PENGAMATAN DAYA ANTI MIKROBA ANTISEPTIK TERHADAP BAKTERI LAPORAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mikrobiologi yang dibina oleh Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si
Oleh Kelompok 6 : Laily Rahmawati
140342600476
Listia Ningrum
140342601711
Siti Hartina P.
140342603933
Achmad Fais
120342422457
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Maret 2016
A. Topik Pengamatan Daya Anti Mikroba Antiseptik Terhadap Bakteri B. Tujuan Untuk mengetahui
daya
antimikroba
dari
beberapa
macam
antiseptikdan hand wash. C. Hari, Tanggal Pelaksanaan Senin, 28 Maret 2016 D. Dasar Teori Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas yang berupa tumbuh dan berkembang. Kadang kala pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme
ini
terganggu.
Hal
ini
dapat
dipengaruhi baik dari mikroba itu sendiri ataupun dari luar. Salah satu pengaruh yang paling berkompoten adalah antimikroba (Gobel, 2008). Antimikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme hidup. Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri
disebut
bakteriostatik
dan
yang
dapat
membunuh bakteri disebut bakterisida. Atau dengan kata lain disebut juga antibiotika yaitu bahan-bahan yang bersumber hayati yang pada kadar rendah sudah menghambat pertumbuhan mikroorganisme hidup (Gobel, 2008). Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan
untuk
mikroorganisme
menghambat berbahaya
pertumbuhan
(patogenik)
yang
dan
membunuh
terdapat
pada
permukaan tubuh luar mahluk hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa. Secara umum, antiseptik berbeda dengan obatobatan maupun disinfektan. Misalnya obat-obatan seperti antibiotik dapat
membunuh
mikroorganisme
secara
internal,
sedangkan
disinfektan berfungsi sebagai zat untuk membunuh mikroorganisme
yang terdapat pada benda yang tidak bernyawa (Ayumi,2011). Disinfektan
yaitu
suatu
senyawa
kimia
yang
dapat
menekan
pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah sedangkan antiseptik digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda. Ada yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi, ada pula yang bereaksi
dengan
cepat
ketika
membunuh
mikroorganisme
dan
sebaliknya. Sebagai contoh merkuri klorida, zat antiseptik yang sangat kuat, akan tetapi dapat menyebabkan iritasi bila digunakan pada bagian tubuh atau jaringan lembut. Perak nitrat memiliki kekuatan membunuh yang lebih rendah, tetapi aman digunakan pada jaringan yang
lembut,
seperti
mata
atau
tenggorokan.
Iodium
dapat
memusnahkan mikroorganisme dalam waktu kurang dari 30 detik. Antiseptik lain bekerja lebih lambat, tetapi memiliki efek yang cukup lama. Kekuatan suatu zat antiseptik biasanya dinyatakan sebagai perbandingan
antara
kekuatan
zat
antiseptik
tertentu
terhadap
kekuatan antiseptik dari fenol (pada kondisi dan mikroorganisme yang sama), atau yang lebih dikenal sebagai koefisien fenol (coefficient of phenol). Fenol sendiri, pertama kali digunakan sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister pada proses pembedahan (Dwidjoseputro, 1994). Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbedabeda,
misalnya
saja
dengan
mendehidrasi
(mengeringkan)
bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik hydrogen
diantaranya
adalah
peroksida, etakridin
alkohol (Ayumi,2011). Aktivitas antibakteri
diuji
yodium
(povidene
laktat dengan
iodine
(rivanol), metode
difusi
10%), dan agar
menggunakan cakram kertas dan dengan metode pengenceran agar. Metode difusi agar dilakukan dengan cara mencampur sebanyak 50 ml
masing-masing suspense Bakteri ke dalam 15 ml media agar yang telah dicairkan dalam cawan petri dan kemudian dibiarkan menjadi padat. Cakram kertas dengan diameter 6 mm diletakkan pada permukaan media padat. Dibiarkan selama 3 menit pada suhu kamar sebelum dimasukkan ke incubator 370 C (Adryana, et al,,2009 dalam Putra, 2011). Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi, waktu terpapar, jenis mikroba, kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat hidup. E. Alat dan Bahan Alat: 1. Cawan petri 2. Cotton bud 3. Jarum
inokulasi
berkolong 4. Pemanas bunsen 5. Paper disk 6. Inkubator 7. Laminar air flow 8. Kompor gas 9. Beaker glass 10. Tabung reaksi 11. Otoklaf 12. Rak tabung reaksi 13. Pengaduk kaca
14. Scaple 15. Pinset Bahan : 1. Biakan murni
bakteri
dalam media nutrien cair yang berumur 1 x 24 jam (E. coli dan S. Aureus) 2. Media lempeng nutrien agar (NA) steril 3. Berbagai zat
anti
septik : iodine, bettadine, dettol
F. Prosedur Kerja Disediakan dua media NA steril dan masing-masing diberi kode sesuai dengan bakteri yang diuji Diinokulasikan secara merata masing-masing biakan murni bakteri kepermukaan medium NA sesuai dengan kodenya. Dengan cara aseptik dicelupkan ujung cotton bud ke dalam medium nutrien cair, kemudian nutrien cair, kemudian dioleskan pada permukaan lempeng NA sampa merata Dibuat modifikasi paper disk dan disiapkan sejumlah antiseptik yang diuji. Caranya dapat dibuat dari kertas hisap yang berbentuk bulat digunakan perforator. direndam paper disk di dalam zat antiseptik selama 15 menit Disiapkan media lempeng NA steril sementara itu membagi 4 sektor dibagian luar cawan dan berilah kode masing-masing sektor sesuai zat antiseptik. Diletakkan paper disk yang sudah direndam dalam aseptik menggunakan pinset steril pada permukaan media NA yang sudah diinokulasikan bakteri. Diatur jarak antara paper disk agar tidak terlalu rapat, sesuai dengan kode sektornya Diinkubasi kedua sediaan yang sudah diperlakukan ini pada suhu 37ᴼC selama 1 x 24 jam Diukur diameter zona hambatan dari pertumbuhan bakteri pada masing-masing perlakuan. G. Data Hasil Pengamatan Nama bakteri
Diameter zona hambat (mm) Pada Perlakuan dengan Shampo
Shamp
Shamp
Sham
Shamp
Sham
Dove
o
o
po
o
po
Sunslik
Emero
Pente
Rejoice
Clear
n
ne
E.coli
2,4
2,2
1,7
1,5
1,6
2,6
S.aureus
2,8
2,5
1,8
2,2
2,4
2,8
H. Analisis Data Untuk mengetahui daya antimikroba dari beberapa macam antiseptik berupa sahampo dengan merk yang berbeda terhadap bakteri, menggunakan paper disk yang dipotong sehingga berbentuk lingkaran, kemudian memasukkan potongan paper disk ke dalam antiseptik yang digunakan dalam percobaan ini (dove, pentene, rejoice, sunslik, clear, dan emeron), lalu membiarakannya terendam ± 15 menit. Disisi lain menyediakan 2 medium lempeng NA steril dan diberi kode yang berbeda, kemudian menginokulasikan secara merata masing-masing jenis biakan murni bakteri yaitu dengan menggunakan bakteri S. aureus dan E. coli ke medium NA yang berbeda dengan cara mencelupkan ujung cotton bud dalam medium nutrien cair, kemudian mengoleskan pada permukaan medium lempeng NA sampai rata secara aseptik. Kemudian meletakkan guntingan kertas penghisap tersebut pada permukaan medium yang sudah diinokulasi bakteri di atas secara aseptik, kemudian menginkubasikan kedua perlakuan bakteri pada suhu 370C selama 1x24 jam. Setelah diinkubasi, biakan bakteri yang diberi paper disk yang sudah direndam dengan 6 jenis antibiotik. Ada daerah bening disekitar paper disk yang tidak di tumbuhi bakteri. Masing masing antiseptik memiliki ukuran zona hambat yang berbeda, clear memiliki diameter zona hambat paling besar dari pada antibiotik yang lain untuk kedua bakteri yang digunakan (E. coli dan S. aureus) yaitu pada bakteri E. coli sebesar 2,6 cm. Pada bakteri S. aureus diameternya sebesar 2,8 cm. Untuk antiseptik betadine pada bakteri
E. coli diameter pada
ulangan 1 sebesar 1,9 cm, ulangan 2 sebesar 2 cm dan ulangan ke 3 sebesar 2,5 cm dengan rata-rata 2,13 cm. Pada bakteri
S. aureus
diameternya ulangan 1 sebesar 1,6 cm, ulangan 2 sebesar 1,5 cm dan ulangan 3 sebesar 1,7 cm dengan rata-rata 1,6 cm. Dalam percobaan ini, data yang didapat merupakan data hasil kompilasi semua kelompok biologi offering H. I. Pembahasan Pada pengamatan uji antimikroba beberapa jenis antiseptik, antiseptik yang digunakan adalah dari 6 jenis merk yang berbeda, yaitu dove, pentene, rejoice, sunslik, clear, dan emeron. Digunakannya 6 jenis merk berbeda tersebut dimaksudkan untuk mengetahui merk antiseptik manakah yang paling bagus antimikrobanya terhadap 2 jenis bakteri, yaitu Staphylococcos aureus dan Escherichia coli. Bahan aktif dari shampoo clear adalah Chloroxyfenol 4,8%. Digunakannya 2 jenis bakteri tersebut dikarenakan keduanya merupakan bakteri patogen. Menurut sumber Jawetz (2005), Staphylococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk bola dengan diameter 1μm yang tersusun dalam bentuk kluster seperti anggur, bersifat patogen, non motil, dan memproduksi katalase. Sedangkan E.coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,4-0,7 μm x 1.4 μm, beberapa strainnya mempunyai kapsula, dan mampu memfermentasikan laktosa (Levinson, 2004). Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah menggunakan paper-disk yang direndam dalam larutan antibiotik selama 15 menit. Metode paper-disk ini biasa digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba
suatu
antibiotik
terhadap
mikroorgansme
patogen.
Kepekaan dari mikroorganisme patogen terhadap antibiotik dilihat dari ukuran zona bening yang terbentuk di sekitar paperdisk (Cappuccino, 2001). Antimikroba yang berbeda akan memiliki laju difusi yang berbeda-beda pula, sehingga keampuhan dari tiap antimikroba satu sama
lain
tidak
sama
(Wilson,
1982).
Widjayanti
(1996)
juga
menyatakan bahwa bahan antimkroba berfungsi untuk mematikan, merusak, dan menghambat pertumbuhan dari mikroba. Antimikroba akan bekerja dengan cara merusak dinding sel atau protein dari mikroba sehingga bakteri tersebut mati (Widjayanti, 1996). Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan setelah bakteri diinkubasi selama 1x24 jam, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara shampoo satu dengan shampo yang lain. Shampo dengan merk clear menujukkan hasil yang paling baik antimikrobanya, dimana merk clear saat diukur zona bening yang terbentuk di sekitar paper-disk adalah yang paling luas diantara 5 jenis merk antiseptik lainnya. Untuk perhitungan dari diameter zona bening, digunakan 3 kali ulangan dan kemudian dirata-rata agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Rata-rata diameter dari zona bening yang terbentuk dengan menggunakan clear adalah sebesar 2,8 cm untuk bakteri S.aureus dan 2,6 cm untuk banteri E.coli, yang menunjukkan bahwa bakteri S.aureus lebih resisten daripada bakteri E.coli
karena zona hambatnya lebih
kecil pada S.aureus walaupun hanya selisih 0,2. Dari diameter tersebut dapat diketahui bahwa uji antimikroba yang terbesar dimiliki oleh antiseptik merk clear. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan Poloxamer, Citric Acid, Sodium Polynap, Lysine HCL, dan Dimethicone. Hal ini didukung pernyataan Agung (2009) bahwa bahan-bahan seperti Poloxamer, Lysine HCL, Citric Acid, Sodium Polynap, dan
Dimethicone
dapat
membunuh
bakteri
dengan
mengganggu
membran sel bakteri yang akan menurunkan kemampuan membran sel memproduksi ATP sebagai sumber energi. J. Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa antiseptik yang paling baik membunuh kuman adalah Clear, karena adanya kandungan Poloxamer, Citric Acid, Sodium Polynap, Lysine HCL, dan Dimethicone dapat membunuh bakteri dengan mengganggu membran
sel
bakteri
yang
akan
menurunkan
kemampuan
membran
sel
memproduksi ATP sebagai sumber energi.
Daftar Rujukan Agung, Sri. 2009. Pemeriksaan Bilangan Bakteri dan Pengaruh Beberapa Perlakuan terhadap Penurunan Bilangan Bakteri pada Mouthpiece Alat Musik Tiup Maching Band di Jatinago. Farmaka, Volume 7 Nomor 1 April 2009, (online). http://farmasi.unpad.ac.id, diakses tanggal 25 Oktober 2014. Cappuccino, J.G & Natalie, S. 2001. Microbiology a Laboratory Manual. Addison Weasley Publishing Company: New York. Dwijoseputro. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan. Gobel, Risco, B., dkk., 2008, Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar: Universitas Hasanuddin. Jawetz, E. Joseph M., and Edward A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit EGC: Jakarta. Levinson, W. 2004. Review of Medical Microbiology and Immunology, 9th ed. Mc. Graw Hill-Lange: New York.
Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga: Bandung. Putra, 2011. Metode Cakram.
(Online),
(http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2011/06/03/metodecakram/, diakses 23 November 2011). Widjayanti, U. 1996. Obat-obatan. Kanisius: Yogyakarta. Wilson, Gisvold. 1982. Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Semarang Press: Semarang.
LAMPIRAN Bakteri E.coli
Bakteri S. Aureus