Pendekatan
Perencanaan
Terpilah
atau
Disjointed
Incremental
Planning
Approach , muncul sebagai tanggapan dari ketidakefektifan perencanaan dengan
pendekatan rasional menyeluruh. Dikemukakan oleh Charles E. Lindblom, dkk, pendekatan ini memiliki 3 ciri utama, yaitu: y
Rencana terpilah tidak perlu ditunjang oleh penelaahan serta evaluasi alternatif rencana secara menyeluruh.
y
Hanya mempertimbangkan bagian-bagian dari kebijakan umum yang berkaitan langsung dengan unsur atau subsistem yang diprirotiaskan.
y
Dengan terbatasnya lingkup perencanaan, yaitu pada unsur atau subsistem tertentu saja, maka ada anggapan bahwa pelaksanaan pelaksanaan
menjadi lebih mudah
dan realistik.
Namun ternyata, pendekatan ini juga masih memiliki kelemahan-kelemahan, seperti karena kurang berwawasan menyeluruh sering terjadi dampak ikutan yang tidak terduga sebelumnya, dianggap hanya merupakan usaha penyelesaian jangka pendek yang kurang mengkaitkan dengan sasaran dan tujuan jangka panjang, serta dianggap sebagai penyelesaian permasalahan secara ³tambal sulam´ yang bersifat sementara sehingga harus dilakukan secara terus menerus (tidak efisien).
Pengertian (Charles E. Lindblom dkk)
± Suatu kerangka pendekatan yang hanya mengutamakan subsistem tertentu yang diprioritaskan tanpa melihat dalam wawasan yang lebih luas
± Hanya memilih di antara rentang substansi yang terbatas dan hanya berbeda/berubah sedikit dari kebijaksanaan yang ada.
Model
ini pada awalnya diajukan oleh Charles E. Lindblom (1964). Pendekatan dari
model ini apabila dilihat dari lingkup perencanaannya mirip dengan perencanaan proyek, dan pada kenyataannya pendekatan ini mengutamakan unsur atau sub sistem tertentu yang perlu diprioritaskan tanpa perlu melihatnya dalam wawasan yang luas (Djoko Sujarto, 1990).
Pendekatan
ini
memungkinkan
bagi
pembuat
keputusan
untuk
menerapkan
strategi
pengambilan keputusan dengan kapasitas kognitif yang terbatas dan rasional. Sasaran dan tujuan yang digariskan dalam perencanaan bersifat langsung pada kebutuhan pengembangan suatu unsur atau sub sistem tertentu saja. Bagi
para
pembuat
keputusan
model
ini
dirasakan
memberikan
kemudahan
dalam
penangguhan masalah (Etzioni dalam Faludi, 1982).
Karakteristik Model Mekanisme
yang menjadi ciri utama model ini adalah suatu pemilihan kebijaksanaan diantara
sejumlah kecil alternatif kebijaksanaan, yang masing-masing hanya memiliki perbedaan yang sedikit dengan kebijaksanaan yang telah ada atau tengah berlaku (Bambang B. S, 1992).
Model
ini tidak mensyaratkan sistem informasi yang lengkap dan menyeluruh. Data terinci
hanya dibutuhkan untuk aspek sub sistem tertentu yang menjadi prioritas penanganannya (Djoko Sujarto, 1990). Selain itu, model ini dapat menghemat dana dan waktu dalam penelaahan dan analisis maupun proses teknis perencanaannya.
Ciri dari model Disjointed Incrementalism : 1. Tidak terlalu ditunjang oleh penelaahan serta evaluasi alternatif rencana secara menyeluruh. 2. Hanya mempertimbnagkan bagian-bagian tertentu dari kebijaksanaan umum yang berkaitan langsung dengan unsur atau subsistem yang diprioritaskan. 3. Berdasarkan lingkup perencanaan, maka perencanaan model ini lebih mudah.
Model
perencanaan disjointed incrementalism dapat menjadi alternatif dari perencanaan
komprehensif, khususnya untuk mengatasi problem perencanaan yang sangat mendesak karena adanya keterbatasan finansial.
Jadi ciri utama suatu produk perencanaan ini adalah : 1.Rencana terpilah tidak perlu ditunjang oleh penelahaan serta evaluasi alternatif rencana secara menyeluruh. 2. Hanya mempertimbangkan bagian-bagian dari kebijaksanaan umum (kalau sudah ada) yang berkaitan langsung dengan unsur atau subsistem yang diprioritaskan. 3. Dengan terbatasnya lingkup perencanaan yaitu pada unsur atau susbsistem tertentu saja maka
Asumsi Model
Model :
perencanaan ini dikembangkan karena dengan landasan bahwa manusia baik secara
individu maupun kelompok dalam masyarakat mempunyai keinginan, pandangan, kendala dan sifat yang berbeda-beda. Bertolak dari asumsi tersebut, maka dalam model ini dikenal asumsi-asumsi sebagai berikut : 1.
Menolak
kemungkinan
terjadinya
konsensus
dalam
isu
perencanaan
yang
luas
(komprehensif). 2. Konsensus hanya dapat dicapai pada hal-hal yang mendekati perubahan secara bertahap. 3. Diperlukannya mekanisme perencananaan yang bersifat desentralisasi (Bambang B. S, 1992).
Berdasarkan asumsi di atas, maka model perencanaan terpilah lebih tepat diterapkan untuk rencana-rencana yang bersifat khusus, misalnya rencana taman rekreasi, rencana kampus, rancang bangunan dan daerah sekitarnya yang terbatas, dll.
Kelemahan Model : Model
disjointed incrementalism pada dasarnya merupakan problem solving and planning yang
mengantisipasi permasalahan dalam jangka pendek.
Perbandingan Pendekatan Perencanaan Terpilah dengan pendekatan perencanaan lainnya
Perbandingan pendekatan komprehensif dan Pendekatan Terpilah
Peran Teori
Aspek
Pendekatan
Pendekatan Komprehensif
Pendekatan Terpilah
Teori yang memadai tentang
Teori yang memadai tentang
suatu masalah tersedia
suatu
masalah
dapat
dikurangi Permasalahan
Permasalahan baru
Permasalahan
lama
yang
dimodifikasi Ketersediaan sumberdaya Kerangka waktu
Sumber daya melimpah
Sumber daya terbatas
Waktu
Waktu
untuk
mempelajari
masalah cukup Hubungan dengan aspek lain
Pola kebijakan lain
Banyak
terkait
untuk
mempelajari
masalah terbatas dengan
Sedikit
terkait
dengan
kebijakan-kebijakan yang lain
kebijakan-kebijakan yang lain
Kebijakan
lebih
Secara realita sering tidak
mudah diterima secara politis
memiliki kekuatan politis yang
( memiliki kekuatan politis )
cukup
Sumber: dimodifikasi dari Levy (1997)
disusun