UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : RATNA IKA SARI
NIM : 131510501033
GOL/KELOMPOK : A/5
ANGGOTA : 1. ENI N. H (131510501028)
2. GILANG. P (131510501037)
3. M. NOVAL. J (131510501041)
4. LUDFI. K (131510501045)
5. JATMIKO. B.C (131510501278)
ACARA : PENGENALAN DAN PENGELOLAAN STASIUN
TANGGAL PRAKTIKUM : 17 OKTOBER 2014
TANGGAL PENYERAHAN : 24 OKTOBER 2014
ASISTEN : 1. ALDY ARIFIAN PERMADI
2. ANDY REZA ZULKARNAEN
3. DENI SETYAWAN
4. AMILIA
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cuaca dan iklim merupakan faktor-faktor yang mengacu pada keadaan
atmosfer. Hanya saja disini peran cuaca terhadap pertanian lebih
diperhitungkan karena pada dasarnya keadaan iklim selalu dapat diikuti
sedangkan cuaca selalu berubah setiap saat dan setiap waktu. Sehingga
faktor cuacalah yang sangat berperan terhadap hasil pertanian yang
diperoleh pada saat panen. Dan lagi iklim ini mencakup wilayah yang luas
sedangkan cuaca pada tempat tertentu sehingga tidak memerlukan waktu yang
lama untuk menyimpulkannya karena hanya 10 tahun sekali.
Kebutuhan dasar untuk membuat perencanaan yang baik untuk melakukan
budidaya adalah analisis data cuaca dan iklim yang ada disuatu daerah.
Tersedianya data meteorology ini sangat berarti dalam bidang pertanian
karena seperti yang diketahui unsur cuaca yang berubah-ubah dapat
menyebabkan gagal panen dalam menurunkan hasil produksi pertanian. Semua
kegiatan pertanian yang berhubungan dengan lingkungan memerlukan
perencanaan dan penanganan pasca panen yang memerlukan tersedianya data
cuaca yang benar. Data cuaca yang diperoleh ini dapat diolah sesuai dengan
keperluan, berdasarkan hak tersebut maka data yang diperoleh dari hasil
penetian harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah bagi penulisnya.
Pengetahuan untuk memperoleh data cuaca yang benar merupakan salah satu
tujuan yang akan menjadi salah satu parameter dari hasil penelitian yang
dilakukan.
Data yang digunakan sangat diperhatikan kualitasnya, data ini tidak
bisa dikira-kira karena kan berpengaruh terhadap hasil pertanian. Kualitas
data ini kebanyakan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, cara
penempatan alat yang digunakan pengamatan, macam peralatan yang digunakan,
dan mental pengamat. Salah satu kriteria dari data yang baik yaitu dapat
dibandingkan dengan data yang diperoleh dari tempat lain sehing pengelolaan
data ini sehingga data perbandingan yang diperoleh memang dari kondisi
cuaca bukan data yang dibuat-buat yang pada dasarnya merupakan harapan data
yang diperoleh dari kegiatan tersebut mengingat data yang didapatkan tidak
selalu sama dengan apa yang kita harapkan.
Untuk mewakili cuaca maupun iklim pada tanaman alat harus diletakkan
pada tempat yang dapat mewakili tanah-tanaman-iklim wilayah yang akan
menggunakan data tersebut. Berbeda wilayah dan iklim maka perlakuan yang
dilakukan juga berbeda sehingga diperoleh data yang falid terhadap
penelitian dan pengamatan stasiun cuaca. Stasiun otomatis yang akan
digunakan merupakan stasiun yang diguanakn pada pengamatan berikutnya.
Untuk mendapatkan data data yang valid maka harus diperhatikan hal-hal
seperti lokasi, peralatan, pengamatan, dan pengamat yang keempatnya saling
berpengaruh dan berhubungan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui macam dan fungsi instrumen meteorologi pada stasiun cuaca
2. Mengetahui tatacara pengelolaan stasiun cuaca.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Cuaca merupakan akumulasi dari seluruh kejadian di atmosfir bumi,
cuaca merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari manusia didunia. Cuaca
dan iklim merupakan suatu keadaan yang terjadi di permukaan bumi yang
dipengaruhi oleh kondisi udara yaitu tekanan dan temperature. Jenis-jenis
cuaca meliputi hujan, panas, salju, angina dan badai merupakan jenis-jenis
cuaca tersebut tergantung pada pergerakan udara, temperature dan tekanan
udara di daerah tersebut. Sedangkan iklim merupakan akululasi dari cuaca
dalam jangka waktu yang panjang. Iklim adalah nama yang diberikan untuk
menyebut pola-pola cuaca selama satu periode waktu. Kenaikan suhu bumi
akhir-akhir ini dirasakan telah mengganggu aktifitas kehidupan di belahan
bumi manapun dan berdampak nyata pada perubahan iklim global Sebagian besar
wilayah dunia beriklim sedang dengan campuran musim dingin dan musim panas
(Kodoatie dan Syarief, 2010).
Iklim adalah pola umum cuaca disuatu tempat dalam jangka waktu yang
laam. Di beberapa daerah, pola tersebut sepanjang tahun ditempat-tempat
lain, polanya tetap sama. Iklim ini sangat tergantung pada jarak daerah
tersebut dari garis khatulistiwa, baik ke arah utara maupun kearah selatan.
Iklim ini dipengaruhi oleh ketinggian tempat tersebut dari permukaan laut.
Semakin tinggi suatu tempat maka suhunya semakin rendah (Nicholson, 2001).
Sedangakn menurut Indariawati (2002), cuaca adalah keadaan disuatu tempat
dimana terbatasi oleh waktu dan wilayah yang relative semakin cepat.
Perubahan ini terjadi setiap saat hal ini misalnya terjadi pada saat
mendung ketika banyak air yang menguap dalam bentuk uap air. Unsur cuaca
yang penting yaitu suhu udara, tekanan, kelembapan, awan, angin dan curah
hujan. Perubahan iklim global merupakan hal yang tidak dapat dihindari,
suatu saat hal itu pasti sudah terjadi pertaniyang tepat gunaan. Kita telah
mengganggu segala sesuatu cara mengurangi dan bahkan mengurangi bahkan
menghilangkan dampak negative dari perubahan iklim tersbut. Hal ini
dilakukan dengan bertindak secara bijak terhadap lingkungan (Budiastuti,
2010)
Weather Research and Forecasting (WRF) merupakan alat dari modifikasi
generasi lama yang akan menjadi generasi masa depan dari model pengelolaan
cuaca yang akan digunakan untuk melakukan prediksi atmosfer skala menengah
dan menyimpulkan hasil prediksi tersebut dari data observasi lokal.. Model
cuaca WRF dibuat agar menjadi fleksibel, efisien, dan portabel untuk
bermacam lingkungan sehingga dapat digunakan sebagai komputasi paralel dan
merupakan alat yang juga bisa digunakan untuk menghitung luas spektrum pada
skala meteran bahkan hingga ribuan kilometer. Untuk prediksi cuaca
digunakan ekstensi dari WRF yaitu berupa WRF-AW (Ridwan dan Kudsy, 2011).
Menurut Endriyanto dan Ihsan (2011), data yang diperoleh menyatakan bahwa
pengamatan tahunan pada tahun 2001-2010 curah hujan pada daerah
Cukurgondang, Pasuruan memperlihatkan kondisi yang lumayan significant
namun memiliki bulan basah yang lebih banyak dibandingkan daerah lain yaitu
memiliki potensi lembab yang cukup sedikit yaitu memiliki 7 bulan basah 5
bulan kering. Bulan basah ini terjadi pada bulan Januari sampai dengan Mei
serta bulan November dan Desember. Sedangkan bulan kering ini terjadi pada
bulan Juli sampai Oktober.
Menurut Arif dkk (2012), bahwa peralaatan yang digunakan untuk
mengukur curah hujan diperlukan dua alat utama yaitu berupa perangkat lunak
terdiri dari Matlab R2008b yang akan digunakan untuk merancang model
jaringan syaraf tiruan dan Microsoft Office 2007 serta Excel 2007 yang
digunakan untuk menghitung korelasi dan RMSE dari model. Perancangan model
ini dilakuakn pertama kalai dengan membentuk pola data input dari data yang
diperoleh dari BMKG. Hal yang akan dilakukan pertama kali yaitu mengubah
data dasarian menjadi data curah hujan bulanan agar dapat diolah kembali
dalam bentuk grafik. Sedangkan menurut Syahrul dkk (2012), tujuan yang
ingin dicapai dalam praktikum ini yaitu dapat merancang dan membangun
sebuah model pengamatan yang akan digunakan sebagai alat pengamatan dengan
melakukan pematauan temperature udara serta arah dan kecepatan angin di
lingkungan sekitar dan merekamnya kemudian dijadikan database yang akan
disendiri-sendirikan pada database computer. Luaran yang diharapkan adalah
sebuah produk yang merupakan prototype untuk memantau kondisi cuaca
lingkungan yang dilengkapi dengan perekam database nirkabel.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum matakuliah Fisiologi Tumbuhan tentang "Pertumbuhan dan
Perkembangan" yang dilaksanakan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakulatas
Pertanian Universitas Jember pada hari kamis 17 Oktober 2014 pukul 09.00-
selesai
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Aat tulis
2. Kertas A4
3. Stasiun cucaa
3.2.2 Bahan
1. Lokasi yang sudah ditentukan
2. Hasil diskusi dan pengmatan
3.3 Cara Kerja
1. Melakukan kunjungan ke stasiun cuaca yang telah ditentukan lokasinya
2. Mengamati instrument yang ada pada stasiun tersebut dan memahami apa
fungsi alat tersebut.
3. Mendiskusikan hasil pengamatan berkaitan dengan lokasi stasiun, kondisi
instrumentatasi, cara pengambilan, dan pencatatan data pada stasiun yang
telah dikunjungi.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
"No. "Nama Alat "Keterangan "
"1. "Sunshine recorder "Bola kaca pejal "
" " "Busur penjepit bola kaca yang "
" " "dilengkapi dengan skala derajat"
" " "lintang. "
" " "Tempat pias dan kertas pias. "
" " "Papan skala untuk membaca pias "
" " "(Sun shine scale). "
" " "Tiga buah skrup penyangga untuk"
" " "memperoleh posisi horisontal "
" " "dan arah utara yang sebenarnya."
" " "Sunshine recorder berfungsi "
" " "untuk merekan atau mengukur "
" " "lama penyinaran matahari yang "
" " "akan terekam oleh terbakarnya "
" " "pias. Cara kerja pada alat ini "
" " "adalah pada saat matahari "
" " "muncul, sinarnya menerangi bola"
" " "gelas dan melewatinya, kemudian"
" " "sinar difokuskan dan membakar "
" " "kertas pias yang diletakkan di "
" " "belakangnya. "
"2. "Sangkar Termograf "Sangkar thermograf "
" " "Thermometer Minimum dan "
" " "Maksimum, Thermometer Bola "
" " "Basah dan Bola Kering, dan "
" " "Termohigrograf. "
" " "Sangkar meteo berfungsi untuk "
" " "menempatkan thermometer dan "
" " "hygrometer. Temperature "
" " "digunakan sebagai alat ukur "
" " "suhu, sedangkan hygrometer "
" " "digunakan untuk mengukur "
" " "kelembapan udara. "
"3. "AWS "Reader berfungsi untuk "
" " "menunjukkan data dari iklim "
" " "yang di ukur "
" " "Sensor untuk meneruskan data "
" " "yang telah dibaca "
"4 " " "
" "Panci evaporasi kelas A "Alat untuk mengukur besar "
" " "evaporasi air. "
" " "Panci besi untuk menampung air "
" " "yang mengalami evaporasi. "
" " "Air yang akan mengalami "
" " "evaporasi. "
" " "Panci evaporasi untuk mengukur "
" " "evaporasi pada air. Evaporasi "
" " "pada air biasanya dapat diamati"
" " "pada pukul 07.00, 14.00 dan "
" " "17.00. "
" " " "
" " " "
" "Anemometer "S cup untuk merespon angina. "
"5. " "Layar tampilan skala pembacaan."
" " "Tiang penyangga anemometer. "
" " "Anemometer berfungsi untuk "
" " "mengukur kecepatan angina, "
" " "memperkirakan cuaca dan "
" " "memperkirakan tinggi gelombang "
" " "laut. Prinsip kerja anemometer "
" " "adalah angin mengadakan tekanan"
" " "yang kuat pada bagian "
" " "baling-baling sehingga bagian "
" " "cekung berputar satu arah, "
" " "poros yang berputar berhubungan"
" " "dengan dynamo kecil sehingga "
" " "poros yang berputar dapat "
" " "menghasilkan arus listrik "
" " "dengan satuan knots, m/s, "
" " "km/jam dan beaufort. "
"6. "Ombrometer "Mulut penakar seluas 100 cm². "
" " "Corong sempit. "
" " "Tabung penampung dengan "
" " "kapasitas setara 300-500 "
" " "mm curah hujan. "
" " "Kran. "
" " "Ombrometer berfungsi untuk "
" " "mengukur curah hujan dalam "
" " "kurung waktu yang di inginkan. "
" " "Hasil pencatatan curah hujan "
" " "pada umumnya dihubungkan dengan"
" " "hasil pencatatan pergerakan "
" " "tanah pada extensometer. "
4.2 Pembahasan
Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang
panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Studi tentang iklim
dipelajari dalam klimatologi. Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi
oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Iklim ini merupakan
sintsesis dari rata-rata cuaca yang terjadi pada beberapa tahun yaitu
minimal 30 tahun terakhir. Ilmu yang mempelajari mengenai cuaca dan iklim
ini yaitu meteorology dan iklimatologi. Iklim ini memiliki peranan penting
dalam perkembangan pertanian di Indonesia. Iklim ini memiliki sifat-sifat
yang merupakan ciri khas dari iklim tersebut. Iklim ini memiliki sifat
berlaku untuk waktu yang lama hal ini karena iklim tidak seperti cuaca yang
dapat berubah-ubah. Iklim ini memiliki data yang cukup stabil dalam kurun
waktu yang cukup lama sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mengamati
dan mendapatkan data perubahan iklim. Selain itu iklim ini meliputi daerah
yang luas untuk mengetahui data yang baik dan lengkap, merupakan hasil
rata-rata cuaca, data yang ada bukan merupakan pencatatan baru melainkan
hasil akumulasi data dari bebrapa tahun yang lampau.
Ada 6 faktor yang mempengaruhi iklim yaitu penyinaran matahari yang
meliputi kualitas penyianran, intensitas penyinaran dan lama penyinaran
kemudian faktor yang lain yaitu suhu udara, kelembapan udara, perawanan,
curah hujan, dan angin. Penyinaran matahari merupakan faktor pengatur
iklim yang sangat berperan penting dalam menjadi sumber energi utama di
bumi. Cahaya matahari ini dipancarkan ke segala arah dalam bentuk gelombang
elektromagnetik yaitu gelombang pendek. Penyinaran Matahari ke bumi
dipengaruhi oleh kondisi awan dan perbedaan sudut datang sinar matahari.
Sedangakn suhu yaitu merupan sintesis dari keadaan panas yang berakumulasi
dengan sinar matahari yang dipancarkan. Sifat suhu udara ini yang sifatnya
menyebar dan hasilnya berbeda-beda pada persebarannya. Persebaran dari suhu
udara ini yaitu secara horizontal suhu udara tertinggi terdapat di daerah
tropis yaitu tepatnya garis ekuator dan semakin ke arah kutub suhu udara
semakin dingin. Sedang persebaran secara vertikal menunjukkan, semakin
tinggi tempat, maka suhu udara semakin dingin. Hal ini terjadi pada lapisan
atmosfer paling bawah untuk seterusnya terjadi inversi suhu. Alat untuk
mengukur suhu disebut termometer. Kelembapan udara ini timbul karena adanya
penguapan baik dari benda mati maupun makhluk hidup. Kelembapan udara atau
disebut humadity ini berbanding lurus dengan jumlah uap air yang
dikandungnya dan suhu yang diukur. Alat pengukurnya yaitu hygrometer.
Sedangkan awan merupakan masa dari butir-butir kecil air yang larut dalam
lapisan atmosfer, merupakan gambaran kondisi cuaca pada saat itu. Curah
hujan atau presipitasi merupakn panjang kolom hujan yang jatuh pada selang
waktu tetentu. Untuk mengetahui besarnya curah hujan digunakan alat yang
disebut penakar hujan. Sedangkan angin merupakan udara yang dapat bergerak,
pergerakan angina ini yaitu dari tempat yang bertekanan tinggi ketempat
yang bertekanan rendah.
Adanya perbedaan tekanan udara ini menyebabkan alairan masa udara
menjadi bergerak dan pindah dari tempat tersebut. Alat yang digunakan ini
disebut dengan anemometer.
1. Alat sunshine recorder
Alat ini berfungsi sebagai alat untuk mengukur radiasi cahya matahari.
Kemudian memasang kertas pias pada tempat dibawah bola tersebut. Kertas
pias tersebut akan terbakar jika ada sinar matahari yang jatuh ke bola,
bola kaca ini berfungsi memfokuskan sinar yang jatuh di atasnya sehingga
dapat membakar kertas pias yang berada di bawahnya. Langkah kedua yaitu
menghitung persentase kertas pias yang terbakar. Kemudian gambar kertas
pias yang terbakar baru dihitung dan diukur panjang dari kertas pias yang
yang terbakar hubungkan dengan lama penyinaran.
2. Sangkar Meteorologi
Alat ini merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur kelembapan.
Sangkar meteorologi merupakan bangunan yang berbentuk seperti rumah
panggung yang terbuat dari kayu yang berfungsi untuk menyimpan alat
termohigrograf, termometer maksimum, termometer minimum, termometer bola
kering dan termometer bola basah. Alat ini berfungsi sebagai tempat alat-
alat pengukur cuaca tertentu, agar tehindar dari sinar matahari langsung
dan pengaruh lingkungan. Sangkar ini terbuat dari kayu yang dicat warna
putih, yang berbentuk segitiga atau juga bisa segiempat, dengan setiap
dinding diberi jalur berlapis dua, dan juga atapnya terbuat dari papan kayu
, semua itu maksudnya agar didalam sangkar ada sirkulasi udara. Alat-alat
yang terdapat dalam sangkar tersebut yaitu , a.) Thermometer Minimum dan
Maksimum, termometer maksimum: berfungsi untuk mengukur suhu udara maksimum
yang terbuat dari gelas dengan bejana berbentuk bola dan pada ujungnya
berisi air raksa. Dan termometer minimum: berfungsi sebagai alat ukur suhu
udara minimum yang terbuat dari gelas berbentuk garpu dan pada ujungya
berisi alkohol dan benda penunjuk. b.) Thermometer Bola Basah dan Bola
Kering, nama lain alat ini disebut Psychrometer terdiri dari 2 bagian yaitu
Thermometer air raksa yaitu Thermometer bola kering dan Thermometer bola
basah. Thermometer bola basah adalah thermometer yang bola air raksanya
dibalut dengan kain basah.
3. AWS (Authomatic Weather Station)
Hasil perhitungan dari penangkapan data oleh alat ini yaitu
parameter cuaca dapat ditampilkan melalui LED (Light Emiting Diode)
Display, sehingga pengguna dapat mengetahui hasil data yang diperoleh cepat
dan tepat pada cuaca saat itu (present weather ) dengan mudah. Ada delapan
kriteria yang dapat diukur yaitu kecepatan angin, arah angin, radiasi
matahari, kelembaban nisbi, Air Temperature (suhu udara), Soil Temperature
(suhu tanah), Rainguage (curah hujan) dan Barometric Pressure (tekanan
udara). Pengamatan data meteorologi melalui AWS dapat dilakukan dengann
menggunakan program Cumulus.
4. Panci evaporasi
Panci ini harusnya dibiarkan terbuka digunakan untuk mengukur
evaporasi. Makin luas permukaan panic ini, maka makin representatif atau
makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau,
waduk, sungai dan lain-lainnya. Panci diletakkan pada balok kayu yang
disusun datar diatas permukaan tanah. Tanpa ada kemiringan sederajatpun
hal ini karena kan mempengaruhi hasil perhitungan. Caranya yaitu air
bersih dimasukkan dengan ketinggian 20 cm, permukaan air tidak boldiberi
kurang dari 2,5 cm dari batas tersebut, jika tinggi air kurang dari 10 cm
dari dasar dapat berakibat kesalahan hingga 15%.. Pengukuran evaporasi
dengan menggunakan evaporimeter memerlukan perlengkapan sebagai berikut
Panci Bundar Besar dan Hook gauge. Terbuat dari besi yang dilapisi bahan
anti karat. Panci ini mempunyai garis tengah 122 cm dan tingginya 25,4 cm.
Hook Gauge suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi air dalam panci.
Dalam alat tersebut tedapat sekrup, sekrup ini berfungsi sebagai micrometer
yang dibagi menjadi 50 bagian.
5. Anemometer, anemometer terdapat wind vine yang berfungsi untuk
mengukur arah dan kecepatan angin. Alat ini dipasang pada pipa besi
dengan ketinggian 2 meter, dimana alat ini terdiri dari sensor dan
alat penunjuk yang dihubungkan melalui kabel.
6. Ombrometer Konvensional
Saat terjadi hujan air akan masuk corong kemudian disalurkan ke
pelampung sehingga membuat pena naik & membuat grafik pada pias .Ketinggian
grafik menunjukkan jumlah curah hujan yang turun. Jika curah hujan mencapai
10 mm/ lebih maka pena menunjukkan angka 10 mm sebagai angka maksimal,
kemudian air akan tumpah dari pelampung melalui pipa hevel & pena akan
turun lagi ke angka 0 ( nol) . Jika masih ada hujan lagi maka pena akan
akan mencatat lagi, demikian berlangsung terus menerus.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pengelolaan dan pemasangan
alat ini yaitu sesuai dengan cara penggunaan. Hasil perhitungan yaitu
mewakili keadaan iklim seluas mungkin kawasan wilayah yang diinginkan.
Stasiun ini dibuat pada sebidang lahan datar selain itu stasiun harus
bebas dari penghalang. Stasiun harus diberi pagar kokoh. Pemasangan alat-
alat klimatologi harus memperhatikan syarat-syarat yang telah ditentukan
pada stasiun iklim sehingga alat-alat tersebut memperoleh kebenaran dan
keabsahan data yang digunakan untuk diolah kembali datanya.
a) Syarat pemasangan alat pengukur curah hujan (ombrometer)
Alat di tempatkan dilapangan terbuka dengan jarak terhadap pohon atau
bangunan terdekat sama dengan tinggi pohon atau bangunan tersebut.
Permukaan mulut corong dipasang secara horizontal dan di pasang pada
ketinggian 120 cm dari permukaan tanah
b) Syarat pemasangan sunshine recorder yaitu:
Cara aplikasi pemasangan sunshine recorder ini sama dengan pemasangan
ombrometer
c) Syarat pemasangan anemometer, yaitu:
Alat dipasang pada tian dengan ketinggian 0,5 m, 2 m, atau 10 m
sesuai dengan masing-masing penggunaan.
Pemasangan harus pada tempat yang terbuka, jarak benda terdekat
paling sedkit 10 kali tinggi benda tersebut.
d) Syarat pemasangan panci evaporasi, yaitu:
Panci diletakkan pada balok kayu yang disusun datar diatas permukaan
tanah. Kemudian diukur dengan watermeter.
Air bersih dimasukkan setinggi 20 cm, permukaan air dijaga jangan
kurang dari 2,5 cm dari batas tersebut, jika tinggi air kurang dari 10
cm dari dasar dapat berakibat kesalahan hingga 15%.
e) Syarat pemasangan alat-alat yang ada pada sangkar meteo, yaitu:
Termometer Maksimum: Alat di pasang pada sangkar meteo dan dipasang
miring ±2º terhadap sumbu horizontal, dengan bagian reservoir lebih
rendah.
Termometer Minimum: Alat dipasang pada sangkar meteo dengan kedudukan
yang harus benar-benar datar.
Termohigrograf: Alat bersifat portable, alat diletakkan pada sangkar
meteo.
AWS (Automatic Weather Station): Alat bersifat portable, alat
diletakkan pada sangkar meteo.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang
untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Studi tentang iklim
dipelajari dalam klimatologi. Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi
oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut
2. Ada 6 faktor yang mempengaruhi iklim yaitu penyinaran matahari yang
meliputi kualitas penyianran, intensitas penyinaran dan lama penyinaran
kemudian faktor yang lain yaitu suhu udara, kelembapan udara, perawanan,
curah hujan, dan angin.
3. Pemasangan alat-alat klimatologi harus memperhatikan syarat-syarat yang
telah ditentukan pada stasiun iklim sehingga alat-alat tersebut
memperoleh kebenaran dan keabsahan data yang digunakan untuk diolah
kembali datanya.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan dan assistan lebih mampu memanfaatkan waktu yang
ada sehingga tidak mengambil waktu tambahan untuk praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, F.M, R. Gernowo, A. Setyawan, dan D. Febrianty. 2012. Analisa Data
Curah Hujan Stasiun Klimatologi Semarang Dengan Model Jaringan Syaraf
Tiruan. Berkala Fisika, 15 (1):21-26
Budiastuti, S. 2010. Fenomena Perubahan Iklim Dan Kontinyuitas Produksi
Pertanian: Suatu Tinjauan Pemberdayaan Sumberdaya Lahan.Ekosains, 2
(1): 33-39
Endriyanto dan F. Ihsan. 2011. Teknik Pengamatan Curah Hujan Di Stasiun
Klimatologi Kebun Percobaan Cukurgondang, Pasuruan. Buletin Tehnik
Pertanian, 16 (2): 61-63.
Indariawati, C. 2002. Mengenal Bumi Untuk Menjaga Kelestarian Bumi,
Surabaya: Graha Ilmu Mulia
Kodoatie, R.J dan R. Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Andi Offset
Nicholson, S. 2001. Cuaca, Surabaya : Erlangga
Ridwan dan M. kudsy. 2011. Parameterisasi Model Cuaca WRF-ARW Untuk
Mendukung Kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (Tmc) Di Sumatera,
Sulawesi, Dan Jawa. Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 12 (1): 1-8
Syahrul, S. Nurhayati, dan M. Juhri. 2012. Desain Dan Implementasi Sistem
Pemantau Cuaca Transmisi Nirkabel. Sistem Komputer Unikom – Komputika ,
1 (1): 31-36
LAMPIRAN
-----------------------
e
a
b
d
c
a
b
a
b
c
b
a
a
b
c
d
c
b
a