PERAWATAN TALI PUSAT
2.2 Tali Pusat 2.2.1 Pengertian Tali Pusat
Tali Tali pusa pusatt atau atau umbi umbili lical cal cord cord adal adalah ah salu salura ran n kehid kehidupa upan n bagi bagi jani janin n sela selama ma dala dalam m kandung kandungan, an, karna karna melalu melaluii tali tali pusat pusat inilah inilah semua semua kebutuh kebutuhan an untuk untuk hidup hidup janin janin di penuhi penuhi (Sodikin, 2009:1). Tali Tali pusa pusatt atau atau umbi umbili lical cal cord cord adal adalah ah salu salura ran n kehid kehidupa upan n bagi bagi jani janin n sela selama ma dala dalam m kandungan, di katakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyerupai zat-zat gizi dan oksigen janin (www.wordpress.com (www.wordpress.com). ). 2.2.2 Perawatan Tali Pusat
Perawatan Perawatan tali pusat merupakan merupakan tindakan tindakan keperawatan keperawatan yang bertujuan bertujuan merawat merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi (Aziz,2009:59). Perawa Perawatan tan tali tali pusat pusat merupak merupakan an suatu suatu tindak tindakan an yang sangat sangat sederh sederhana ana yaitu yaitu dengan dengan membersihkan daerah sekitar tali pusat agar selalu bersih dan kering dan selalu mencuci tangan dengan air bersih serta menggunakan sabun sebelum merawat tali pusat (Sodikin,2009:1).
2.2.3 Penyebab terjadinya infeksi pada tali pusat
Infe Infeks ksii tali tali pusa pusatt adal adalah ah suat suatu u peny penyak akit it toks toksem emik ik akut akut yang yang dise diseba babk bkan an oleh oleh Clostridiu Clostridium m tetani tetani denga dengan n tand tandaa utam utamaa kekak kekakua uan n otot otot (spa (spasm sme) e) tanp tanpaa dise disert rtai ai gangg ganggua uan n kesadaran. http://boycellyess.blogspot.com/2011/03/perawatan-tali-pusat-pada-bayi-baru.html
Merupak Merupakan an hasil hasil dari dari klostr klostrodi odium um tetani tetani (Kapit (Kapitase aselek lekta, ta, 2000) 2000) bersif bersifat at anaero anaerob, b, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang yang bers bersif ifat at neur neurot otro ropi pik k yang yang dapat dapat menye menyeba babk bkan an kete ketegan ganga gan n dan dan spas spasme me otot otot.. (Ilm (Ilmu u KesehatanAnak,1985). 2.2.3.1 Faktor-faktor yang yan g menyebabkan terjadinya terj adinya infeksi tali pusat pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut 1. Faktor kuman
Staphylococc Staphylococcus us aereus ada dima dimanana-ma mana na dan dan dida didapa patt pada pada mas masaa awal awal keh kehid idup upan an hampir semua bayi, ba yi, saat lahir atau selama masa perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus seri sering ng dijum dijumpa paii pada pada kulit kulit,, salu salura ran n pern pernaf afas asan an,, dan salu salura ran n cern cernaa terk terkol oloni onisa sasi si.. Untu Untuk k pencegahan terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan upayakan tali tali pusat agar tetap kering kering dan dan bersih, bersih, pada pada saat memandikan memandikan di minggu pertama pertama sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya tali pusat
dan memperlambat proses pengeringan tali pusat.
2. Faktor Maternal
Status Status sosial sosial-ek -ekonom onomii ibu, ibu, ras, ras, dan latar latar belakan belakang. g. Mempeng Mempengaru aruhi hi kecende kecenderun rungan gan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosioekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih. 3. Faktor Neonatatal
a.
Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko terjadinya infeksi. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah
lahir,
konsentrasi
imunoglobulin
serum
terus
menurun,
menyebabkan
hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah. b.
Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c.
Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
4. Faktor Lingkungan
a.
Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b.
Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c.
Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.
d. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus yaitu : Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bay i. Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus http://boycellyess.blogspot.com/2011/03/perawatan-tali-pusat-pada-bayi-baru.html
5. Proses persalinan
Pada proses persalinan lakukan pengikatan putung tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat (bila tersedia) (APN,2008:99). Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis, terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik. Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi berlaku di masyarakat.
6. Faktor tradisi
yang
Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan
berbagai
ramuan-ramuan atau
serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit neonatorum ini
cepat
menyerang
bayi,
tetanus
pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari
setelah persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan meninggal dunia. http://boycellyess.blogspot.com/2011/03/perawatan-tali-pusat-pada-bayi-baru.html
2.2.4 Tanda dan Gejala
Tanda-tanda yang perlu dicurigai oleh orang tua adalah apabila timbul bau menyengat dan terdapat cairan berwarna merah darah atau bisa juga berbentuk nanah di sisa tali pusat bayi. Hal tersebut menandakan sisa tali pusat mengalami infeksi, lekas bawa bayi ke klinik atau rumah sakit, karena apabila infeksi telah merambat ke
perut bayi,
akan
menimbulkan gangguan serius pada bayi. http://boycellyess.blogspot.com/2011/03/perawatan-tali-pusat-pada-bayi-baru.html
2.2.5 Pencegahan dan Penanganan 2.2.5.1 Pencegahan
Untuk pencegahan awal tetanus dapat diberikan penyuluhan pada ibu hamil trimester III Agar tali pusat tidak terinfeksi, perlu dilakukan inspeksi tali pusat,
klem
dilepas, dan tali
pusat diikat dan dipotong dekat umbilikus kurang
dari 24 jam setelah bayi lahir. Ujung
dari potongan diberikan krim klorheksidin untuk mencegah infeksi pada tali pusat, dan tidak perlu dibalut dengan kasa dan dapat hanya diberi pengikat tali pusat atau penjepit tali pusat yang terbuat dari plastik . http://boycellyess.blogspot.com/2011/03/perawatan-tali-pusat-pada-bayi-baru.html Dalam keadaan normal, tali pusat akan lepas dengan sendirinya dalam waktu lima sampai tujuh hari. Tapi dalam beberapa kasus bisa sampai dua minggu bahkan lebih lama. Selama belum pupus, tali pusat harus dirawat dengan baik. Agar tali pusat tidak infeksi, basah, bernanah, dan
berbau. Bersihkan tali pusat bayi dengan sabun saat memandikan bayi.
Keringkan dengan handuk lembut. Tidak peru di olesi dengan alkohol 70% atau betadine, karena yodium yang dikandung betadine dapat masuk ke peredaran
darah bayi
dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok. Biarkan terbuka hingga kering, dapat dibungkus dengan kasa steril. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak, karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman, termasuk kuman tetanus. http://boycellyess.blogspot.com/2011/03/perawatan-tali-pusat-pada-bayi-baru.html
2.2.5.2. Penanganan
Infeksi pada bayi dapat merupakan penyakit yang berat dan sangat sulit diobati. Jika tali pusat bayi terinfeksi oleh Staphylococcus aereus, sebagai pengobatan lokal dapat diberikan salep yang mengandung neomisin dan basitrasin. Selain itu juga dapat diberikan salep gentamisin. Jika terdapat granuloma, dapat pula dioleskan dengan larutan nitras argenti 3%. http://boycellyess.blogspot.com/2011/03/perawatan-tali-pusat-pada-bayi-baru.html
2.2.6 Langkah-langkah perawatan tali pusat
1.
Ketika mengganti popok atau diaper , pastikan memasangnya di bagian bawah perut bayi (di bawah tali pusat), ini untuk menjaga agar tali pusat tidak terkena air kencing atau kotoran bayi.
2.
Gunakan pakaian yang agak longgar untuk sirkulasi udara di sekitar tali pusat, sampai tali pusat puput.
3. Jangan pernah menarik-narik tali pusat, walaupun seakan-akan tampak sudah terlepas. 4. Mandikan bayi dengan menggunakan washlap atau sponge bath dan air hangat sampai tali pusat puput. 5.
Adanya sedikit pendarahan adalah normal sebelum dan sesudah tali pusat puput. Gunakan kasa steril, lalu bersikan bagian sekeliling pangkal tali pusat dengan menggunakan kasa steril yang dibasahi larutan alkohol 70%.
6. Bersihkan tali pusat setiap hari secara teratur dengan mengeringkan tali pusat dengan kasa steril, lalu bersihkan bagian sekeliling pangkal tali pusat dengan menggunakan kasa steril yang dibasahi larutan alkohol 70%. 7. Jangan pernah meletakkan ramuan atau bubuk apa pun kebagian pangkal tali pusat bayi. 8.
Ketika tati pusat sudah puput, biarkan area pusar sembuh dalam beberapa hari. Tidak perlu menggunakan plester untuk menutupinya, tapi biarkan kering secara alamiah untuk mencegah infeksi. Teruskan menggunakan popok atau diaper dibawah perut untuk memberi tempat bagi pusat yang belum sembuh. (dr.Suririnah:80,2009)
2.3 Penyuluhan 2.3.1 Pengertian
Penyuluhan merupakan terjemahan dari conseling, yang merupakan bagian dari bimbingan. Penyuluhan merupakan ‘jantung” usaha bimbingan secara keseluruhan (counseling is the heatt of guidance program). Ruts strang (1958) yang dikutip oleh sukardi (1995) menyatakan,
“guidance is broader counseling is a most important tool of guidance” (Machfoedz dkk. ,2005). Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan teknik standar serta tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan (Nurishsan, 2005). Sebelum membahas lebih lanjuttentang penyuluhan atau konseling, akan disampaikan terlebih dahulu beberapa batasan tentang bimbingan. (maulana.2009:135) Menurut Natawijaya (1987) yang dikutip oleh sukardi (1995) dalam buku “proses bimbingan dan penyuluhan”,bimbingan diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk soaial. Lebih rinci, Nurishsan (2005) mengatakan bahwa bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan,pekerjaan, pribadi, dan masalah social yang disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan dimaksud mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. (Maulana, 2009:136137). Dalam konsepsi kesehatan secara umum, penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyabar luaskan pesan dan menanamkan keyakinan. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (azwar, 1983). Dengan pengertian tersebut , petugas penyuluhan kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi dan menguasai pemahaman yang lengkap tentang pesan yang akan disampaikan. Penyuluhan kesehatan bertujuan mengubah prilaku kurang sehat menjadi sehat. Prilaku baru yang terbentuk, seperti bahasan sebelumnya, biasanya hanya terbatas pada pemahaman sasaran (aspek kognitif),
sedangkan perubahan sikap dan tingkah laku merupakan tujuan tak langsung. (maulana, 2009:137).
2.3.2 Perencanaan penyuluhan kesehatan
Perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat secara teknis telah dirumuskan tahun 1985, yang itu masih bernama pusat penyuluhan kesehatan masyarakat Departemen kesehatan RI. Kegiatan perencanaan dapat dijumpai pada setiap tingkatan administrasi, mulai dari tingkat pusat sampai tingkat daerah (puskesmas), hanya bobot dan sifatnya yang berbeda. Di tingkat pusat dan provinsi, perencanaan lebih terfokus pada soal-soal kebijakan dan stategi pelaksaan , sedangkan di tingkat yang lebih rendah lebih ditujukan pada operasionalisasinya. Di bagian ini, penulis mengangkat kembali perencanaan penyuluhan kesehatan , untuk relevan dilaksanakan saat ini. Kenyataan di lapangan ,penggunaan penyuluhan kesehatan sampai saat ini masih tetap dilaksanakan. Prioritas didasarkan pada beratnya dampak dari masalah tersebut sehingga perlu diprioritaskan penanggulangannya, pertimbangan politis, dan sumber daya yang ada (maulana, 2009:137).
2.3.2 Menetukan tujuan penyuluhan
Secara sederhana, skema tahap – tahap perencanaan digambarkan sebagai berikut: Hasil Antara: Pengertian Sikap Norma dll Perilaku Sehat Status Kesehatan Kelompok Sasaran PKM (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat)
Gambar . Skema langkah- langkah perencanaan
Berdasarkan gambar diatas tujuan jangka panjang adalah status kesehatan yang optimal, tujuan jangka menengah adalah perilaku sehat, dan tujuan jangka pendek adalah terciptanya pengertian, sikap dan norma. Akan tetapi, terdapat juga anggapan bahwa tujuan jangka panjang adalah terciptanya perilaku sehat dan tujuan jangka menengah adalah terciptanya pengertian, sikap dan norma. Sementara tujuan jangka pendek adalah jangkauan kelompok sasaran, misalnya menjangkau 60 % atau 80 % kelompok sasaran atau terlaksananya kegiatan penyuluhan (Maulana,2009:142).
Apapun tujuan yang dipilih,hal yang terpenting adalah tujuan harus jelas, realitas (bisa dicapai), dan dapat diukur. Jika program sekarang yang akan dikembangkan segi penyuluhan nya sudah berjalan beberapa lama, perlu diperhatikan seberapa jauh penyuluhan waktu lalu, tujuan penyuluhan waktu itu, apa kegitan dan bagaimana hasil penyuluhan waktu itu. Berdasarkan informasi
tersebut,
tentukan
tujuan
penyuluhan
yang
akan
dikembangkan
sekarang
(Maulana,2009:143). 2.3.3 Menentukan sasaran penyuluhan
Sasaran program dan sasaran penyuluhan tidaklah selalu sama, dalam penyuluhan, yang dimaksud sasaran adalah individu atau kelompok yang akan di beri penyuluhan. Penentuan kelompok sasaran menyangkut pula starategi (misalnya, tujuan penyuluhan agar ibu-ibu balita menimbang kan anaknya setiap bulan. Sasaran penyuluhan mungkin buka hanya untuk ibu dan balita, tetapi juga untuk orang-orang yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan keluarga). (Maulana,2009:143). 2.3.4 Menentukan isi penyuluhan
Isi harus di tuangkan kedalam bahasa yang mudah di pahami oleh sasaran, dapat dilaksanakan oleh sasaran dengan sasaran yang mereka miliki, atau terjangkau oleh sasaran. Dalam menyusun isi penyuluhan, harus di kemukakan keuntungan jika sasaran melaksanakan apa yang di anjurkan dalam penyuluhan tersebut dan perlu di pahami dasar-dasar komunikasi (Maulana,2009:143). 2.3.5 Menentukan metode penyuluhan yang akan di gunakan
Di tahap ini, tentukan cara menyampaikan pesan-pesan trsebut kepada sasaran agar tujuan tercapai. Metode atau cara bergantung pada aspek atau tujuan apa yang akan di capai, apakah aspek pengertian, sikap, atau keterampilan. Jika tujuan yang akan di capai adalah aspek
pengertian, pesan cukup disampaikan dengan lisan atau disampaikan melalui tulisan. Jika tujuan untuk mengembangkan sikap positif, sasaran perlu menyaksikan kejadian tersebut, baik meliahat langsung, melalui film, slide, maupun foto. Untuk mengembangkan keterampilan, sasaran harus diberikan kesempatan mencoba sendiri. Sasaran umum, ungkapan berikut dapat dipakai untuk menentukan metode “kalau saya dengar, saya lupa; kalau saya lihat,saya akan ingat; kalau saya kerjakan, saya akan tahu”. (lihat pembahasan lebih lanjut tentang metode pada Bab 10 tentang Metode dan Media Promosi Kesehatan). (Maulana,2009:143). 2.3.6 Memilih alat peraga atau media penyuluhan
Setelah menentukan metode, selanjutnya tentukan media apa yang akan digunakan untuk menunjang pendekatan tadi, misalnya poster, leaflet, atau media lain. (lihat pembahasan lebih lanjut tentang alat peraga pada Bab metode dan Media),(Maulana,2009:144). 2.3.7 Menyusun rencana penilaian (evaluasi)
1. Pastikan dalam tujuan yang telah dijabarkan sudah secara khusus dan jelas mencantumkan waktu evaluasi, tempat pelaksanaan evaluasi, dan kelompok sasaran yang akan dievaluasi. 2. Apa jenis indikator atau kriteria yang akan dipakai dalam penilaian. 3. Perlu dilihat kembali,apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuam program. 4. Kegiatan – kegiatan penyuluhan apa yang akan dievaluasi. 5. Metode dan instrumen yang akan digunakan untuk evaluasi tersebut. 6. Siapa yang akan melaksanakan evaluasi. 7.
Sarana – sarana apa (alat, biaya, tenaga, dan lain-lain) yang diperlukan untuk evaluasi, dan tempat sarana tersebut diperoleh.
8.
Apakah terdapat fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga-tenaga yang akan melaksanakan evaluasi tersebut.
9.
Bagaimana rencana untuk memberikan umpan balik hasil valuasi ini kepada para pimpina program. (Maulana,2009:144).
2.3.8 Menyusun rencana kerja atau rencana pelaksanaan
Setelah menetapkan pokok-pokok kegiatan penyuluhan termasuk waktu, tempat, dan pelaksanaannya yang dicantumkan dalam suatu daftar. Bentuk jadwal pelaksanaan bermacammacam, contohnya SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERAWATAN TALI PUSAT
I.
Identifikasi Masalah
Tali pusat bayi merupakan organ yang paling rentan terhadap timbulnya infeksi pada bayi, banyak ibu yang belum tahu bagaimana merawat tali pusat bayinya agar tetap bersih dan terhindar dari infeksi dalam hal ini sangat di butuhkan pemahaman mengenai bagaimana merawat tali pusat yang benar agar kejadian infeksi pada bayi dapat diminimalisir oleh karena pemahaman ibu ‘’R’’ mengenai perawatan tali pusa masih kurang, sehingga diperlukan penyuluhan tentang perawatan tali pusat
II. Pengantar
Topik
: Perawatan Tali Pusat
Subtopik
: Perawatan Tali Pusat Sehari – hari
Sasaran
: Ibu “R”
Jam
: 15.00- 15.30
Hari/tanggal
: 20 November 2008
Waktu
: 30 menit
Tempat
: Rumah Ibu “R”
III. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit diharapkan warga dapat mengerti tentang perawatan tali pusat sehari – hari yang benar.
IV. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan warga akan dapat menjelaskan tentang : 1.
Tujuan perawatan tali pusat
2.
Bahaya yang timbul apabila tali pusat tidak terawat
3.
Ciri – ciri infeksi tali pusat
4.
Cara merawa tali pusat
V. Materi
Terlampir
VI. Media
1.
Materi SAP
2.
Leaflet
VII.Metode
1.
Penyuluhan
2.
Tanya jawab
VIII. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu 1. 3 menit
Kegiatan Penyuluhan Pembukaan:
Kegiatan Peserta Menjawab salam
•
Memberi salam
mendengarkan
•
Menjelaskan tujuan penyuluhan
memperhatikan
•
2.
10 menit
Menyebutkan
dan
materi/pokok
bahasan yang akan disampaikan Pelaksanaan :
Menyimak
Menjelaskan materi penyuluhan memperhatikan secara berurutan dan teratur .
dan
Materi : •
Tujuan perawatan tali pusat
•
Bahaya yang timbul apabila tali pusat tidak terawat
•
•
3.
12 menit •
•
Ciri – ciri infeksi tali pusat Cara merawa tali pusat Evaluasi
Menyimak
Menyimpulkan inti penyuluhan
memperhatikan
Menyampaikan secara singkat materi penyuluhan Memberi
•
kesempatan
pada
responden untuk beranya Memberi
•
responden 4.
kesempatan untuk
pada
menjawab
pertanyaan yang diajukan Penutup
5 menit
Menyimpulkan materi yang
•
telah disampaikan •
Menyampaikan terimakasih atas perhatian dan waktu yang telah diberikan kepada peserta
•
IX.
X.
Mengucapkan salam
Evaluasi
Metode Evaluasi
: Diskusi dan Tanya Jawab
Jenis pertanyaan
: Lisan
Jumlah soal
: 2 soal
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian Perawatan Tali Pusat
Menjawab salam
dan
Perawatan tali pusat adalah cara untuk membersihkan dan menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih ( tali pusa mengering dan putus pada 7-10 hari sesudah lahir, bisa juga 15-18 hari atau lebih) B. Tujuan perawatan tali pusat
Agar terhindar dari infeksi C. Ciri – ciri infeksi tali pusat
1. Warna memerah , disertai kemerahan sampai perut 9menge lilingi tali pusa) 2. Keluar nanah 3. Mengeluarkan bau tidak sedap D. Cara merawat tali pusat
1. Cuci tangan kita dengan air bersih dan sabun 2. Cuci tali pusat bayi dengan air bersih dan sabun bayi lalu bilas 3. Keringkan betul – betul dengan handuk yang lembut 4. Pertahankan tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara 5. Lipatlah popok dibawah sisa tali pusat, baru kenakan pakaian bayi diatasnya 6. Cuci kembali tangan kita setelah selesai membersihkan tali pusat adalah yang terdapat pada table dibawah ini: http://yadikustiyadi.blogspot.com/2013/05/satuan-acara-penyuluhan-sap perawatan_14.html
Perawatan tali pusat merupakan tindakan medis yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi Tali pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord. Merupakan saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan, sebab selama dalam rahim, tali pusat ini lah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalam nya. Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen.dari ibunya, karena bayi mungil ini sudah dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Karena sudah tak diperlukan lagi maka saluran ini harus dipotong dan dijepit, atau diikat (Wibowo, 2008).
Diameter tali pusat antara 1cm - 2,5cm, dengan rentang panjang antara 30cm100cm, rata-rata 55cm, terdiri atas alantoin yang rudimenter, sisa-sisa omfalo mesenterikus, dilapisi membran mukus yang tipis, selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar sebagai jaringan penghubung mukoid yang disebut jeli whartor. Setelah tali pusat lahir akan segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat akan menyempit tetapi belum obliterasi, karena itu tali pusat harus segera dipotong dan diikat kuat-kuat supaya pembuluh darah tersebut oklusi serta tidak perdarahan (Retniati, 2010;9). Definisi perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali pusat bayi setelah tali pusat dipotong atau sebelum puput (Paisal, 2008). Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat (Hidayat, 2005). Tujuan perawatan tali pusat
Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit tetanus ini disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (Racun), yang masuk melalui luka tali pusat, karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih (Saifuddin, 2001). Menurut Paisal (2008), perawatan tali pusat bertujuan untuk menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir, membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas. Penatalaksanaan perawatan tali pusat yang benar
Penatalaksanaan perawatan tali pusat (Panduan APN, 2010) Peralatan Yang Dibutuhkan: 1. 2 Air DTT, hangat, (a) untuk membasahi dan menyabuni, (b) untuk membilas
2. Washlap kering dan basah 3. Sabun bayi 4. Kassa steril 5. 1 set pakaian bayi Prosedur Perawatan Tali Pusat: 1. Cuci tangan. 2. Dekatkan alat. 3. Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju, bedong yang sudah digelar. 4. Buka bedong bayi. 5. Lepas bungkus tali pusat. 6. Bersihkan/ ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka sampai kaki/ atas ke bawah. 7. Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih. 8. Bersihkan tali pusat, dengan cara: (a) Pegang bagian ujung, (b) Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang, (c) Disabuni pada bagian batang dan pangkal, (d) Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang, (e) Keringkan sisa air dengan kassa steril, (f) Tali pusat tidak dibungkus. 9. Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan talikan di pinggir. Keuntungan : Tali pusatnya tidak lembab, jika pipis tidak langsung mengenai tali pusat, tetapi ke bagian popok dulu. 10.Bereskan alat. 11.Cuci tangan.
Menurut
rekomendasi
WHO,
cara
perawatan
tali
pusat
yaitu
cukup
membersihkan bagian pangkal tali pusat, bukan ujungnya, dibersihkan menggunakan air dan sabun, lalu kering anginkan hingga benar-benar kering. Untuk membersihkan pangkal tali pusat, dengan sedikit diangkat (bukan ditarik). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) dibanding tali pusat yang dibersihkan menggunakan alkohol. Selama sebelum tali pusat puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air, cukup dilap saja dengan air hangat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya 2x sehari selama balutan atau kain yang bersentuhan dengan tali pusat tidak dalam keadaan kotor atau basah. Tali pusat juga tidak boleh dibalut atau ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga dapat menimbulkan resiko infeksi. Intinya adalah membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan terlepas. Dampak positif dan dampak negative perawatan tali pusat
Dampak positif dari perawatan tali pusat adalah bayi akan sehat dengan kondisi tali pusat bersih dan tidak terjadi infeksi serta tali pusat pupus lebih cepat yaitu antara hari ke 5-7 tanpa ada komplikasi (Hidayat, 2005). Dampak negatif perawatan tali pusat adalah apabila tali pusat tidak dirawat dengan baik, kuman-kuman bisa masuk sehingga terjadi infeksi yang mengakibatkan penyakit Tetanus neonatorum. Penyakit ini adalah salah satu penyebab kematian bayi yang terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah 220.000 kematian bayi, sebab masih banyak masyarakat yang belum mengerti tentang cara perawatan tali pusat yang baik dan benar (Dinkes RI, 2005). Cara persalinan yang tidak steril dan cara perawatan tali pusat dengan pemberian ramuan tradisional meningkatkan terjadinya tetanus pada bayi baru lahir (Retniati, 2010). Cara pencegahan infeksi pada tali pusat
Cara penanggulangan atau pencegahan infeksi pada tali pusat meliputi:
1. Penyuluhan bagi ibu pasca melahirkan tentang merawat tali pusat 2. Memberikan latihan tentang perawatan tali pusat pada ibu pasca persalinan. 3. Instruksikan ibu untuk selalu memantau keadaan bayinya. 4. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan setiap kali basah atau kotor (Arin & Akbar, 2009).