PEMBANGUNAN KOTA BERKELANJUTAN DALAM PERSPEKTIF SOSIALBUDAYA DAN TATA TATA KELOLA KEL OLA Oleh Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc Makalah disajikan dalam acara Workshop Pelestarian Fungsi DAS Barito untuk Mendukung Pembangunan Kota Berkelanjutan, Banjarmasin, 25 September 2010 “The debate on sustainable urban development development has so far been rather disappointing and has not produced much over and above the generally accepted sustainability concepts.” (Frey, Hildebrand, 1999)
Pengantar sustainable development development seolah-olah Istilah ‘pembangunan berkelanjutan’ berkelanjutan’ atau sustainable seolah-olah sudah menjadi menjadi mantra, mantra, selalu selalu dikumand dikumandangk angkan an dalam dalam berbagai berbagai aras aras (level) (level).. Baik dalam skala internasional, regional, nasional maupun lokal, di kalangan ilmuwan maupun profesional. Termasuk yang menyangkut disiplin ilmu dan profesi perkotaan. Namun seperti diungkapkan oleh Prof. Hilderbrand Frey dari University of Strathclyde dalam Sustainable Urban Urban Form” (1999) yang bukunya: “ Designing the City: Towards a More Sustainable saya kutip di awal tulisan ini, perdebatan tentang pembangunan kota berkelanjutan selama selama ini terlalu terlalu terfokus terfokus pada wacana wacana konsep, konsep, teori, gagasan gagasan,, ide, pokok pokok pikiran. pikiran. Kurang menukik pada perumusan strategi dan penerapan pragmatis serta langkahlangkah nyata nyata yang harus dilakukan untuk perwujudannya. perwuju dannya. Tulisan ini dimaksudkan untuk mencoba mengisi kekosongan tersebut, mulai dari
pengungkapan tentang batasan dan prinsip-prinsip pembangunan kota berkelanjutan secara secara kompreh komprehensif ensif,, masalah-m masalah-masala asalah h yang yang dihadapi dihadapi kota-k kota-kota ota di Indonesia, Indonesia, dan langkah langkah nyata nyata ke depan yang perlu perlu dilakukan,kh dilakukan,khususn ususnya ya
ditilik ditilik dari perspektif perspektif
budaya dan tata kelola.
Batasan dan Prinsip-prinsip Pembangunan Kota Berkelanjutan Batasan Batasan pengertian pengertian tentang tentang pembangu pembangunan nan kota kota berkela berkelanjut njutan an berkemb berkembang ang terus, Conference di Berlin (Juli dengan berbagai argumentasinya. argumentasinya. Namun dalam URBAN 21 Conference di 2000) telah disepakati rumusan sebagai berikut: essential ly means improving the quality quality of life in a city, “Sustainable urban development essentially including ecological, cultural, cultural, political, institutional, and economic components without leaving a burden on the future generations”. Pengertia Pengertian n seperti seperti tersebut tersebut di atas dinilai sudah sudah cukup cukup kompreh komprehensif ensif,, mencakup mencakup sega segala la
aspe aspek. k.
Kenda Kendati ti
demi demiki kian an,s ,seb ebag agai aima mana na
yang yang
perna pernah h
dilo dilont ntar arka kan n
oleh oleh
Shakespeare “What “What is a city but its people”, rumusan di atas perlu dilengkapi dengan pemahama pemahaman n tentang tentang keberla keberlanjuta njutan n dari komunita komunitass manusia manusia atau warga warga kotan kotanya. ya. Institute
for
Sustainable Sustainable
Communities
memb memberi eri
bata batasa san n
peng pengert ertia ian n
tent tentan ang g
sustainable sustainable urban communities sebagai warga kota yang memiliki rasa tempat ( sense ( sense of place) place) dengan landasan visi dan misi yang ditetapkan dan dianut bersama oleh stakeholders), termasuk pihak swasta, badan – badan segenap pemangku kepentingan ( stakeholders), pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, kalangan kampus, organisasi keagamaan, diffab able led d atau asosia asosiasi si profe profesi, si, bahka bahkan n juga juga kelom kelompok pok yang yang kura kurang ng berunt beruntung ung ( diff disadvantaged). Komunitas Komunitas perko perkotaan taan semacam semacam itu selalu selalu akan mengaw mengawal al perkem perkembang bangan an kotan kotanya ya
melalui wacana dan debat publik yang inklusif dan konstruktif, dilandasi semangat kebe kebersa rsama maan, an, kesuk kesukar arela elaan, an, keman kemandir dirian ian,, denga dengan n peneka penekanan nan pada pada penca pencapai paian an kesejahteraan dan kebahagiaan segenap warga,tanpa kecuali. Dari kedua batasan pengertian tentang pembangunan kota dan komunitas kota kota berkel berkelanjut anjutan an tersebut tersebut di atas, atas, nampak nampak bahwa aspek budaya budaya dan tata kelola menem menempa pati ti posisi posisi yang yang pentin penting, g, tidak tidak kalah kalah diband dibanding ing denga dengan n aspek aspek tata tata ruang, ruang, ekonomi dan ekologi yang serba teraga atau kasat mata. Dalam bidang arsitektur dan perkotaan pun berlalu adagium “Di balik setiap bangunan dan kota yang Anda lihat, terdapat manusia dengan pernik-pernik budayanya yang acapkali tidak Anda lihat.” Mengenai prinsip-prinsip pembangunan kota berkelanjutan, hampir serupa dengan batasan pengertiannya, selalu berkembang terus. Semula, William McDonough memperkenalkan prinsip yang disebutnya dengan ‘ Triple Top Line” yaitu Enviro yaitu Environment, nment, Employment, dan Equity dan Equity yang dilengkapi dengan ‘Triple ‘ Triple Bottom Line’ yaitu People, yaitu People, Planet, dan Profits dan Profits (Yudelson. J: “Green Building: A to Z”, 2007). Dalam perkembangann perkembangannya, ya, dari 3E bertambah menjadi 4E dengan pengayaan pengayaan 1E lagi ement atau pelibatan sektor swasta (Seminar on Sustainable Development, yaitu Engag yaitu Engagement North Carolina, 1994). Dalam buku “Kota Berkelanjutan” (1998) Budihardjo dan Sujarto menambahkan lagi dengan 3E baru, dan terakhir dalam Seminar Nasional dalam rangka peringatan Hari Lingk Lingkung ungan an Hidup Hidup Se-Dun Se-Dunia ia 201 2010 (12 (12 Juni Juni 201 2010) dileng dilengka kapi pi total total menjad menjadii 10 E. Kesepu Kesepuluh luh prinsip prinsip pemba pembangu ngunan nan kota berk berkela elanju njutan tan yang yang dipopu dipopuler lerka kan n dengan dengan predik predikat at “Sepul “Sepuluh uh Perint Perintah ah Tuhan” Tuhan” untuk untuk Pemba Pembangu nguna nan n Kota Kota Berk Berkela elanju njutan tan dijelaskan sebagai berikut.
ment atau ekologi, yang berarti bahwa keseimbangan ekologis dalam Pertama, environ Pertama, environment kawasan perkotaan harus diprioritaskan. employment atau ekonomi, Kedu Kedua, a, employment ekonomi, agar agar dalam dalam penataaa penataaan n ruang perko perkotaan taan selalu diper diperhit hitung ungka kan n aspek aspek pertum pertumbuh buhan an ekono ekonomi, mi, khusus khususn nya yang yang menjad menjadii ladang ladang kegiatan warga kota setempat. empowerment atau Ketiga, empowerment atau pember pemberda daya yaan an supa supaya segena segenap p lapisa lapisan n masya masyara raka katt termoti termotiva vasi si untuk untuk ikut ikut berpe berpera ran n serta serta secar secara a aktif aktif dalam dalam kesel keseluruh uruhan an prose prosess pembangunan dan pengelolaan kotanya. engagement atau pelibatan kalangan dunia usaha atau komunitas bisnis Keemp Keempat, at, engagement public-private-community ty partnerships). partnerships). dengan prinsip kemitraan ( public-private-communi ement dalam arti penegakan hukum agar semua fihak taat pada aturan Kelima, enforc Kelima, enforcement dan rencana tata ruang kota yang telah disusun, dengan kelengkapan mekanisme reward and punishment punishment atau stick and carrot. atau stick Keenam, enjoyment Keenam, enjoyment agar segenap warga kota merasa nikmat dan nyaman nyaman di kediaman maupun maupun tempa tempatt kerja kerja masing masing-ma -masin sing,t g,tida idak k teran terangsa gsang ng untuk untuk menye menyerbu rbu kota kota besar,metropolis atau megalopolis. ethics of development, development, dalam Ketu Ketuju juh, h, ethics dalam arti bahwa bahwa para agen pembangu pembangunan nan harus selalu selalu memegang memegang etika etika dalam dalam segenap segenap kegiatan kegiatanny nya,mem a,membang bangun un tanpa tanpa merugikan merugikan pihak lain. Kedela Kedelapan pan,, equity agar segenap segenap warga warga masyara masyarakat kat memiliki hak dan akses yang yang setara setara terhadap terhadap semua fasilitas fasilitas sosial dan pelayana pelayanan n publik publik yang yang tersedia tersedia tanpa tanpa kecuali, menghindari eksklusivisme. Kesembilan, energy
conservation conservation
ata atau
hema emat
ener energi gi,,
anta ntara
lain lain
deng engan
memanfaa memanfaatkan tkan potensi potensi alam (angin, (angin, cahay cahaya), a), menggalak menggalakkan kan sistem sistem transporta transportasi si
umum, dan penerapan kaidah kota tropis serta arsitektur hijau. esthetics etics atau keindahan agar wajah kota terlihat kian menawan sebagai Kesepuluh, Kesepuluh, esth suatu karya seni sosial.
Aneka Masalah Tidak bisa diingkari, kota-kota di Indonesia menghadapi aneka masalah di lapangan yang mesti dupayakan dupayakan penanggulangannya penanggulangannya agar konsep dan prinsip pembangunannya pembangunannya dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Masal Masalah ah utama utama yang yang amat amat menonj menonjol, ol, terutam terutama a dalam dalam era otono otonomi mi daera daerah h dan dan desentral desentralisasi isasi,, adalah adalah bahwa bahwa keban kebanyak yakan an pengelola pengelola perko perkotaan taan mulai mulai dari waliko walikota ta sampai deretan aparat di bawahnya kurang memiliki visi vis i dan misi yang jelas terhadap perkembangan atau masa depan kotanya. Memang bisa dimaklumi mengingat bahwa tokoh-tokoh di puncak kekuasaan tidak mempun mempunyai yai
latar latar belakang belakang pendidikan pendidikan perencanaa perencanaan. n. Bahkan di negara semaju semaju
Amerika Serikat pun, Jane Jacobs dalam bukunya bukunya yang fenomenal fenomenal berjudul “ Death and Life of Great American Cities” menuding para urban managers tidak visioner dan kehilang kehilangan an visi perko perkotaan taan,sehin ,sehingga gga cenderung cenderung merusak merusak kotan kotanya ya sendiri.Mu sendiri.Muncull ncullah ah fenomena yang disebutkan dengan istilah Urbicide Urbicide alias urban suicide atau bunuh diri perkotaan. Tidak kurang dari Lyndon B.Johnson, presiden Amerika Serikat yang mengecam keras pembangunan perkotaan di negerinya yang notabene dikenal sebagai negara adidaya There is the decay decay of our cities... cities... not enough enough housing for our people yang demokratis : There nor enoug enough h public public transp transport ortati ation on for our traffic traffic.. Open Open lands lands are vanis vanishin hing g and landma landmark rkss are being violat violated. ed. A few few year yearss ago we were were conce concern rned ed about about the the ugl ugly
country… today we must act to prevent an ugly city.” Pernyataan tersebut dikemukakan tahun 1964, dan sekarang kondisi kota-kota di Amerika sudah jauh membaik. Kota-kota di Indonesia saat ini sedang mengalami masalah yang dihadapi Amerika Serika Serikatt hampir hampir separu separuh h abad abad yang yang silam. silam.Ban Banya yak k urba urban n manage managers rs yang yang tidak tidak komp kompete eten,t n,teta etapi pi mendud menduduki uki posisi posisi kunci kunci karen karena a permai permainan nan politi politik, k, keku kekuata atan n uang,atau pengaruh primordialisme. Ini yang lazim disebut dengan “ under-utilization of human resources”,yang berkaitan dengan kualitas sumberdaya manusia. Masalah Masalah besar besar yang yang kedua kedua adalah adalah gejala gejala penguras pengurasan an sumber sumber daya daya alam (natural (natural resources) dan pelecehan terhadap pusaka atau warisan budaya ( cultural heritage). Para elit penentu kebijakan pembangunan kota cenderung lupa atau memang tidak peduli pada petuah agama bahwa generasi masa kini bukannya memperoleh warisan planet bumi ini dari generasi sebelumnya, akan tetapi meminjamnya dari generasi mendatang. Seyogiany Seyogianya a kita semua memikirkan sungguh-sungguh sungguh-sungguh agar anak cucu kita nanti nanti akan memp memper erol oleh eh udar udara a yang yang bers bersih ih,, air air minu minum m yang yang jern jernih ih,, maka makana nan n yang yang seha sehat, t, perumahan perumahan yang yang layak layak,, pendidika pendidikan n yang berkual berkualitas, itas, pelayana pelayanan n kesehata kesehatan n yang yang prima, seni-budaya yang bergairah, lapangan kerja yang menyenangkan, rasa aman, kebebas kebebasan an berekspre berekspresi, si, kesejah kesejahteraa teraan n dan kebahag kebahagiaan iaan yang yang merata merata bagi seluruh seluruh Sustainable Human Human Settlements”, 2005). warga kota (Acma, Bulent: “ Promoting Sustainable Melihat luas dan dalamnya permasalahan perkotaan perkotaan di Indonesia, kiranya kiranya diperlukan panduan perencanaan dan perancangan kota berkelanjutan berkelanjutan yang jelas dari pemerintah pusat sebagai pegangan, pelibatan aktif dari para tokoh pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang, dan peran serta masyarakat setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan yang menyangkut nasib mereka.
Tanpa Tanpa semua itu, kecende kecenderunga rungan n pembangu pembangunan nan yang yang birokrati birokratik k dan teknokra teknokratik, tik, ino capitalis capitalism’ m’ (Sassen, 1991), dengan pemikiran dan kepentingan terseret arus ‘cas ‘casino berjangka pendek, akan berakibat kota-kota kita tidak akan berkelanjutan.
Langka Nyata ke Depan Beberapa langkah nyata yang direkomendasikan untuk dilakukan pada masa-masa yang akan datang,berdasarkan datang,berdasarkan pelajaran yang bisa kita ambil dari berbagai kota yang dinilai berhasil menerapkan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan kota kota berkelanjutan, berkelanjutan, adalah sebagai berikut. Pertama, para ilmuwan, budayawan, ulama, profesional, pelaku usaha, dan lain-lain haru haruss
meng mengga gala lang ng
kekua ekuata tan n
deng dengan an
kegia egiata tan n
yang ang
krea kreati tiff
dan dan
inov inovat atif if,,
mengembangkan ‘cultural ‘cultural economics’, mencegah dehumanisasi kehidupan warga kota dan menghidupkan ‘art-ification of life’ dengan dengan landasan budaya setempat. Kedu Kedua, a, kesejah kesejahteraa teraan n dan penghasil penghasilan an warga warga kota kota harus diupayak diupayakan an agar selalu meningkat terus secara bertahap sesuai potensi dan kedudukan masing-masing, agar mere mereka ka
teta tetap p
memil emilik ikii
hara harapa pan n
besa besarr
ke
masa masa
depa depan. n.
Kegi Kegiat atan an
ekon ekonom omii
rakyat,terutama yang berskala kecil dan menengah jangan sampai tergusur kekuatan kapitalis yang berskala raksasa. Ketiga,
sekola sekolah-s h-sek ekola olah h
kejur kejurua uan, n,
lembag lembaga a
peneli penelitia tian, n,
akadem akademi, i,
unive universi rsita tas, s,
perpustak perpustakaan, aan, dan lembagalembaga-lemba lembaga ga budaya budaya yang yang ada harus difungsika difungsikan n secara secara optimal sebagai infrastruktur pendukung aktivitas ekonomi budaya yang kreatif dan inovatif,menciptakan kota yang autentik. Keempat, keunikan lingkungan perkotaan yang alamiah, baik yang berorientasi air, daratan, daratan, atau perbukita perbukitan, n, mesti mesti didayagu didayagunaka nakan n secara secara optimal optimal sebagai sebagai ciri khas, khas,
jatidiri atau identitas kota.Kaidah ^Living with Nature^, Nature^, Ecopolis, atau Kota Ramah ‘green city’, ‘livable environment’, environment’, dan semacamnya semacamnya mesti dicoba untuk Lingkungan, green diterapkan secara konsisten dan sinambung. Kelima, wari warisa san n dan dan pusa pusaka ka buda budaya ya kota ota yang yang dimi dimili liki ki wajib jib dija dijaga ga,, dan dan dikembangkan, dikembangkan, tidak sekedar sekedar untuk ‘nostalgia’ atau karena ‘romantisme kesejarahan’, kesejarahan’, melainkan melainkan juga guna menggerak menggerakkan kan roda ekonomi ekonomi perko perkotaan taan yang yang berland berlandaska askan n budaya. Keenam, diti ditili lik k dari dari segi segi admin adminis istr tras asii publ publik ik dan dan tata tata kelo kelola la peme pemerin rinta taha han, n, perumu perumusan san kebi kebija jakan kan mesti mesti dilak dilakuka ukan n denga dengan n mana manajem jemen en yang yang demok demokrat ratis is dan partisipatif, mempertautkan kebijakan ekonomi, indsutri, dan perdagangan dengan kebijakan budaya dan lingkungan. Ketu Ketuju juh, h, aktivitas aktivitas dan inisiatif inisiatif segenap segenap lapisan lapisan warga warga kota, kota, organisa organisasi si nir-laba nir-laba,, PKK,Karang Taruna dan lain-lain wajib diakomodasi,dibantu, dan digalakkan untuk menumbuhkan rasa memiliki dan kebanggaan sebagai warga kota. Bila semua itu dilakukan dengan tulus, sepenuh hati, dan bersungguh-sungguh, tidak mustahil abad ini akan menjadi abad kota berkelanjutan.
Hanoi, 19 September 2010/09/20
Eko Budihardjo
BIODATA SINGKAT
•
Nama lengkap
: Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc
•
Tempat/tgl lahir
: Purbalingga, 9 Juni 1944
Alamat rumah
: Jl. Telaga Bodas Raya Kav. Kav. I no. 4, Semarang
•
50234 •
Email/HP/Telp
: eko ekob@ b@en engi gine neer.c er.co om / 0811279 0811279109 109 / 024-8501855 024-8501855
•
Pendidikan
: 1. Sarjana Teknik Arsitektur FT UGM Yogya, 1969 2. MSc in Town Planning, University of Wales, Institute of Science & Technology, Cardiff, UK, 1978) 3. Lemhanas, KRA XXVII, Jakarta, 1994.
•
Pengalaman pekerjaan/organisasi: 1. Ketua Ketua Pembi Pembina na YPSDM YPSDM Forum Forum Rektor Rektor Indonesia Indonesia 2. Ketua Ketua Forum orum Rekt Rektor or Indone Indonesia sia 3. Rektor Rektor Univ Univers ersita itass Dipon Diponego egoro ro 4. Ketua Ketua Dewan Dewan Kesenian Kesenian Jawa Jawa Tenga Tengah h (DKJT) (DKJT) 5. Ketua Ketua Dewan Dewan Pertimban Pertimbangan gan Pemban Pembanguna gunan n Kota (DP2K) (DP2K) Semara Semarang ng 6. Ketua Ketua Dew Dewan an Pak Pakar ar ICMI ICMI Orwil Orwil Jaten Jateng g 7. Ketua Ketua Dewa Dewan n Pembi Pembina na PSAI Pusat Pusat Jakarta Jakarta 8. Ketua Ketua Forum Forum Kalpataru Kalpataru Lestari Lestari (Fokka (Fokkal) l) 9. Ketua Ketua Paguy Paguyuba uban n Adiyus Adiyuswa wa
•
Publikasi / Penerbitan: Penerbitan: Telah menerbitkan 23 buku tentang arsitektur, perkotaan, perumahan, dan lingkungan.
•
Penghargaan: Telah Tel ah meraih meraih 12 pengharg penghargaan aan (antara (antara lain dari Planologi Planologi ITB, Mendiknas Mendiknas,, Menpa Menparpo rposte stel, l, Menteri Menteri Lingku Lingkunga ngan n Hidup, Hidup, PII, PII, IAI) IAI) dan dan 4 rekor rekor nasion nasional al MURI.
DAFTAR PUSTAKA
Andersson, Erik. 2006. Urban Landscape and Sustainable Cities, Ecology and Society II (1):34. Budihardjo, Eko. 2010. Tata Ruang Sebagai Landasan Pembangunan Berkelanjutan, Makalah Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup 2010, Purwokerto. Budihardjo, Eko & Sujarto, Djoko. 2009. Kota Berkelanjutan, Berkelanjutan, Penerbit Alumni, Bandung. Frey, Hildebrand. 1999. Designing the City: Towards a More Sustainable Urban Form, E& FN Spon, London. Laul, Anil. 2003. Sustainable City Strategies for Developing Countries, Faridabad, Faridabad, Haryana. Roseland, Mark. 1998. Toward Sustainable Communities, New Society Publishers, Gabriola Island. Rudlin, David & Falk, Nicholas. 2009. Sustainable Urban Neighborhood, Elsevier, Oxford. Tamagawa, Hidenori. 2006. Sustainable Cities: Japanese Perspectives on Physical and Social Structures, United Nations University Press, Tokyo.