MASYARAKAT MASYARAKAT ADAT ADAT KASEPUHAN KAS EPUHAN SINAR RESMI: KEPEMIMPINAN, SOLIDARITAS SOSIAL, DAN KONFLIK EKOLOGIS
Penulis
: Rita Rahmawati
Alam Alamat at
: Juru Jurusa san n Ilmu Ilmu Admi Admini nist stra rasi si Nega Negara ra,, Faku Fakult ltas as Ilmu Ilmu Sosial, Pokitik dan Komunikasi
PENDAHULUAN Kasepuhan Sinar resmi merupakan suatu organisasi sosial yang meng mengat atur ur
kehi kehidu dupa pan n
masy masyar arak akat at
adat adat
Kasep asepuh uhan an
Sina Sinarr
Resm Resmi. i.
Kasepuhan ini berada di wilayah Desa Sirna Resmi Kecamatan Cisolok Kabupa Kabupaten ten Sukabu Sukabumi. mi. Lokasi Lokasinya nya berada berada di sekita sekitarr Taman aman Nasion Nasional al Gunung Halimun Salak (TNGHS). Karena berada di di sekitar hutan TNGHS inilah inilah,, kebera keberadaa daan n Kasep Kasepuha uhan n Sinar Sinar Resmi Resmi diba ibahas has.
Apala palagi gi
lem lembag baga
menjad menjadii menar menarik ik untuk untuk
Kasepu sepuh han
dan
masya syarak rakatny atnya a
mengembangkan suatu cara hidup yang khas terutama dalam memaknai hubungan manusia dengan alam. Kasepuhan Sinar resmi mempunyai fungsi mengatur setiap aspek kehi kehidu dupa pan n
masy masyar arak akat atny nya a
teru teruta tama ma
dala dalam m
memp memper erla laku kuka kan n
alam alam..
Masyaraka Masyarakatt Kasepuha Kasepuhan n Sinar Resmi Resmi mempuny mempunyai ai konsep konsep pengetahu pengetahuan an dan cara sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui konsep pancer pancer pangawina pangawinan n masyarakat masyarakat mensanda mensandarkan rkan keterikatan
atas
tan tanah,
dan
melal lalui
kehidupanny kehidupannya a
tan tanah
terse rsebut
pada mereka
menge mengemb mbang angkan kan system system nafka nafkah h pertan pertanian ian yang yang khas khas sesua sesuaii aturan aturan lembaga kasepuhan. Dala Dalam m hal hal meng mengat atur ur kele kelest star aria ian n ling lingku kung ngan an dan dan baga bagaim iman ana a lingkungan tersebut dapat memberi manfaat untuk kehidupan masyarakat, Kasepuhan memegang memegang tradisi mengenai mengenai wewengkon, yaitu yaitu pengetahuan lokal tentang zonasi hutan, hutan, dimana hutan dibagi ke dalam dalam zonasi sebagai sebagai beri beriku kutt (1) (1) Huta Hutan n titip titipan an,, (2) (2) Huta Hutan n tutu tutupa pan, n, dan dan (3) (3) Huta Hutan n gara garapa pan. n. 1
Pengetahuan ini telah dikembangkan secara turun temurun dan mengatur relasi masyarakat dengan alam (hutan). Sejak diterbitkannya kebijakan kebijakan perluasan Taman Taman Nasioanal melalui SK Menter Menterii Kehuta Kehutanan nan Nomor Nomor 175/Kp 175/Kptsts-II/2 II/200 003 3 telah telah menye menyebab babkan kan masyarakat adat Kasepuhan kehilangan akses terhadap hutan. Padahal keberh keberhasi asilan lan pengel pengelola olaan an Taman aman Nasion Nasional al sangat sangat bergan bergantun tung g pada pada penghargaan yang dapat diterima oleh masyarakat sekitar dari kawasan yang yang dili dilind ndun ungi gi..
Dima Dimana na,,
kala kalau u
sebu sebuah ah kawa kawasa san n yang yang dili dilind ndun ungi gi
dipa dipand ndan ang g seba sebaga gaii peng pengha hala lang ng,, maka maka masy masyar arak akat at sete setemp mpat at dapa dapatt mengg menggaga agalka lkan n usaha usaha pelest pelestari ariann annya ya.. Tetapi etapi bila bila diangg dianggap ap sebag sebagai ai sesuat sesuatu u yang yang positif positif manfaa manfaatnya tnya,, maka maka masy masyara arakat kat senant senantias iasa a akan akan sangat mendukung bahkan dapat menunjang kawasan yang dilindungi. Dari hasil kajian kajian Bulmer Bulmer (1982), Rathakette Rathakette (1984), (1984), Dove (1993), (1993), Amadja (1993), Tjitradjaja dkk (1994) yang mewakili perspektif fungsional, diketahui bahwa bagi penduduk lokal, hutan bukan hanya disikapi sebagai sumber sumber daya daya yang yang bergun berguna a untuk untuk meme memenuh nuhii hajat hajat ekonom ekonomii semata semata,, melainkan juga berhubungan erat dengan aspek kepercayaan, ritual dan institu institusi si sosia sosial. l.
Lebih Lebih lanj lanjut ut Bulme Bulmerr (1982) (1982)
mengun mengungka gkapka pkan n bahwa bahwa
kepercayaan dan pantangan ritual memungkinkan penduduk Papua New Guinea mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada di hutan sesuai asas konservasi. Namun kenyataannya, masyarakat selalu dituduh sebagai perusak hutan. hutan. Bebera Beberapa pa kebija kebijakan kan kehuta kehutanan nan di negara negara dunia dunia ketiga ketiga bahka bahkan n seri sering ng memo memojo jokk kkan an masy masya araka rakatt
loka lokall
di
sekit ekitar ar
huta hutan, n,
sehi sehing ngga ga
berd berdam ampa pak k paa paa peng pengru rusa saka kan n huta hutan n itu send sendir iri. i. Keba Kebanya nyaka kan n sist sistem em pengelolaan hutan di dunia ketiga telah gagal mengatasi kemerosotan hutan maupun kemiskinan pedesaan. Beberapa sistem negara bahkan memperp perpa arah rah
kem kemeroso rosota tan n
hutan utan
kare karen na
makin akin
meruny runya amkan
kemiskinan penduduk desa yang tinggal di pinggiran hutan. Hasil kontra produ rodukt ktif if
dem demikia ikian n
sebag ebagia ian n
dise isebabk babkan an
ole oleh
tata tata
huk hukum
dan dan
keorganisasian gaya kolonial yang masih mendominasi mendominasi pengelolaan hutan oleh negara (Blaikie 1985:53). 2
Persoalan tersebut terjadi karena realitas kehutanan hampir selalu mengh menghasi asilka lkan n kondis kondisii parado paradoks. ks. Lima Lima tahun tahun sejak sejak geraka gerakan n reforma reformasi si kehu kehuta tana nan n meng mengus usun ung g
kons konsep ep ”for ”fores estt for for peop people le”, ”, namu namun n pada pada
kenyataa kenyataannya nnya sistem sistem dan praktek praktek hutan hutan Indonesia Indonesia justru menunjuk menunjukkan kan gejala makin jauh dari eksistensi praktek-praktek pengelolaan hutan oleh masyarakat masyarakat (Iskandar, (Iskandar, 2004). 2004). Sehingga Sehingga konflik konflik antara antara masyaraka masyarakatt dan taman nasionalpun tidak terhindarkan. Kasus Kasus menge mengenai nai kelem kelembag bagaan aan Kasepu Kasepuhan han Sinar Sinar Resmi Resmi dalam dalam mengatur relasi relasi manusia dan alam, dimana faktor-faktor faktor-faktor kepemimpinan, kepemimpinan, solidarita solidaritas s sosial sosial dan konflik konflik ekologis ekologis mewarnai mewarnai kehidupan kehidupan masyaraka masyarakatt tersebut tersebut dan berpengaru berpengaruh h terhadap terhadap lestari lestari dan rusaknya rusaknya hutan Tama Taman n Nasional Gunung Gunung Halimun Salak, Salak, akan dikupas melalui pendekatan pendekatan teori Timur dan Barat.
PANDANGAN TIMUR DAN BARAT MENGENAI KEPEMIMPINAN DAN OTORITAS Kase Kasepu puha han n Sina Sinarr Resm Resmii
seba sebaga gaii sebu sebuah ah orga organi nisa sasi si sosi sosial al
berfungsi mengatur mengatur peradaban peradaban masyarakat Kasepuhan terutama dalam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya melalui mata pencaharian yang bertumpu pada pertanian padi. Pola pertanian tradisional yang ditunjukkan warga Kasepuhan memiliki hubungan yang sangat erat antara praktek pertanian, organisasi sosial, sistem kepercayaan dengan unsur-unsur unsur-unsur alam seperti tanah, air, udara, sinar matahari, cuaca dan lain-lain. Pemimpin tertinggi di Kasepuhan adalah Abah. Proses penunjukan Abah menjadi ketua adat adat berdasarkan keturunan keturunan dan melalui melalui mekanisme mekanisme mistis (wangsit). Wangsit itu dicirikan dengan kemampuan membaca do’a amit (menanam padi) padi) yang sebelumnya sebelumnya tidak pernah pernah diajarkan melainkan melainkan hany hanya a dike diketa tahu huii oleh oleh Abah Abah (pem (pemim impi pin n adat adat sebe sebelu lumn mny ya). a). Namu Namun n demikia demikian, n, seben sebenarny arnya a bahwa bahwa calon calon pemimp pemimpin in di masa masa datang datang sudah sudah terlih terlihat at sejak kecil, kecil, dicirik dicirikan an oleh sikap sikap dan perila perilakuny kunya a bijaks bijaksana ana sehi sehing ngga ga
yang yang lebih
dan dan berwib berwibaw awa a diband dibanding ingkan kan saudara saudara-sa -sauda udara ra lainnya lainnya,, berd berdas asar arka kan n
sifa sifat-s t-sifa ifatt
ters terseb ebut ut,,
Kase Kasepu puha han n
(Aba (Abah h
dan dan 3
strukturnya) mempersiapkan anak tersebut untuk kelak menjadi seorang pemimpin. Kewibawaan pemimpin adat lembaga Kasepuhan ini menjadi ciri ciri domina dominan. n. Legali Legalitas tas pemimp pemimpin in yang yang diangk diangkat at berdas berdasark arkan an wangsi wangsitt dipertegas dengan dengan sifat kewibawaan, kewibawaan, sehingga sehingga dia mempunyai mempunyai otoritas/ kewenangan atas organisasi organisasi sosial dan masyarakatnya. masyarakatnya. Dalam pandangan Timur, pentingnya unsur kewibawaan menjadi ciri ciri utama utama sebuah sebuah kepemim kepemimpin pinan. an. Sebaga Sebagaima imana na disampa disampaika ikan n Khaldu Khaldun n (2001) (2001),,
Ibn
bahwa bahwa ketika ketika manus manusia ia telah mencapa mencapaii organi organisas sasii
kemasyarakatan, kemasyarakatan, dan ketika peradaban manusia telah menjadi kenyataan, umat umat manu manusi siap apun un meme memerlu rluka kan n seor seoran ang g yang yang akan akan mela melaks ksan anak akan an kewibawaan dan memelihara mereka, karena permusuhan dan kezaliman adalah adalah merup merupaka akan n watak watak hewani hewani yang yang dimilik dimilikii oleh oleh manus manusia. ia. Orang Orang melaksanakan kewibawaan itu haruslah salah seorang di antara mereka mereka sendir sendiri. i. Ia harus mengua menguasai sai
merek mereka, a, dan mempu mempunyai nyai kekuat kekuatan an dan
wibawa wibawa melebi melebihi hi mereka mereka,, sehing sehingga ga tak seoran seorangpu gpun n dianta diantara ra mereka mereka sanggup menyerang lainnya. Inilah yang dinamakan kekuasaan (mulk. Ar.) Ar.) atau kedaulata kedaulatan. n. Makhluk Makhluk manusia manusia secara secara mutlak mutlak memerluk memerlukan an otoritas otoritas untuk melaksanakan kewibawaan. Dengan demikian bahwa kewibawaan dipe diperlu rluka kan n untu untuk k menj menjad adik ikan an sese seseor oran ang g memi memili liki ki lega legalit litas as seba sebaga gaii pemi pemimp mpin in,,
kare karena na deng dengan an kewi kewiba bawa waan an,,
menye menyeles lesaik aikan an masalah masalah
seor seoran ang g
pemi pemimp mpin in dapa dapatt
permus permusuha uhan n mengh menghind indari ari kezalim kezaliman an dan
mempertahankan mempertahankan diri dari serangan manusia lainnya. lainnya. Selanj Selanjutny utnya a Ibn Khald Khaldun un menge mengemu mukak kakan an bahwa bahwa kewiba kewibawaa waan n merupaka merupakan n watak (tabiat) (tabiat) khusus manusia manusia yang yang menonjol menonjol
pada salah salah
satu diantara anggota kelompok kelompok organisasi organisasi sosial, yang memungkinkan memungkinkan orang tersebut menjadi seorang pemimpin. Sifat kewibawaan ini terkait erah erah deng dengan an sifa sifatt nubu nubuwa wah. h. Menu Menuru rutt Ibn Ibn Khal Khaldu dun, n, ada ada bebe bebera rapa pa pemimpin manusia yang diberkahi nubuwah yaitu salah satu watak khas manus manusia ia yang yang menci mencirik rikan an sifatsifat-sif sifat at
kewiba kewibawaa waan n dan sifat-si sifat-sifat fat baik
lainny lainnya. a. Namun Namun demiki demikian an selai selain n kewiba kewibawa waan an dan nubuwa nubuwah, h, seoran seorang g pemimpin manusia manusia haruslah haruslah mempunyai mempunyai kemampuan kemampuan yang berasal dari fikrah (kemampuan berfikir) dan siyasah (politik). 4
Selain otoritas yang bersumber dari kewibawaan, ada juga otoritas lain lain dima dimana na eksi eksist sten ensi si dan dan kehi kehidu dupa pan n manu manusi sia a ada ada
tanp tanpa a adany adanya a
nubuwwah dan kewibawaan yaitu lewat peraturan yang dibuat oleh orang yang yang berkua berkuasa sa sesuka sesukanya nya (aspek (aspek legal legal formal formal// atau atau rasion rasional al dalam dalam pandangan Barat), atau dengan bantuan solidaritas sosial (al’-ashabiyah) yang yang mem memungk ungkin inka kan n
bagi baginy nya a
untu untuk k
mema memaks ksa a
oran orang g
lain lain agar agar
mengikutinya ke mana saja mereka ia bawa. Dengan demikian menurut Ibn Khaldun, bahwa bahwa otoritas kepemimpinan kepemimpinan bisa berasal berasal dari kewibawaan dan nubuwwah, peraturan (formal-legal/ (formal-legal/ rasional) maupun maupun karena adanya adanya solidaritas sosial. Konsep Konsep menge mengenai nai otorita otoritas s yang yang dimilik dimilikii oleh oleh seoran seorang g pemim pemimpin pin dalam dalam panda pandanga ngan n Timur imur memil memiliki iki kesam kesamaan aan dan perbe perbedaa daan n dengan dengan pandan pandangan gan Barat. Barat. Menuru Menurutt Max Weber Weber (dalam (dalam Ritzer Ritzer dan Goodm Goodman, an, 2004), bahwa struktur otoritas hadir hadir di setiap institusi sosial, dan otoritas terseb tersebut ut karena karena adany adanya a domin dominasi asi sebaga sebagaii probab probabilit ilitas as atas atas perin perintah tah tertentu yang akan dipatuhi dipatuhi sekelompok sekelompok orang. Dominasi dapat dapat memiliki bera beraga gam m
basi basis s sah sah maup maupun un tidak tidak namu namun n yang yang teru teruta tama ma mena menari rik k
perhat perhatian ian Webe Weberr adalah adalah bentuk bentuk domina dominasi si yang yang sah yang yang disebu disebutny tnya a otoritas. Weber menyebutkan lebih lanjut mengenai dasar yang digunakan oleh oleh para para pengik pengikut ut (anggo (anggota ta masyar masyaraka akat) t) untuk untuk melegi melegitim timasi asi sebuah sebuah otoritas, yaitu rasional, tradisional tradisional dan kharismatik. Otor Otorita itas s yang yang mend mendap apat at legi legiti tima masi si rasi rasion onal al bers bersan anda darr pada pada kepercayaan akan legalitas aturan tertulis dan hak mereka yang diberi otoritas berdasarkan berdasarkan aturan untuk mengeluarkan mengeluarkan perintah. perintah. Otoritas yang mendapatkan legitimasi tradisional berdasarkan pada kepercayaan yang telah mapan terhadap kesucian kesucian tradisi kuno dan legitimasi mereka mereka yang menjalankan otoritas berdasarkan tradisi tersebut. Adapun otoritas yang mendapatkan legitimasi dari kharisma kharisma adalah didasarkan pada pada kesetiaan para para pengi pengikut kutnya nya terhad terhadap ap kesuc kesucian ian yang yang tidak tidak lazim, lazim, sosok sosok telada teladan, n, heroisme, atau kekuatan khusus yang dimiliki pemimpin, maupun pada tatanan normatif yang diberlakukannya. diberlakukannya.
5
Dengan
melihat
pandangan
Timur
dan
Barat
mengenai
kepe kepemi mimp mpin inan an dan dan otor otorita itas s kepe kepemi mimp mpin inan an,, dapa dapatt dika dikata taka kan n bahw bahwa a kepemimpinan
Abah
Asep
(Kasepuhan
Sinar
Resmi)
adalah lah
kepemi kepemimpi mpinan nan atas atas dasar dasar otorita otoritas s tradis tradision ional al yang yang dibang dibangun un melalu melaluii tradisi turun temurun dengan diperkuat oleh keberadaan wangsit. Namun kepemimpinan ini tidak akan kuat tanpa adanya sifat kewibawaan dari Abah Abah sela selaku ku ketu ketua a adat adat.. Kewi Kewiba bawa waan an ters terseb ebut ut ditu ditunj njuk ukka kan n deng dengan an adanya pandangan bahwa pemimpin adalah panutan. Hal ini begitu jelas terlihat dalam praktek kehidupan sehari-hari. Apapun yang dilakukan oleh masyarakat harus seijin Abah. Semua keputusan penting dalam keluarga masyarakat kasepuhan selalu meminta restu dari Abah. Kondisi ini tentu sangat sangat berbed berbeda a denga dengan n kepemi kepemimpi mpinan nan dalam dalam panda pandanga ngan n Barat Barat yang yang cender cenderung ung lebih rasion rasional. al. Denga Dengan n demiki demikian, an, kepe kepemi mimp mpin inan an
Bara Baratt
yang yang
rasi rasion onal al
deng dengan an
terjad terjadii dikhot dikhotomi omi antara antara kepe kepemi mimp mpin inan an
9misalny 9misalnya a kepemimpinan kepemimpinan kasepuha kasepuhan n Sinar Resmi)
Timur imur
yang berlandas berlandaskan kan
solidaritas sosial. Sekalipun pandangan Barat mengakui ada otoritas yang bersumber dari kewibawaan kewibawaan// kharisma kharisma,, namun namun kepemimp kepemimpinan inan Barat Barat lebih menitik beratkan pada unsur rasional baik ada kharisma atau tanpa kharisma. Mengenai kharisma dalam pandangan Barat, dipahami secara berbedabeda oleh para ahli (lihat Bass, 1985; Conger & Kanungo, 1987). Namun demikian, sekalipun berbeda-beda sampai pada satu pendekatan, bahwa kharis kharisma ma dipand dipandang ang sebag sebagai ai hasil hasil dari dari persep persepsi si bawaha bawahan/ n/ anggot anggota a orga organi nisa sasi si
tent tentan ang g kual kualit itas as dan dan peril perilak aku u pemi pemimp mpin in.. Webe Weberr (197 (1974) 4)
menggunakan kata kharisma kharisma sebagai pemimpin yang yang diberkahi dengan dengan kual kualita itas s yang ang lain lain darip daripad ada a yang yang lain lain (lua (luarr bias biasa) a).. Pemi Pemimp mpin in yang yang kharismatik mempunyai mempunyai 3 karakter, karakter, yaitu adanya kepercayaan diri diri yang sangat tinggi, sifat dominan dan keyakinan kuat terhadap kepercayaan/ nilai-nilai nilai-nilai yang dianut. dianut. Kharisma Kharisma adalah suatu kepercayaan kepercayaan yang tidak perlu diragukan terhadap si pemimpin dan misinya, mengandung suatu keterl keterliba ibatan tan emosi emosi yang yang mutla mutlak k dan keingi keinginan nan untuk untuk mengi mengiden dentifi tifikas kasii dirinya dengan pemimpin pemimpin tersebut (Wilner, (Wilner, 1968 dalam Bass, 1985). 6
Seka Sekali lipu pun n
ada ada
kons konsep ep
khar kharis isma ma
yaitu aitu
kewi kewiba bawa waan an
dala dalam m
pandan pandangan gan Barat, Barat, namun namun khari kharism sma a dalam dalam pandan pandangan gan Barat Barat identi identik k dengan sifat individual dari pemimpin tersebut yang menjadikan individu terseb tersebut ut dipilih dipilih dan dan menda mendapat pat otorita otoritas s secara secara rasion rasional. al. Hal ini sanga sangatt berbed berbeda a dengan dengan kondi kondisi si Masya Masyarak rakat at Kasepu Kasepuhan han,, dimana dimana pemim pemimpin pin dian diangk gkat at seca secara ra tradi tradisi sion onal al mela melalu luii meka mekani nism sme e wang wangsi sit. t. Pemi Pemimp mpin in mempunyai kewibawaan yang terbentuk sejak lahir dan dipelihara oleh komu komuni nita tasny snya a mela melalu luii kesa kesada dara ran n kole kolekt ktif if dan dan soli solida darit ritas as bers bersam ama. a. Kepemimpinan yang bersumber dari sikap kolektif ini mirip dengan model kepe kepemi mimp mpin inan an di Jepa Jepang ng.. Di Jepa Jepang ng
tela telah h dike dikemb mban angk gkan an teor teorii
kepemimpinan yang secara khusus mempertimbangkan sikap kolektif dari bangsa tersebut. Teori Teori ini dikembangkan dikembangkan pada akhir peran Dunia II, tetapi hingga saat ini masih masih dianggap sebagai sebagai teori kepemimpinan kepemimpinan yang makin cocok cocok untuk digunakan digunakan menjelask menjelaskan an fenomena fenomena dalam dalam konteks konteks bangsa bangsa Jepang.
PANDANGAN TIMUR DAN BARAT PANDANGAN BARAT MENGENAI MENGEN AI SOLIDARITAS SOSIAL Kaitan Kaitan antara antara kepem kepemimp impina inan n dan solida solidarita ritas s sosial sosial ditera diterangk ngkan an dalam dalam pandan pandangan gan Timur. imur.
Ibn Khaldu Khaldun n dengan dengan mengamb mengambilil contoh contoh
kalangan kalangan suku Badui, Badui, memperlihat memperlihatkan kan adanya adanya
di
pengaruh pengaruh wibawa wibawa yang
datang dari para syeikh dan pemuka suku. Kewibawaan para syekh ini timbul karena adanya adanya rasa hormat dan dan penghargaan dari rakyat terhadap terhadap para syeikh dan pemuka suku tersebut, atau dengan kata lain adanya solidaritas sosial diantara suku tersebut. Dalam pandangan Timur, solidaritas sosial hanyalah didapati pada golongan yang dihubungkan oleh pertalian darah atau pertalian lain yang memp mempun unya yaii arti arti sama sama,, dan dan itu itu pula pulala lah h yang yang terj terjad adii di masy masyar arak akat at Kasepu Kasepuhan han.. Solid Solidari aritas tas sosial sosial membe membentu ntuk k masya masyarak rakat at ini tetap tetap eksis eksis mempertahankan tradisi, memilih pemimpin dan struktur kelembagaannya dan melalui kepemimpinan yang berwibawa tadi, semua tradisi dijalankan. Keberadaan kepemimpinan, struktur kelembagaan yang didasarkan atas 7
keturu keturunan nan dan ketaat ketaatan an pengi pengikut kut (masya (masyarak rakat at Kasep Kasepuha uhan) n) terhad terhadap ap lembaga Kasepuhan disebabkan karena pertalian darah diantara anggota masyarakat Kasepuhan, Kasepuhan, yang menurut menurut Ibn Khaldun mempunyai kekuatan kekuatan mengikat sehingga membuat setiap anggota masyarakat tersebut dapat merasakan setiap kesakitan yang menimpa menimpa kaumnya. Ketika Ketika masyarakat masyarakat Kasepuhan menghadapi masalah (konflik) dengan taman nasional yang menyebabkan hilangnya hak akses masyarakat terhadap sumber daya hutan yang di klaim oleh masyarakat sebagai kawasan yang telah lama mereka diami secara turun temurun jauh sebelum taman nasional itu ada, tela telah h meny menyat atuk ukan an masy masyar arak akat at Kase Kasepu puha han n dala dalam m suat suatu u solid solidar arita itas, s, merasakan kesakitan atas suatu penindasan. Dalam menanggapi kondisi tersebut, mengacu pada pendapat Ibn Khaldun Khaldun bahwa bahwa orang membenci membenci penindasa penindasan n terhadap terhadap kaumnya, kaumnya, dan dorongan untuk menolak tiap kesakitan yang mungkin menimpa kaumnya itu adalah adalah sesuai sesuai dengan dengan kodrat kodratnya nya dan tertan tertanam am pada pada dirinya dirinya.. Oleh Oleh karena itu, solidaritas sosial menyebabkan setiap orang dapat merasakan semu semua a pend pender erita itaan an dari dari angg anggot ota a masy masyar arak akat atnya nya dan dan menc mencip ipta taka kan n ketaatan kepada pemimpinnya. Karena sebagaimana dikemukakan oleh Ibn Khaldun, bahwa sifat kepemimpinan selalu dimiliki oleh orang tertentu yang memiliki solidaritas sosial. Pemimpin Pemimpin hanya hanya dapat dilaksanak dilaksanakan an
dengan dengan kekuasaan kekuasaan,, maka
solidaritas sosial yang dimiliki oleh pemimpin harus lebih kuat daripada solida solidarita ritas s lain lain sanggup sanggup
yang yang ada, ada, sehin sehingga gga dia memp mempero eroleh leh kekuasa kekuasaan an dan
memimpin memimpin rakyatnya rakyatnya dengan dengan sempurna. sempurna. Jika kewajiban kewajiban atau
keharusan itu dia laksanakan, maka kepemimpinan akan tetap dimilikinya. Namun apabila apabila kepemimpinan kepemimpinan itu keluar dari mereka dan dan berada dalam dalam solidaritas lain yang lepas dari golongan mereka, maka kepemimpinan itu tidak akan berhasil. Dan dalam golongan itu, kepemimpinan akan terus berpindah-pindah tangan dari satu golongan kepada golongan lain yang lebih kuat. Kesatuan masyarakat dan solidaritas sosial menjadi semacam sifat alam. Sifat itu tidak akan berguna apabila unsur-unsur yang ada sama, tak berbeda. Maka di antara unsur itu ada yang berada di atas dan 8
menguasai unsur yang lain. Hanya dengan itulah penciptaan (alam) ini berlangsung. Inilah rahasianya, mengapa solidaritas sosial menjadi syarat bagi kekuasa kekuasaan. an. Dan dari itu pulalah pulalah kepemimpin kepemimpinan an
dapat dapat ditentukan ditentukan
keberlangsungannya. Lebih Lebih lanjut lanjut Ibn Khaldun Khaldun mengemuk mengemukakan akan bahwa bahwa kepemimp kepemimpinan inan yang dapat diterapkan kepada orang-orang yang memiliki solidaritas tidak dapat diterapkan kepada mereka yang bukan satu keturunan. Sebabnya iala ialah h
kare karena na kepe kepemi mimp mpin inan an ada ada kare karena na adan adanya ya keku kekuas asaa aan, n, dan dan
kekuasaan ada karena adanya solidaritas sosial. Maka didalam memimpin kaum, kaum, harus ada satu solidarita solidaritas s sosial yang berada berada di atas solidaritas solidaritas sosial masing-masing individu. Sebab, apabila solidaritas masing-masing individu mengakui mengakui keunggulan keunggulan solidaritas sosial sosial sang pemimpin, pemimpin, mereka mereka akan akan siap siap untuk untuk tunduk tunduk dan dan patuh patuh mengiku mengikutiny tinya. a.
Dengan Dengan demiki demikian, an,
tujuan tujuan terakhir terakhir solidaritas solidaritas sosial adalah adalah kedaulatan kedaulatan.. Namun Namun demikian demikian,, konsep solidaritas sosial Ibn Khaldun (dalam pandangan Timur) berbeda dengan solidaritas di Barat, karena konsep solidaritas sosial Ibn Khaldun mengandung kebanggaan: atas sumber daya alam dan kepemimpinan kepemimpinan yang menjadi panutan ( poach poach dignity ). ). Soli Solida dari rita tas s
sosi sosial al dala dalam m
pandanga pandangan n Timur. Timur. Mengacu Mengacu pada solida solidarita ritas s sosial sosial
pand pandan anga gan n
Bara Baratt
berb berbed eda a
deng dengan an
konsepnya konsepnya Emile Emile Durkheim, Durkheim, bahwa
dibagi dibagi dua, yaitu yaitu solida solidarita ritas s organi organik k dan solidar solidarita itas s
mekanik. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanik menjadi satu dan dan padu padu kare karena na selu seluru ruh h
oran orang g adal adalah ah gene genera rali lis. s. Ikat Ikatan an dala dalam m
masyarakat seperti seperti ini terjadi karena mereka mereka terlibat dalam dalam aktivitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama. Sebaliknya, solidaritas orga organi nik k bert bertah ahan an bers bersam ama a just justru ru deng dengan an perb perbed edaa aan n yang ang ada ada di dalamn dalamnya ya,, dengan dengan fakta fakta bahwa bahwa semua semua orang orang memil memiliki iki peker pekerjaa jaan n dan tanggungjaw tanggungjawab ab yang yang berbeda-bed berbeda-beda. a.
Dengan Dengan pemaham pemahaman an solidaritas solidaritas
sema semaca cam m ini, ini, maka maka kepe kepent ntin inga gan n mate materi rial al juga juga
bisa bisa memb memban angu gun n
solidaritas sosial dalam konsep Barat. Bukt Buktii soli solida darit ritas as sosi sosial al meka mekani nik k yang yang dila diland ndas asii oleh oleh adany adanya a aktiv ktivit itas as yang ang
sama
dan
memilik ilikii
tang tanggu gung ng jaw jawab sama
dapat apat 9
dicontohkan pada pada warga Desa Kalianjat Kalianjat (Sejarah hutan kaliaman). kaliaman). Warga Kalian Kalianjat jat mempun mempunya yaii aktivi aktivitas tas dan tanggu tanggungj ngjawa awab b yang yang sama sama dalam dalam mempe memperju rjuang angkan kan hak hak akses akses atas atas tanah tanah merek mereka a yang yang diklai diklaim m sebaga sebagaii hutan hutan Kaliam Kaliaman an (lihat (lihat,, Peluso Peluso,, 2006). 2006). Kaliam Kaliaman an adalah adalah hutan hutan tropis tropis campuran, terdiri atas spesies kayu, kayu, dengan umbi-umbian, umbi-umbian, dan tumbuhan tumbuhan obat obat atau atau bumbu. bumbu. Bentuk Bentuk perta pertania nian n berpin berpindah dah terus terus bertah bertahan an hingga hingga 1911, waktu Belanda menentukan batas hutan dan mencatat kepemilikan lahan lahan pendud penduduk uk untuk untuk kepent kepenting ingan an pajak. pajak. Sejara Sejarah h hutan hutan Kaliam Kaliaman an ini pasang pasang surut surut antara antara boleh boleh dan dan tidakn tidaknya ya akses akses masya masyarak rakat at terhad terhadap ap hutan. hutan. Kasus Kasus hutan Kaliaman Kaliaman dan penggunaan penggunaan hutan di Desa Kaliajat Kaliajat meng mengga gamb mbar arka kan n deng dengan an jela jelas s baga bagaim iman ana a peta petani ni seca secara ra bers bersam ama a melaksanakan kuasa melalui perlawanan berbasis tanah dan melestarikan pelaksana pelaksanaan an pertanian pertanian
di kawasan kawasan hutan negara. negara. Pertarun Pertarungan gan antara antara
petani petani dan rimbaw rimbawan an ini telah telah berdam berdampak pak pada pada pengru pengrusak sakan an hutan. hutan. Kondisi ini menunjukkan bahwa solidaritas mekanis ala pandangan Barat tidak dapat menjamin akan kelestarian hutan. Solidaritas mekanis tidak cukup kuat untuk menjaga hutan tetap lestar lestari, i, tetap tetapii ada hal lain lain yaitu yaitu adapta adaptasi si ekolo ekologis gis,, sebaga sebagaima imana na yang yang dijela dijelaska skan n oleh oleh Nettin Netting g (1981) (1981) dalam melihat melihat
kaitan kaitan antara antara dinam dinamika ika
populasi dengan bentuk-bentuk penyesuaian organisasi sosial dan politik orang Torbel Torbel yang hidup dalam lingkunga lingkungan n dengan dengan sumber sumber daya yang terbatas di Pegunungan Alpen Swiss. Kepemimpinan yang punya dasar panutan dan nilai-nilai non materi dapat membangun solidaritas dan menjaga sumber daya alam, seperti yang ditunjukk ditunjukkan an oleh Kasepuha Kasepuhan n Sinar Resmi. Resmi. Masyarakat Masyarakat Kasepuha Kasepuhan n Sina Sinarr Resm Resmii memi memili liki ki rasa rasa soli solida dari rita tas s yang yang timb timbul ul kare karena na adany adanya a kesadaran kesadaran kolektif masyaraka masyarakatt atas norma norma dan kepercayaa kepercayaan n bersama, bersama, sehingga sehingga keberadaan keberadaan solidaritas solidaritas sosial sosial melahirka melahirkan n suatu suatu kebersam kebersamaan aan dalam memperjuangkan nasib bersama. Nam Namun demi demiki kian an,, ada ada juga juga tipe tipe masy masyar arak akat at yang ang memi memili liki ki kepemi kepemimpi mpinan nan tradision tradisional al dengan dengan solida solidarita ritas s
mekan mekanist istik ik tetapi tetapi tetap tetap
menjaga kelestarian lingkungan hutan, seperti yang terjadi di Thailan. Hal 10
ini disebabkan karena masyarakat tersebut memiliki kepercayaan tentang keramat keramat dan tabu, tabu, sebagaim sebagaimana ana dikatakan dikatakan oleh Rathakett Rathakette e (1984:364 (1984:364)) bahwa kepercayaan kepercayaan penduduk penduduk dan aturan tabu berkenaan dengan dengan hutan keramat yang dipercayai sebagai tempat hunian makhluk halus pelindung desa (phipulu), sehingga terlarang untuk dieksploitasi, dan hal tersebut memberikan dampak positif untuk konservasi konservasi sumber daya hutan. hutan. Contoh lain adalah kehidupan masyarakat di sekitar hutan Sangeh Bali, yang bercirikan kepemimpinan adat dan solidaritas mekanik dengan gemp gempur uran an mode modern rnis isas asii yang yang teru terus s mene meneru rus s namu namun n teta tetap p menj menjag aga a kelest kelestari arian an hutan, hutan, sebaga sebagaii mana mana yang yang dikemu dikemukak kakan an oleh oleh Nengah Nengah B. Atmadja (1993:4). Atmadja melihat peran desa adat dengan seperangkat kepercayaan masyarakatnya masyarakatnya berfungsi sebagai mekanisme mekanisme kontrol kontrol sosial untuk tetap menjamin kelestarian sumber daya di kawasan hutan wisata Sangeh. Variabel ekologi, institusi sosial, ekonomi dan kepercayaan yang dian dianut ut masy masyar arak akat at sede sedemi miki kian an rupa rupa sehi sehing ngga ga mere mereka ka
teta tetap p dapa dapatt
mengelola dan mengambil manfaat ekonomis dari sumber daya tersebut tanpa harus melakukan pengrusakan terhadap hutan. Dalam konteks pengelolaan sumber daya alam ini juga ditemukan adany adanya a
masy masyar arak akat at yang yang sebe sebena narny rnya a
soli solida darit ritas as sosi sosial alny nya a
suda sudah h
menurun, tetapi tetap menjaga kelestarian hutan. Petani damar di daerah pesisir Krui (lampung (lampung Barat) adalah adalah contoh komuniti lokal di sekitar hutan yang
oleh
sejumlah
peneliti
terdahulu
disebutkan
mampu
mengembangkan suatu sistem pengelolaan sumber daya hutan secara lestar lestari. i. Jalina Jalinan n fungsi fungsiona onall
antara antara faktor faktor ekolog ekologi, i, penge pengetah tahuan uan dan
kepercayaan penduduk penduduk mengenai mengenai sumber daya, institusi sosial dan faktor faktor demografi demografi memungk memungkinkan inkan pengelolaan pengelolaan wanatani wanatani repong repong damar damar di Krui tampil dan bertahan sebagai sebuah sistem pengelolaan lokal (indigenous forest management management system) system) yang berkelanjutan berkelanjutan (lihat Michon & Foresta Foresta 1992, 1992, 1994; 1994; Tjitra Tjitradja djaja ja dkk, dkk, 1994; 1994; Juhad Juhadii 1995, 1995, Nadapd Nadapdap ap 1995; 1995; dan Fikarwin 1996). Organisasi sosial dan kebudayaan dari populasi tertentu dilihat sebagai adaptasi fungsional yang memungkinkan populasi tersebut
11
mengekploitasi lingkungannya secara baik tanpa melampaui batas daya dukungnya (carrying capacity) (Orlove 1980:240). Contoh Contoh lainnya
adalah adalah masyarakat masyarakat Maring Maring Tsemb Tsembaga aga di Papua
New Guinea Guinea,, dimana dimana
menur menurut ut Roy Rappapo Rappaport rt (1968; (1968; 1969), 1969), bahwa
mekanisme adaptasi untuk tetap mempertahankan keseimbagnan antara popu popula lasi si,, laha lahan n dan dan sumb sumber er daya daya lain lain yang yang ada ada di ling lingku kung ngan anny nya a dilakukan melalui praktik ritual. Seiring Seiring terjadinya terjadinya gempuran gempuran modernisa modernisasi si yang ditandai ditandai dengan dengan masu masukny knya a peng penget etah ahua uan n dan dan tekn teknol olog ogii glob global al,, sedi sediki kitt bany banyak ak tela telah h merubah merubah gaya hidup hidup masyaraka masyarakatt Kasepuhan Kasepuhan,, telah terjadi pergeseran pergeseran bentuk solidarita sosial di masyarakat yang semula berlandaskan pada hubung hubungan an darah, darah, ketela keteladan danan, an, ketaat ketaatan an atas atas norma norma mulai mulai berges bergeser er dengan adanya kepentingan material, kasepuhan menjadi jaminan atas keberlanjutan kehidupan. Fungsi Abah bukan hanya sekedar pemimpin adat, tapi sebagai pengayom masyarakat Abah juga memberikan jaminan modal modal bagi masyaraka masyarakatnya. tnya. Ketika Abah tidak bisa dijadikan dijadikan tumpuan tumpuan mater material ial,, bebera beberapa pa pengik pengikut ut Abah Abah pindah pindah kepeng kepengiku ikutan tannya nya kepada kepada Kasepuhan yang lain (Abah Uum di Kasepuhan Cipta Mulya atau Abah Ugi Ugi di Kase Kasepu puha ha Cipt Cipta a Gela Gelar), r), begi begitu tupu pun n kepe kepeng ngik ikut utan an dari dari kedu kedua a kasepu kasepuhan han yang lain.
Tentu entu saja, saja, perge pergeser seran an ini telah memberi memberikan kan
pandanga pandangan n lain mengenai mengenai solidaritas solidaritas,, sehingga sehingga solidarita solidaritas s sosial sosial yang semula semula menci mencirik rikan an pandan pandangan gan Timur imur mulai mulai berges bergeser er pad solida solidarita ritas s mekanik ala Barat. Namun demikian, sekalipun sudah terjadi pergeseran ke arah orientasi orientasi materialistik, dan solidaritasnya solidaritasnya mekanik, mekanik, namun karena dasa dasar-d r-das asar arny nya a
berl berlan anda dask skan an
hubungan hubungan manusia manusia
nila nilai-n i-nila ilaii
yang yang
mapa mapan n
meng mengen enai ai
dengan dengan alam, menjadikan menjadikan masyaraka masyarakatt Kasepuhan Kasepuhan
tetap memelihara lingkungan.
PANDANGAN TIMUR DAN BARAT PANDANGAN BARAT MENGENAI MENGEN AI KEKUASAAN DAN KONFLIK Seja Sejala lan n deng dengan an perk perkem emba bang ngan an jama jaman, n, dima dimana na tela telah h terja terjadi di peruba perubahan han status status kawasa kawasan n gunung gunung halimu halimun n menja menjadi di taman taman nasion nasional al 12
gunu gunung ng hali halimu mun n sala salak k (TNG (TNGHS HS), ), maka maka kehi kehidu dupa pan n masy masyar arak akat at adat adat Kasepuhan pun mulai terjadi perubahan. Sejak diterbitkannya SK Menteri Kehuta Kehutanan nan Nomor Nomor 175/Kp 175/Kptsts-II/ II/ 2003 2003 di tahun tahun 2003 2003 tentan tentang g perlu perluasa asan n taman nasional, sehingga yang tadinya lahan perhutani sekarang menjadi taman nasional yang berimplikasi pada hilangnya hak akses warga untuk dapat menggarap lahan di wilayah eks perhutani tersebut. Sejak Sejak terbitnya terbitnya SK perluasan perluasan tersebut, pihak pengelola pengelola TNGHS menge mengelua luarka rkan n perint perintah ah penghe penghenti ntian an semua semua aktivi aktivitas tas pada pada areal areal yang yang masu masuk k ke dala dalam m kawa kawasa san n TNGH TNGHS. S. Pemu Pemuki kima man n dan dan area areall gara garapa pan n masya masyarak rakat at yang yang masuk masuk ke dalam dalam kawasa kawasan n juga juga harus harus diting ditinggal galkan kan.. Peristiwa perluasan kawasan ini merupakan momentum yang menandai awal terjadinya konflik antara masyarakat kasepuhan Sinar Resmi dan beberapa masyarakat desa sekitar dengan pihak pengelola TNGHS. Sikap Sikap keras pengelola pengelola TNGHS terhadap masyarakat masyarakat lokal lokal yang menempati kawasan ini sedikit berbeda ketika menghadapi Perusahaan perkeb perkebuna unan n (Nirma (Nirmala) la) yang yang letakn letaknya ya persis persis berada berada pada pada encla enclave ve di TNGH TNGHS S (di (di teng tengah ah huta hutan n TNGH TNGHS) S).. Sika Sikap p kera keras s peng pengel elol ola a TNGH TNGHS S terhadap masyarakat lokal yang menempati kawasan ini sedikit berbeda ketika ketika mengha menghadap dapii Perusa Perusahaa haan n perkeb perkebuna unan n (Nirma (Nirmala) la) yang yang letakn letaknya ya persis berada pada enclave di TNGHS (di tengah hutan TNGHS). Watak tanggapan penduduk penduduk pedesaan pedesaan terhadap kebijakan kebijakan negara yang yang memb membat atas asii
akse akses s
pada pada huta hutan n
bers bersum umbe berr
pada pada kead keadaa aan n
sosiok sosiokult ultura urall dan politi politik k ekono ekonomi mi lokal, lokal, termas termasuk uk tafsir tafsir lokal lokal terhad terhadap ap budaya budaya dan mekanisme mekanisme pengendal pengendalian ian sumber sumber daya. daya. Kedua Kedua belah belah pihak pihak masing-m masing-masing asing menolak menolak perubahan perubahan struktural struktural dan konsep konsep pengelola pengelolaan an yang akan memberikan legitimasi kepada pihak lain (Peluso, 2006). Oleh karena itu, sekalipun sedang terjadi konflik dengan taman nasional, sikap masy masyar arak akat at
kasep asepuh uhan an
terh terhad adap ap
alam alam
tida tidak k
beru beruba bah. h.
Hubu Hubung ngan an
masyarakat kasepuhan kasepuhan dengan alam dijalin secara harmonis. harmonis. Masyarakat Kasepuhan memperlakukan alam sebagaimana mereka memperlakukan manu manusi sia a lain lainny nya. a. Kons Konsep ep Ibu Ibu bumi bumi,, bapa bapak k lang langit it dan dan guru guru mang mangsa sa
13
merup merupaka akan n bukti bukti dari
penge pengetah tahuan uan masyar masyaraka akatt Kasepu Kasepuhan han dalam dalam
memperlakukan memperlakukan alam secara lebih bijak. Kons Konsep ep ibu ibu bumi bumi berk berken enaa aan n deng dengan an perl perlak akua uan n masya masyara raka katt Kasepuhan atas tanah, dimana mereka mereka menggarap tanah dan menanam menanam padi padi hanya hanya satu satu kali kali dala dalam m seta setahu hun. n. Hal Hal itu mere mereka ka laku lakuka kan n demi demi penghormatan kepada kepada Ibu Bumi. Bumi Bumi dianggap sebagai sebagai makhluk hidup, sehingga perlakuan terhadap bumi dan padi yang ada di atasnya seperti merek mereka a memper memperlak lakuka ukan n manus manusia. ia. Oleh Oleh karena karena itu, itu, tradis tradisii Kasepu Kasepuhan han mengajarkan berbagai macam ritus pertanian, mulai dari mengolah tanah sampai memetik hasil dan memasukkan hasil tersebut ke dalam lumbung (leuit (leuit). ). Konsep Konsep Bapak Bapak langit langit dan guru guru mangsa mangsa yaitu yaitu patoka patokan n denga dengan n melihat bintang kerti dan kidang serta penentuan waktu/ bulan terbaik dala dalam m
peng pengol olah ahan an laha lahan. n. Peng Penget etah ahua uan n
adat adat ters terseb ebut ut tent tentu u
saja saja
membe memberik rikan an batasa batasan n kepad kepada a masya masyarak rakat at untuk untuk tidak tidak mengek mengekplo ploita itasi si lingkungan sumber daya alam. Masyarakat dengan kearifannya mengolah lahan untuk hanya memenuhi memenuhi kebutuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. sehari-hari. Pengetahu Pengetahuan an masyaraka masyarakatt dengan dengan apa yang diajarka diajarkan n oleh
Kasepuha Kasepuhan n tersebut tersebut
bertentang bertentangan an
ekonnomi ekonnomi kapitalis kapitalis yang yang mengambil mengambil
sebanya sebanyak-b k-bany anyak aknya nya dari dari sumber sumber daya daya alam alam untuk untuk memen memenuhi uhi nafsu nafsu keserakahan manusia. Menanggapi Menanggapi keserakahan manusia tersebut, Ibn Khaldu Khaldun n
menge mengemu mukak kakan an bahwa manusi manusia a adalah adalah anak kebiasa kebiasaanan-
kebias kebiasaan aannya nya sendir sendirii dan anak anak segala segala sesuat sesuatu u yang yang ia ciptak ciptakan. an. Dia bukan produk dari tabiat dan temperamennya. Kondisi-kondisi yang telah menjadi kebiasaan, hingga menjadi sifat, adat dan kebiasaannya, turun menduduk mendudukii keduduka kedudukan n tabiat. tabiat. Dari pernyataan pernyataan tersebut tersebut tersurat tersurat bahwa apa yang dilakukan oleh masyarakat adat dalam kaitannya dengan alam sudah sudah menja menjadi di tradis tradisii yang yang dibang dibangun un atas atas tabiat tabiat dari dari masya masyarak rakatn atnya ya secara turun temurun, yang jauh berbeda dari tabiat manusia kebanyakan (di alam kapitalis) yang mengagungkan materi dan keserakahan. Dalam melihat relasi manusia dan alam dalam pandangan Barat, mengacu mengacu pada pada konse konsep p
Escobar Escobar (1998, (1998, 1999) 1999) tentang tentang “actor “actor in nature”, nature”,
dimana Escobar Escobar memperkenalkan konsep ‘tiga-alam’ untuk melihat relasi 14
manus manusia ia dan alam alam dan bagaim bagaimana ana manusi manusia a melak melakuka ukan n
pengat pengatura uran n
terh terhad adap ap sumb sumber er daya daya alam alam.. Keti Ketiga ga alam alam itu itu adal adalah ah:: “alam-organik ” (sistem alam yang dipelihara oleh komunitas lokal) yang menjadi domain kekuatan lokalitas dalam rezim tata-kelola SDA. Kedua, “alam “alam kapitalis” kapitalis” yaitu sistem alam atau SDA yang dikolonisasi oleh kekuatan kapitalisme, dan ketiga adalah “alam-teknologis “alam-teknologis”” yaitu sistem alam yang dikuasai oleh pemilik pemilik teknol teknologi ogi maju-B maju-Bara arat. t. Dalam Dalam konsep konsepsi si Escoba Escobarr, hanya hanya alam alam organiklah yang sepenuhnya berada dalam kekuasaan lokal. Kedua alam lainnya berada di domain tata-kelola SDA ala modernitas-Barat yang sarat dengan muatan kepentingan global-transnasionalisme global-transnasionalisme.. Berd Berdas asar arka kan n
kons konsep ep
masyarakat masyarakat Kasepu Kasepuhan han
Esco Escoba barr
ters terseb ebut ut
bahw bahwa a
peng penget etah ahua uan n
yang mengatu mengaturr relasi manusia manusia dan alam alam ada
pada katagori alam organis, dimana manusia berusaha berdamai dengan alam. Alam ditata berdasarkan pengetahuan masyarakat lokal, sedangkan TNGH TNGHS S
dipo diposi sisi sika kan n
seba sebaga gaii
alam alam nega negara ra
yang ang
pada pada prin prinsi sipn pny ya
menggunakan cara-cara alam kapitalis dan alam tekno, dimana cara-cara kapitalis dipergunakan untuk mengusir keberadaan masyarakat lokal dari sekita sekitarr kawasa kawasan. n. Hal ini dipaha dipahami mi karena karena adanya adanya perla perlakua kuan n berbed berbeda a terhadap masyarakat lokal (alam organis) dan terhadap PT. Perkebunan Nirmala (alam kapitalis) yang letaknya berada ditengah taman nasional namun diakui sebagai enclave. Dalam Dalam konsepny konsepnya a TNGHS TNGHS (rimbawan) (rimbawan) bahwa konservas konservasii hanya dipahami dipahami sebagai sebagai pengetahua pengetahuan n yang datang dari Barat, Barat, sehingga tidak membe memberi ri ruang ruang pada pada penge pengetah tahuan uan lokal lokal untuk untuk bisa bisa meme memelih lihara ara alam. alam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli bahwa kebanyakan pengertian yang ada di dunia ketiga tentang konservasi dan pengelolaan hutan hutan “ilmiah” “ilmiah” berasal berasal dari
Barat, Barat, yang kondisi kondisi politis politis ekonomis ekonomis serta serta
ekologisnya berbeda, dan masih terus mencerminkan tafsir Barat tentang prod produk ukti tivi vita tas s
huta hutan n
dan dan
kons konser erva vasi si sumb sumber er daya daya oleh oleh rimb rimbaw awan an
“profesional” (Fernow, 1911; 1911; Fortmann dan Fairfax, 1985:2). Warisan Warisan rimbawan rimbawan Amerika Amerika Gifford Gifford Pinchot (1947) (1947) dikutif dikutif Peluso Peluso (20 (2006) 06)
adal adala ah
seran erangk gkai aian an kata ata
ampuh puh
yang kela kelak k
aka akan
teru terus s 15
meleg melegitim itimasi asi pengel pengelola olaan an hutan hutan negara negara dalam dalam masa masa modern modern.. Pincho Pinchott berpendapat
bahwa hwa
hutan
harus
dikelola
untuk
memberikan
“kemaslahatan sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya orang untuk masa sepanjang sepanjang-panja -panjangnya ngnya”. ”. (Dana dan Fairfax, Fairfax, 1980:72). 1980:72). Beberapa Beberapa pand pandan anga gan n Bara Baratt ters terseb ebut ut menj menjad adii alas alasan an legi legiti tima masi si nega negara ra untu untuk k mengu menguasa asaii hutan, hutan, dan dan masy masyara arakat kat yang yang sudah sudah lama lama hidup hidup di hutan hutan dianggap dianggap hanya sebagai penggang pengganggu gu dan pengrusak pengrusak hutan, sehingga sehingga solusi bagi masyarakat adalah keluar dari hutan dan kehilangan akses. Ketika Ketika dihada dihadapka pkan n pada pada kondis kondisii di atas, atas, maka maka konfl konflikp ikpun un tidak tidak dapat terhindarkan. terhindarkan. “Klaim dan klaim tandingannya tandingannya telah menjadi menjadi kondisi kehutanan selama berabad-abad... Sudah berdarsawasa lamanya petani dan petugas kehutanan saling bergesekan dan alam keadaan konflik terus meneru nerus, s, dan akan kan
teta tetap p
begit egitu u
sela elama
berd erdarsa arsawa wars rsa a
lagi lagi ... ...
pers persoa oala lanny nnya a buka bukanl nlah ah pema pemanf nfaa aata tan n laha lahan n mela melain inka kan n siap siapa a yang yang memanfaatkan lahan itu: tegasnya, masalahnya terletak pada kekuasaan dan hak kepemilikan (E.P. Thompson, Whigs and Hunters). Menangga Menanggapi pi kondisi kondisi konflik, konflik, Ibn Khaldun Khaldun mengemuk mengemukakan akan bahwa bahwa tak seorangpu seorangpun n mengua menguasai sai urusa urusan-urus n-urusan an
pribadinya pribadinya..
Pernyataan Pernyataan itu
bermakna bahwa setiap urusan pribadi selalu berhadapan dengan urusan pribadi yang lain, sehingga perebutan atas penguasaan urusan pribadi tersebut dapat berdampak pada konflik. Berkaitan dengan masalah yang dihadapi masyarakat Kasepuhan yang sedang berkonflik dengan pemerintah dalam hal ini TNGHS, dimana TNGH TNGHS S
mema memaks ksak akan an
kehe kehend ndak ak
untu untuk k
meng mengel elua uark rkan an
masy masyar arak akat at
Kasepuhan dari kawasan TNGHS dan menutup hak akses masyarakat telah menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menur menurun. un.
”manak ”manakala ala
kepent kepenting ingan an nega negara ra dan dan kepe kepenti ntinga ngan n petan petanii
berbenturan, sering kita temukan kerusakan lingkungan, kemiskinan dan hubungan kekuasaan yang ambivalen, rancu” (Peluso, 2006). Kajian Kajian mutakhir mutakhir yang mengamati mengamati kuasa kuasa negara negara dan perlawana perlawanan n lokal dalam konteks pengelolaan hutan dunia ketiga ialah ulasan Guha (1990) (1990)
tentang tentang dominasi dominasi dan perlawanan perlawanan di kawasan kawasan Himalaya Himalaya India, India, 16
Guha memusatkan perhatian pada wujud perlawanan petani yang muncul berula berulang ng di bawah bawah berbag berbagai ai bentu bentuk k organi organisas sasii negar negara, a, yakni yakni negar negara a kolonial Inggris dan kerajaan tradisional. Dalam Dalam pandangan pandangan Timur Timur,, Ibn Khaldun Khaldun
menjelask menjelaskan an bahwa para
pemimpin dan amir (pemerintah) yang yang menguasai urusan urusan manusia manusia sedikit diba ibandin ndingk gka an
den dengan gan
yang ang
lain lain-l -la ainny innya a.
Sehing hingga ga
peme emerin rintah tah
memak memaksak sakan an kehen kehendak dak suapay suapaya a urusan urusan yang yang sediki sedikitt ini menjad menjadii ada dalam dalam wilaya wilayah h kekuas kekuasaan aan pemer pemerint intah, ah, sepent sepentii yang yang disam disampai paikan kan Ibn Khaldun lebih lanjut bahwa biasanya, dan bahkan seharusnya merupakan satu kekuatan yang dipaksakan dan intimidasi, maka kekuasaan itu akan merusak merusak kepercaya kepercayaan an dan menghilan menghilangkan gkan kemampua kemampuan n bertahan bertahan yang ada dalam diri sebagai akibat dari kemalasan yang ada di dalam jiwa yang tertekan. Ibn Khaldun mengisyaratkan bahwa paksaan atau intimidasi dapat berakibat berakibat terhadap terhadap rusaknya rusaknya kepercaya kepercayaan an masyarakat masyarakat atas kekuasaa kekuasaan n pemerintah dan hilangnya kemampuan bertahan masyarakat karena jiwa mereka yang tertekan, sehingga dampak yang mungkin timbul karenanya adal adalah ah masy asyarak arakat at menc mencob oba a bert bertah ahan an deng dengan an kond kondis isii yang ang ada, ada, berjua berjuang ng melaw melawan an domina dominasi si pemeri pemerinta ntah h atau atau berub berubah ah sesuai sesuai denga dengan n tunt tuntut utan an
glob global alit itas as
yang ang
akhi akhirn rnya ya
dapa dapatt
meng mengha hanc ncur urka kan n
trad tradis isii
Kasepuhan bahkan kehancuran kehancuran diri mereka mereka sendiri. Hukum merumuskan dan menetapkan batasan kriminalitas, namun hukum adat, aneka aneka praktik dan kepercayaan kepercayaan setempat setempat yang berdasarkan berdasarkan adat adat kebias kebiasaan aan,, atau atau desaka desakan n kebutu kebutuhan han materi materi,, sering sering menyul menyulitk itkan an penegakan hukum negara yang bertentangan dengan itu semua. Dalam keadaan demikian, demikian, di mata rakyat rakyat pemaksaan penegakkan hukum hukum itulah kejahatan, dan ini berdampak pada apa yang disebut ”moral ekonomi” merek mereka a (Thom (Thompso pson n 1963; 1963; Scott Scott 1976) 1976) atau atau seked sekedar ar persep persepsi si mereka mereka tentan tentang g apa apa yang yang benar benar,, dan tentan tentang g penge pengertia rtian n ”peman ”pemanfaa faatan tan dan pembagian sumber daya secara adil” itu (Kerkvliet 1990:17). Seperti yang dikemukakan oleh Ibn Khaldun bahwa apabila hukumhukum hukum itu dipaksaka dipaksakan n bersama bersama penyiksaan penyiksaan-peny -penyiksa iksaan, an, maka ia akan 17
mengh menghapu apus s ketegu keteguhan han jiwa itu sama sama sekali sekali.. Sebab Sebab penyik penyiksaa saan n yang yang dilakukan terhadap seseorang yang tidak dapat mempertahankan diri, dia akan merasa merasa dihina, dihina, dan tak dapat dapat diragukan diragukan
lagi keteguha keteguhan n jiwanya
akan hancur. hancur. Bahkan, Bahkan, apabila apabila hukum hukum itu dilaksanak dilaksanakan an menurut menurut tujuan tujuan pendidikan dan pengajaran dan ditetapkan sejak kecil, lambat laun akan tim timbul bul beb beberap erapa a efek fek yang ang sam sama, seb sebab oran orang g itu itu tum tumbuh buh dan berkembang dalam dalam ketakutan, tunduk dan patuh dan tentu dia tidak akan percaya kepada kepada keteguhan keteguhan jiwanya. Dengan Dengan demikian demikian pemaksaan atas hukum hukum dan dan domin dominasi asi pemerin pemerintah tah dapat dapat membu membuat at kehanc kehancura uran n bukan bukan hanya pada generasi sekarang tapi juga pada generasi yang akan datang (anak-anak (anak-anak)) sehingga sehingga dapat dapat menghancu menghancurkan rkan organisas organisasii sosial sosial secara secara keseluruhan. Oleh Oleh karen karena a itu Ibn Khald Khaldun un menya menyaran rankan kan perlun perlunya ya kesada kesadaran ran yang yang datang datang dari dari dalam dalam diri diri manus manusia ia itu sendir sendiri, i, bukan bukan atas atas paksaa paksaan n hukum dan intimidasi pemerintah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibn Khaldun Khaldun bahwa Kesadaran Kesadaran tumbuh tumbuh dari dalam dalam diri mereka mereka sendiri. sendiri. Kesadaran itu tumbuh bukan dari hasil pendidikan sengaja diadakan atau dari pengajara pengajaran n ilmiah. ilmiah. Hukum Hukum pemerinta pemerintahan han dan pendidika pendidikan n merusak merusak keteguhan jiwa, sebab kesadaran merupakan
sesuatu yang datang dari
luar luar. Lain Lain dari dari agama, agama, tidak tidak merus merusak ak kepada kepada keteg keteguha uhan n jiwa, jiwa, sebab sebab kesadaran untuk itu tumbuh dari sesuatu yang sifatnya inherent. Dalam Dalam pandan pandangan gan Barat Barat,, dalam dalam hal ini karl karl marx, marx, konfl konflik ik selal selalu u identi identik k dengan dengan perbeda perbedaan an kelas. kelas.
Menuru Menurutt Richar Richard d Miller Miller (1991, (1991, 99),
menyatakan bahwa tidak ada aturan yang pada prinsipnya bisa digunakan untu untuk k meng mengel elom ompo pokk kkan an
oran orang g di dala dalam m suat suatu u masya masyara raka katt tanp tanpa a
mempelaj mempelajari ari interaksi interaksi yang aktual di dalam proses proses ekonomi ekonomi di satu sisi, dan antara proses-proses politis di sisi lain. Dengan begitu konflik selalu terk terkai aitt deng dengan an adan adanya ya pere perebu buta tan n kepe kepent ntin inga gan n ekon ekonom omi, i, poli politis tis dan dan budaya. budaya. Namun Namun bagi Marx, Marx, suatu kelas akan akan benar-bena benar-benarr eksis ketika ketika menyadari bahwa dirinya sedang berkonflik dengan kelas yang lain. lain. Karl Marx (dalam Turner, 1998) menyebutkan bahwa semakin tidak merata distribusi sumber daya alam yang langka dalam suatu masyarakat, 18
maka semakin semakin besar besar dasar dasar konflik konflik kepenting kepentingan an antara antara kelompok kelompok yang dominan dengan sub ordinat. Dalam hal ini apa yang terjadi di masyarakat Kasepu Kasepuhan han adala adalah h hilang hilangnya nya akses akses masya masyarak rakat at Kasepu Kasepuhan han terhada terhadap p sumber daya alam taman nasional menyebabkan kesadaran kolektif di antara masyarakat Kasepuhan semakin kuat. Sela Selanj njut utny nya a subordinat
Marx Marx meny menyeb ebut utka kan n bahw bahwa a
mempunya nyai
kesadaran
sema semaki kin n
kolektif
kelo kelomp mpok ok
maka
semakin
memp memper erta tany nyak akan an legi legitim timas asii pola pola dist distri ribu busi si sumb sumber er daya daya yang yang ada. ada. Kelo Kelomp mpok ok
sub sub
ordi ordina natt
semak emakin in
besa besarr
kemu kemung ngki kina nan n
sada sadarr
akan akan
kepentingan mereka ketika: perubahan dibuat kelompok dominan dalam hal ini (TNGHS) mengganggu keberadaan hubungan diantara subordinat (masyaraka (masyarakatt Kasepuha Kasepuhan); n); tindakan-ti tindakan-tindak ndakan an yang dilakukan dilakukan kelompok kelompok dominan menciptakan alienasi alienasi dan kesadaran anggota anggota kelompok tersebut menyebabkan terjadinya komunikasi komunikasi diantara mereka. Lebih lanjut akan terbangunnya ideologi bersama yang didorong oleh tokoh yang memiliki kemampuan. Tilly (1979; (1979;390 390)) mendef mendefini inisik sikan an ragam ragam tinda tindak k kolekt kolektif if sebaga sebagaii sara sarana na alte altern rnat atif if untu untuk k bert bertin inda dak k bers bersam amaa-sa sama ma atas atas kepe kepent ntin inga gan n bersama. bersama. Ragam Ragam bentuk bentuk perlawanan perlawanan kolektif berakar berakar dalamdalam- memang memang merupakan produk dari- keadaan sejarah dan lingkungan tertentu. Bentuk perlawanan bergantung pada sifat-hakekat dan generalitas keluhan dan jenis “senjata” (sosial, politis atau teknologi secara luas) yang dipunyai oleh para pembangkang (Scott 1985). Misalnya banyak kekerasan rakyat timbul timbul sebaga sebagaii tangga tanggapan pan terhad terhadap ap kekera kekerasan san yang yang dilaku dilakukan kan kelas kelas penguasa atau negara (Crummey 1986:1) 1986:1) Dalam konteks konflik masyarakat adat Kasepuhan Sinar Resmi dan Tama Taman n Nasion Nasional al (TNGHS (TNGHS), ), maka maka ideologi ideologi bersama bersama itu
menjad menjadii
semakin kuat kuat manakalan kesadaran akan konflik semakin kuat. Dalam Dalam konsepnya konsepnya Ibn Khaldun, Khaldun, dominasi dominasi oleh pemerintah pemerintah akan menyebabkan kehancuran pada masyarakat yang didominasi, sedangkan dalam pandangan Barat, konflik tidak selalu membawa kehancuran pada masyarakat lokal. Ada beberapa sosusi yang mungkin terjadi (mengutif 19
dari pandangannya Arya Dharmawan, 2007), bahwa yang akan terjadi kemungkinan adanya lokalitas defensif (koeksistensi), hibriditas budaya, keha kehanc ncur uran an atau atau domi domina nasi si (ter (terko kolo loni nisa sasi si). ). Namu Namun n demi demiki kian an,, posi posisi si masyarakat masyarakat lokal lokal yang lemah lemah menyebabk menyebabkan an kemungk kemungkinan inan masyaraka masyarakatt bisa bertahan bertahan dengan dengan perjuanga perjuangan n kesadaran kesadaran kolektifnya kolektifnya sangat kecil. kecil. Bahk Bahkan an
menu menuru rutt
Esco Escoba barr,
kemu kemung ngki kina nan n
terja terjadi diny nya a
domi domina nasi si
atau atau
kehancuran menjadi pilihan yang paling mungkin.
PENUTUP Dengan Dengan mengamb mengambilil kasus kasus masyarakat masyarakat Kasepuha Kasepuhan n Sinar Sinar Resmi, Resmi, ditinjau ditinjau dari aspek
organisasi organisasi sosial, sosial, kepemimpin kepemimpinan, an, solidaritas solidaritas sosial, sosial,
keku kekuas asaa aan n dan dan konf konfli lik k yang yang diha dihada dapi pi oleh oleh masy masyar arak akat at Kase Kasepu puha han n terseb tersebut ut dengan dengan Taman aman Nasion Nasional al (TNGHS (TNGHS)) dalam dalam perebu perebutan tan akses akses terhadap sumber sumber daya hutan, hutan, berdasarkan pandangan pandangan Timur dan Barat maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa kesamaan dan perbedaan mendasar dalam konsep-konsep Timur dan Barat. Dalam hal kepemimpinan, pandangan Timur mengenal otoritas atas dasar tabiat kewibawaan dan nubuwah, legalitas formal dan solidaritas sosial, sosial, sedangkan sedangkan dalam pandanga pandangan n Barat Barat bersdasa bersdasarkan rkan atas otoritas otoritas rasion rasional al (legal (legal), ), tradis tradision ional al dan kharis kharismat matik ik (kewib (kewibawa awaan) an).. Solida Solidarita ritas s sosi sosial al dala dalam m pand pandan anga gan n Timur imur hany hanya a satu atu yang ang dida didasa sark rkan an atas atas kesadaran kolektif kolektif dimana dalam pandangan pandangan Barat dibagi dua atas dasar mekanik atau organik. Secara umum banyak ditemui bahwa pemimpin panutan dengan soli solida darit ritas as sosi sosial al atas atas perta pertalia lian n dara darah h dan dan norm normaa-no norm rma a tradi tradisi sion onal al mampu menguatkan relasi masyarakat dalam berhubungan dengan alam. Namun Namun yang terjadi terjadi
pada pada kasepu kasepuhan han Sinar Sinar Resmi, Resmi, pemimpin pemimpin yang yang
diangkat secara tradisional dengan cara yang tidak rasional dan meiliki solidarita solidaritas s yang sudah mulai mulai bergeser bergeser pada mekanik dengan material material sebagai sebagai orientasi orientasi masyarak masyarakat at dalam memilih memilih keanggot keanggotaan aan kasepuha kasepuhan n tetap menunjukkan adanya relasi masyarakat dengan alam yang dibangun atas konsep Ibu Bumi, Bapak Langit dan Guru Mangsa, sehingga alam 20
masih masih bisa lestari, sekalipun sekalipun terjadi kerusakan kerusakan bukan disebabk disebabkan an oleh masyarakat masyarakat adat, melainkan melainkan ekses dari adanya adanya konflik konflik dengan dengan Taman Nasional. Konflik Konflik menge mengenai nai akses akses tanah tanah dan dan hasil hasil hutan hutan pernah pernah melet meletup up menja menjadi di geraka gerakan n perlawa perlawanan nan terbuk terbuka a dan penola penolakan kan untuk untuk mentaa mentaati ti peraturan peraturan hukum hukum maupun maupun kebijakan kebijakan tentang tentang hutan. hutan. Pertumbuha Pertumbuhan n yang terus terjadi, intensitas dan keterbukaan oposisi berbasis hutan terhadap establishmen kehutanan adalah akibat dari meningkatnya solidaritas dan kekuat kekuatan an sejum sejumlah lah warga warga rakyat rakyat yang yang terorg terorgani anisir sir,, yang yang menent menentang ang peng pengua uasa saan an
ideo ideolo logi gis s
maup maupun un
kehutanan kehutanan yang yang semula semula dominan dominan
poli politi tis s
ekon ekonom omis is
oleh oleh
esta establ blis isme men n
seperti seperti yang dikemukakan dikemukakan oleh Tilly Tilly,,
Tilly dan Tilly (1975:244) Dalam Dalam melih melihat at konflik konflik,, pandan pandangan gan Timur imur meliha melihatt konfl konflik ik terjad terjadii kare karena na adan adanya ya domi domina nasi si//
inti intimi mida dasi si dari dari pem pemerin erinta tah h
(pih (pihak ak yang ang
berkua berkuasa) sa).. Konsep Konsep ini relati relatiff sama sama dengan dengan panda pandanga ngan n Barat Barat dimana dimana konflik terjadi ketika kesadaran kolektif akan adanya kepentingan terhadap sumber daya alam telah didominasi oleh penguasa (kelas yang dominan) sehingga menyebabkan subordinat (masyarakat lokal) menjadi teralienasi dari sumber daya alam tersebut. Hanya bedanya, kemungkinan dampak dari konflik penguasa dan masyarakat lokal menurut pandangan Timur hanya ada satu yaitu kehancuran, sedangkan menurut pandangan Barat masi masih h dim dimungk ungkin inka kan n adan adany ya
solu solusi si lain lain sela selain in keha kehanc ncur uran an,,
yaitu aitu
koeksistensi, cultural hibridation, dan dominasi (kolonisasi).
DAFTAR PUSTAKA Atmadja, Nengah B., 1993. “Pengelolaan hutan hutan wisata Kera Sangeh Sangeh Oleh Desa Adat Sangeh”, dalam Ekonesia 1 : 1-22 Bass, B. M., 1985. Leadership and performance beyond expectation. New York: Free Press. Blaikie, Piers, 1985. The Political Economy of Soil Erosion in Developing Countries. London: Longman.
21
Bulmer, R. N. H. 1982. Traditional conservation Practices In Papua New Guinea”, dalam L. Moranta Et. Al. (Eds.) Traditional conservation in Papua New Guinea: Implication For Today; PNG Conger Conger,, J.A., J.A., & Kanung Kanungo, o, R.N., R.N., 1987 1987. “Toward a Behavioral Theory of Charis Charismat matic ic Leader Leadershi ship p in Organ Organiza izatio tional nal Settin Setting”, g”, Acade Academy my of Management Review, 12(4): 637-647 Crummey, Crummey, Donald, 1986. Banditry, Rebelion, and Social Protest in Africa. Africa. London: J. Currey: Portsmouth, N. H. : Heinemann Dhar Dharma mawa wan, n, Arya Arya Hadi Hadi,, 2007 2007,, Otorit Otoritas as Lokal Lokal dalam dalam Pengel Pengelola olaan an Sumb Sumber erda daya ya Alam Alam:: Mena Menata tap p Oton Otonomi omi Desa Desa dalam dalam Pers Perspe pekt ktif if Sosiologi Pembangunan dan Ekologi Politik. Makalah disampaikan pada “Seminar dan Lokakarya Menuju Desa 2030” diselenggarakan oleh oleh PKSP PKSPL, L, PSP3 PSP3IP IPB B dan dan P4W P4W LPPM LPPM IPB, IPB, dila dilaks ksan anak akan an di Kampus Kampus Manaje Manajemen men Bisnis Bisnis IPB Gunung Gunung Gede, Gede, Bogor Bogor 9-10 9-10 Mei 2007. Dove, Dove, Michael R. 1993. 1993. “Uncertain “Uncertainty ty,, Humanity and Adapta Adaptation tion In The Tropi ropica call Fore Forest st:: The The Agri Agricu cultu ltura rall Augu Augury ry Of The The Kant Kantu” u” dala dalam m Ethnology 40 Ethnology 40 (2): 145-167. Escoba Escobarr, A., 1998, 1998, ‘Whose ‘Whose Knowle Knowledg dge, e, Whose Whose Nature Nature? ? Biodiv Biodivers ersity ity,, Conservation, and the Political Ecology of Sosial Movement’, dalam Journal of Political Ecology, Ecology, Vol. 5, 1998. _____, 1999, ‘After Nature: Steps to an Antiessentialist Political Ecology’, dalam Current Anthropology, Anthropology, Vol. 40/1, 1999. Fikarwin, 1996. Reduplikasi dan Koalisi Internal Rumah Tangga : Proses Adaptasi Terhadap Perubahan Sistem Produksi dan Pasarisasi di Pene Peneng ngah ahan an Krui Krui,, Lamp Lampun ung g Bara Barat. t. Tesis esis Mast Master er.. Prog Progra ram m Pascasarjana Antropologi Antropologi Universitas Uni versitas Indonesia. Guha, Ramachandra, 1990. The Uniquet Woods: Ecological Change and Peasant Resistance in the Indian Himalaya. Himalaya. Berkeley: University of California Press. Iskandar, Untung dan Agung Nugraha, 2004. Politik pengelolaan Sumber Daya Hutan: Issue dan Agenda Mendesak. Jogjakarta: Debut Press Juhadi, 1995. Repong Damar: Sistem Pengelolaan Sumber Daya Hutan Berkelanjutan di Desa Way Sindi Krui, Lampung Barat. Tesis Master. Program Pascasarjana Antropologi Universitas Indonesia. Khal Khaldu dun, n, Ibn, Ibn, 200. 200. Muqadd Muqaddimah imah Ibn Khaldu Khaldun n. Terjem erjemaha ahan n Ahmadi Ahmadie e Thoha. Jakarta: Pustaka Firdaus Michon Michon,, Geneve Geneveive ive & Hubert Hubert de Foresta Foresta dan N. Widjaya Widjayanto nto,, 1992. 1992. Rese Resear arch ch On Agro Agrofo fore rest stry ry Syst System em In Suma Sumate tera ra:: Some Some Resu Result lt Interesting Silviculture. Silviculture. Bogor: SEAMEO-BIOTROP Michon, Geneveive & Hubert de Foresta, Foresta, 1994. Damar Damar Agroforest in the Pesisir, Pesisir, Sumatera. Paper, Paper, tidak diterbitkan. 22
Nadapdap, Amir Syamsu, 1995. Konsepsi dan Pemanfaatan Ruang dan Sumber Sumber Daya: Daya: Studi Studi Kasus Masyar Masyaraka akatt Petani Petani Damar Damar di Krui, Krui, Lampung Barat. Program Penelitian dan Pengembangan Antropologi Antropologi Ekologi, Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Nettin Netting, g, Robert Robert,, 1981. 1981. Bala Balanc ncin ing g On An Alp: Alp: Ecol Ecolog ogic ical al Chan Change ge & Continuity in a Swiss Mountain Community . Cambridge: Cambridge University Press. Orlove, Benjamin, 1980. “Ecological Anthropology” dalam Annual Review in Anthropology 9: 235-273 Peluso Peluso,, Nancy Nancy Lee, Lee, 2006. 2006. Hutan Hutan Kaya Kaya Rakyat Rakyat Melar Melarat. at. Pengua Penguasaa saan n Sumb Sumber erda daya ya dan dan Perl Perlaw awan anan an di Jawa Jawa.. Terje erjema maha han n Land Landun ung g Situmorang. Jakarta: Konphalindo. Pinchot, Gifford, 1947. Breaking New Ground . New York: Harcourt, Brace. Rappaport, Roy A., 1968. Pigs for the Ancestors : Ritual in the Ecology of a New Guinea People. People. New Haven: Yale University Press. Rappaport, Rappaport, Roy A., A., 1969. 1969. “Ritual Regulation Regulation of Environmental Environmental Relations Relations Among A New Guinea People” dalam A.P. Vayda (eds) Environment and Cultural Behavior: Ecological Studies in Cultural Anthropology . Garden City: Natural History Press. Rathak Rathakett ette, e, Pagara Pagaratt Et. Al. 1984. 1984. “Tabo “Taboos os And And Tradi Traditio tion: n: Their Their Influence On The Conservation And Exploitation Of Tress Tress In Sosial Forestry Projects In Northem Thailand”, Dalam Y.S. Rao Et. Al (Ed.), Community Forestry: Socio Economic Aspect. Aspect. FAO-RAPA Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, 2004. Teori Sosiologi Sosiologi:: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai perkembangan perkembangan Mutakhir Teori Teori Sosial Postmodern. Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Scot Scott, t, Jame James s C., C., 1985 1985.. Weap Weapon ons s of the the Weak Weak:: Ever Everyd yday ay Form Forms s of Peasant Resistance. Resistance. New Haven: Yale University Press. Tilly Tilly,, Charles, Charles, 1979. 1979. From Mobili Mobiliza zatio tion n to Revolu Revolutio tion n. Mass: Mass: Addiso AddisonnWesley Publishing Company. Tilly, Charles, Louise Tilly dan Richard Tilly, 1975. The Rebellious Century: 1830-1930 . Cambridge, Mass: Harvard University Press. Tjitradjaja, Iwan, dkk. 1994. Kajian Pengembangan Institusi Masyarakat Di Dalam dan Sekitar Hutan: Kasus Pengelolaan Hutan Damar di Krui Krui Lampun Lampung g Barat. Barat. Laporan Laporan Penelitian Penelitian.. Program Program Pascasarj Pascasarjana ana Antropologi Universitas Indonesia dan Departemen Kehutanan. Turner, Jonathan H., 1998. The Structure Of Sociological Theory. USA: Wadsworth Publishing Company. Weber, Max, 1974. Economy and Society , ed. Guenther Roth and Claus Wittich. Berkeley: University of California Press.
23