ASTRA HONDA TRAINING CENTRE
PENGANTAR PRAKTEK LISTRIK
PELATIHAN MEKANIK TINGKAT - II
TUJUAN :
Peserta memahami dasar-dasar kelistrikan dan penerapannya dalam sistem listrik di sepeda motor Peserta mampu menjelaskan konstruksi dan cara kerja komponen sistem listrik. Peserta mampu melakukan pengukuran, analisa dan perbaikan sistem kelistrikan.
Pokok Bahasan : 1. Pengetahuan Dasar Listrik 2. Diagram Listrik 3. Sistem Pengapian 4. Sistem Pengisian
5. Sistem Beban
BAB PENGETAHUAN DASAR LISTRIK
A
ASAL MULA LISTRIK (TEORI ELEKTRON) BAHAN
MOLEKUL SIFAT = BENDA ASLI
+
+ -
+ INTI (+) (Proton)
MOLEKUL SIFAT = BENDA ASLI
MOLEKUL SIFAT = BENDA ASLI
ATOM SIFAT BERBEDA BENDA ASLI
ELEKTRON (-)
+ INTI (+) (Proton)
ATOM SIFAT BERBEDA BENDA ASLI
ELEKTRON (-)
Elektron bebas mudah berpindah ke atom lain. Pergerakan elektron bebas yg teratur ke satu arah = aliran elektron. Aliran elektron Aliran listrik
Untuk membangkitkan aliran listrik di sepeda motor : 1. Proses kimia battery 2. Kemagnetan alternator
ARAH ALIRAN LISTRIK
Arah arus listrik
+ + -
-
Arah arus elektron
Syarat terjadinya aliran listrik : 1. Ada beda potensial (tegangan listrik) 2. Membentuk rangkaian tertutup.
Beban
B
PENGERTIAN POKOK DALAM LISTRIK
1. Tegangan dan Potensial Listrik Listrik mengalir pada kawat seperti air mengalir melalui pipa
Air mengalir : Tempat tinggi tempat rendah. Listrik mengalir : Tegangan tinggi tegangan rendah Tegangan listrik terjadi karena beda potensial antara kedua kutupnya. Disingkat : E = Electromotive, satuannya Volt dan diukur dg Voltmeter.
Pengukuran Tegangan Listrik CONNECTING IN PARALEL ( GOOD )
Tujuannya adalah :
V
CONNECTING IN SERI ( BAD )
V
1. Memeriksa ada tidaknya tegangan listrik di sirkuit listrik rangkaian terbuka atau terputus. 2. Mengukur besarnya tegangan listrik : Penurunan tegangan listrik sambungan kendor/kotor. Mengetahui komponen listrik bekerja dg baik?
Contoh 1. Penggunaan Voltmeter :
CONNECTOR A
3
4
CONNECTOR B
2
1
SWITCH A LAMPU
LAMPU
B
C
Jika Ignition Switch ON dan lampu B dan C tidak bekerja, langkah pemeriksaannya : 1. 2. 3. 4. 5.
Ukur di titik 1 , jika tidak ada tegangan, lanjutkan ke titik 2 : Ada tegangan Connector A rusak Tidak ada tegangan, lanjutkan ke titik 3 : Ada tegangan kabel antara connector A dan B putus, jika tidak ada tegangan lanjutkan ke posisi 4 : Ada tegangan connector B rusak.
Contoh 2. Penggunaan Voltmeter :
Mendiagnosa dengan Voltmeter langsung pada terminal inputnya.
V
V
Mendiagnosa dengan Voltmeter AC pada kasus lampu sering mati, apakah tegangan yang masuk ke lampu terlalu besar. Lepas konektor kabel Lampu Depan Lakukan pengukuran di konektor
2. Arus Listrik SAMBUNGAN SERIES ( Betul )
A
SAMBUNGAN PARALEL ( Salah )
SALAH !!!
A
Adalah jumlah elektron bebas yang mengalir melalui penghantar tiap satuan waktu Satuan Ampere (A). 1 A = 1 Coulomb/detik. Alat pengukurnya Ampere Meter. Pengukuran Arus Listrik : Dipasang seri Bertujuan : 1. Mengetahui kemampuan pengisian battery. 2. Pemakaian energi listrik dari setiap komponen Perhatian : Ampere Meter yang terdapat pada AVOMeter hanya mempunyai batas ukur terbatas, sedangkan arus listrik yang bekerja pada sistem kelistrikan sepeda motor berkisar antara 0 s/d 15 A.
3. Tahanan (Resistance) Listrik Tiap benda mempunyai tahanan listrik yang berbeda, seperti aliran air yang melalui pipa. Besarnya tahanan listrik tergantung : Sifat bahan Panjang kawat Besar penampang
E IxR
Tahanan listrik yang besar mengakibatkan berkurangnya aliran arus listrik dan hubungannya dinyatakan dlm Hukum Ohm :
E = I xR I =E:R R =E :I ( E = Tegangan, I = Arus, R = Tahanan ) Satuan Ohm Alat ukur = Ohmmeter
Pengukuran Tahanan Listrik Tujuannya adalah untuk mengetahui : 1. Nilai tahanan. 2. Rangkaian terbuka atau putus. 3. Hubungan jelek. 4. Hubungan singkat. Cara penggunaan Ohmmeter : •
• • • • •
Sebelum pemakaian Ohmmeter harus dikalibrasi nol (Ø). Terminal positif dan negatif dapat dibalik, kecuali dioda. Bebaskan komponen dari sumber arus listrik. Sirkuit yang bercabang harus dilepaskan terlebih dahulu Sesuaikan selektor dengan nilai tahanan yang akan diukur Baca hasil ukur = Nilai skala garis x Bilangan selektor
2 WIRE HARNESS
1
Contoh Menggunakan Ohmmeter : Pemeriksaan di Sistem Pengapian Pemeriksaan putus tidaknya kabel Bl/R
EXCITER COIL
CDI UNIT
Ω
CDI UNIT
Pemeriksaan hubung singkat antara kabel Bl/R dengan kabel G
Contoh Menggunakan Ohmmeter : Pemeriksaan di Sistem Pengapian Pemeriksaan nilai tahanan Kumparan Pengapian
Ω
CDI UNIT
4. Tenaga Listrik Tenaga listrik dapat diubah menjadi tenaga : Panas/cahaya setrika, solder dan lampu-lampu Magnet Motor starter, relay switch starter, Fuel Meter, Klakson dll Kimia Pengisian battery, penyepuhan Tenaga listrik dinyatakan dengan W (Work) satuannya = Watt. Hubungan dengan E dan I dinyatakan :
W ExI
W=ExI 1 Watt = Tenaga listrik yg keluar pd tegangan 1 Volt dengan arus listrik yg mengalir 1 Ampere.
JENIS ARUS LISTRIK :
2 1 0
1. Arus Searah atau arus DC (Direct Current) t1
t2
t3
t4
t5
t1
t2
t3
t4
t5
Waktu (detik)
1 0
t6 Waktu
(detik)
2. AC (Alternating Current) atau Arus Bolak-balik
Harga Maksimum Harga puncak (amplitudo)
+2 +1
2 0
t2
t4
-1
0
+2
1 periode (1 getar)
t6
t8
t10
t12
t14dst
( detik )
5. Rangkaian Listrik Syarat terjadinya aliran listrik : 1. Ada beda potensial (tegangan listrik) 2. Membentuk rangkaian tertutup. Rangkaian Listrik = Jalannya aliran arus listrik.
Jenis Rangkaian Listrik : 1. Sirkut Seri Sifat : Arus listrik tetap, tegangan listrik berubah, tahanan totalnya bertambah besar.
Rt = R1 + R2 + R3 … dst 2. Sirkuit Paralel Sifat : Arus listrik berubah, tegangan listrik tetap dan tahanan totalnya lebih kecil.
1
1
1
1
Rt
R1
R2
R3
… dst
SAMBUNGAN “ SERI “
R1
SAMBUNGAN “PARALEL“
R1
R2
R2
+
-
+
-
Contoh Rangkaian Seri 1. Menghitung Tahanan Total 2
3 R2
R1
1 R3
Rt = 2 + 3 + 1 = 6 Ohm 2. Menghitung Tenaga Listrik A
B
C
2
3 R2
R1
D 1 R3
E = 12 VOLT +
E =I.R 12 = I . 6 I = 12/6 =2A
-
W =E.I = 12. 2 = 24 Watt
Contoh Rangkaian Seri :
Menghitung Voltage Drop di Rangkaian Seri
E2
E1
E3
2
3
1
R1
R2
R3
E = 12 VOLT +
1. E1 = I x R1 =2x2=4V
2. E2 = I x R2 =2x3=6V
3. E3 = I x R3 =2x1=2V
4. ET = E1 + E2 + E3 = 4+6+2 = 12 V
Contoh Rangkaian Paralel : Menentukan Tahanan Total
I3
A
300
1
1
1
1
R3
Rt
R1
R2
R3 … dst
1
1
1
1
R2
Rt
100
150
300
100
1
3
2
1
R1
Rt
300
300
300
1
6
Rt 1
300 6
Rt
300
Rt
300
1
6
B
150
I2 I1
E = 12 VOLT Rd = 0
(+)
(-)
50 Ohm
Contoh Rangkaian Paralel :
Menentukan Kuat Arus di Percabangan E
= I x Rt
300
12 = I x 50
R3
I3
I
A
B
150
I2
R2
I1
= 12/50 = 0,24 A E R1
I1 100
12
R1
100
I2
12
Rd = 0
(-)
IT = I1 + I2 + I3 = 0,12 + 0,08 + 0,04 = 0,24 A
E R2
E = 12 VOLT
(+)
0,12 A
0,08 A
150 I3
E R3 12 300
0,04 A
6. Komponen Listrik
DIODE
ARUS LISTRIK MENGALIR DARI ANODE KE KATODE
A
K
ARUS LISTRIK TIDAK DAPAT MENGALIR PADA ARAH YG BERLAWANAN
ZENER DIODE
X X X X
CURRENT FLOWS
A NO CURRENT FLOWS BELOW REVERSE VOLTAGE
a. Diode Komponen dasar pada Rectifier Regulator sebagai penyearah arus listrik.
K
b. Diode zener Komponen dasar pada Rectifier Regulator sebagai pembatas out put pengisian.
c. Thyristor/SCR (Silicon Controlled Regulator)
NO CURRENT FLOW
A
ANODE
KATHODE
(+)
K
(-) NO CURRENT FLOW
GATE
G
CURRENT FLOWS WHEN SCR IS ON
A
ANODE
KATHODE
(+)
(-) VOLTAGE NO CURRENT FLOWS
G ( GATE)
K
Komponen dasar pada Rectifier Regulator dan CDI berfungsi sebagai saklar listrik arus AC yang ON OFF nya diatur oleh arus yang mengalir pada kaki gatenya.
TRANSISTOR SYMBOLS ( PNP TYPE )
E
C
(EMITOR)
(COLLECTOR)
B
(BASE)
( NPN TYPE )
E
C
B
d. Transistor Komponen dasar pada Rectifier Regulator dan CDI berfungsi sebagai saklar listrik arus DC yang ON OFF nya diatur oleh arus yang mengalir dari Base ke Emitornya (PNP) atau sebaliknya (NPN). Terdiri 2 Jenis : 1. Tipe PNP 2. Tipe NPN
PRINSIP KERJA TRANSISTOR PNP
Base Current
PRINSIP KERJA TRANSISTOR NPN
E C B
B C
Base Current
E
Arus listrik yang besar akan mengalir dari Emitor ke Collector, jika ada arus kecil mengalir dari Emitor ke base
Arus listrik yang besar akan mengalir dari Collector ke Emitor, jika ada arus kecil mengalir dari Base ke Emitor
C
MAGNET Magnet = Logam yg mempunyai gaya tarik terhadap besi lainnya.
ARAH GARIS GAYA MEDAN MAGNIT
Gaya tarik terbesar terdapat pd ujung magnet Kutub magnet
U
S
Arah gaya tarik magnet dinyatakan gari-garis gaya magnet dan di luar batang magnet bergerak dari kutup Utara ke kutup Selatan.
Bahan yg mempunyai sifat magnet terbentuk dari magnet-magnet kecil magnet molekuler. Magnet molekuler besi tidak teratur letaknyadiatur ke satu arah menjadi teratur magnet. Magnet remanen : mudah menjadi magnet dan mudah hilang kemagnetannya. Magnet permanen = sukar menjadi magnet, tetapi setelah menjadi magnet akan mempertahankan kemagnetannya.
ARAH GARIS GAYA MEDAN MAGNIT
U U
UU
Kutup sejenis saling tolak menolak
U
S
S
S
Kutup berlawanan jenis saling tarik menarik
D
ELECTROMAGNIT
Kawat yg dialiri listrik akan menimbulkan kemagnetan Elektromagnet Garis-garis gaya magnet bergerak menurut arah perputaran jarum jam, kalau dilihat dari arah datangnya arus listrik. Arus
X
Garis Gaya
Arus listrik menjauhi kita, garis gaya magnet searah jarum jam
Arus listrik mendekati kita, garis gaya magnet berlawanan arah jarum jam
E
KUMPARAN Apabila suatu kawat beraliran listrik dilengkungkan membentuk lingkaran garis-garis gaya menuju satu arah
S
U
Gaya medan magnet ini akan bertambah besar jika kawat membentuk gulungan/ kumparan Kuat medan magnet tergantung : Besarnya aliran listrik Banyaknya kumparan Letak kutup magnet kumparan : Arah arus listrik searah jarum jam = kutup Selatan
F
KUMPARAN DENGAN TERAS KUMPARAN DENGAN TERAS BESI BESI
S
Kumparan Primer
U
Kumparan Sekunder
Kumparan dg teras besi, jumlah garis gaya magnetnya lebih banyak (± 6000 X) Magnet molekuler besi magnet Saat saklar di ON-OFF kan medan magnet berubahubah pd gulungan sekunder timbul arus listrik tegangan induksi Besarnya tegangan induksi = Ep Es = Np Ns
+
Ep = Tegangan induksi kump. primer Es = Tegangan induksi kump. sekunder Np = jumlah lilitan kump. Primer Ns = jumlah lilitan kump. sekunder
Kumparan Primer
+
Perubahan medan magnet di kump primer menimbulkan timbulnya potensial induksi diri : Saat saklar dihubungkan bersifat menentang aliran arus listrik dari sumbernya. Saat saklar dilepaskan listrik tambahan/extra bersifat searah dengan arus listrik dari sumbernya Arus listrik timbul bunga api Pada teras besi mengalir fluks magnetik. Pada teras besi pejal fluks magnetik kurang teratur arus pusar (Eddy Current) panas Teras besi dibuat dari plat-plat tipis ditumpuk menjadi satu.
BAB DIAGRAM LISTRIK
A
SISTEM KELISTRIKAN SEPEDA MOTOR
Bl
Menghubungkan kunci kontak dgn beban
DC
Br
Menghubungkan switch lighting dgn bulb posisi, panel dan tail light
AC
Y
Menghubungkan spull lampu dgn sakelar lampu dan rectifier regulator (kiprok)
AC
O
Menghubungkan switch sein dgn bulb sein kiri dan indicator
DC
Lb
Menghubungkan switch sein dgn bulb sein kanan dan indicator
DC
Bu
Menghubungkan switch dimmer dgn bulb jauh dan indicator
AC
G
Menghubungkan accu dgn massa/ground
Lg
Menghubungkan switch horn dgn horn
DC
R
Menghubungkan rectifier, accu dgn kunci kontak dan switch starter
DC
W
Menghubungkan spull pengisian dgn rectifier
AC
Gr
Menghubungkan winker relay dgn switch winker
DC
B/R
Menghubungkan spull pengapian dgn CDI Unit
AC
Bu/Y
Menghubungkan fixed pulser dgn CDI Unit
AC
Bl/Y
Menghubungkan CDI Unit dgn Ignition Coil
AC
R/Bl
Menghubungkan Kunci kontak dgn CDI Unit
DC
Y/R
Menghubungkan switch gigi 1 dgn lampu gigi 1
DC
Lg/R
Menghubungkan switch gigi netral dgn lampu netral
DC
Bl/Bu
Menghubungkan switch gigi 2 dgn lampu gigi 2
DC
W/Bu
Menghubungkan switch gigi 3 dgn lampu gigi 3
DC
P
Menghubungkan switch gigi 4 dgn lampu gigi 4
DC
SINGKATAN WARNA KABEL SINGKATAN
INGGRIS
INDONESIA
Bl atau B
Black
Hitam
Br
Brown
Coklat
Bu atau L
Blue
Biru
G
Green
Hijau
Gr
Grey
Abu - abu
Lb atau Sb
Light Blue/Sky Blue
Biru muda
Lg
Light green
Hijau muda
O
Orange
Oranye
P
Pink
Merah muda
R
Red
Merah muda
W
White
Putih
Y
Yellow
Kuning
C
WIRING DIAGRAM
1. ASTREA GRAND 2. GL PRO
3. KARISMA 4. TIGER
WIRING DIAGRAM ASTREA GRAND
FUEL METER
Bulb Netral
FUEL UNIT
F F
SWITCH REM ( Fr )
3
3
Bulb Top
3
E
SWITCH REM ( Rr )
Horn TOMBOL
ON
OFF
R.WINKER
3
3
M. STARTER Rr
Fr
RELAY
L
Rr
L.WINKER
B. PANEL
3
B. POSITION
3
B.TAILIGHT
3
RECTIFIER
OFF P H
-
+
P H
ACCU
CDI UNIT SWICTH DIMMER
M.STARTER
COIL
3 3 3 3
M.STARTER
STATOR
3 3 3 3
B.HEAD LIGHT
3
3
R
Fr
WIRING DIAGRAM GL NEOTECH
FUEL METER
F FF
FUEL UNIT
SWITCH REM ( Fr )
Bulb Netral
3
3
E E
SWITCH REM ( Rr ) TOMBOL
HORN
3
R.WINKER
3
ON
OFF
Rr
Fr
RELAY
L
Rr
L.WINKER
B. PANEL
3
B. POSITION
3
B.TAILIGHT
3
RECTIFIER
OFF P H
-
+
P H
ACCU
CDI UNIT SWICTH DIMMER STATOR
3 3 3 3
COIL
3 3 3 3
B.HEAD LIGHT
3
3
R
Fr
WIRING DIAGRAM KARISMA
SPEEDOMETER
3
E
N
E
F F
FUEL UNIT
F
3
1 3
SWITCH REM ( Fr )
2
ON
3
OFF
R.WINKER
3
4 3
3
3
3
SWITCH REM ( Rr )
Rr
Fr
RELAY
3
SWITCH M. STARTER L
RECTIFIER
TOMBOL
Rr
L.WINKER
3
R
Fr
HORN
M.STARTER
OFF
B. PANEL 3
P
TSS
ACCU
P H
B. POSITION 3
H
-
+
B.TAILIGHT 3
CDI UNIT
M.STARTER
STATOR B.HEAD LIGHT
3 3 3 3
COIL
3 3 3 3
SWICTH DIMMER
GLS 200
5
x1000rpm
0
3
HORN
Bulb Top
E E
FUEL UNIT
FUEL F FUEL F FUEL F METER METER METER
SWITCH REM ( Fr )
OFF
3
Tombol Klakson
11 RPM RPM RPM METER METER METER
ON
SWITCH REM ( Rr ) 3
Bulb Netral
R.WINKER
3
DIODE 3
TOMBOL STARTER
Rr
Fr
RELAY
L
Rr
L.WINKER
3
B.TAILIGHT
OFF P H
-
+
B. POSITION
3
M
B. PANEL
3
RECTIFIER
P H
ACCU STATOR
CDI UNIT SWICTH DIMMER
M.STARTER
3 3 3 3
COIL
3 3 3 3
B.HEAD LIGHT
3
3
R
Fr
BAB SISTEM PENYALAAN
A
SISTEM PENGAPIAN Fungsi : Menyediakan percikan api pada saat yang tepat untuk menyalakan campuran bensin dan udara dalam ruang bakar. Besarnya api busi pada saat yang tepat sesuai kondisi mesin sangat menentukan kesempurnaan pembakaran. Jenis Sistem Pengapian : 1. Battery : a. Konvensional (Platina) b. CDI CDI-DC 2. Magneto : a. Konvensional (Platina) b. CDI CDI-AC
ASTREA SUPRA Kunci Kontak
Alternator
CDI Unit
Ignition Coil
Pulse Generator
SPESIFIKASI SISTEM PENGAPIAN SUPRA
KARISMA
GL NEOTECH
B
ALTERNATOR
Rotor
Stator
Fungsi Alternator : Alat pembangkit arus listrik AC Bekerja berdasarkan prinsip elektro magnetik.
Prinsip kerja : Magnet yang melintasi kumparan, maka akan timbul garis gaya magnet di sekitar kumparan. Saat magnet melintasi kumparan, maka garis gaya medan magnet di sekitar kumparan hilang. Akibat berubah-ubahnya garis gaya medan magnet, maka akan dihasilkan tegangan induksi pada kumparan.
Besarnya induksi tergantung : Kecepatan gerakan magnet Besarnya medan magnet Jumlah gulungan
B
GENERATOR PEMBANGKIT PULSA
Fungsi :
Menghasilkan tegangan pulsa untuk mengatur kerja SCR.
Konstruksi :
Generator Pulsa terdiri dari sebuah permanen yang dililiti kumparan.
magnet
Cara Kerja :
Signal rotor mendekati atau meninggalkan generator pulsa, akan terjadi perubahan garisgaris gaya magnet. Perubahan garis-garis gaya menghasilkan tegangan pulsa.
magnet
akan
Signal rotor mendekati kumparan Tegangan pulsa positif Signal rotor meninggalkan Tegangan pulsa negatif
kumparan
PEMERIKSAAN KUMPARAN PEMBANGKIT ALTERNATOR Ukur tahanan kumparan pembangkit alternator antara terminal Hitam/Merah dan Massa. STANDAR: 100 - 400 Ω (NF100)
PEMERIKSAAN KUMPARAN PULSA PENGAPIAN Ukur tahanan generator pulsa pengapian antara terminal Biru/Kuning dan Hijau.
STANDAR: 50 - 170 Ω (NF100)
PEMERIKSAAN TEGANGAN PUNCAK KUMPARAN PENGAPIAN Ukur tegangan puncak dengan Voltmeter DC pada kabel Hitam/Merah dengan Hijau. STANDAR: 100 V (NF100)
PEMERIKSAAN TEGANGAN PUNCAK KUMPARAN PEMBANGKIT Ukur tegangan puncak dengan Voltmeter DC pada kabel Biru/Silver dengan Hijau. STANDAR: 0,7 V (NF100)
PEMERIKSAAN STATOR
TYPE HITAM/MERAH GL SERIES 150 - 600 WIN 150 - 700 TIGER 100- 300 NEOTECH NSR 50 - 200 STAR 100 - 400 GRAND 100 - 400 SUPRA 100 - 400 KARISMA -
BIRU/KUNING 500 - 600 120 - 160 290 - 360 290 - 360 150 - 300 50 - 170 180 - 280 180 - 280 50 - 170
PUTIH 0,2 - 2,0 0,3 - 0,6 0,1 - 1,0 0,1 0,1 0,1 0,1 0,3
-
1,0 1,0 1,0 1,0 1,1
* Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
C
CDI = CAPASITIVE DISCHARGE IGNITION Pengganti platina Mengontrol arus listrik ke Ignition Coil Keunggulan CDI >< Platina : Tidak memerlukan penyetelan. Menghasilkan tegangan listrik lebih besar dan stabil. Saat pengapian lebih tepat, sesuai putaran mesin. Berdasarkan sumber arus CDI : CDI – AC : Astrea Series, GL Series, Tiger, NSR 150R CDI – DC : GL Neotech, Karisma, Kirana, NSR 150RR, Sonic
CDI
PRINSIP KERJA CDI - AC
PENGAJUAN WAKTU PENGAPIAN
Saat pengapian diatur oleh SCR yang akan bekerja berdasarkan tegangan pulsa pada kaki Gate Pengajuan pengapian diatur oleh ignition timing circuit dengan mengatur tegangan pulsa ke kaki Gate SCR.
PRINSIP PENGAJUAN SAAT PENGAPIAN
Putaran mesin naik tegangan kump pembangkit pulsa naik ambang batas tegangan picu ke SCR dicapai lebih awal.
PEMERIKSAAN WAKTU PENGAPIAN Pemeriksaan waktu pengapian menggunakan timing light : • Idle Speed : garis F segaris tanda penyesuai. • Putaran mesin ditambah, garis F bergeser. • High Speed : garis F harus berada tepat di tengah dua garis tanda penyesuai.
PEMERIKSAAN CDI UNIT ASTREA GRAND EXT (Bl/R)
E (G)
KETERANGAN :
EXT
PC
E
IGN
Bl/W
Bl/R
Bu/Y
G
Bl/Y
260
180
S S S S
SW
Switch
Kunci Kontak
Bl/W
EXT
Exiter
Kump Pengapian
Bl/R
18
PC
Fixed Pulser Kump Pemb Pulsa
Bu/Y
260
G
18
Bl/Y
S
-
SW
S
+
E IGN
Earth
Massa
Ignition
Ignition Coil
60
S
Kabel
S
Menuju
S
Terminal
TESTER : SANWA, SKALA : X 1KΩ
S
PC (Bu/Y)
SW (Bl/W)
S S S
IGN (Bl/Y)
*Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
PEMERIKSAAN CDI UNIT ASTREA PRIMA/ STAR/ WIN EXT (Bl/R)
PC (Bu/Y)
SW (Bl/W)
E (G)
KETERANGAN : +
E
IGN
Bl/W
Bl/R
Bu/Y
G
Bl/Y
100
100
100
SW
Switch
Kunci Kontak
Bl/W
EXT
Exiter
Kump Pengapian
Bl/R
5
PC
Fixed Pulser Kump Pemb Pulsa
Bu/Y
75
35
G
16,5
5
60
Bl/Y
S
PC
S
EXT
S
-
SW
S S S S
Kabel
S
Menuju
S
Terminal
TESTER : SANWA, SKALA : X 1KΩ
E IGN
Earth
Massa
Ignition
Ignition Coil
14
S
IGN (Bl/Y)
*Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
PEMERIKSAAN CDI UNIT GL SERIES EXT (Bl/R)
PC (Bu/Y)
SW (Bl/W)
E (G)
KETERANGAN :
E
IGN
Bl/W
Bl/R
Bu/Y
G
Bl/Y
SW
Switch
Kunci Kontak
Bl/W
EXT
Exiter
Kump Pengapian
Bl/R
5
PC
Fixed Pulser Kump Pemb Pulsa
Bu/Y
140
100
G
16,5
5
60
Bl/Y
S
PC
S
EXT
S
-
SW
S S S S
+
S S
Kabel
S S
Menuju
S
Terminal
TESTER : SANWA, SKALA : X 1KΩ
E IGN
Earth
Massa
Ignition
Ignition Coil
60
S
IGN (Bl/Y)
*Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
PEMERIKSAAN CDI UNIT TIGER
PC (Bu/Y)
KOSONG
KETERANGAN :
PC
E
IGN
Bl/W
Bl/R
Bu/Y
G
Bl/Y
SW
Switch
Kunci Kontak
Bl/W
EXT
Exiter
Kump Pengapian
Bl/R
5,2
PC
Fixed Pulser Kump Pemb Pulsa
Bu/Y
400
140
G
19
5,3
30
Bl/Y
S
EXT
S
-
SW
S S S S
+
S S
Kabel
S S
Menuju
S
Terminal
TESTER : SANWA, SKALA : X 1KΩ
S
IGN (Bl/Y)
E (G)
EXT (Bl/R)
E IGN
Earth
Massa
Ignition
Ignition Coil
70
S
SW (Bl/W)
*Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
PEMERIKSAAN CDI UNIT NEOTECH
KOSONG
KOSONG
E (G)
PC (Bu/Y)
KETERANGAN :
Menuju
Kabel +
Switch
PC
Fixed Pulser Kump Pemb Pulsa
E IGN
Kunci Kontak
Earth
Massa
Ignition
Ignition Coil
PC
E
IGN
Bl/W
Bu/Y
G
Bl/Y
500
26
Bl/W Bu/Y
300
G
13,2
200
Bl/Y
S
SW
SW
120
S
Terminal
S S S
TESTER : SANWA, SKALA : X 1KΩ
S
IGN (Bl/Y)
SW (R/Bl)
*Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
PEMERIKSAAN CDI UNIT NSR IGN (Bl/Y)
EXT Bl/R
CNL W/R
E (G)
PC (Bu/Y)
SW (Bl/W) KETERANGAN :
EXT
PC
E
IGN
CNL
Bl/W
Bl/R
Bu/Y
G
Bl/Y
W/R
18
S 120
S S S S
S
400
Switch
Kunci Kontak
Bl/W
EXT
Exiter
Kump Pengapian
Bl/R
18
PC
Fixed Pulser Kump Pemb Pulsa
Bu/Y
250
G
18
Bl/Y W/R
E IGN CNL
Earth
Massa
Ignition Control Unit
Ignition Coil Control Unit
65 65
300 140 17
S
SW
S S
-
SW
S S
+
S
Kabel
S S
Menuju
S S S S
Terminal
TESTER : SANWA, SKALA : X 1KΩ
*Data ukur berubah sesuai komponen dan alat ukur yang dipakai
CDI, REGULATOR RECTIFIER, IGNITION COIL NF 125/D
Y G
R W
Reg. Rec.
R/Bl
CDI
Bu/Y
Ign. Coil
Bl/Y
Bl
R
E
D
IGNITION COIL
Fungsi :
Meningkatkan tegangan listrik dari sumber arus baik dari accu maupun dari alternator sampai mencapai tegangan lebih dari 10.000 V, sehingga mampu membentuk loncatan api di busi.
Terdiri 2 Kumparan :
Kumparan Primer Diameter kawat lebih besar, lilitan lebih sedikit Kumparan Sekunder Diameter kawat lebih kecil, lilitan lebih banyak.
Pemeriksaan Kump. Primer
Pemeriksaan Kump. Sekunder
PEMERIKSAAN IGNITION COIL Standard Pengukuran Ignition Coil dengan tanpa tutup busi.
TYPE MOTOR STAR GRAND/SUPRA GL SERIES WIN NEOTECH TIGER NSR KARISMA KIRANA
KUMP PRIMER X 1 Ohm 0,5 - 0,6 0,5 - 0,6 0,5 - 0,6 0,2 - 0,8 0,5 - 0,6 0,5 - 0,6 0,1 - 1 0,5 - 1 0,5 - 1
KUMP. SEKUNDER X 1 K Ohm 7-9K 7-9K 7-9K 8 - 10 K 7-9K 7-9K 2-6K 7-9K 7-9K
E
BUSI
Fungsi : Menghasilkan percikan bunga api listrik . Tingkat panas (Heating Range) = Kemampuan busi melepaskan panas Busi Panas (Nomor Kecil) Pelepasan panas lambat Busi Dingin (Nomor Besar) Pelepasan panas cepat, cocok untuk kecepatan tinggi. Contoh : BUSI NSR STD = W24 ES, Kecep Tinggi = W 27 ES Pemakaian busi yang salah : Busi tipe dingin susah start, pembakaran tidak sempurna, timbul kerak Busi tipe panas Over heating, pre ignition, electrode meleleh.
SPESIFIKASI BUSI DENSO
SPESIFIKASI BUSI NGK
D
P
8
E
A-9
Thread Dia
Remark
Heating Value
Thread Lenght
Remark
A: 18 mm B: 14 mm C: 10 mm D: 12 mm
P: Porcelain projected type R: Resistor spark plug
4 (Hot type) 5 6 7 8 9 (Cold type)
E: 19 mm H: 12.7 mm
A, Z: Special type S: With copper wick V: Narrow center electrode K: Side electrode Number Indicates the plug gap. “9” : 0.9 mm.
PEMERIKSAAN LONCATAN API BUSI
BAB SISTEM PENGISIAN
A
FUNGSI DAN KOMPONEN Fungsi : Untuk mengisi kembali energi listrik pada battery yang telah terpakai, sehingga battery selalu dalam kondisi penuh (full charged). Komponen : Generator sebagai pembangkit listrik. Rectifier sebagai penyearah dan pengatur tegangan pengisian. Battery sebagai penyimpan arus.
B CARA KERJA BATTERY
BATTERY
PERUBAHAN KIMIA SELAMA PENGISIAN DAN PEMAKAIAN Reaksi Kimia Pemakaian : Pelat (+) Elektrolit Pelat (-)
PbO2 + 2H2SO4 + Pb
PEMAKAIAN
Timbal Asam sulfat Timbal Peroksida berpori
Pelat (+) Elektrolit Pelat (-)
PbO4 +
Timbal Peroksida
2H2O + PbSO4 Air
Timbal sulfat
Asam sulfat secara berangsur-angsur berubah menjadi air, sehingga BJ electrolit akan turun. Untuk pengisian kembali harus berdasarkan BJ electrolit battery.
PERUBAHAN KIMIA SELAMA PENGISIAN DAN PEMAKAIAN Reaksi Kimia Pengisian : Pelat (+) Elektrolit Pelat (-)
PbO4 + 2H2O + PbSO4 Timbal Peroksida
Air
Timbal sulfat
Pelat (+) Elektrolit Pelat (-)
PbO2 + 2H2SO4 + Pb Timbal Asam sulfat Timbal Peroksida berpori
Air secara berangsur-angsur berubah menjadi Asam Sulfat dan BJ electrolit akan naik kembali. Saat proses elektrolisa memecah air menjadi komponen hidrogen dan oksigen untuk bereaksi dengan timbal sulfat membentuk asam sulfat kembali, battery menghasilkan gas hidrogen yang dapat mudah terbakar atau meledak. Battery dilengkapi tutup dengan lubang angin dan slang pernafasan.
PEMERIKSAAN BATTERY 1. TINGGI ELECTROLIT
Pastikan tinggi electrolit berada antara Upper Level dan Lower Level
2. TERMINAL BATTERY
Bila terjadi endapan putih (karatan), bukalah konektor siram dengan air hangat. Pasanglah kembali konektor,dan lapisi dengan grease (gemuk)
PEMERIKSAAN BATTERY
3. BERAT JENIS :
Muatan penuh : 1,270 – 1,290 pada 20 C Muatan kurang : Di bawah 1,260 pada 20 C
PENGISIAN BATTERY 1. Lepas battery dari kendaraan dengan mematikan mesin dan lepas kabel negatif lebih dahulu. 2. Lepas tutup pengisian electrolit 3. Periksa BJ electrolit 4. Sambungkan battery dengan Battery Charger 5. Hidupkan battery charger dan atur arus pengisian = 1/10 kapasitas battery. Contoh : Batery 5 AH arus pengisiannya 1/10 x 5 = 0,5 A. 6. Atur waktu pengisian berdasarkan BJ electrolitnya.
PEMERIKSAAN SISTEM PENGISIAN Pemeriksaan Kebocoran Arus (Leak Test) 1. 2. 3.
3. 4.
Matikan kunci kontak, kemudian lepaskan kabel (-) dari battery. Hubungkan amperemeter secara seri. Dengan posisi kunci kontak mati, periksalah kebocoran arus. Kebocoran arus yang diperbolehkan = 0,1 mA maksimum. Jika kebocoran arus terjadi diluar nilai standar, berarti terjadi konsluiting pada sistim sirkuit. Periksa bagian yang terjadi konslet pada sistim sirkuit, dengan cara melepas konektor satu persatu, sambil memeriksa fungsi arusnya
Catatan :
Gunakan amperemeter sesuai besar arus yang di ukur, menggunakan amperemeter (Sanwa SP 15D & YX360TRD) yang mempunyai batas ukur lebih kecil (dari arus yang diukur), akan mengakibatkan kerusakan pada amperemeter.
PEMERIKSAAN SISTEM PENGISIAN Pemeriksaan tegangan pengisian. 1. 2. 3.
Pastikan bahwa battery dalam kondisi prima (Full charge) sebelum pemeriksaan sistim ini. Gunakan kick starter untuk menghidupkan sepedamotor, agar tidak mempengaruhi kondisi battery. Lakukan pemeriksaan tegangan pengisian pada putaran mesin tertentu. Gunakan tachometer untuk memastikan putaran mesinnya. Tegangan Pengisian Standard : 14 – 15 Volt pada 5000 rpm
4.
Lakukan juga pemeriksaan arus pemeriksaan pada saat lampu depan dinyalakan.
C
MF BATTERY
PERBEDAAN MF BATTERY DENGAN CONVENTIONAL BATTERY Larutan ( cairan ) elektrolit tidak berkurang sehingga : – tak perlu mengecek level cairan – tak perlu menambah cairan ( air aki) Setelah diisi dengan larutan elektrolit, lubang pengisian langsung ditutup secara permanen Cairan elektrolit terjaga konstan penggunaan senyawa Timbal Kalsium dan Separator khusus yang menyerap gas yang timbul saat overcharge PENGISIAN (CHARGING) MF Battery tetap dapat dicharger, jika tegangannya turun dengan Special Charger untuk menghindari kesalahan charging Ada 2 alternatif type : • Current control • Timer
KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN MF BATTERY KEUNGGULAN
Tidak perlu check level dan tambah cairan elektrolit Dapat diletakkan dalam segala posisi Self discharge lebih kecil
Life Time lebih lama Cranking power lebih tinggi KEKURANGAN Manufacturing cost tinggi
C
REGULATOR / RECTIFIER Berfungsi : 1. Menyearahkan arus AC yang dihasilkan alternator menjadi DC untuk mengisi battery. 2. Membatasi output pengisian agar tidak berlebihan.
Jenis Regulator berdasarkan metode regulasinya :
1.
Sistem Pengisian Setengah Gelombang
X D1 D2 Regulator
Gate ZD SCR
Regulator / Rectifier
Hanya memakai 1 diode (D1) penyearah. Diode hanya meneruskan tegangan positif. Output = ½ gelombang input. Digunakan pada tipe yang beban listriknya kecil.
Wiring Diagram Sistem Pengisian Setengah Gelombang Type Win
Siang Malam
Siang Hari : Saklar Lampu OFF dan Saklar Regulator terhubung dengan massa. Beban listrik kecil, jika output pengisian berlebihan dibuang ke massa melalui Saklar Regulator. Malam Hari : Beban listrik besar, saklar regulator terputus semua arus listrik dari kumparan pengisian digunakan mengisi battery.
Wiring Diagram Sistem Pengisian Setengah Gelombang Type Karisma
2. Sistem Pengisian Gelombang Penuh
Dilengkapi diode bridge yang dapat menyearahkan tegangan positif maupun negatif yang dihasilkan alternator dan diubah menjadi arus DC.
Wiring Diagram Sistem Pengisian Gelombang Penuh Type GL200 (Tiger)
Kunci Kontak Bl R
G
G
R
Bl Y
R
-
Y
+
Battery
Rectifier Regulator
Alternator
PEMERIKSAAN RECTIFIER REGULATOR GN8, GN5
Skala = 1 x 1K
S S
KUNING HIJAU
S S
KUNING HIJAU
S S
0,5 - 10
S S
MERAH PUTIH
PUTIH
S
MERAH
5 - 100 5 - 100
PEMERIKSAAN RECTIFIER REGULATOR GF6 (WIN)
TESTER SANWA SKALA X 1 K Ohm
S
MERAH
PUTIH
S
PUTIH/HITAM
S
1- 20
S
PUTIH
PUTIH/HITAM
S
MERAH
*Data ukur berubah sesuai alat ukur yang dipakai
PEMERIKSAAN RECTIFIER REGULATOR NF100/KEG/KEH
TESTER SANWA SKALA X 1 K Ohm
KUNING HIJAU
S S
KUNING HIJAU
S S
15
S S
MERAH PUTIH
PUTIH
S
+ MERAH
S S
-
28 35
*Data ukur berubah sesuai alat ukur yang dipakai
PEMERIKSAAN RECTIFIER REGULATOR TIGER
TESTER SANWA SKALA X 1 K Ohm
S
0,6
4,5 5
4,5 5
0,6
S
S
KUNING 1 KUNING 2
S
12,5 14 4,5 4,5
HITAM
S S
MERAH HIJAU HITAM KUNING 1 KUNING 2
S
+ MERAH HIJAU
S S
-
*Data ukur berubah sesuai alat ukur yang dipakai
PEMERIKSAAN RECTIFIER REGULATOR NSR
TESTER SANWA SKALA X 1 K Ohm
0,5
S
4,5 5
S
0,5
KUNING
5 4,5
S
S
PINK
S
HITAM
S S
13,4 4,5 4,5
S S
MERAH HIJAU HITAM PINK KUNING
S
+ MERAH HIJAU S
-
*Data ukur berubah sesuai alat ukur yang dipakai
BAB SISTEM BEBAN
A
FUEL METER Berfungsi mengetahui persediaan bahan bakar dalam tangki. Komponen Fuel Meter : 1. Fuel Meter Indicator Kumparan yang menggerakkan jarum penunjuk yang ditumpu oleh lempengan magnet permanen. 2. Fuel Unit Variabel resistor yang digerakkan pelampung dalam tangki bahan bakar.
Cara Kerja : Posisi tangki penuh tahanan listrik variabel resistor kecil arus listrik ke kumparan L1 > kumparan L2. Kutup kemagnetan kumparan L1 = kutup magnet jarum penunjuk saling tolak menolak menggerakkan jarum ke arah “FULL”
Cara Kerja : Posisi tangki kosong tahanan listrik variabel resistor besar arus listrik ke kumparan L1 < kumparan L2. Kutup kemagnetan kumparan L2 = kutup magnet jarum penunjuk saling tolak menolak menggerakkan jarum ke arah “EMPTY”
Pemeriksaan Kerja Fuel Meter
1. Hubungkan konektor Fuel Meter, putar kunci kontak ON, gerakkan pelampung ke atas dan ke bawah. 2. Posisi jarum harus bergerak pada posisi “RES” dan “F”.
Pemeriksaan Fuel Unit : Ukur tahanan variabel resistor : Penuh = 5 – 7 Ohm (NF125) Kosong = 204 – 210 Ohm (NF125)
B
PEMERIKSAAN LAMPU DEPAN PERHATIAN
Bola lampu halogen tidak boleh tersentuh jarijari,karena akan terjadi tekanan panas di dalam lampu,sehingga akan mengakibatkan putus pada saat di nyalakan
C
PEMERIKSAAN SWITCH REM Jika pedal rem di tekan harus ada hubungan/ kontinuitas. Gunakan AVO meter,waktu pemeriksaan tersebut .
D
-
LAMPU SEIN (TURN SIGNAL LIGHT)
+
Lampu sein berfungsi untuk memberi tanda belok dengan lampu yang berkedip. Mengedipnya lampu diatur oleh Winker Relay.
Cara Kerja Winker Relay :
• Battery Plat Kontak Kumparan Switch Sein lampu menyala. • Plat Kontak tertarik Arus listrik terputus Kemagnetan hilang Lampu Mati. • Plat kontak menempel kembali Arus listrik mengalir kembali dan Lampu menyala. • Capasitor berfungsi mencegah percikan api saat plat kontak mulai membuka.
D
KLAKSON
Klakson berfungsi untuk memberikan sinyal/isyarat suara kepada pemakai jalan lainnya .
Cara Kerja :
Arus listrik mengalir : Battery (1) Kontak (4) Kumparan Tombol Massa Kemagnetan Diafragma tertarik dan membuka plat kontak (4) Arus listrik melalui tahanan Kemagnetan lemah Plat kontak menempel kembali Arus listrik mengalir kembali. Karena cepat getaran diafragma menimbulkan bunyi
D
STARTER LISTRIK
Berfungsi : memutarkan poros engkol untuk menghidupkan mesin. Komponen Sistem Starter : 1.Motor Starter 2.Tombol Starter 3.Switch Magnetic 4.Kabel dan Sekring.
Prinsip Kerja Motor Starter : 1.
2. 3. Force Magnetic line of force Current
4.
5.
Kawat bentuk U beraliran listrik berada di antara dua kutup magnet. Medan magnet akan mengelilingi kawat. Kawat dengan aliran listrik mendekati kita, garis gaya magnetnya berlawanan arah jarum jam. Garis gaya magnet yang searah saling memperkuat dan yang berlawanan saling meniadakan, sehingga kawat terdorong ke atas. Kawat dengan listrik yang menjauhi kita, garis gaya magnet searah jarum jam. Garis gaya magnet yang searah saling memperkuat dan yang berlawanan saling meniadakan, sehingga kawat terlempar keluar/ke bawah. Motor starter berputar.
Sistem Starter dengan Pengaman (GL 200) Posisi Netral
-
+ FUSE 15A
STARTER
STARTER SWITCH
IGNITION SWITCH
3
M
GS
DIODE
BULB NETRAL
NETRAL SWITCH
KOPLING SWITCH
Sistem Starter dengan Pengaman (GL 200) Posisi Gigi Masuk
FUSE 15A
-
+ GS
STARTER
STARTER SWITCH
IGNITION SWITCH
X DIODE
3
M
BULB NETRAL
NETRAL SWITCH
KOPLING SWITCH
Pemeriksaan Motor Starter 1. Periksa hubungan motor starter : Antara kabel terminal dengan rumah (case) Baik = tidak ada hubungan. Antara kabel terminal dengan brush (kul), Baik= ada hubungan.
2. Periksa Brush Set Ukur panjang brush, ganti brush jika ukurannya tidak standar,akibat dari keausan. BATAS SERVIS : 4,0 mm
3. Periksa commutator Periksa dari keausan,karat,dan kotoron serbuk besi di antara commutator bar. Jangan gunakan kertas amplas untuk membersihkan komutator Periksa terhadap kontinuitas di antara pasangan lempengan kumutator. Baik = Kontinuitas . Juga periksa terhadap adanya kontinuitas di antara lempengan komutator dan poros armatur. Baik =Tidak ada kontinuitas. 4. Periksa Bearing Periksa ketidak lancaran dan kerusakan bearing .
Magnetic Switch Starter
Berfungsi sebagai penghubung arus listrik dari aki ke motor starter pada saat tombol starter ditekan. Mekanisme Kerja : Kunci kontak ON dan tombol starter ditekan, arus listrik akan mengalir menuju magnetik starter, sehingga plunyer (besi) menjadi magnit dan menghuubungkan terminal kabel dari aki dan motor starter. Motor Starter dapat hidup
Pemeriksaan Fungsi Kerja Hubungkan AVO ke kabel kuning strip merah. Baik = kontinuitas
Starter Clutch Berfungsi meneruskan dan memutuskan putaran motor starter ke poros engkol dan memutuskannya setelah mesin hidup.
Pemeriksaan Starter Clutch 1. 2.
Periksa dari kelancaran putaran pada satu arah dan pada arah yang berlawanan tidak berputar. Periksa keausan dan kelengkapan bagian-bagiannya.