PROPOSAL PENELITIAN MANDIRI
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BAHASA INGGRIS BERBASIS TIK
Drs. Muhammad Yaumi, M.Hum.,MA.
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar 2010
1
2
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………… i DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………. ii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………. B. Permasalahan…………………………..…………… C. Tujuan Penelitian ….…………...…………………... D. Kegunaan Hasil Penelitian .... ……………...……....
1 2 3 3
BAB II
KAJIAN TEORI A. Konsep Pengembangan …………………………….. 5 B. Konsep Belajar dan Pembelajaran… ………………. 7 C. Konsep Bahan Ajar ………………………………… 10 D. Konsep Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pembelajaran ……. ………………………… 11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ………….………………………13 B. Prosedur Penelitian .. ……….…………………….. 13 C. Teknik Pengumpulan Data …. ………….……….. 14 D. Validasi Data ………………………….…………. 15 E. Teknik Analisis Data ……… ……………….…… 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………..………………….. 17
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Efektivitas suatu pembelajaran sangat ditentukan oleh sejauh mana perencanaan yang dilakukan oleh tenaga pengajar. Perencanaan pembelajaran tidak hanya sekedar untuk melengkapi kebutuhan administrasi dan kurikulum, tetapi
harus
didesain
dengan
melibatkan
komponen-komponen
desain
instruksional yang meliputi tujuan instruksional yang diawali dengan analisis instruksional, analisis peserta didik dan kontek, merumuskan sasaran kinerja, pengembangan instrumen penilaian, mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih materi, dan mengembangkan dan melakukan evaluasi formatif dan sumatif.1 Namun, pengembangan bahan ajar yang dilakukan selama ini baru dalam batas pengadaan bahan cetak berupa hand out, ringkasan materi, dan materi penyajian dalam bentuk Powerpoint. Bahan cetak lain seperti buku dan modul masih sangat terbatas dihasilkan apalagi kalau bahan ajar berupa audio, visual, dan multi media yang mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pengembangan modul hanya sekedar mengumpulkan materi yang langsung diajarkan kepada peserta didik tanpa melakukan analisis kebutuhan dan berbagai proses yang sistemik dan sistematis. Proses penyusunan seperti ini tidak dapat menjangkau kebutuhan peserta didik yang sesungguhnya sehinga materi pembelajaran yang disampaikan cenderung tidak dapat menarik minat peserta didik. Begitu pula, pembelajaran yang hanya mengandalkan handout dan ringkasan materi memang dapat memberikan ringkasan pelajaran yang bisa disampaikan dalam waktu singkat dan dapat dipahami lebih cepat. Tetapi, akibatnya peserta didik hanya dapat memahami secara sederhana aplikasi pembelajaran yang bersifat dangkal. Sedangkan, secara konseptual, teori-teori, postulat, dan rumus-rumus yang membangun pemahaman secara mendalam tidak dapat dijabarkan dengan sistematis dan berkelanjutan. 1
Dick and carey, The Systemstic Design of Instruction, Sixth Edition (New York:Pearson, 2005) hal. 1—361.
4
Bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan teori desain instruksional memegang peranan penting dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif. Paling tidak terdapat tiga alasan mengapa bahan ajar itu memiliki posisi sentral, yakni (1) sebagai representasi sajian tenaga pengajar, (2) sebagai sarana pencapaian tujuan pembelajaran, dan (3) sebagai pengoptimalan pelayanan terhadap peserta didik.2 Pertama, bahan ajar sebagai representasi dari penjelasan tenaga pengajar di depan kelas. Keterangan-keterangan, uraian-uraian yang harus disampaikan, dan informasi yang harus disajikan tenaga pengajar dihimpun di dalam bahan ajar. Dengan demikian, tenaga pengajar akan dapat mengurangi aktivitas untuk menjelaskan sehingga memiliki banyak waktu untuk membimbing pemelajar dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Kedua, bahan ajar berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Ketiga, bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan terhadap peserta didik. Peserta didik berhadapan dengan bahan yang terdokumentasi dan berhubungan dengan informasi yang konsisten sehingga bagi peserta didik yang cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya dengan mempelajari bahan ajar tersebut. Sebaliknya, bagi peserta didik yang lambat belajar, akan dapat mempelajari bahan ajar secara berulang-ulang. Dengan demikian, optimalisasi
pelayanan belajar
terhadap
peserta didik dapat
terselenggara dengan baik melalui penggunaan bahan ajar.
B. Rumusan Masalah Untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif dan efisien baik yang berlangsung secara face to face di dalam ruang kelas maupun untuk kebutuhan pembelajaran
mandiri,
maka
perlu
didukung
dengan
rancangan
dan
pengembangan bahan ajar yang dapat mengintegrasikan kemampuan kognisi, afeksi, dan psikomototik. Oleh karena itu, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 2
Zulkarnaini, Pembelajaran dengan Bahan Ajar Buatan Guru, hal. 5, 2009 (http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2009/06/28/pembelajaran-dengan-bahan-ajar-buatanguru/).
5
1. Bahan ajar berbasis media apa saja yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris di UIN Alauddin? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris di UIN Alauddin? 3. Bagaimana mengembangkan model bahan ajar bahasa Inggris berbasis teknologi informasi dan komunikasi? 4. Bagaimana
efektivitas
model
bahan
ajar
bahasa
Inggris
yang
mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan yang secara umum bertujuan untuk menghasilkan produk teknologi berupa bahan ajar bahasa Inggris berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dapat dipergunakan oleh peserta didik baik untuk belajar dalam pertemuan face to face di dalam ruang kelas maupun dapat dipelajari secara mandiri kapan saja dan di mana saja. Secara khusus tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui jenis bahan ajar bahasa Inggris yang digunakan dalam pembelajaran di UIN selama ini. 2. Memahami model pembelajaran bahasa Inggris yang dilaksanakan di UIN Alauddin saat ini. 3. Mengembangkan model bahan ajar bahasa Inggris yang mengintegrasikan TIK. 4. Mengkaji efektivitas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar bahasa Inggris berbasis TIK yang dikembangkan.
D. Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan, baik untuk kepentingan teoritis maupun praktis. 1. Secara teoritis, temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan teori integrasi teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran baik dalam lingkungan birokrasi maupun
6
dalam institusi pendidikan seperti sekolah dasar, sekolah menengah umum dan kejuruan, dan pendidikan tinggi. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi model pengembangan bahan ajar yang dapat diterapkan oleh para pengembang pembelajaran dan tenaga pengajar. Secara rinci manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Lembaga penjaminan mutu dan bagian akademik, penerapan model pengembangan bahan ajar bahasa Inggris berbasis TIK ini dimungkinkan akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di UIN Alauddin, sehinga mutu pendidikan dapat ditingkatkan. b. Bagi mahasiswa, penerapan model bahan ajar bahasa Inggris berbasis TIK akan memberikan suasana kebebasan untuk berkreasi dan mengembangkan diri baik dalam lingkup ruang kelas maupun secara asynchronous. c. Bagi tenaga pendidik,
hasil penelitian ini akan dapat memberikan
kontribusi besar untuk menfasilitasi penggunaan TIK dalam proses pembelajaran. d. Bagi para Pejabat akademik di lingkungan UIN Alauddin, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK. e. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan akan memacu untuk mengadakan penelitian lebih lanjut baik penelitian yang sejenis maupun menggunakan model pengembangan bahan ajar bahasa Inggris berbasis TIK ini untuk diteliti dalam penelitian action research.
BAB II KAJIAN TEORI
7
A. Konsep Pengembangan Pengembangan adalah salah satu domain teknologi pembelajaran yang berfungsi sebagai proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik.3 Kawasan pengembangan mencakup banyak variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran yang dapat diorganisasi ke dalam empat kategori, yakni (1) teknologi cetak yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain, (2) teknologi audio visual, (3) teknologi yang berasaskan komputer, dan (4) teknologi terpadu. Dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong baik desain pesan maupun strategi pembelajaran. Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan melalui; (1) pesan yang memberikan informasi, (2) strategi pembelajaran, dan (3) manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran. Dalam melakukan kegiatan pengembangan, beberapa pertimbangan penting yang perlu dipahami mencakup (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran (standar kompetensi), (2) melakukan analisis pembelajaran, (3) menganalisis peserta didik dan konteks, (4) menulis tujuan instruksional khusus (kompetensi dasar), (5) mengembangkan instrument asesmen, (6) mengembangkan strategi pembelajaran, (7) mengembangkan dan menyeleksi materi pembelajaran, (8) mendesain dan melakukan evaluasi formatif, (9) melakukan revisi, dan (10) mendesain dan melakukan evaluasi sumatif.4 Kesepuluh komponen tersebut dapat dijabarkan lebih jauh sebagai berikut. Pertama, langkah pertama dalam model pendekatan sistem adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran dengan maksud untuk menganalisis aktivitas apa yang sesungguhnya dapat dilakukan oleh siswa setelah mereka menyelesaikan
pembelajaran.
Kedua,
setelah
mengidentifikasi
tujuan
pembelajaran, secara bertahap menunjukkan apa yang sedang dilakukan orang ketika mereka melaksanakan tujuan itu. Langkah terakhir dalam proses analisis 3
Barbara Seels, dan Rita Richey, The Defination And Domain Of The Field. (Association For Educational Communication And Technonology. Washington DC, 1994), hal. 35. 4 Walter Dick, Lou Carey, and James O. Carey, op.cit., p. 6—8.
8
pembelajaran adalah untuk menunjukkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap apa yang diketahui sebagai entry behavior, pengetahuan awal, yang diperoleh peserta didik untuk dapat memulai pembelajaran. Pada tahap analisis pembelajaran, yang dilakukan adalah menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang disusun secara sistematis. Ketiga, menganalisis peserta didik dan konteks. Sebagai tambahan di dalam menganalisis tujuan pembelajaran, terdapat suatu analisis paralel terhadap pebelajar, konteks di mana mereka akan belajar keterampilan itu, dan konteks yang mana yang mereka akan digunakan. Keterampilan yang dimiliki pebelajar, kesukaan, dan sikap ditunjukkan bersama dengan karakteristik terhadap penentuan pembelajaran dan penentuan di mana keterampilan itu pada akhirnya digunakan. Keempat, merumuskan sasaran kinerja atau tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional menjadi pedoman bagi pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang akan dicapai
oleh
peserta
didik
pada
akhir
proses
instruksional.
Kelima,
mengembangkan instrumen penilaian misalnya dengan menyusun butir tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik untuk mencapai apa yang telah dicantumkan dalam rumusan tujuan. Keenam, mengembangkan strategi pembelajaran, yang merupakan prosedur yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pembelajaran terhadap peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, yang dalam hal ini tujuan pembelajaran khusus. Ketujuh, mengembangkan dan memilih materi pembelajaran. Pengembangan bahan ajar mengacu pada tujuan khusus pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Strategi yang dimaksud adalah pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik baik dengan bantuan guru maupun tanpa bantuan guru, sehingga bahan ajar dapat digunakan oleh peserta didik secara mandiri. Kedelapan yakni merancang dan melakukan evaluasi formatif. Tujuan dari melakukan evaluasi formatif adalah untuk mengukur tingkat keefektifan dan efisiensi, dan daya tarik dari strategi pembelajaran. Kesembilan, melakukan revisi produk dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan evaluasi. Selanjutnya data tersebut ditafsirkan sebagai
9
usaha untuk mengenali kesulitan-kesulitan dan kekurangan yang terdapat dalam bahan ajar. Kesepuluh, melakukan evaluasi sumatif yang dilaksanakan untuk mengetahui apakah bahan ajar yang akan dikembangkan layak atau tidak digunakan oleh peserta di lingkungan UIN Alauddin. Untuk mengetahui kelayakan tersebut perlu kiranya dibandingkan dengan bahan ajar lain yang digunakan oleh peserta didik di tempat lain dengan standar yang sama.
B. Konsep Belajar dan Pembelajaran Banyak sekali teori-teori belajar yang sudah dikembangkan tetapi yang paling
umum
adalah
teori
belajar
behaviorisme,
kognitivisme,
dan
konstruksitivisme. Pada bagian ini hanya menjelaskan ketiga teori ini dengan maksud untuk menjadi acuan dasar dalam mengembangkan bahan ajar yang yang menjadi fokus penelitian ini. Teori- teori yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut: Teori-teori Behavioristik tentang Belajar. Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.5 Belajar menurut kaum behavioris menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dari hasil hubungan timbal balik antara guru sebagai pemberi stimulus dan murid sebagai perespon tindakan stimulus yang diberikan. Beberapa teori belajar yang dikembangkan dari teori behavioris adalah teori classical conditioning dari Ivan Pavlov, Connectionism dari Thorndike, dan teori operant conditioning dari Skinner. Pertama, teori classical conditioning didasarkan atas reaksi sistem tak terkontrol di dalam diri seseorang dan reaksi emosional yang dikontrol oleh sistem syaraf otonom serta gerak reflek setelah menerima stimulus dari luar.6 Kedua, teori connectionism, menekankan pada jaringan asosiasi atau hubungan antara stimulus dan respon yang kemudian disebut S-R bond theory. Dalam hubungan antara stimulus dan respon ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, 5
Margaret Bell Gredler, Learning and Instruction Theory Into Practice., (New York: McMillan Publishing Company: 1986), p. 42.
6
Anita Woolfolk, Educational Psychology. (Boston: Pearson Education Inc, 2004), pp. 20-203
10
sehingga Thorndike merumuskan tiga hukum belajar, yakni; (1) law of readiness, yaitu bahwa belajar akan terjadi bila ada kesiapan pada diri individu, (2 law of excercise, yaitu bahwa hubungan antara stimulus dan respon dalam proses belajar akan diperkuat atau diperlemah oleh tingkat intensitas dan durasi dari pengulangan hubungan atau latihan yang dilakukan, (3) law of efect, yaitu bahwa hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat bila sebuah respon menghasilkan efek yang menyenangkan. Sebaliknya, apabila respon kurang menyenangkan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan melemah.7 Ketiga, teori operant conditioning, mengatakan bahwa perilaku dalam proses belajar terbentuk oleh sejauh mana konsekuensi yang ditimbulkan. Jika konsekuensinya menyenangkan, maka akan terjadi positive reinforcement berupa atau reward akan membuat perilaku yang sama terulang lagi, sebaliknya apabila konsekuensinya tidak
menyenangkan
yaitu
punishment akan membuat perilaku dihindari.
negative reinforcement
atau
8
Teori-teori Kognitif tentang Belajar. Teori belajar kognitif justru memberikan tanggapan langsung bahwa belajar bukan hanya dapat diamati melalui perubahan perilaku, melainkan juga perubahan struktur mental internal seseorang yang memberikan kapasitas padanya untuk menunjukkan perubahan perilaku. Struktur mental yang dimaksud mencakup pengetahuan, keyakinan, keterampilan, harapan, dan mekanisme lainnya dalam otak peserta didik. Teoriteori belajar kognitivisme terdiri atas teori cognitive field, teori schema, dan information-processing theory. Pertama, teori belajar cognitive field menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah termasuk mental sehingga yang paling berperan adalah motivasi baik berupa ekternal dan motivasi internal. Kedua, teori schema, beranggapan bahwa schema yang telah menjadi bagian yang sudah terbentuk dalam diri anak akan berguna dalam mengingat pengalaman yang diperoleh melalui beberapa proses seperti menyeleksi, mengambil intisari, dan menginterpretasi yang kemudian dapat dimodifikasi melalui 7
aktivitas
yang
merujuk
pada
penambahan,
penyesuaian,
dan
Paul Eggen dan D. Kauchak, Educational Psychology Windows on Classrooms (USA: Prentice Hall Inc, 1997), pp. 198-199. 8 Ibid, pp. 204-205
11
restrukturisasi. Ketiga, information-processing theory menjelaskan bahwa belajar adalah suatu upaya untuk memproses, memperoleh, dan menyimpan informasi melalui short term memory (memory jangka pendek) dan long term memory (memori jangka panjang).9 Teori-teori
Konstruktivis
tentang
Belajar.
Teori
konstruktivis
dikembangkan oleh Piaget dengan nama individual cognitive constructivist theory dan Vygotsky dalam teorinya yang disebut socialcultural constructivist theory. Piaget telah terkenal dengan teorinya mengenai tahapan dalam perkembangan kognisi. Piaget menemukan bahwa anak-anak berpikir dan beralasan secara berbeda pada periode yang berbeda dalam kehidupan mereka. Dia percaya bahwa semua anak secara kualitatif melewati empat tahap perkembangan seperti umur 0 2 tahun adalah tahapan pengembangan sensory-motor stage, tahap perkembangan sensori motor, umur 2 sampai 7 tahun adalah tahapan preoperational stage, umur 7 – 11 tahun adalah tahap concrete operation. Setiap tahap mempunyai tugas kognitif yang harus diselesaikan. Pada tahap sensori motor, susunan mental anak hanya dapat menerima dan menguasai objek yang kongkrit. Penguasaan terhadap simbol terjadi hingga anak itu berada pada tingkat preoperational. Sedangkan pada tahap konkrit, anak-anak belajar menguasai pengelompokkan, hubungan, angka-angka, dan alasan dari mana semuanya itu diperoleh. Tahap terakhir adalah tahap penguasaan pikiran. Pertumbuhan intektual melibatkan tiga proses fundamental;
asimilasi,
akomodasi, dan aquilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi melibatkan penggabungan pengetahuan baru dengan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Akomodasi berarti perubahan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya untuk mengakomodasi hadirnya informasi baru. Penyatuan dua proses asimilasi dan akomodasi inilah yang membuat anak dapat membentuk schema.10 Equilibration
adalah
keseimbangan
antara
pribadi
seseorang
dengan
lingkungannya atau antara asimilasi dan akomodasi. Bagi Piaget, equilibrasi 9
James P. Byrnes, Cognitive Development and Learning in Instructional Contexts (Boston: Allyn and Bacon, 1996), pp. 24-25 10 Jean Piaget. Approach to Learning and the Development of the Intelect dalam Robert M.W. Travers, Essentials of Learning. Fourth Edition (New York : Macmillan Publishing Co., Inc. 1977), p 147-154
12
adalah faktor utama dalam menjelaskan mengapa beberapa anak inteligensi logisnya berkembang lebih cepat dari pada anak yang lainnya. Vygostsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of Proximal Development (ZPD) yang merupakan dimensi sosio-kultural yang penting sebagai dimensi psikologis.11 ZPD adalah jarak antara tingkat perkembangan actual dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan yang dimaksud terdiri atas empat tahap; Pertama, more dependence to others stage, yakni tahapan di mana kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti temanteman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif. Kedua, less dependence external assistence stage, di mana kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri. Ketiga, Internalization and automatization stage, di mana kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara otomatis. Keempat, De-automatization stage, di mana
kinerjan anak mampu mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan
emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang, bolak-balik, recursion.12
C. Konsep Bahan Ajar Bahan ajar memiliki istilah yang berbeda-beda diberikan oleh para ahli. Istilah yang banyak digunakan dalam kajian desain instruksional adalah instructional materials (bahan pembelajaran) yang mencakup seluruh bentukbentuk pembelajaran seperti petunjuk bagi instruktur, modul peserta didik, Overhead Transparancies (OHP), videotapes, format multimedia berbasis computer, dan web pages untuk pendidikan jarak jauh.13 Dalam hubungannya dengan integrasi teknologi ke dalam pembelajaran, bahan ajar juga disebut materials yang biasa dibedakan dengan tools (peralatan), dan devices (perangkat, alat). Peralatan adalah hardware dan software yang digunakan bersama untuk 11
Vigotsky. Thought and Language. Combridge. (The Mitt Press. London, 1977) p 23 Conny Semiawan, ―Perkembangan Anak Usia Dini‖, Makalah dalam Seminar Pendidikan Nasional Anak Usia Dini (Jakarta: Ditjen PLS dan Pemuda Depdiknas dengan UNJ, 9 - 11 Oktober. 2004), p. 8 13 Walter Dick, Lou Carey, and James O. Carey, Opcit. Hal. 7. 12
13
menciptakan video training yang disimpan atau diekspor melalui materi. Materi adalah webstrem (digital), video cassette (analog), dan DVD (digital) yang digunakan untuk menyimpan video training yang dinonton melalui perangkat. Sedangkan, perangkat adalah computer dengan web browser dan quicktime player (digital), VCR (analog), DVD player (digital), dan computer DVD Rom (digital) yang digunakan untuk mengakses materi.14 Bahan ajar juga disebut learning materials (materi ajar) yang mencakup alat bantu visual seperti handout, slides/overheads, yang terdiri atas teks, diagram, gambar dan foto, plus media lain seperti audio, video, dan animasi.15 Selain itu, bahan ajar juga dikenal dengan istilah teaching materials (bahan ajar) yang dipandang sebagai materi yang disediakan untuk kebutuhan pembelajaran yang mencakup buku teks, video dan audio tapes, software computer, dan alat bantu visual.16 Jadi, yang dimaksud dengan bahan ajar di sini adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis untuk kebutuhan pembelajaran baik bersifat bahan cetak (printed material) maupun yang berwujud audio, visual, video, multimedia, dan materi yang berbasis web.
D. Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang desain, pengembangan, implementasi, manajemen sistem informasi yang berbasiskan komputer, khususnya aplikasi software dan hardware.17 Teknologi Informasi menurut definisi ini berhubungan dengan penggunaan komputer secara elektronik dan software komputer untuk mengubah, menyimpan, memproteksi, memproses, mentransmisi, dan memanggil kembali segala informasi secara aman. 14
Antony Karl Betrus dalam Alan Januszewski dan Michael Molenda, Educational technology: A Definition with Commentary (New York: Lawrence Erlbaum Associates, 2008), p. 225. 15 Christopher Butcher, Clara Davies, dan Melissa Highton, From Module Outline to Effective Teaching (New York: Routledge, 2006) p.130. 16 Doshisha Kenji Kitao and Doshisha S. Kathleen Kitao, Selecting and Developing Teaching/ Learning Materials, 2009, p. 4, (http://iteslj.org/Articles/Kitao-Materials.html). 17
Wikipedia, Information Technology, 2009, p. 1 (http://en.wikipedia.org/wiki/Information_technology).
14
Teknologi dipandang sebagai aplikasi sistematis ilmu pengetahuan ilmiah untuk mempraktekan tugas-tugas yang akan dilakukan. Sedangkan belajar atau pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan baru, keterampilan, dan sikap serta prilaku seorang individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan informasi.18 Dengan demikian, yang dimaksud dengan TIK dalam penelitian ini adalah pemanfaatan manajemen sistem informasi yang merupakan aplikasi software dan hardware dalam menunjang proses belajar mengajar. Terdapat beberapa jenis teknologi informasi yang biasa digunakan dalam pembelajaran, seperti; Surat Elektronik (E-mail), HP, Kamera digital, MP3 Players, Web Sites, Wikipedia, YouTube.com, Blogging, and Podcasting.19 Ketiga teknologi terakhir ini telah banyak mempengaruhi pandangan dan persepsi manusia seluruh dunia dengan begitu cepat. YouTube.com adalah website untuk mensharing video di mana pengguna dapat mengupload melihat, dan membagi video klip (Wikipedia, 2007). YouTube dibuat pada pertengahan bulan Januari 2005 oleh tiga pegawai paypal. Lebih jauh dikatakan bahwa terdapat 100 juta video yang diputar setiap hari, 65,000 video baru yang dimuat, lebih dari 13 juta pengunjung setiap bulan, 58% of video di Internet dinonton melalui YouTube, Pengguna kebanyakan berumur 18 sampai 35 tahun, dan terjual sebanyak 1,6 juta dolar (US) pada tahun 2006. Blog atau webblog adalah
suatu bentuk website yang menggunakan
software tertentu yang latar belakang nya sudah didesain (Hill, 2006). 20 Blog adalah website yang digunakan untuk menerbitkan hasil karia pribadi. Terdapat 12 juta orang Amerika menulis blogs, 54 juta orang Amerika membaca blogs, membolehkan penulis menulis untuk audiens, mudah didapat oleh setiap orang. Dikatakan bahwa pada pertengahan tahun 2005 terdapat 70 juta webblog telah dibuat, 6% dari penduduk Amerika telah menulis Blog, 16% dan telah membaca blog-blog yang ada.21 18
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. (Instructional media and technologies for learning. Seventh edition. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education), 2002. Hal. 5. 19 Leigh Zeitz, Technology Integration Plan, unpublished paper UIN: USA, 2005. Hal. 16. 20 Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Blog) 2007, hal 1. 21 Opcit. 32
15
Podcasting adalah website yang dapat digunakan untuk menyimpan dan merancang radio sendiri. File audionya disimpan berdasarkan subskrepsi yang dapat dijadikan sebagai tempat teater penulis dan dapat merekam proses belajar mengajar dalam ruangan kelas. Selain podcasting terdapat juga Google Earth yang merupakan peta browser geografi – suatu alat yang sangat bagus untuk melihat menciptakan, dan mensharing file-file interaktif yang berisi informasi lokasi khusus secara visual.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (research and development) yang dapat didefinisi sebagai ―a process used to develop
and
validate
educational
products
atau
suatu
proses
untuk
16
mengembangkan dan menvalidasi produk pendidikan‖.22 Penelitian ini dikatakan penelitian dan pengembangan (research and development) karena meliputi kegiatan penelitian dan pengembangan model bahan ajar berbasis TIK. Pelaksanaan penelitian mencakup kajian konseptual tentang bahan ajar bahasa Inggris, studi lapangan mengenai bahan ajar berbasis TIK, dan studi tentang kebijakan universitas mengenai pentingnya integrasi teknologi ke dalam pembelajaran. Ketiga kegiatan tersebut masuk dalam penelitian pendahuluan yang menjadi pijakan dalam pengembangan model bahan ajar berbasis TIK. Hasil yang diperoleh melalui penelitian awal kemudian dianalisis dan dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan model bahan ajar berbasis TIK. Sesuai dengan jenis penelitian yang dilaksanakan yaitu penelitian dan pengembangan (research and development), maka metode yang digunakan juga merupakan perpaduan antara metode penelitian dan metode pengembangan. Penggabungan kedua istilah ini lebih sering dikenal dengan sebutan metode penelitian dan pengembangan.
B. Prosedur Penelitian Proses penelitian dan pengembangan meliputi sepuluh langkah, yaitu: (1) mengumpulkan riset dan hasil penelitian; (2) perencanaan; (3) mengembangkan bentuk produk awal; (4) pengujian lapangan pendahuluan; (5) revisi produk utama; (6) uji lapangan utama; (7) revisi produk operasional; (8) uji lapangan operasional; (9) revisi produk akhir; (10) penyebaran dan implementasi.23 Namun, mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan dana, kesepuluh langkah tersebut disederhanakan menjadi tiga langkah, yaitu: (1) penelitian pendahuluan, (2) penyusunan model, dan (3) validasi model24. Pertama, penelitian Pendahuluan dilakukan dalam bentuk studi kepustakaan dan survei pendahuluan. Langkah ini sering dikenal dengan sebutan analisis kebutuhan (need assessment). Survei pendahuluan dilakukan untuk mengkaji kondisi riil bahan ajar bahasa 22
W.R. Borg . & Gall, M.D.. Educationnal Research. (London: Longman, 1983), hal. 772 W.R. Borg . & Gall, M.D, op.cit.hal. 784-785 24 Sukmadinata, N.A., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 14. 23
17
Inggris yang digunakan. Kedua, dengan mendasarkan pada hasil penelitian pendahuluan, maka dirumuskan dan diadaptasikan model bahan ajar berbasis TIK yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Hasil pengembangan model ini dalam bentuk bahan ajar bahasa Inggris berupa modul berbasis weblog, youtube, dan podcasting. Ketiga, validasi model yang dilakukan dalam research and development (R &D) ini adalah validasi ahli. Validasi ini dilakukan dengan meminta beberapa praktisi dan pakar TIK dan Ahli Bahasa Inggris untuk memberikan pertimbangan, penilaian dan masukan pada model pembelajaran bahasa Inggris yang telah dikembangkan.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) observasi; (2) wawancara; (3) studi dokumen; (4) angket; dan (5) portofolio. Pertama, observasi dilakukan melalui dua tahap, yakni observasi tahap pertama untuk mengetahui kondisi riil bahan ajar bahasa Inggris yang digunakan. Observasi tahap kedua untuk mengamati efektivitas model pembelajaran yang dikembangkan. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi berperan pasif.25 Kedua, wawancara digunakan untuk mendapatkan data mengenai penggunaan bahan ajar berbasis TIK dan efektivitas model yang dikembangkan. Wawancara yang dilakukan adalah jenis wawancara mendalam (in-depth interviewing). Ketiga, studi dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan perangkat persiapan pembelajaran dan berbagai kebijakan UIN Alauddin yang menjadi pedoman dalam integrasi TIK ke dalam pembelajaran. Keempat, angket dalam penelitian ini digunakan untuk validitas model, yaitu validasi pakar dan praktisi. Dalam validasi ini, para pakar dan dosen bahasa Inggris diberi angket untuk memberi tanggapan dan penilaian terhadap model bahan ajar yang dikembangkan. Angket ini berupa angket terbuka, dalam arti informan diberi kebebasan untuk memberikan masukan dan penilaian. Kelima, portofolio adalah
25
J.P. Spradley, Partisipan Observation (New York : Holt, Rinehart, and Winston,1980), pp. 5862.
18
hasil pekerjaan mahasiswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam uji coba efektivitas model bahan ajar yang dikembangkan.
D. Keabsahan Data Mengingat data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif, maka uji validitas data yang dilakukan lebih banyak ditekankan pada uji validitas data kualitatif. Adapun langkah yang ditempuh dalam mengembangkan validitas (kesahihan) data penelitian adalah: (1) trianggulasi; (2) reviu informan; (3) Penyusunan data base; dan (3) kehadiran peneliti ke tengah lokasi penelitian. Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data dan trianggulasi metode.26 Reviu informan merupakan upaya pengembangan validitas data yang dilakukan dengan cara mengkomunikasikan unit-unit laporan yang telah disusun kepada informannya, khususnya yang dipandang sebagai informan pokok (key informan).27 Data base merupakan kumpulan formal bukti data yang diperoleh dari berbagai sumber data yang dapat berupa catatan, dokumen, rekaman, bahan tabulasi dan narasi.28 Sedangkan, dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti secara langsung hadir ke lokasi penelitian untuk melakukan pengumpulan data.
E. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena penelitaian ini berusaha mengembangkan model bahan ajar berbasis TIK, di mana data yang terkumpul dan diolah adalah data kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam uji efektivitas, yaitu untuk membandingkan tingkat efektivitas antara bahan ajar berbasis TIK dengan bahan ajar konvensional. Dengan demikian dalam pelaksanaan analisis data penelitian ini berusaha memadukan dua
26
M.Q. Patton, Qualitative Evaluation Methods (London : Sage Publications, 1983), pp. 108-109. H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif : Metodologi Penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya (Surakarta : Pusat Penelitian UNS, 1988)., p. 74. 28 Robert K. Yin, Case Study Research : Design and Methods (Baverly Hills, London New Delhi : Sage Publications, 1987), pp. 92-96. 27
19
pendekatan yang berbeda, sehingga penelitian ini dapat dikatakan menggunakan perpaduan dua metode atau mixed method.29 Analisis kualitatif digunakan dalam kajian konseptual bahan ajar bahasa Inggris, studi lapangan bahan ajar berbasis TIK, studi kebijakan universitas, pengembangan model bahan ajar berbasis TIK dan pada saat uji coba di lapangan. Dalam proses analisis data penelitian kualitatif terdapat tiga komponen utama yang saling berkaitan, yakni (1) reduksi data; (2) sajian data, dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi.30 Reduksi data dan sajian data merupakan dua komponen analisis data yang dilakukan pada saat pengumpulan data. Sajian data merupakan rangkaian kalimat atau infomasi-informasi yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan penarikan kesimpulan atau melakukan tindakan lain berdasarkan pemahamannya. Analisis
kuantitatif
dilakukan
untuk
menguji
efektivitas
model
pembelajaran yang dikembangkan. Dalam hal ini model pembelajaran ini diuji cobakan pada program PIKIH UIN Alauddin dan mengambil satu kelas pembanding pada kelas yang menggunakan bahan ajar yang lain. Pembelajaran di dua kelompok tersebut dengan standar kompetensi yang sama akan tetapi dengan menggunakan bahan ajar yang berbeda. Uji coba ini dilaksanakan dua kali dengan standar kompetensi yang berbeda. Hasil belajar dari kedua kelompok ini, khususnya yang berupa portofolio dinilai dengan menggunakan penilaian rubrik.
DAFTAR PUSTAKA
Alan, Januszewski & Molenda, Michael. 2008. Educational Technology: A Definition with Commentary . Taylor & Prancis Group. New York.
29
Julia Branner, Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research (USA: Ashgate Publishing Company, 1995), p.11 30 M.B.Miles dan A.M. Huberman, Qualitative Data Analysis : A Sourcebook of New Methods (London New Delhi : Sage Publications, 1984), pp. 21-23.
20
Branner, Julia. 1995. Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research. Ashgate Publishing Company. USA Byrnes, James P. 1996. Cognitive Development and Learning in Instructional ContextsAllyn and Bacon. Boston. Davies, Christopher Butcher Clara, dan Melissa Highton. 2006. From Module Outline to Effective Teaching . Routledge. New York. Dick, W And Carey, L.2005. The Sistematic Desain Of Instruktional. Allyn And Bacon, Boston. Eggen, Paul dan D. Kauchak. 1977. Educational Psychology Windows on Classrooms Prentice Hall Inc. USA. Gredler, Margaret Bell. 1986. Learning and Instruction Theory Into Practice., McMillan Publishing Company. New York. Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. 2002. Instructional media and technologies for learning. Seventh edition. Pearson Education.Upper Saddle River, New Jersey. Kitao, Doshisha Kenji and Doshisha S. Kathleen Kitao. 2009. Selecting and Developing Teaching/ Learning Materials. (http://iteslj.org/Articles/KitaoMaterials.html). Miles dan A.M. Huberman, M.B. Qualitative Data Analysis : A Sourcebook of New Methods London New Delhi : Sage Publications, 1984. Patton, M.Q. Qualitative Evaluation Methods, London : Sage Publications, 1983. Piaget, Jean. 1977. Approach to Learning and the Development of the Intelect, dalam Robert M.W. Travers, Essentials of Learning. Fourth Edition . Macmillan Publishing Co., Inc.New York. Robert K. Yin, Case Study Research : Design and Methods, Baverly Hills, London New Delhi: Sage Publications, 1987. Sells,B.B. dan Richey,R.C. 1994. The Defination And Domain Of The Field. Association For Educational Communication And Technonology. Washington DC. Semiawan, Conny Semiawan. 2004. ―Perkembangan Anak Usia Dini‖, Makalah dalam Seminar Pendidikan Nasional Anak Usia Dini (Jakarta: Ditjen PLS dan Pemuda Depdiknas dengan UNJ, 9 - 11 Oktober. 2004), p. 8
21
Spradley, J.P. Partisipan Observation, New York : Holt, Rinehart, and Winston,1980. Sukmadinata, N.A. 2001. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Sutopo, H.B. Metode Penelitian Kualitatif: Metodologi Penelitian untuk Ilmuilmu Sosial dan Budaya Surakarta : Pusat Penelitian UNS, 1988. Vigotsky,L. 1987. Thought and Language. Combridge. The Mitt Press. London. Woolfolk, Anita. Educational Psychology. Boston: Pearson Education Inc, 2004. W.R. Borg . & Gall, M.D.1983. Educationnal Research. (London: Longman. Wikipedia, Information Technology, 2009, p. 1 (http://en.wikipedia.org/wiki/Information_technology). Zeitz, Leigh. 2005. Technology Integration Plan, unpublished paper UIN. USA. Zulkarnaini . 2009. Pembelajaran dengan Bahan Ajar Buatan Guru. (http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2009/06/28/pembelajaran-denganbahan-ajar-buatan-guru/).