Pemeliharaan Pemeliharaan sistem proteksi penangkal petir dan grounding di condotel dan appartement appartement bhuvana resort ciawi kabupaten bogor Abstraksi
Proyek bhuvana adalah sebuah konsep hunian condotel dan apartment yang terintegrasi dalam sebuah kawasan yang strategis. Bhuvana condotel dan apartment berdiri diatas lahan seluas
21.000 m2 dengan satu tower setinggi 15 lantai. Akan merangkum
sebanyak 101 unit apartment dan 203 unit condotel . Pekerjaan mep (mechanical electrical plumbing) yang plumbing) yang dikerjakan oleh pt. Unicorn tosan perkasa diproyeksikan selesai selama 515 hari kalender sejak 06 september se ptember 2016 sampai dengan 27 maret 2018. Pada proses pengerjaan mep (mechanical electrical plumbing) plumbing) memerlukan perencanaan dan perancangan sistem plumbing, electrical, hydrant , tata udara, tata suara, electronik dan lift yang baik guna memenuhi kualitas standarisasi juga kenyamanan dalam penggunaan bhuvana condotel dan apartment. Mengingat gedung bhuvana ini berada pada posisi yang paling tinggi diantara gedung – gedung sekitar maka resiko gangguan keamanan bangunan tersebut. Salahsatu kemungkinan gangguan yang terjadi ialah gangguan dari sambaran petir. Untuk mencegah resiko tersebut maka pada proyek bhuvana dipasang proteksi, salah satu proteksi yang dipasangan adalah pengakal petir dan grounding.
Penangkal petir 1. Petir
Petir adalah salah satau fenomena kelistrikan udara di alam. Proses terjadinya petir akibat perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton). Para ilmuan menduga bahwa ada beberapa tah apan yang biasanya dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik pada awan bersangkutan. Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan negatif, di bagian tengah adalah listrik bermuatan positif, sementara di bagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan muatan positif, pada bagian inilah petir biasa berlontaran. Petir dapat terjadi antara awan dengan awan, dalam awan itu sendiri, antara awan dan udara, antara awan dengan tanah (bumi). Energi yang dihasilkan oleh satu sambaran 55 kw/hour. 2. Proses terjadinya petir 3. Bahaya akibat sambaranpetir
a. Sambaran petir langsung melalui bangunan Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan rumah, kantor dan gedung, tentu saja hal ini sangat membahayakan bangunan tersebut beserta seluruh isinya karena dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan perangkat elektrik/elektronik atau
bahkan
korban
jiwa.
Maka
dari
itu
setiap
bangunan
di
wajibkan
memasang instalasi penangkal petir. Cara penanganannya adalah dengan cara memasang terminal penerima sambaran petir serta instalasi pendukung lainnya yang sesuai dengan standart yang telah di tentukan. b. Sambaran petir melalui jaringan listrik Bahaya sambaran ini sering terjadi, petir menyambar dan mengenai sesuatu di luar area bangunan tetapi berdampak pada jaringan listrik di dalam bangunan tersebut, hal ini karena sistem jaringan distribusi listrik/pln memakai kabel udara terbuka dan letaknya sangat tinggi, bilamana ada petir yang menyambar pada kabel terbuka ini maka arus petir akan tersalurkan ke pemakai langsung. Cara penanganannya adalah dengan cara memasang perangkat arrester sebagai pengaman tegangan lebih (over voltage). Instalasi surge arresterlistrik ini dipasang harus dilengkapi dengan grounding system. 4. Kerusakan yang diakibatkan sambaran petir
a. Kerusakan thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya kebakaran. b. Kerusakan mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur bangunan retak, rusaknya peralatan elektronik bahkan menyebabkan kematian.
5. Alasan kenapa harus ada penangkal petir
a. Efek listrik Ketika arus petir melalui kabel penyalur (konduktor ) menuju resistansi elektroda bumi instalasi penangkal petir, akan menimbulkan tegangan jatuh resistif, yang dapat dengan segera menaikan tegangan sistem proteksi kesuatu nilai yang tinggi dibanding dengan tegangan bumi. Arus petir ini juga menimbulkan gradien tegangan yang tinggi disekitar elektroda bumi, yang sangat berbahaya bagi makluk hidup. Dengan cara yang sama induktansi sistem proteksi harus pula diperhatikan karena kecuraman muka gelombang pulsa petir. Dengan demikian tegangan jatuh pada sistem proteksi petir adalah jumlah aritmatik komponen tegangan resistif dan induktif b. Efek tegangan tembus – samping Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki tegangan yang lebih tinggi terhadap unsur logam didekatnya. Maka dari itu akan dapat menimbulkan resiko tegangan tembus dari sistem proteksi petir yang telah terpasang menuju struktur logam lain. Jika tegangan tembus ini terjadi maka sebagian arus petir akan merambat melalui bagian internal struktur logam seperti pipa besi dan kawat. Tegangan tembus ini dapat menyebabkan resiko yang sangat berbahaya bagi isi dan kerangka struktur bangunan yang akan dilindungi c. Efek termal Dalam
kaitannya
dengan sistem
proteksi
petir, efek
termal
pelepasan
muatan petir adalah terbatas pada kenaikan temperatur konduktor yang dilalui arus petir. Walaupun arusnya besar, waktunya adalah sangat singkat dan pengaruhnya pada sistem proteksi petir biasanya diabaikan. Pada umumnya luas penampang konduktor instalasi penangkal petir dipilih terutama umtuk memenuhi persyaratan kualitas mekanis, yang berarti sudah cukup besar untuk membatasi kenaikan temperatur 1 derajat celcius d. Efek mekanis Apabila arus petir melalui kabel penyalur pararel (konduktor ) yang berdekatan atau pada konduktor dengan tekukan yang tajam akan menimbulkan gaya mekanis yang cukup besar, oleh karena itu diperlukan ikatan mekanis yang cukup kuat. Efek mekanis lain ditimbulkan oleh sambaran petir yang disebabkan kenaikan temeratur udara yang tiba-tiba mencapai 30.000 k dan menyebabkan ledakkan pemuaian udara disekitar jalur muatan bergerak. Hal ini dikarenakan jika konduktifitas logam
diganti dengan konduktifitas busur api listrik, enegi yang timbul akan meningkatkan sekitar ratusan kali dan energi ini dapat menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan yang dilindungi. e. Efek kebakaran karena sambaran langsung Ada dua penyebab utama kebakaran bahan yang mudah terbakar karena sambaran petir, pertama akibat sambaran langsung pada fasilitas tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar. Bahan yang mudah terbakar ini mungkin terpengaruh langsung oleh efek pemanasan sambaran atau jalur sambaran petir. Kedua efek sekunder, penyebab utama kebakaran minyak. Terdiri dari muatan terkurung, pulsa elektrostatis dan elektromagnetik dan arus tanah f. Efek muatan terjebak Muatan statis ini di induksikan oleh badai awan sebagai kebalikan dari proses pemuatan lain. Jika proses netralisasi muatan berakhir dan jalur sambaran sudah netral kembali, muatan terjebak akan tertinggal pada benda yang terisolir dari kontak langsung secara listrik dengan bumi, dan pada bahan bukan konduktor seperti bahan yang mudah terbakar. Bahan bukan konduktor tidak dapat memindahkan muatan dalam waktu singkat ketika terdapat jalur sambaran. 6. Parameter yang harus diperhatikan
a. Tingkat perkiraan bahaya Berdasarkan peraturan umum instalasi penangkal petir besarnya kebutuhan tersebut mengacu kepada penjumlahan indeks-indeks tertentu yang mewakili keadaan bangunan di suatu lokasi dan dituliskan sebagai berikut; R = a+b+c+d+e Dari persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa semakin besar nilai indeks akan semakin besar pula resiko (r) yang di tanggung suatu bangunan sehingga semakin besar kebutuhan bangunan tersebut akan sistem proteksi petir. Bebarapa indeks perkiraan bahaya petir di tunjukkan ke dalam tabel berikut ini Indeks a : bahaya berdasarkan jenis bangunan Penggunaan dan isi
Indeks a
Bangunan biasa yang tak perlu diamankan
-10
baik bangunan maupun isinya Bangunan dan isinya jarang dipergunakan misalnya menara atau tiang dari metal
0
Bangunan yang berisi peralatan sehari-
1
hari atau tempat tinggal misalnya rumah tinggal, industri kecil, stasiun kereta Bangunan dan isinya cukup penting
2
misalnya menara air, toko barang-barang berharga dan kantor pemerintah Bangunan yang isinya banyak sekali
3
orang misalnya sarana ibadah, sekolah dan atau monumen sejarah yang penting Instalasi gas minyak atau bensin, dan
5
rumah sakit Bangunan yang mudah meledak dan
15
menimbulkan bahaya yang tak terkendali bagi sekitarnya misalnya instalasi nuklir.
Indeks b : bahaya berdasarkan kontruksi bangunan Kontruksi bangunan
Indeks b
Seluruh bangunan terbuat dari logam dan
0
mudah menyalurkan listrik Bangunan
dengan
kontruksi
beton
1
bertulang atau rangka besi dengan atap logam Bangunan
dengan
kontruksi
beton
2
bertulang, kerangka besi dan atap bukan logam Bangunan kayu dengan atap bukan logam
3
Indeks c : bahaya berdasarkan tinggi bangunan Tinggi bangunan berdasarkan......(m)
Indeks c
6
0
12
2
17
3
25
4
35
5
50
6
70
7
100
8
140
9
200
10
Indeks d : bahaya berdasarkan situasi bangunan Situasi bangunan
Indeks d
Di anah daar pada semua ketinggian
0
Di kaki bukit sampai % tinggi bukit atau
1
pegunungan sampai 1000 metter Dipuncak gunung atau pegunungan yang
2
lebih dari 1000 meter
Indeks e : bahaya berdasarkan hari buruh Hari guruh per tahun
Indeks e
2
0
4
1
8
2
16
3
32
4
64
5
128
6
256
7
b. Kerapatan sambaran petir (ng) Kerapatan sambaran petir dapat diketahui dengan parameter : Ng = 0,04 x td 1,26 (sambaran) Dimana : td1,26 jumlah hari gugur per tahun c. Area proteksi pada gedung Area ekivalen pada gedung dapat dicari dengan menggunakan persamaan : Ae = ab + 6h(a + b ) +99 (h)2 (m2)
Dimana : A = panjang gedung B = lebar gedung H = tinggi gedung d. Jumlah rata – rata frekwensi sambaran petir langsung per tahun (n d) Jumlah rata – rata sambaran petir pertahun diketahui melalui persamaan : Nd = ng x ae x 10 -6 e. Efisisensi sambaran petir ( e ) Efisiensi diketahui dengan persamaan : E > 1 – / Dimana nilai nc = 0,1 7. Standar yang menjadi acuan 8. Jenis jenis pengakal petir
Penangkal petir adalah sebuah batang logam atau konduktor yang dipasang di atas gedung dan pada perangkat listrik yang terhubung ke tanah melalui kawat, untuk melindungi bangunan pada saat terjadi petir a. Penangkal petir konvensional / faraday / frangklin Kedua ilmuwan tersebut faraday dan frangklin menjelaskan sistem yang hampir sama, yakni system penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian atas bangunan dan grounding, sedangkan sistem perlindungan yang di hasilkan ujung penerima/splitzer adalah sama pada rentang 30 - 40 derajat. Perbedaannya adalah sistem yang di kembangkan faraday bahwa kabel penghantar berada pada sisi luar bangunan dengan pertimbangan bahwa kabel penghantar juga berfungsi sebagai material penerima sambaran petir, yaitu berupa sangkar elektris atau biasa disebut dengan sangkar faraday. b. Penangkal petir radio aktif Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan semua ilmuwan sepakat bahwa terjadinya petir karena ada muatan listrik di awan berasal dari proses ionisasi, maka untuk menggagalkan proses ionisasi dilakukan dengan cara menggunakan zat berradiasi sepertiradiun 226 dab ameresium 241 karena kedua bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang dapat menetralkan muatan listrik awan. Maka manfaat lain hamburan ion radiasi tersebut akan menambah muatan pada ujung finial/splitzer, bila mana awan yang bermuatan besar tidak mampu di netralkan zat radiasi kemudian menyambar maka akan cenderung mengenai penangkal petir ini.
Keberadaan penangkal petir jenis ini telah dilarang pemakaiannya, berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi zat beradiasi di masyarakat, selain itu penangkal petir ini dianggap dapat mempengaruhi kesehatan manusia. c. Penangkal petir elektrostatis Prinsip
kerja
penangkal petir elektrostatis
mengadopsi
sebagian
system
penangkal petir radio aktif, yaitu menambah muatan pada ujung finial/splitzer agar petir selalu melilih ujung ini untuk di sambar. Perbedaan dengan system radio aktif adalah jumlah energi yang dipakai. Untuk penangkal petir radio aktif muatan listrik
dihasilkan
dari
proses
hamburan
zat
berradiasi
sedangkan
pada
penangkal petir elektrostatis energi listrik yang dihasilkan dari listrik awan yang menginduksi permukaan bumi. 9. Arester ( pelepas tegangan lebih/over voltage).
a. Pengertian Arrester merupakan alatpelindung sistem kelistrikan yang digunakan untuk melindungi peralatan elektronik dari induksi terhasap petir . induksi petir dapat menyebabkan rusaknya peralatan elektronik seperti komputer, pabx, telpon, cctv, alarem, sound dan MATV. b. Fungsi Susrge arrester berfungsi untuk menetralkan arus petir yang masuk melalui jalur yang dilindungi. Apabila ada arus lewat melebihi arus maksimum maka ar rester tersebut akan memblokir kemudian memutuskan dengan rangkaian elektronik didalamnya, lalu arus lebih akan dibuang ke grounding. 10. Sistem yang digunakan
Proyek bhuvana ini menggunkan sistem penangkal petir E lectrostatic Non Radio
Aktif. Sistem E lectrostatic ini disebut juga dengan penangkal petir radius dimana pada ujungnya (head terminal) dibuat agar petir hanya mengenai ujung penangkal petir ini dan tidak mengenai sasaran lain dalam radius perlindungan penangkal petir. Dalam sejarahnya, penangkal petir elektrostatis merupakan jenis penangkal petir ketiga dan paling modern saat ini setelah kedua pendahulunya yaitu penangkal petir konvensional dan penangkal petir radioaktif. 11. Prinsip kerja
Pada ujung penangkal petir elektrostatis terdapat sebuah electrode yang disebut dengan e.s.e (early steamer emision) dimana electroda ini akan aktif melepaskan ion ke
udara meskipun tidak ada sambaran petir. Jika pada saatnya ada potensi terjadinya petir hal ini merupakan penunjuk jalan bagi petir untuk segera menyambarnya daripada memilih sambaran di tempat lain. Oleh karena itu jenis penangkal petir elektrostatis lebih aman dan lebih baik dalam melindungi bangunan dari petir jika dibandingkan dengan penangkal petir konvensional. Selain itu area perlindungannya juga lebih luas, tergantung ketinggian pemasangan penangkal petir. 12. Radius proteksi
Karna menggunakan sistem elktrostatik type 1 yaitu 70 m maka jari – jari radius yang dapat terproteksi adalah : Ax = π.r 2 (m2) = 3,14 x (70) 2 = 15.386 m 2 13. Kelebihan
a. Tidak membutuhkan banyak kabel b. Area perlindungan lebih luas 50 m -150 m c. Lebih murah untuk perlindungan bangunan yang lebih luas d. Hanya membutuhkan 1 kabel pembumian e. Tidak mengganggu estetika bangunan f. Pemasangan dan perawatan lebihmudah g. Lebih aman bagi keselamatan 14. Komponen yang diguankan
Pengkal petir yangdigunakan berjenis lpi guardian dengan type lpi cat 2 dengan radius 100 meter. Dimana trminal guardian terdiri dari batang penangkal tumpul yang dikelilingi oleh panel logam yang dilapisi oli elektrik. a. Kepala penangkal (splitzer) b. Lampu indikator 5 watt c. Pipa galvanis 3’’ d. Pipa galpanis 2’’ e. Kabel konduktor f. Plat suport g. Baut h. Pipa konduit i.
Bolt
j.
Komponen pembumian
15. Instalasi pemasangan
Pemasangan grounding Pada tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan bagian grounding system terlebih dahulu, dengan pertimbangan keamanan dan kemudahan. Kemudian dilakukan pengukuran resistansi/tahanan tanah menggunakan earth testermeter , apabila hasil pengukuran tersebut menunjukan < 5 ohm maka tahapan kerja berikutnya dapat dilakukan. Seandainya hasil resistansi/tahanan tanah menunjukan > 5 ohm maka di lakukan pembuatan atau penambahan grounding lagi di sebelahnya dan di pararelkan dengan grounding pertama agar resistansi/tahanan tanahnya menurun sesuai dengan standarnya < 5 ohm.
Memasang kabel penyalur Setelah selesai membuat grounding, langkah berikutnya adalah memasang kabel penyalur (down conductor ) dari titik grounding sampai keatas bangunan, tentunya dengan mempertimbangkan jalur kabel yang terdekat dan hindari banyak belokan/tekukkan 90 derajat
sehingga
kebutuhan
material
dan
kualitas
instalasi
dapat
efektif
dan
efisien. Kabel penyalur petir yang biasa di gunakan antara lain bc ( bare copper ), nyy atau coaxial. Untuk tempat - tempat tertentu sebaiknya di beri pipa pelindung (conduite) dengan
maksud
kerapihan
dan
keamanan.
Bila kabel penyalur petir telah
terpasang
pemasangan head terminal petir
dengan
rapih,
maka
tahap
selanjutnya
tentunya harus terhubung dengan kabel penyalur
tersebut sampai ke grounding sistem. 16. Gangguan yang sering terjadi dan cara penanggunlanganya 17. Cara Pemeliharaan
Pemeliharaan ini dilakukan untuk menjaga dan menjamin kelayakan pengkal petir agar dapat berfungsi secara oprimnal. Perawatan penangkal petir dilakukan 2 kali dalam satu tahun dengan cara : a. Memeriksa nilai resistansi pada tanah dengan menggunakan eart tester b. Memetiksa keberadaan atau kelengkapan komponen yang telah ter instalasi . c. Mengganti komponen – komponen yang sudah rusak. d. Mengganti head terminal jika sudah ditemukan kerusakan akibat sambaran petir e. Melakukan penambahan titik grounding jika nilai resustansi tanah meningkat
18. Kenapamenggunkan sistem elektro statik
( Perbandingan antara sistem pengkal petir )
Sistem grounding 1. Goundin
Grounding atau Pentanahan adalah sistem pentanahan yang terpasang pada suatu instalasi listrik yang bekerja untuk meniadakan beda potensial dengan mengalirkan arus sisa dari kebocoran tegangan atau arus dari sambaran petir ke bumi. Cara pemasangan grounding ini dapat menggunakan sebuah elektroda khusus untuk pembumian yang ditanam di bawah tanah. 2. Jenis – jenis gerounding 3. Hal – hal yang mempengaruhi nilai resistansi tanah
a.
Sifat geologi tanah Merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah. Tanah liat umumnya memiliki tahanan jenis rendah dibanding dengan tanah yang bercampur dengan bebatuan. (Cari tahanan jenis tanah)
b. Komposisi zat kimia dalam tanah Kandungan zat – zat dalam tanah terutama sejumlah zat organik maupun anorganik yang dapat larut perlu diperhatikan. Di daerah yang memiliki curah hujan tinggi biasanya memiliki tahanan jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut. Untuk memperoleh tahanan yang efektif yaitu dengan menanam batang elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimna masih terdapat larutan garamnya. c. Kandungan air tanah Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan t ahanan jenis tanah terutama kandungan air tanah sampai denga 20% d. Temperatur tanah Temperatur bumi pada kedalaman 1,5 m biasanya stabil terhadap perubahan temperatur. Di indonesia yang merupakan daetah tropic perbedaan temperatur setahun tidak banyak , sehingga faktor ini tidak ada pengaruhnya. 4. Cara agar nilai resistensi dapat bertambah 5. Alasan kenapa harus ada grounding 6. Satandarisasi yang menjadi acuan
7. Sistem yang digunakan
a. Pembumian pengkal petir Grounding penangkal petir merupakan suatu perangkat instalasi yang berfungsi untuk melepas arus petir kedalam bumi. Sistem yang digunakan untuk grounding penagkal petir di proyek bhuvana ini adalah single groundin yaitu dengan menancapka satu batang elektroda pentanahan yang telah terhubung dengan kabel penghantar berupa kawat bc berukuran 70 mm 2 elektroda pentanahan terbuat dari copper road dilgavanisir dengan diameter 1,1/4 inc (3 cm) dan panjang
30
cm dan di tancapkan pada kedalaman 6meter. Untuk
memenuhi standar kelayakan grounding pengkal petir harus mempunyai tahanan tanah smaksimum 3 ohm. b. Pembumian instalasi listrik Sistem pembumian ini meliputi pembumian panel putr, panel sdp lantai 3, 8 dan 13 yang melayani beberapa panel penerangan, panel pkg dan panel mvdp. Sistem grounding yang digunakan adalah sistem single grounding yaitu sama dengan sistem pembumina penangkal petit. Tahanan yang diperlukan untuk memenuhi standar kelayakan grounding pengkal instalasi listrik nilai tahanan tanah maksimum 2 ohm. Untuk kabel penghantarnya menggunakan kawat bc yang diameternya disesuikan dengan besar penampang konduktor daya yang digunakan oleh instalasi listrik. c. Pembumian body genset Sistem grounding yang digunakan adalah sistem single grounding yaitu sama dengan sistem pembumina penangkal petit. Tahanan yang diperlukan untuk memenuhi standar kelayakan grounding pengkal instalasi listrik nilai tahanan tanah maksimum 2 ohm. Untuk kabel penghantarnya menggunakan kawat bc dengan ukuran 120 mm 2. d. Pembumian body trafo Sistem grounding yang digunakan adalah sistem single grounding yaitu sama dengan sistem pembumina penangkal petit. Tahanan yang diperlukan untuk memenuhi standar kelayakan grounding pengkal instalasi listrik nilai tahanan tanah maksimum 2 ohm. Untuk kabel penghantarnya menggunakan kawat bc dengan ukuran 120 mm 2 e. Pembumian trafo neutral Sistem pembuminan body trafo ini menggunakan sistem tt dimna titik nentral dihubungkan dengan tanah menggunakan kabel nya 3 x 120 mm 2 dengan tahanan tanah maksismum 2 ohm. Pembuian titik netral ini digunakan agar menghidari
f. Pembumian elktronik Instalasi elektronik ini meliputi cctv, ac, lift, speakr dan fasiltas yang ada disuatu gedung.
Sisitempembumian
ini
menggunakan
single
grounding,
dengan
menggunakan penghantar kawat bc berukuran 70 mm 2 dengan nilai tahanan tanah maksimal 1 ohm. 8.
Komponen yang diguankan
Dalam sistem pembumian terdapat boks kontrol dimana boks kontrol ini berupakan pertemuan atara kabel grounding dari komponen yang akan digroundingkan dan titik grounding itu senditi. a. Splitzen b. Kawat tembaga bc c. Pipa pvc d. Terminal grounding ( plat tembaga ) e. Kunci pas baut f. Schoen g. Baut h. Beton i.
Handle
j.
Kuku macan
9. Jenis elektroda Pentanahan
Ada 3 jenis elektroda yang digunakan pada elektroda pentanahan : a. Elektroda batang Ditanam vertikal ditanah, biasanya terbuat dari tembaga, stainless steel atau galvanis couple. Namun jenis galvanis dapat menyebabkan korosi. b. Elektroda Plat c. Elektroda Pita 10. Pengukuran resistansi pada titik grounding
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui tingkat besar tahanan tanah agar didapat nilai tahanan yang memenuhi standar kelayakan grounding yang mengacu pada persyaratan umum instalasi listrik atau puil 2000 (peraturan yang sesuai dan berlaku hingga hingga saat ini) yaitu kurang dari atau sama dengan 5 ohm. Dijelaskan bahwa nilai sebesa r 5 ohm merupakan nilai maksimal atau batas tertinggi dari hasil resistan pembumian (grounding) yang masih bisa di toleransi. Nilai yang berada pada pada range 0-5 ohm adalah nilai aman dari suatu instalasi pembumian grounding. Nilai tersebut berlaku untung seluruh
sistem dan instalasi yang terdapat pembumian (grounding) di dalamnya, baik pada pembumian penangkap petir, instalasi listrik, trafo, genset, dan elektronik. Untuk mengukuran tahanan tanah yang akan dijadikan titi k grounding tanah diukur menggunkan alat ukur grounding yang disebut “eart tester ” a. Langkah – langkah pengukuran : a) Kalibrasi jarum pada alat ukur harus dalam posisi nol. b) Earth tester memiliki tiga kabel diantaranya adalah kabel merah, kuning dan hijau. Hubungkan kabel merah dan kuning ke tanah dengan masing-masing jarak kurang lebih 10 meter dari titik grounding. c) Hubungkan kabel hijau ke titik grounding yang sudah tertanam, dari ketiga kabel diatas hubungkan ke alat ukur sesuai dengan warnanya. d) Setelah itu putar selektor pada alat ukur untuk kita arahkan pada pengukuran dengan nilai tertinngi (skala 1000 Ω) lalu tekan tombol tes. b. Hasil pengukuran resistansi grounding (cari standarisasi) No
Titik grounding
Resistansi (ohm)
1
Penangkal petir
0,8
2
Panel elktronik
0,9
3
Panel mvdp
1
4
Trafo
0,8
5
Putr/lvmdp
0,8
6
Pkg
0,8
7
Body genset 1
1,2
8
Body genset 2
1,2
11. Instalasi pemasangan
a. Buat boks kontrol dengan menggunkan beton dengan ukuran 60 x 60 cm dengan kedalaman 60 cm lengkap dengan penutupnya yang telah terpasang handle atau pengangan. b. Potong kawat tembaga dan pipa pvc sesuai kebutuhan menggunakan gergaji besi. c. Sambungkan kabel tembaga pada komponen yang akan dibumikan menggunakan schoen yang dibaut pada body atu pada bus bar panel. d. Ambil jalur grounding dari komponen yang akan di bumikan dengan menarik kabel tembaga dengan ukuran yang sudah ditentukan menuju boks kontrol
e. Kabel tembaga yang telah ditarik menuju boks terminal harus dilindungi dengan pipa pvc agar kabel tembaga tidak terkena tanah sebelum tersambung dengan grounding terminal. f. Sambungkan kabel tembaga pada terminal grounding (plat tembaga) dengan menggunakan schoen sesui ukuran kabel tembaga dan kencangkan menggunkan baut. g. Sambunkan kabel tembaga yang akan dipasag splitzen pada terminal grounding dan kencangkan dengan baut, sehingga terdapat dua sa mbungan pada terminal geounding. h. Masukan kabel tembaga pasa pipa gip untuk melindungi kabel agar tidak terkena tanah secara langsung sebelum terhubung dengan splitzen i.
Sambungkan kawat tembaga ke splitzen dan kecangkan dengan baud.
j.
Kubur splitzen di tanah yang sudah digali.
12. Instalasi sambungan grounding
(Minta Gambar) 13. Penentuan kabel grounding
Dalam penentuan penggunaan kawat penghantar harus dilihat dari besar penampang konduktor daya yangdigunakan. (Tanyakan jika ingin menggunakan alumunium apa harus naik satu step) No
Penampang konduktor yang
Penampang konduktor
digunakan (mm2)
pembumin (mm2)
1
<=10
6/4
2
16
10
3
35
16
4
70
50 / 35
5
120
70
6
150
95
7
>=300
120
14. Cara pengetesan 15. Gangguan yang sering terjadi dan cara penanggunlanganya 16. Cara perawatan