21
PEMBELAJARAN MENULIS FIKSI
MAKALAH
Dibuat sebagai salah satu syarat mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi
Dosen Pengampu : Dra. Hartati, M.pd
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Firda Nur Amalia Putri (1401415062)
Anis Ratnaningrum (1401416344)
Sumo Aji Atmoko (1401416345)
Tia Mawarni (1401416379)
Rombel 19
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menulis fiksi pada hakekatnya menulis kreatif, yaitu menulis dengan maksud untuk mengungkapkan perasaan atau emosi, misalnya menulis puisi, cerpen dan drama.
Pembelajaran menulis fiksi perlu mendapatkan perhatian dari para guru SD karena mempunyai peran penting dalam mebantu siswa mengembangkan daya khayal dan kecerdasaran emosionalnya. Perkembangan kecerdasaran intelektual harus di barengi dengan perkembangan kecerdasan emosionalnya agar kelak mereka tidak hanya menjadi manusia yang cerdas otaknya saja melainkan juga menjadi manusia yang arip bijaksana.
Banyak strategi, metode dan implementasi pembelajaran menulis fiksi yang dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Teori-teori belajar banyak diterapkan dalam pembelajaran untuk memberikan landasan kepada guru menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan sifat mata pelajarannya.Kesalahan dalam pemilihan penerapan teori pembelajaran menjadikan hasil yang diperoleh siswa dalam menyerap pembelajaran menjadi tidak maksimal.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut:
Apakah yang dimaksud dengan prosa fiksi?
Apa sajakah bahan bahan pembelajaran menulis fiksi?
Apa sajakah unsur unsur yang membangun fiksi?
Bagaimanakah sifat sifat fiksi?
Apa sajakah ragam dan jenis prosa fiksi?
Bagaimanakah keterampilan menulis fiksi?
Bagaimanakah cara meningkatkan keterampilan menulis fiksi pada anak usia SD?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengertian prosa fiksi
Untuk mendeskripsikan dan menganalisis bahan bahan pembelajaran menulis fiksi
Untuk mendeskripsikan dan menganalisis unsur unsur yang membangun fiksi
Untuk mendeskripsikan dan menganalisis sifat sifat fiksi
Untuk mendeskripsikan dan menganalisis ragam dan jenis prosa fiksi
Untuk mendeskripsikan dan menganalisis keterampilan menulis fiksi
Untuk mendeskripsikan dan menganalisis cara meningkatkan keterampilan menulis fiksi pada anak usia SD
Kata Pengantar
Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan limpahan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi. Sholawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang kami nantikan syafaatnya di Hari Kiamat kelak.
Pada kesempatan kali ini kami ingin berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat maupun mendukung proses pembuatan makalah ini dari awal hingga selesai, mereka ialah:
Ibu Dra. Hartati, M.pd selaku dosen Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi yang telah memberikan bimbingan dalam menyusun makalah ini.
Orang Tua kami yang selalu memberi dukungan baik doa maupun dukungan finansial.
Semua teman yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih kurang dari kata sempurna, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang akan membuat materi ini jauh lebih baik kedepan. Kami berharap kedepan makalah ini bisa menambah wawasan bagi para pembaca, khususnya dari mahasiswa Universitas Negeri Semarang.
Semarang, 25 April 2018
Penyusun
Kelompok 6
Daftar Isi
Kata Pengantar
..........................................................................................................................
i
Daftar Isi
...........................................................................................................................
ii
BAB I
...........................................................................................................................
1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1
1.3 Tujuan.........................................................................................................
2
BAB II
...........................................................................................................................
3
Pembahasan
1.2.1 Pengertian prosa fiksi.......................................................................
3
1.2.2 Bahan-bahan pembelajaran menulis fiksi........................................
4
1.2.3 Unsur yang membangun fiksi.........................................................
6
1.2.4 Sifat-sifat fiksi.................................................................................
9
1.2.5 Ragam dan jenis prosa fiksi.............................................................
10
1.2.6 Keterampilan menulis fiksi..............................................................
14
1.2.7 Cara meningkatkan keterampilan menulis fiksi pada anak usia SD...........................................................................................................
15
BAB III
..........................................................................................................................
17
Penutup
3.1 Kesimpulan........................................................................................
17
3.2 Saran...................................................................................................
17
Daftar Pustaka
...........................................................................................................................
iii
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Prosa Fiksi
Menulis adalah kegiatan menuangkan fikiran dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan memberitahu, meyakinkan atau menghibur. Sedangkan hasil dari proses kreatif tersebut disebut dengan istilah karangan atau tulisan.
Kata prosa diambil dari bahasa Inggris, prose. Kata ini sebenarnya menyaran pada pengertian yang lebih luas, tidak hanya mencakup pada tulisan yang digolongkan sebagai karya sastra, tapi juga karya non fiksi, seperti artikel, esai, dan sebagainya. Prosa yang sejajar dengan istilah fiksi (arti rekaan) dapat diartikan karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, tidak sungguh-sungguh terjadi di dunia nyata. Tokoh, peristiwa dan latar dalam fiksi bersifat imajiner. Hal ini berbeda dengan karya nonfiksi. Dalam nonfiksi tokoh, peristiwa, dan latar bersifat faktual atau dapat dibuktikan di dunia nyata (secara empiris).
Menurut beberapa ahli:
(Aminuddin, 2002:66), prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengaragnya sehingga menjalin suatu cerita.
M. Saleh Saad dan M. Muliono (dalam Tjahyono, 1988:106) mengemukakan fiksi adalah bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, an alur yang dhasilkan oleh daya imajinasi.
Sudjiman, (1984:17) yang menyebutkan fiksi ini dengan istilah cerita rekaan, yaitu kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang dihasilakan oleh daya khayal atau imajinasi dalam ragam prosa. Logika dalam fiksi adalah logika imajinatif sedangkan logika dalam nonfiksi adalah logika faktual. Fiksi adalah suatu karya yang mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi.
Berdasarkan pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa Fiksi adalah suatu tulisan yang berangkat dari khayalan atau imajinasi.
1.2.2 Bahan-bahan Pembelajaran Menulis Fiksi
Banyak ragam puisi, cerpen dan drama yang kita kenal. Tetapi puisi, sastra yang sederhana, yang dapat dijadikan sebagai wadah pengungkapan perasaan atau emosi siswa SD yang bisa disebut puisi, cerpen, dan drama anak-anak. Dinamakan puisi cerpen dan drama anak-anak, karena bentuk-bentuk tulisan itu memiliki ciri-ciri khusus, yaitu bentuknya sederhana, kalimat-kalimatnya lugas dan pendek-pendek, isinya tidak berbelit-belit dan mudah ditangkap. Drama yang ditulis anak-anak berupa dialog sederhana sesuai dengan apa yang merka lakukan dalam kesehariannya.
Bahan pembelajaran menulis fiksi untuk kelas 3 – 6 SD diperoleh dengan cara mengkaji GBPP itu sebagai berikut:
Menginventarisasikan tujuan umum yang sesuai untuk pembelajran menulis fiksi dari program pengajaran setiap kelas.
Memilih pembelajaran yang sesuai dengan tujuan umum itu dari setiap caturwulan
Menentukan bahan pembelajaran yang akan dikembangkan dari pembelajaran tersebut di atas
Hasil pengkajian yang diperoleh dituangkan ke dalam bentuktabel sehingga mempermudah anda ketika membuat rencana pengajaran yang akan anda laksanakan. Model pengembangan bahan pembelajaran menulis fiksi berikut ini kiranya dapat anda gunkana sebagai acuan pada waktu anda mengembangkan bahan pembelajaran menulis fiksi untuk kelas tertentu.
Kelas
Tujuan
Pembelajaran
Bahan Pembelajaran Menulis
3
Siswa mampu menulis cerita berdasarkan pengalaman sehari-hari
Menjawab atau membuat teka-teki
Bermain peran
Melengkapi cerita dengan urutan yang logis dan bermakna
Pantun
Drama
Cerpen/Drama
4
Siswa mampu membuat karangan / cerita berdsarkan pengalaman atau informasi dari bacaan
Melengkapi cerita
Menggunakan gambar seri untuk menuliskan cerita
Cerpen/drama
Cerpen/drama
5
Siswa mampu menulis karangan secara runtut
Mengurutkan gambar seri yang diacak dan membuat ceritanya
Menuliskan pengalaman dalam bentuk puisi kemudian membacakannya
Menulis cerita
Menulis untuk majalah dinding
Membuat pantun dengan isi yang menyangkut kehidupan anak
Menyusun cerita bersama-sama
Cerpen/drama
Puisi
Cerpen/drama
Puisi/cerpen/drama
Pantun
Cerpen/drama
6
Siswa mampu menyusun karangan dalam berbagai bentuk
Melengkapi bagian awal, tengah atau akhir cerita
Mementaskan naskah drama
Cerpen
Drama
Masih banyak lgi pembelajaran dan bahan pembelajaran menulis fiksi yang dpat Anda kembangkan sendiri. Hal itu dimungkinkan sebab pembelajaran aspek penggunaan dan pemahaman bahsa secara terpadu dapat dimulai dari mana saja, baik secara ekspresif maupun secara reseptif. Dengan demikian maka alur pembelajarannya mempunyai banyak variasil, misalnya :
Mendengarkan menulis berdiskusi
Mendengarkan bercakap-cakap menulis
Bercakap menulis membaca
Membaca berdiskusi memerankan
Menulis melaporkan membahas
Dengan memperhatikan alur di atas, pembelajaran menulis fiksi dapat diawali dengan mendegarkan cerita yang dibacakan guru, membaca cerita, bercakap-cakap, dan sebagainya. Dapat pula pembelajaran menulis fiksi diteruskan dengan mendengarkan pembacaan hasil karangan siswa, membicarakan atau menganalisis isi atau bahasanya, dan sebagainya.
Unsur Unsur Yang Membangun Fiksi
Unsur intrinsik fiksi
Unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang hadir didalam teks dan secara langsung membangun teks tersebut. Unsur-unsur intrinsik karya fiksi diantaranya adalah sebagai berikut:
Tema, merupakan pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita. Tema biasanya diangkat dari konflik kehidupan.
Plot, merupakan dasar cerita atau pengembangan cerita.
Alur, adalah rangkaian peristiwa yang saling berkaitan karena hubungan sebab akibat. Cara menganalisa alur adalah dengan mencari dan mengurutkan peristiwa demi peristiwa yang memiliki hubungan kausalitas saja. Adapun pengaluran adalah urutan teks, dengan menganalisa urutan teks ini, pembaca akan tahu bagaimana pengarang menyajikan cerita itu, apakah dengan teknik linier (penceritaan peristiwa-peristiwa yang berjalan saat itu), teknik ingatan (flashback) atau bayangan (menceritakan kejadian yang belum terjadi) .Proses alur yaitu alur maju, mundur, dan maju mundur.sedangkan dalam penyelesaiannya ada alur klimaks dan anti klimaks.
Setting, merupakan tempat terjadinya cerita.
Latar dalam cerita dapat diklasifikasikan menjadi :
Latar tempat, yaitu latar yang merupakan lokasi tempat terjadinya peristiwa cerita, baik itu nama kota, jalan, gedung, rumah, dan lain-lain.
Latar waktu, yaitu latar yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa cerita, apakah berupa penanggalan penyebutan peristiwa sejarah, penggambaran situasi malam, pagi, siang, sore, dan lain-lain.
Latar sosial, yaitu keadaan yang berupa adat istiadat, budaya, nilai-nilai/norma, dan sejenisnya yang ada di tempat peristiwa cerita.
Setting terbagi menjadi dua macam yaitu:
Setting geografis, tempat dimana kejadian berlangsung.
Setting antropologis, kejadian berkaitan dengan situasi masyarakat, kejiwaan pola fikir, adat-istiadat.
Penokohan/perwatakan.
Tokoh digambarkan sebagai tokoh utama (protagonis), tokoh yang bertentangan (antagonis), maupun tokoh pembantu.
Tokoh dibagi menjadi sebagai berikut:
Tokoh utama dan tokoh tambahan
Dilihat dari segi tingkat pentingnya (peran) tokoh dalam cerita, tokoh dapat
dibedakan atas tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagai besar cerita. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali-kali (beberapa kali) dalam cerita dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.
Tokoh prontagonis dan antagonis
Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dibedakan ke dalam tokoh prontagonis dan antagonis. Tokoh prontagonis adalah tokoh yang mendapat empati pembaca. Semantara tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik.
Tokoh statis dan tokoh dinamis
Dari kriteria berkembang/tidaknya perwatakan, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang memiliki sifat dan watak yang tetap, tak berkembang sejak awal hingga akhir cerita, adapun tokoh dinamis adalah tokoh yang mengalami perkembangan watak sejalan dengan plot yang diceritakan.
Bidang-bidang tokoh, harusnya digambarkan:
Bidang tampak yang berupa gesture, mimik, pakaian, milik pribadi, dll.
Bidang yang tidk tampak yan berupa dorongan/keinginan, psikis berupa perubahan kejiwaan, perasaan, dan religiusitas.
Sudut pandang, adalah yang mendasari tema dan tujuan penulis.
Sudut pandang dibagi menjadi dua macam:
Sudut pandang orang pertama, yaitu penulis terlibat sebagai salah satu tokoh.
Sudut pandang orang ketiga, yaitu penulis serba tahu apa yang terjadi tetapi tidak terlibat dalam cerita.
Suasana, yang mendasari suasana dalam cerita adalah penokohan, karena perbedaan karakter sehingga menimbulkan konflik. Dengan konflik pengarang berhadapan dengan suasana menyedihkan, mengharuhkan, menantang, menyenangkan, atau memberi inspirasi.
Unsur ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar teks, namun secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi penciptaan karya itu. Unsur yang dimaksud diantaranya biografi pengarang, situasi dan kondisi sosial, sejarah, dan lain-lain. Unsur-unsur ini mempengaruhi karena pada dasarnya pengarang mencipta karya sastra berdasarkan pengalamannya. Unsur ekstrinsik diantaranya adalah:
Agama
Budaya
Sosial
Politik
Ekonomi
Sifat Sifat Fiksi
Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan hasil rekaan.
Semua tokoh, setting, dan pokok persoalan adalah bukan kebenaran objektif melainkan realitas imajinatif.
Kebenaran yang terjadi didalam fiksi adalah bukan kebenaran obyektif melainkan kebenaran logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran.
Manusia-manusia yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat dalam seluruh aspek kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi dan membentuk sifat dan sikap pembaca, pendengar dan pemirsa.
Kebenaran logis fiksi menyebabkan setiap fiksi selalu multi interpretable, artinya setiap pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai tafsiran.
Ragam Dan Jenis Prosa Fiksi
Prosa Modern
Cerita Pendek (cerpen)
Sesuai dengan namanya, cerita pendek dapat diartikan sebagai cerita berbentuk prosa yang pendek. Ukuran pendek di sini bersifat relatif. Cerpen memiliki efek tunggal dan tidak kompleks.
Cerpen, dilihat dari segi panjangnya, cukup bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short short story), berkisar 500-an kata; ada cerpen yang panjangnya cukupan (middle short story), dan ada cerpen yang panjang (long short story) biasanya terdiri atas puluhan ribu kata. Dalam kesusastraan di Indonesia, cerpen yang diistilahkan dengan short story, disebut dengan cerpen mini. Contoh untuk cerpen-cerpen yang panjangnya sedang (middle short story) cukup banyak. Cerpen-cerpen yang dimuat disurat kabar adalah salah satu contohnya.. Adapun cerpen yang long short story biasanya cerpen yang dimuat di majalah. Cerpen "Sri Sumariah" dan "Bawuk" karya Umar Khayam juga termasuk ke dalam cerpen yang panjang ini.
Novelet
Di dalam khasanah prosa, ada cerita yang yang panjangnya lebih panjang dari cerpen, tetapi lebih pendek dari novel . Jadi, panjangnya antara novel dan cerpen. Jika dikuantitaatifkan, jumlah dan halamannya sekitar 60 s.d 100 halaman. Itulah yang disebut novelet.
Dalam penggarapan unsur-unsurnya : tokoh, alur, latar, dan unsur-unsur yang lain, novelet lebih luas cakupannya dari pada cerpen. Namun, dimaksudkan untuk memberi efek tunggal.
Novel
Kata novel berasal dari bahasa Italia, novella, yang berati barang baru yang kecil. Pada awalnya, dari segi panjangnya novella memang sama dengan cerita pendek dan novelet.
Novel kemudian berkembang di Inggris dan Amerika. Novel di wilayah ini awalnya berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, seperti surat, biografi, dan sejarah. Namun seiring pergeseran masyarakat dan perkembangan waktu, novel tidak hanya didasarkan pada data-data nonfiksi, pengarang bisa mengubah novel sesuai dengan imajinasi yang dikehendakinya.
Yang membedakan novel dengan cerpen dan novelet adalah segi panjang dan keluasan cakupannya. Dalam novel, karena jauh lebih panjang, pengarang dapat menyajikan unsur-unsur pembangun novel itu: tokoh, plot, latar, tema, dll. secara lebih bebas, banyak, dan detil. Permasalahan yang diangkatnya pun lebih kompleks.
Dengan demikian novel dapat diartikan sebagai cerita berbentuk prosa yang menyajikan permasalahn-permasalahan secara kompleks, dengan penggarapan unsur-unsurnya secara lebih luas dan rinci.
Roman
Kehadiran dan keberadaan roman sebenarnya lebih tua dari pada novel. Roman (romance) berasal dari jenis sastra epik dan romansa abad pertengahan. Jenis sastra ini banyak berkisah tentang hal-hal yang sifatnya romantik, penuh dengan angan-angan, biasanya bertema kepahlawanan dan percintaan.
Istilah roman dalam sastra Indonesia diacu pada cerita-cerita yang ditulis dalam bahasa roman (bahasa rakyat Prancis abad pertengahan) yang masuk ke Indonesia melalui kesusastraan Belanda. Di Indonesia apa yang diistilahkan dengan roman, ternyata tidak berbeda dengan novel, baik bentuk, maupun isinya.
Terkait dengan penjenisan berdasarkan kategori usia pembaca, kita mengenal pengistilahan sastra anak, sastra remaja, dan sastra dewasa. Begitu pula dengan jenis prosa di atas, baik cerpen, novel, maupun novelet. Penjenisan itu disesuaikan dengan karakteristik usia pembacanya, baik dari segi isi, maupun penyajiannya. Sebagai contoh, sastra anak (cerpen anak, novel anak) dari segi isinya akan menyuguhkan persoalan-persoalan dan cara pandang sesuai dengan dunia anak-anak. Begitu pula dengan penyajiannya, yang menggunakan pola penyajian dan berbahasa sederhana yang dapat dipahami anak-anak.
Sastra remaja juga demikian, persoalan dan penyajiannya adalah sesuai dengan dunia remaja,seperti percintaan, persahabatan, petualangan, dan lain-lain.
Cerita Anak
Cerita anak, baik karya asli Indonesia, maupun terjemahan, mencakup rentang umur pembaca yang beragam, mulai rentang 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun(bahkan 13 dan 14) tahun. Adapun bentuknya bermacam-macam, baik serial, cerita bergambar, maupun cerpen. Tema cerita anak juga beragam, mulai dari persahabatan, lingkungan, kemandirian anak, dan lain-lain. Sifatnya juga beragam. Dari segi sifatnya, cerita anak dalam sastra modern terdiri atas:
Cerita keajaiban, yakni cerita sihir dan peri yang gaib, yang biasanya melibatkan pula unsur percintaan dan petualangan. Contoh: Cinderella, Puteri Salju, Puteri Tidur, Tiga Keinginan, dan lain-lain.
Cerita fantasi, yaitu cerita yang menggambarkan dunia yang tidak nyata, dunia yang dibuat sangat mirip dengan kenyataan dan menceritakan hal-hal aneh dan menggambarkan suasana yang asing dan peristiwa-peristiwa yang sukar diterima akal. Contohnya adalah: fantasi binatang, fantasi mainan dam boneka, fantasi dunia liliput, fantasi tentang alam gaib, dan fantasi tipu daya waktu.
Cerita fiksi ilmu pengetahuan, yakni cerita dengan unsur fantasi yang didasarkan pada hipotesis tentang ramalan yang masuk akal berdasarkan pengetahuan, teori ilmiah, misalnya cerita tentang petualangan di planet lain, makhluk luar angkasa, dan sejenisnya.
Sumber-sumber cerita anak cukup luas, baik berupa buku, maupun cerita-cerita yang disajikan di majalah anak-anak, dan koran-koran yang memiliki sisipan rubrik anak-anak.
Prosa Lama
Yang dimaksud dengan istilah prosa lama di sini adalah karya prosa yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama Indonesia, yakni masyarakat tradisional di wilayah Nusantara. Jenis sastra ini pada awalnya muncul sebagai sastra lisan. Di antara jenis-jenis prosa lama itu adalah mite, legenda, fabel, hikayat, dan lain-lain. Jenis-jenis prosa lama tersebut sering pula diistilahkan dengan folklor (cerita rakyat), yakni cerita dalam kehidupan rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi secara lisan. Dalam istilah masyarakat umum, jenis-jenis tersebut sering disebut dengan:
Dongeng, adalah cerita yang sepenuhmya merupakan hasil imajinasi atau khayalan pengarang di mana yang diceritakan seluruhnya belum pernah terjadi.
Fabel adalah cerita rekaan tentang binatang dan dilakukan atau para pelakunya binatang yang diperlakukan seperti manusia. Contoh: Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kera Menipu Harimau, dan lain-lain.
Hikayat adalah cerita, baik sejarah, maupun cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta. Contoh; Hikayat Hang Tuah, Hikayat Seribu Satu Malam, dan lain-lain.
Legenda adalah dongeng tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu tempat, benda, atau kejadian di suatu tempat atau daerah. Contoh: Asal Mula Tangkuban Perahu, Maling Kundang, Asal Mula Candi Prambanan, dan lain-lain.
Mite adalah cerita yang mengandung dan berlatar belakang sejarah atau hal yang sudah dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut pernah terjadi dan mengandung hal-hal gaib dan kesaktian luar biasa. Contoh: Nyi Roro Kidul.
Cerita Penggeli Hati, sering pula diistilahkan dengan cerita noodlehead karena terdapat dalam hampir semua budaya rakyat. Cerita-cerita ini mengandung unsur komedi (kelucuan), omong kosong, kemustahilan, ketololan dan kedunguan, tapi biasanya mengandung unsur kritik terhadap perilaku manusia/mayarakat. Contohnya adalah Cerita Si Kabayan, Pak Belalang, Lebai Malang, dan lain-lain.
Cerita Perumpamaan adalah dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat yang berisi nasihat dan bersifat mendidik. Sebagai contoh, orang pelit akan dinasihati dengan cerita seorang Haji Bakhil.
Kisah adalah karya sastra lama yang berisi cerita tentang perjalanan atau pelayaran seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abullah ke Jeddah, dan lain-lain.Dari jenis-jenis cerita di atas, ada juga yang dikhususkan sebagai cerita anak. Yang termasuk cerita anak dari khasanah prosa lama antara lain: cerita binatang (contohnya Cerita Kancil dan Buaya, Burung Gagak dan Serigala, dan lain -lain), cerita noodlehead (contohnya: Cerita Pak Kodok, Pak Pandir, PakBelalang, Si Kabayan, dan lain-lain).
Keterampilan Menulis Fiksi
Menemukan Ide cerita
Beberapa pengarang pemula terkadang terhambat dalam menemukan ide cerita. Untuk memperkaya ide yang akan ditulis kita dapat melakukannya dengan berbagai cara. Pertama, mencermati fakta atau relita yang terjadi di sekitar kita dengan melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah yang ada. Cara tersebut di atas dapat dilakukan dengan banyak membaca buku-buku atau download materi dari internet untuk memperkaya pengetahuan kita. Kedua, melakukan kreasi dan imajinasi dengan mengolah dan mengkritisi fakta atau relita yang ada. Oleh karena itu, penting sekali menentukan ide cerita yang kita ketahui dan sering kita temui di sekitar kita. Penulis cerita dapat menemukan ide dari berbagai hal sudut pandang. Misalnya dengan memperkaya bacaan, memperkaya imajinasi, mengolah kembali cerita rakyat dan memanfaatkan pengalaman.
Mengembangkan ide cerita
Dalam keterampilan menulis atau membaca saat akan memulai mengembangkan ide dapat kita gagas dalam beberapa pertanyaan. Pertanyaan pertama dapat dimulai dari kata what (apa latar belakangnya, konfliknya, apa yang ingin disampaikan dll). Pertanyaan kedua dengan kata who (siapa tokohnya, pemain dalam cerita, pembacanya). Ketiga when (kapan kejadiannya, dibaca). Keempat Where (dimana settingnya). Kelima why (mengapa terjadi masalah/penyebab masalah). Keenam, how (bagaimana tindaklanjutnya, pengaruhnya, kesesuaiannya dan kemenarikannya).
Membuat cerita menarik
Cerita dikatakan menarik jika dapat meninggalkan kesan pada pembacanya. Ada beberapa unsur utuk mengembangkan cerita menjadi menarik. Pertama, pilihlah tema yang sesuai dengan sasaran pembaca. Jika pembaca itu remaja, maka pilihlah tema yang sesuai dengan usia, pola hidup atau gaya mereka. Kedua, pembentukan karakter bulat pada tokoh cerita. Artinya tokoh dapat menyampaikan karakter khusus yang dapat berdampak pada pembaca. Ketiga, konflik sebaiknya di kemas secara menarik dan tidak berlebihan. Setiap konflik yang disajikan dalam cerita, sebaiknya diikuti dengan pesan/informasi untuk pembaca. Diharapkan pembaca setelah membaca dapat mengambil hikmah positif dari konflik di dalam cerita tersebut. Keempat, ending atau klimaks cerita disajikan tanpa disadari oleh pembaca. Seorang pembaca yang kritis biasanya akan meramalkan sendiri ending dari cerita yang dibaca, untuk itu pengarang harus mampu menghadirkan sesuatu yang berbeda di luar perkiraan pembaca.
Cara Meningkatkan Keterampilan Menulis Fiksi Pada Anak Usia Sd
Pembelajaran menulis (mengarang) sebenarnya sudah dimulai sejak anak duduk di kelas 1 SD. Anak belajar menggambar lalu ia menuliskan beberapa kalimat mengenai gambarnya itu selanjutnanya, syarat-syarat mengarang dapat diajarkan berangsur-angsur. Yang terpenting adalah kita dapat memacu spontanitas atau keberanian anak dalam mengungkapkan gagasan dan isi hatinya melalui media tulisan. Materi menulis fikasi di kelas tinggi mencakup materi berikut :
Menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri
Melanjutkan cerita narasi
Menulis cerita rekaan berdasarkan pengalaman
Melanjutkan isi pantun
Menyusun karangan dari gambar seri yang diacak
Menulis prosa sederhana
Menulis puisi bebas
Memparafrasekan puisi
Menulis drama sederhana
Pembelajaran menulis fiksi harus mempunyi tujuan yang jelas. Bahan pembelajarannya pun harus sesuai dengan karakteristik siswa, berkaitan dengan perkembangan jiwa serta lingkungan siswa. Jangan biarkan anak menulis mengenai sesuatu yang belum ia ketahui, Oleh karena itu berikan kesempatan untuk anak memilih topik yang diceritakannya.
Penilaian menulis fiksi harus diupayakan untuk memotivasi bukan untuk menghakimi. Yang kita lakkukan bukanlah menjadikan anak sebagai seorang penyair, pujangga, penulis novel atau penulis skenario, akantetapi disini kita berusaha untuk menciptakan sikap dan persepsi positif kepada anak, sehingga anak senang menulis. Penilaian karangan sebaiknya berupa fortopolio yang diberikan komentar. Anak akan merasa dihargai ketika karyanya diberikan apresiatif, ketimbang hanya diparaf saja.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari pembuatan makalah ini adalah Pembelajaran menulis fiksi perlu mendapatkan perhatian dari para guru SD karena mempunyai peran penting dalam mebantu siswa mengembangkan daya khayal dan kecerdasaran emosionalnya. Perkembangan kecerdasaran intelektual harus di barengi dengan perkembangan kecerdasan emosionalnya agar kelak mereka tidak hanya menjadi manusia yang cerdas otaknya saja melainkan juga menjadi manusia yang arip bijaksana.
Saran
Setelah dibuatnya makalah ini pembaca diharapkan mampu mengembangkan ide-ide yang didapatkan dalam pembelajaran menulis fiksi, agar nantinya pembaca dapat menulis sebuah karya yang sangat bernilai dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar
Daftar Pustaka
http://bassoffi.blogspot.co.id/2014/07/model-model-pembelajaran-menulis-fiksi.html
http://kuliahpgsdbjm2010.blogspot.co.id/2015/02/meningkatkan-keterampilan-menulis-fiksi.html
http://meyfatin-shofwah.blogspot.co.id/2014/01/makalah-menulis-fiksi.html
Rofi,udin, Ahmad. Darmiyati Zuhudi. Pendidikan Dan Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi. 2002. Malang: Universitas Negeri Malang