidak mengenai hati dan kantung kemih, disuntikkan jarum membentuk sudut 10o menembus kulit dan obat masuk ke rongga peritoneal.
4.
Anastesi Eter : Eter digunakan untuk anestesi singkat. Caranya adalah obat diletakkan dalam suatu wadah, kemudian hewan dimasukkan dan wadah ditutup. Hewan sudah kehilangan kesadaran, hewan dikeluarkan dan siap dibedah. Penambahan selanjutnya diberikan dengan bantuan kapas yang dibasahi dengan obat tersebut. Halotan: Obat ini digunakan untuk anestesi yang lebih lama. Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium : Dosis pentobarbital natrium adalah 45-60 mg/kg untuk pemberian intraperitonial dan 35 mg/kg untuk cara pemberian intravena. Dosis heksobarbital natrium adalah 75 mg/kg untuk intraperitonial dan 47 mg/kg untuk pemberian intravena. Uretan (etil karabamat) : Ureten diberikan pada dosis 1000-1250 mg/kg secara intraperitoneal dalam bentuk larutan 25% dalam air.
5.
Cara Pengorbanan Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis yang mematikan. Cara fisik dilakukan dengan proses sebagai berikut: Tikus diletakkan diatass sehelai kain, kemudian badan tikus dibungkus termasuk kedua kaki depannya dengan kain tersebut. Tikus selanjutnya dibunuh dengan cara memukul bagian belakang telinganya dengan tongkat. Tokus dipegang dengan perutnya menghadap ke atas, kemudian bagian belakang kepalanya dipukulkan dengan keras pada permukaan yang keras seperti meja. Ekor tikus dipegang, kemudian diayunkan sampai tengkuknya tepat mengenai permukaan benda keras seprti bagian pinggir meja.
1.3.3. Kelinci 1. Karakteristik Jarang bersuara kecuali dalam kondisi nyeri yang luar biasa. Cendrung berontak bila kenyamannya terganggu. Sangat rentan terhadap angin langsung dan udara dingin. Suhu rektal 38 oC-39,5oC Laju respirasi 38-65/menit 2.
Cara Penanganan Kelinci harus diperlakukan dengan halus, tetapi sigap, karena kadang-kadang memberontak. Kelinci diperlakukan dengan cara memegang kulit lehernya dengan tangan kiri, kemudian pantatnya diangkat dengan tangan kanan Didekapkan ke dekat tubuh. -
3.
Cara Pemberian Obat Oral : Pemberian obat dengan cara oral pada kelinci dilakukan dengan menggunakan alat penahan rahang dan pipa lambung. Sub kutan : Pemberian obat secara sub kutan dilakukan pada sisi sebelah pinggang atau tengkuk dengan cara kulit diangkat dan jarum (no. 15) ditusukkan dengan arah anterior. Intra vena : Penyuntikan dilakukan pada vena marginalis di daerah dekat ujung telinga. Sebelum penyuntikan, telinga dibasahi terlebih dahulu dengan alkohol atau air hangat. Intra muskular : Pemberian intramuskular dapat dilakukan pada otot kaki belakang. Intra peritonea l: Posisi diatur sedemikian rupa sehingga letak kepala lebih rendah daripada perut. Penyuntikan dilakukan pada garis te ngah di muka kandung kencing.
4.
Anastesi Penobarbital natrium : Dengan disuntikkan secara perlahan-lahan. Dosis untuk anestesi umum, biasanya sekitar 22 mg/kg bobot badan. Untuk anestesi singkat dapat digunakan setengah dosis atas, dengan ditambah eter agar pembiusan terjadi sempurna.
5.
Cara Pengorbanan Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis yang mematikan. Cara fisik dilakukan dengan proses: Kaki belakang kelinci dipegang dengan tangan kiri sehingga badan dan kepalanya tergantung ke bawah menghadap ke kiri. Sisi telapak tangan kanan dipukulkan dengan keras pada tengkuk kelinci. Pemukulan pada tengkuk kelinci dapat dilakukan dengan menggunakan alat, mislanya tongkat.
1.3.4. Marmot 1. Karakteristik Marmot sebenarnya jinak, dan mudah ditangani Biasanya bobot badan marmot yang digunakan berkisar antara 300 – 500 gram Tubuhnya diliputi oleh kulit yang berambut Marmot memiliki telinga yang pendek dan tidak mempunyai ekor Tidak mengeluarkan cairan dari hidung dan telinga Laju respirasi 110-150/menit Laju denyut jantung 150-160/menit Suhu rektal 39 oC - 40 oC 2.
Cara Penanganan Diangkat dengan cara memegang bagian punggung atas dengan tangan kiri dan memegang bagian punggung bawah dengan tangan kanan.
3.
Cara Pemberian Obat Oral : Pemberian obat dilakukan dengan cara menggunakan alat penahan rahang dan pipa lambung. Subkutan : Pemberian obat dilakukan pada sisi sebelah pinggang atau tengkuk dengan cara kulit diangkat dan jarum (no. 15) ditusukkan dengan arah anterior. Intra vena : Pemberian dilakukan pada vena marginalis di daerah dekat ujung telinga. Sebelum penyuntikan, telinga dibasahi terlebih dahulu dengan alkohol atau air hangat. Intra muskular : Pemberian obat dapat dilakukan pada otot kaki belakang. Intra peritoneal: Posisi diatur sedemikian rupa sehingga letak kepala lebih rendah dari pada perut. Penyuntikan dilakukan pada garis tengah di muka kandung kencing.
4.
Anastesi Eter : dapat digunakan untuk anestesi singkat setelah hewan dipuasakan selama kurang lebih 12 jam. Pentobarbital natrium : dosis untuk pentobarbital adalah 20mg/mL -
5.
Cara Pengorbanan Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis yang mematikan. Cara fisik dilakukan dengan: Dipukul tengkuk marmot dengan keras dengan menggunakan alat atau dengan memukulkan bagian belakang kepalanya pada permukaan keras. Dilakukan dislokasi leher dengan tangan.
1.4. Volume Pemberian Obat Pada Hewan Percobaan Volume pemberian pada tiap-tiap hewan percobaan harus diperhatikan dan tidak boleh melebihi jumlah tertentu. Berikut ini adalah batasan volume maksimum pemberian pada masing-masing jenis hewan percobaan : Hewan Volume Maksimum (mL) untuk rute pemberian Percobaan Iv im ip sc po Mencit 0,5 0,05 1 0,5 1 Tikus 1 0,1 3 2 5 Kelinci 5-10 0,5 10 3 20 Marmot 2 0,2 3 3 10 1.5. Penggunaan Dosis pada Hewan Percobaan Berikut ini adalah perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan (untuk konversi dosis) pada percobaan : 20g 200g 400g 1,5kg 2kg 4kg 12kg 70kg Mencit Tikus Marmot Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia Mencit 1,0 7,0 12,29 27,8 23,7 64,1 124,2 387,9 20g Tikus 0,14 1,0 1,74 3,3 4,2 0,2 17,8 56,0 200g Marmot 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5 400g Kelinci 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2 1,5kg Kucing 0,03 0,23 0,41 0,42 1,0 1,0 1,9 6,1 2kg Kera 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1 4kg Anjing 0,008 0,06 0.10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1 12kg Manusia 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,13 0,16 0,32 1,0 70kg
1.6. Pertanyaan dan Jawaban 1.6.1. Pertanyaan 1. Sebutkan keuntungan serta kerugian pemakaian masing-masing hewan tersebut diatas ! 2. Mencit adalah hewan yang paling banyak digunakan dalam percobaan laboratorium, mengapa? 3. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam memilih spesies hewan percobaan yang bersifat skrining ataupun pengujian suatu efek khusus? 4. Perhitungan Dosis
1.6.2. Jawaban : 1. Keuntungan dan kerugian Keuntungan Mencit Tikus Mudah ditangani Mudah ditangani Mudah dikembangbiakan Mudah dikembangbiakan Mudah dipelihara Mudah dipelihara Reaksi obat yang digunakan Reaksi obat yang digunakan ke kebadannya cepat terlihat badannya cepat terlihat Kerugian Mencit Tikus Aktivitas terganggu bila ada Lebih resisten terhadap infeksi manusia Untuk pemberian oral agak sulit Galak dilakukan karena ukurannya yang kecil 2. Karena mencit memiliki gen yang mirip dengan manusia 3. - Variasi bobot badan dan ukuran - Variasi biologik - Status kesehatan 4. Berat Mencit = 10,4 mg Dilakukan perbandingan dengan mencit yang memiliki berat 20mg yang menggunakan 0,05mL phenolbarbital Perhitungan :
20 mg X = 0,52 mg mL X=
X = 0,026 mL Digenapkan menjadi 0,03 karena yang bias di baca di spuit hanya 2 angka di belakang koma, Skalanya di jarum spuit adalah 1
CARA PEMBERIAN OBAT
1.1. -
Tujuan Percobaan Mengenal teknik teknik pemberian obat dengan berbagai rute pemberian serta melihat berbagai pengaruh rute pemberian obat terhadap efeknya Dapat menyatakan beberapa konsekuensi praktis dari pengaruh rute pemberian obat terhadap efeknya Dalam percobaan ini mahasiswa dilatih untuk memberikan obat kepada hewan percobaan secara oral (po), subkutan (sc), intravena (iv), intraperitoneal (ip), intramuskular (im) dan rektal/dermal
1.2.
Dasar Teori Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran atau biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis atau keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, disamping factor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia (Harmita, Dkk 2008). Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya. (Katzug, B.G, 1989). Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah lidah), rektal (dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal, intramuskular, subkutan, dan intraperitonial, melibatkan proses penyerapan obat yang berbeda-beda. Pemberian secara parenteral yang lain, seperti melalui intravena, intra-arteri, intraspinal dan intraseberal, tidak melibatkan proses penyerapan, obat langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi reseptor (receptor site) cara pemberian yang lain adalah inhalasi melalui hidung dan secara setempat melalui kulit atau mata. Proses penyerapan dasar penting dalam menentukan aktifitas farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses penyerapan akan memperngaruhi aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan (Ansel,1989). 1.3. Rute-rute Pemberian Obat 1.3.1. Oral (po) Hewan Percobaan : Mencit jantan dan tikus jantan Zat yang diberikan : Air dan pentotal natrium Alat : Sonde oral Prosedur : Diberikan dengan alat suntik yang dilengkapi dengan jarum/kanula berujung tumpul dan bernemtuk bola Dimasukkan ke dalam mulut perlahan-lahan jarum/kanulanya Diluncurkan melalui langit-langit ke belakang sampai esofagus -
1.3.2. Subkutan (sc) Hewan Percobaan : Mencit dan tikus Bahan : Air dan Bahan Obat Alat : Alat Suntik 1 mL Prosedur : Disuntikkan pada bagian bawah kulit pada bagian tengkuk Ditusukkan seluruh jarum langsung ke bawah kulit dan larutan obat didesak keluar dari alat suntik 1.3.3. Intra Vena (iv) Hewan Percobaan : Mencit dan Tikus Bahan : Air dan Bahan Obat Alat : Alat Suntik 1 mL Prosedur : Diletakkan mencit/tikus pada wilayah tertutup sedemikian rupa shingga mencit/tikus tidak leluasa untuk bergerak-gerak, dengan ekor menjulur keluar Dihangatkan ekor dengan mencelupkan ke dalam air hangat (40 oC-50oC) Dipegang ujung ekor dengan satu tangan dan suntik dengan tangan lainnya Disuntikkan pada vena di ekor (4 vena pada ekor)
1.3.4. Intra Peritoneal (ip) Hewan Percobaan : Mencit dan Tikus Bahan : Air dan Larutan Obat Alat : Jarum Suntik 1 mL
Prosedur : Dipegang tikus pada tengkuk sampai punggungnya sehingga kulit bagian abdomen tegang dan posisi abdomen harus lebih tinggi dari kepala Dilakukan penyuntikan pada perut sebelah kanan garis tengah, jangan terlalu tinggi agar tidak mengenai hati dan kantung kemih Disuntikkan jarum membentuk sudut 10 o menembus kulit dan obat masuk ke rongga peritoneal.
1.3.5. Intra Muskular (im) Hewan Percobaan : Mencit dan Tikus Bahan : Air dan pentotal natrium Alat : Alat Suntik 1 mL Prosedur : Diletakkan mencit/tikus pada wilayah tertutup sedemikian rupa sehingga mencit/tikus tidak leluasa untuk bergerak-gerak, dengan salah satu kaki keluar Disuntikkan pada otot gluteus maksimus atau bisep fermoris atau semitendinosus paha belakang
1.4. Pertanyaan dan Jawaban 1.4.1. Pertanyaan : 1. Uraikan secara terperinci kondisi- kondisi penerimaan obat yang menentukan rute pemberian obat yang dipilih ! 2. Sebutkan contoh sifat suatu obat dapat menentukan cara pemberiannya (3 contoh)! 3. Sebutkan implikasi- implikasi praktis dari rute pemberian obat!
1.4.2. Jawaban : 1. Bila dalam keadaan tidak sadar/ pingsan maka obat dapat diberikan secara injeksi (iv,im,ip,atau subkutan). Bila sedang dalam keadaan tremor maka dapat diberikan dalam keadaan inhalasi. Bila dalam keadaan sadar dan baik maka dapat diberikan secara oral melalui sonde atau dengan kapsul. 2. Sifat suatu obat menentukan cara pemberiannya antara lain : - Wujud obat yang padat secara umum diberikan secara oral dengan menggunakan sonde. Selain itu juga dapat diberikan dalam bentuk kapsul. - Wujud cair dapat diberikan secara injeksi baik intravena, intramuscular, intraperitonial. - Obat yang berwujud gas dapat diberikan dalam bentuk inhalasi. 3. implikasi praktis dari rute pemberian obat yaitu: - Tujuan terapi - Sifat obat - Kondisi pasien
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, B.G,. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik . Buku Kedokteran EGC . Jakarta. Ansel, Howard.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press . Jakarta . DR. Harmita, Apt dan DR. Maksum Radji, M.Biomed . 2008 . Buku Analisa Hayati, Ed.3 . Buku Kedokteran EGC . Jakarta .