Counsel l in g and and Testin Testin g) PERANAN VCT ( Vol un tary Counse
DALAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS
Makalah ini disusun untuk penyesuaian penggunaan gelar
Oleh Oleh :
RORI AFRONI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Sampai dengan Desember 2009 terdapat 18.442 kasus AIDS di Indonesia yang tercatat oleh Departemen Kesehatan RI. Dengan meningkatnya kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok pengguna napza suntik ( IDU = injekting drug user ), pekerja sex dan pasangan, serta waria di beberapa propinsi di indonesia pada saat ini, kemungkinan terjadinya resiko penyebaran infeksi HIV ke masyarakat umum tidak dapat diabaikan. Kebanyakan dari mereka yang beresiko tertular HIV tidak mengetahui akan status HIV mereka, apakah sudah terinfeksi atau belum. Masalah HIV/AIDS saat ini bukan hanya masalah kesehatan penyakit menular saja, tetapi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat luas karena prevalensi kasus diatas, sehingga penanganannya tidak hanya dari segi medis saja tetapi juga psikososial dengan berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat melalui upaya pencegahan primer, sekunder, dan tertier. Salah satu upaya tersebut adalah deteksi dini untuk mengetahui status seseorang sudah terinfeksi atau belum melalui konseling dan testing HIV sukarela, bukan dipaksa atau diwajibkan. Mengetahui status lebih dini memungkinkan pemanfaatan layanan-layanan terkait dengan pencegahan, perawatan, dukungan, dan pengobatan sehingga konseling dan testing HIV secara sukarela merupakan pintu masuk semua layanan tersebut di atas.
Konseling merupakan pendekatan yang perlu dikembangkan untuk mengelola kejiwaan dan proses menggunakan pikiran secara mandiri, sehingga terjadi perubahan emosional dan pengetahuan dan diharapkan terjadi perubahan perilaku seseorang dari beresiko menjadi kurang beresiko terhadap kemungkinan tertular HIV.
BAB II ISI
1. PENGERTIAN AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) Acquired artinya didapat jadi bukan merupakan penyakit keturunan, Immuno berarti sistem kekebalan tubuh, Deficiency artinya kekurangan, Syndrome adalah sekumpulan gejala, jadi AIDS adalah sekumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus ke dalam tubuh sehingga tubuh mudah terserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal, padahal penyakit tersebut pada seseorang tanpa HIV tidak menyebabkan gangguan berarti karena sistem kekebalannya normal. HIV (Human Immuno-deficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan AIDS. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, air susu ibu. Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang memiliki kemampuan mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian diintegrasikan ke dalam informasi sel yang diserang. Dengan demikian HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel untuk mengkopi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV. Sistem imun manusia adalah sangat kompleks dan memiliki kaitan yang rumit antara berbagai jaringan dan sel dalam tubuh. Kerusakan pada salah satu komponen sistem imun akan mempengaruhi sistem imun secara keseluruhan terutama apabila komponen tersebut adalah komponen yang menentukan fungsi-fungsi komponen sistem lainnya.
2. TANDA DAN GEJALA Seseorang yang terinfeksi HIV dapat terlihat sehat dan merasa sehat sehingga mudah menularkan ke orang lain. Waktu yang menggambarkan antara masuknya infeksi dan pembentukan antibodi HIV yang dapat dideteksi dalam aliran darah disebut masa jendela. Selama masa ini, replikasi HIV dalam darah dan kelenjar limfe dan saat itu klien sangat menular dan mungkin mempunyai gejala tetapi dalam darahnya akan memberikan hasil tes antibodi negatif untuk HIV dan masa ini dapat terjadi selama 12 minggu, apabila sistem kekebalan seseorang yang terinfeksi HIV sudah mulai turun, maka muncul penyakit-penyakit oportunistik yang sebelumnya tidak terlihat karena kekebalan tubuh masih bagus dan ini mulai muncul 5-10 tahun dari terinfeksi, tetapi orang tersebut dari mulai terinfeksi sudah bisa menularkan virus ke orang lain. Gejala apabila kekebalan menurun pada infeksi HIV antara lain : 1.
Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
2.
Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus
3.
Penurunan beratbadan lebih dari 10 % dalam 3 bulan
4.
Batuk kronis lebih dari 1 bulan
5.
Pembengkakan kelenjar getah benih di seluruh tubuh
6.
Munculnya herpes zooster berulang dan gatal-gatal seluruh tubuh
7.
Infeksi di mulut dan tenggorokan oleh candida albicans. Cara mengetahui seseorang terinfeksi atau belum adalah dengan pemeriksaan
darah yang sebelumnya dilakukan konseling di VCT. VCT (Voluntary Conselling and Testing) merupakan kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah
penularan HIV, mempromosikan perubahan perilku yang bertanggungjawab, pengobatan dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan HIV/AIDS. Layanan VCT dilakukan berdasarkan kebutuhan klien pada saat mencari pertolongan medik dan testing dengan memberikan layanan dini dan memadai baik kepada mereka dengan HIV positif maupun negatif berupa konseling, dukungan akses untuk terapi suportif, terapi infeksi oportunistik, dan ART ( Anti Retroviral Therapy). Layanan ini harus dikerjakan secara profesional dan konsisten untuk memperoleh intervensi efektif dimana memungkinkan klien dengan bantuan konselor terlatih menggali dan memahami diri akan resiko infeksi HIV, mendapatkan informasi HIV/AIDS, mempelajari status dirinya dan bertanggung jawab untuk menurunkan perilaku beresiko dan mencegah penyebaran infeksi kepada orang lain. Testing ini dilakukan secara sukarela tanpa paksaan dan tekanan, segera setelah klien memahami berbagai keuntungan, konsekuensi, dan resiko.
3. PRINSIP DAN MODEL PELAYANAN VCT Prinsip yang dilakukan dalam pelayanan vct terdiri dari empat komponen yaitu : 1. Sukarela dalam melakukan testing HIV Keputusan untuk dilakukan testing ditangan klien sehingga tidak direkomendasikan untuk testing wajib pada pasangan yang akan menikah, rekruitmen pegawai/tenaga kerja Indonesia dan asuransi kesehatan. 2. Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas Semua informasi yang disampaikan klien harus dijaga kerahasiaannya oleh konselor dan petugas kesehatan, menghargai hak dan martabat klien. Semua informasi tertulis harus disimpan ditempat yang tidak dapat dijangkau oleh mereka yang tidak berhak
3. Mempertahankan hubungan relasi konselor-klien yang efektif Dalam vct dibicarakan juga respon dan perasaan klien dalam menerima hasil testing sehingga konselor mendukung klien untuk mengambil hasil testing dan mengikuti pertemuan konseling pasca testing untuk mengurangi perilaku beresiko. 4. Testing merupakan salh satu komponen dari VCT Penerimaan hasil testing senantiasa diikuti oleh konseling pasca testing oleh konselor yang sama atau konselor lainnya yang disetujui oleh klien. Layanan VCT dapat diimplementasikan dalam berbagai setting dan sangat bergantung pada kondisi dan situasi daerah setempat, kebutuhan masyarakat dan profil klien. Lokasi layanan VCT hendaknya perlu petunjuk atau tanda yang jelas hingga mudah diakses dan diketahui oleh klien. Model layanan ini terdiri dari : 1. Mobile VCT (Penjangkauan dan keliling) Layanan ini dapat dilakukan oleh LSM atau layanan kesehatan yang langsung mengunjungi sasaran kelompok masyarakat yang memiliki perilaku beresiko atau beresiko tertular HIV diwilayah tertentu, yang diawali dengan survey atau penelitian atas kelompok masyarakat di wilayah tersebut dan survey tentang layanan kesehatan dan layanan dukungan lainnya di daerah setempat. 2. Statis VCT (Klinik VCT Tetap) Layanan ini berada dalam sarana kesehatan yang terintegrasi dengan sarana kesehatan lainnya yang menjadi bagian dari layanan kesehatan yang telah ada.
4. SASARAN KONSELING DAN TESTING HIV Sasaran dalam konseling ini merupakan masyarakat yang membutuhkan pemahaman diri akan status HIV agar dapat mencegah dirinya dari penularan infeksi penyakit yang lain dan penularan kepada orang lain. Konseling ini merupakan dialog rahasia antara seseorang dan pemberi layanan bertujuan membuat orang tersebut mampu menyesuaikan diri dengan stres dan membuat keputusan yang sesuai berkaitan dengan HIV/AIDS. Proses ini termasuk evaluasi resiko personal transmisi HIV dan memfasilitasi perilaku pencegahan.
5. TAHAPAN PELAYANAN VCT 1. Konseling Pra Tes Membantu klien menyiapkan diri untuk melakukan pemeriksaan diri dan darah atau tes HIV. Dalam tahap ini didiskusikan hal-hal yang terkait dengan informasi yang akurat dan lengkap tentang HIV/AIDS, perilaku beresiko, testing HIV dan pertimbangan yang terkait dengan hasil positif atau negatif, sehingga diharapkan dapat melindungi dirinya sendiri dan keluarganya dari penyebaran infeksi dengan cara menggunakan berbagai informasi dan alat prevensi yang tersedia bagi mereka. Sedangkan bagi klien dengan HIV positif memberitahu pasangan atau keluarganya akan statusnya dan merencanakan kehidupan lebih lanjut. 2. Informed Concent Persetujuan tertulis harus ada sebelum klien menjalani pemeriksaan darah HIV dimana klien telah mengerti tentang resiko dan dampak sebagai akibat tindakannya,
tidak dalam paksaan, mempunyai kemampuan menangkap pengertian dan mampu menyatakan persetujuannya (secara intelektual dan psikis) 3. Testing HIV Hasil testing yang disampaikan kepada klien adalah benar milik klien dimana tujuan testing ini adalah untuk membantu menegakan diagnosa, pengamanan darah donor, untuk surveilans, dan untuk penelitian. Prinsip dalam testing ini adalah sukarela dan terjaga kerahasiaanya. 4. Konseling Pasca Testing Tahapan konseling ini mempersiapkan klien menerima hasil sehingga klien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil tes, dimana konselor memberikan penjelasan tentang hasil tes dan menyediakan informasi selanjutnya.
BAB III KESIMPULAN
Seseorang melakukan tes HIV yang sebelumnya melalui VCT akan mengetahui faktor resiko individu dan pencegahan terhadap penularan infeksi, sehingga VCT sangat berguna dalam permasalahan HIV/AIDS yaitu: 1.
Pintu masuk menuju terapi dan perawatan
2.
Membantu orang mengubah perilaku seksual untuk pencegahan penularan HIV
3.
Mengurangi pandangan negatif dan penyangkalan terhadap status HIV positif
4.
Konseling sukarela HIV dan tes merupakan hak asasi
5.
Pencegahan HIV bagi IDU
DAFTAR PUSTAKA
1. DepKes RI, Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela (Voluntary Counselling and Testing). Jakarta; 2010 2. DepKes RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik dan Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Modul Pelatihan VCT, Jakarta; 2004 3. DepKes RI, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta.
Seminar Asuhan
Keperawatan Pasien TB-HIV Terkini. Dalam Rangka Hari TB Sedunia. Surakarta; 2009 4. DepKes RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik dan Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral dan Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV Pada Orang Dewasa dan Remaja. Ed. 2, Jakarta; 2009