BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Kesehatan ibu dan anak adalah pangkal kesehatan dan kesejahteraan bangsa. Ibu sehat akan melahirkan anak yang sehat, menuju keluarga sehat dan bahagia. Mengingat anak ± anak merupakan salah satu aset bangsa maka masalah kesehatan anak memerlukan prioritas masih cukup tinggi. tinggi. Sekitar 37,3 juta penduduk di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, setengah dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang, lebih dari 100 juta penduduk beresiko terhadap berbagai masalah kurang gizi. Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmen untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDG¶s) untuk mengurangi jumlah penduduk yang miskin dan kelaparan serta menurunkan angka kematian balita menjadi tinggal setengah dari keadaan pada tahun 2000 (Syarief,Hidayat.2004). Sumber daya manusia terbukti sangat menentukan kemajuan dan keberhasilan pembangunan suatu Negara. Terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Pada bayi dan balita, kekurangan gizi dapat mengakibatnya terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. Bahkan pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Dengan demikian akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Negara dan bangsa juga akan menderita bila ibu, anak dan keluarga serta masyarkat tidak sehat. Sebab kematian bayi sangat erat hubungannya dengan tingkat sosial ekonomi, ekonomi, keadaan gizi dan pelayanan kesehatan.
Page | 1
Berdasarkan uraian diatas penulis mengambil pokok pembahasan tentang peran seorang Bidan sebagai tenaga kesehatan di komunitas dalam melakukan Pelayanan Kesehatan pada Bayi dan Balita dalam dalam upaya mencapai sasaran MDG¶s 2015.
1.2 EPIDEMIOLOGI
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007), Angka Kematian Bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita Ba lita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup. hidup.
Grafik Kondisi, AKN, AKB dan AKBAL sejak 1991 s/d 2007 dan harapan pencapaian pada ta hun 2014. Keterangan: Garis merah=AKN, garis biru=AKB, garis hijau=AKBAL
Page | 2
Pneumonia merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita, disusul dengan diare, trauma pada saat kelahiran, bronchitis, influenza, campak dan gizi buruk. 1.3 TUJUAN
Mampu mengetahui tentang Peran dan Fungsi Bidan di Komunitas dalam Pelayanan Kesehatan pada Bayi dan Balita, meliputi:
Perawatan Kesehatan pada Bayi
Perawatan Kesehatan pada Balita
Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi dan Balita/Deteksi Dini
Imunisasi
Page | 3
BAB II PEMBAHASAN Peran dan Fungsi Bidan sesuai dengan Kompetensi Bidan Indonesia berkaitan dengan Asuhan di komunitas tentang Asuhan pada Bayi dan Balita Pernyataan kompetensi 7: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita sehat 1 bulan ± 5 tahun. 2.1 PERAWATAN KESEHATAN PADA BAYI
Bayi merupakan makhluk hidup mungil calon manusia yang terbentuk dari pertemuan sperma dan sel telur di dalam rahim seorang wanita. Bayi merupakan anak yang berumur 28 hari sampai kurang lebih 1 tahun. Perawatan kesehatan pada bayi meliputi:
Penyuluhan kesehatan kepada keluarga khususnya ibu, tentang: a) Pemberian Asi Eksklusif untuk bayi di bawah 6 bulan dan makanan Pendamping Asi (MP-Asi) untuk bayi di atas 6 bulan. b) Cara menyusui bayi yang baik. c) Pola pemberian makan dan masalah pemberian makan. d) Kebersihan anak e) Tanda anak sehat:
-
Berat badan naik sesuai garis pertumbuhan mengikuti pita hijau pada KMS atau naik ke pita warna di atasnya
-
Anak bertambah tinggi
-
Kemampuannya bertambah sesuai umur
-
Jarang
-
Ceria, aktif, dan lincah
sakit
f) Tanda bahaya umum/Anak sakit
-
Tidak bisa minum atau menyusu
-
Memuntahkan semuanya
-
Kejang
Page | 4
Letargis atau tidak sadar
Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita. Meliputi: a) Pemantauan tumbuh kembang untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang. b) Pencegahan kecelakaan c) Kesehatan pola tidur
Pemberian Imunisasi.
Pemberian Vit. A, kapsul vitamin A berwarna biru yang diberikan 1 kali dalam setahun.
2.2 PERAWATAN KESEHATAN PADA BALITA
Balita merupakan anak usia 1-5 tahun. Pelayanan kesehatan pada anak balita, meliputi:
Pemeriksaan kesehatan anak balita secara berkala
Penyuluhan pada orang tua, mengenai: a) Kebersihan anak b) Perawatan gigi c) Perbaikan gizi/pola pemberian makan anak d) Kesehatan lingkungan. e) Pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal identitasnya sebagai laki-laki atau perempuan) f) Perawatan anak sakit g)
Jauhkan
anak dari bahaya
h) Cara menstimulasi perkembangan anak
Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit
Pemberian vitamin A, kapsul vit.A berwarna merah diberikan 2 kali dalam setahun
Page | 5
Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada bayi dan cara menanggulanginya
2.2.1 Kunjungan anak balita
Bidan berkewajiban mengunjungi bayi yang ditolongnya ataupun yang ditolong oleh dukun di bawah pengawasan bidan di rumah. Kunjungan ini dilakukan pada: a) Minggu pertama setelah persalinan. Untuk selanjutnya bayi bisa dibawa ke tempat bidan bekerja. b) Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan c) Kemudian pemeriksaan dilakukan setiap 2 bulan sampai anak berumur 12 bulan d) Setelah itu pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai anak berumur 24 bulan e) Selanjutnya pemeriksaan dilakukan satu kali se-tahun. Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan balita antara lain: a) Pemeriksaan fisik pada anak b) Penyuluhan atau nasehat pada ibu dan keluarga. c) Dokumentasi pelayanan 2.3
PEMANTAUN
TUMBUH
KEMBANG
PADA
BAYI
DAN
BALITA/DETEKSI DINI
Deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita adalah kegiatan pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada bayi dan balita. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan/masalah tumbuh kembang bayi dan balita, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan/intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu dan keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang bayi dan balita tersebut. Page | 6
Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa: 1. Deteksi
dini
penyimpangan
mengetahui/menemukan
pertumbuhan,
status
gizi
yaitu
untuk
kurang/buruk
dan
mikro/makrosefali. 2. Deteksi
dini
mengetahui
penyimpangan gangguan
perkembangan,
perkembangan
yaitu
untuk
dan
balita
bayi
(keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar. 3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui
adanya
masalah
mental
emosional,autism
dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. 2.3.1 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut: Tingkat Pelayanan Keluarga, masyarakat
Pelaksana
Alat yang digunakan
y
Orang
Tua
KMS
y
Kader kesehatan
Timbangan
y
Petugas TPA,
PAUD, dan
guru
TK Puskesmas
y
Dokter
Tabel BB/TB
y
Bidan
Grafik LK
y
Perawat
Timbangan
y
Ahli Gizi
Alat ukur tinggi badan
Pita
pengukur
lingkar kepala
Page | 7
Deteksi sini penyimpangan pertumbuhan, meliputi:
a) Pengukuran berat badan terhadap t inggi badan (BB/TB) Dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Dari angka berat badan dan tinggi badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka standar deviasi (SD). (Tabel berat badan/tinggi badan terlampir). b) Pengukuran lingkar kepala Dilakukan
pengukuran
lingkar
kepala
dengan
menggunakan
pita
pengukur, hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin anak (Grafik lingkar kepala terlampir). Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran yang sekarang. Bila ukuran LK anak berada dijalur hijau maka lingkar kepala anak normal, sebaliknya apabila diluar jalur hijau lingkar kepala anak tidak normal (makrosefali=diatas jalur hijau, mikrosefali=dibawah gar is hijau). 2.3.2 Deteksi dini penyimpangan perkembangan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adlah sebagai berikut: Tingat pelayanan Keluarga dan masyarakat
Puskesmas
Pelaksana
Alat yang digunakan
Buku KIA
Petugas PAUD
KPSP
Guru TK terlatih
TDL
TDD
y
Orang
tua
y
Kader kesehatan
y
y
y
Dokter
KPSP
y
Bidan
TDL
y
Perawat
TDD
Page | 8
Deteksi dini penyimpangan perkembangan meliputi: a) Menggunakan Kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP) Jadwal
skrining KPSP rutin adalah umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36,
42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan Contoh
adalah
yang
lebih
kecil
dari
usia
anak.
: bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan.
Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah KPSP 9 bulan. Cara
menggunakan KPSP:
Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan Contoh
: bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan
bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :
-
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh : ³dapatkah bayi makan kue sendiri?´
-
Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh : ³pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk´
Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas atau ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.
Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK .
Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.
Page | 9
Interpretasi Hasil KPSP Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang ) Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah) Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan
perkembangan (S) Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M) Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P) . R incilah jawaban TIDAK pada nomor berapa saja.
Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)
Orangtua/pengasuh
Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi
anak sudah mengasuh anak dengan baik.
sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak.
Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak usah mengambil momen khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari yang terarah.
Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.
Untuk Anak dengan Perkembangan MERAGUKAN (M)
Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang diberikan lebih sering .
Lakukan
stimulasi
intensif
selama
2
minggu
untuk
mengejar
ketertinggalan anak.
Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak. Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat perkembangannya.
Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang sama pada saat anak pertama dinilai.
Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.
Page | 10
Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa
7-8 YA. Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan.
Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi.
Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA. Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas klinik t umbuh kembang.
Untuk anak dengan perkembangan terjadi PENYIMPANGAN (P) R ujuk
ke rumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan
perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
b) Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD setiap 3 bulan pada bayi (usia kurang dari 12 bulan), dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan keatas. Pemeriksa memakai alat/instrumen TDD menurut usia anak, gambargambar binatang dan manusia serta mainan (boneka, cangkir, sendok dan bola). Pada anak usia kurang dari 24 bulan, semua pertanyaan dijawab oleh orang tua/pengasuh, sedangkan pada anak usia lebih dari 24 bulan, pertanyaan berupa perintah-perintah kepada anak melalui orang tua/pengasuh untuk dikerjakan anak. Pemeriksa mengamati dengan teliti kemampuan anak dalam melakukan perintah yang diinstruksikan oleh orang tua/pengasuh.
Jawaban
'Ya' bila anak dapat
melakukan yang diperintahkan, jawaban 'Tidak' bila anak tidak adapat atau tidak mau melakukan perintah. Interpretasi hasil pemeriksaan: Bila ada satu atau lebih jawaban "Tidak" kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran. Intervensinya: bila perlu pemeriksaan diulang 2 minggu Page | 11
kemudian untuk meyakinkan bahwa ada gangguan pendengaran. Anak dirujuk ke R umah c)
Sakit bila diduga mengalami gangguan pendengaran. Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan/kelainan daya lihat anak sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti sehingga kesempatan memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal TDL setiap 6 bulan pada anak usia pra-sekolah (36-72 bulan). Untuk pemeriksaan TDL, memakai ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran baik. Pemeriksa memakai alat/instrumen TDL: 2 buah kursi (1 untuk anak dan 1 untuk pemeriksa), 'Poster E' untuk digantung atau dipegang setinggi mata anak dan 'Kartu E' untuk dipegang anak. Jarak pemeriksa dengan anak 3 meter. Anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku atau kertas, pemeriksa menunjuk poster E dengan alat penunjuk dan menanyakan ar ah huruf E kepada anak, mulai baris teratas (huruf E ukuran besar) hingga huruf E terkecil yang masih dapat dilihat. Ulangi pada mata anak sisi sebelahnya. Setiap kali anak mampu mencocokkan, berikan anak pujian. Interpretasi hasil pemeriksaan:
Bila anak tidak dapat mencocokkan sampai baris ketiga Poster E dengan kedua matanya maka diduga anak mengalami gangguan daya lihat. Untuk itu lakukan
intervensi:
Minta
kepada
orang
tua
agar
membawa
anaknya
untuk memeriksa ulang 2 minggu kemudian. Bila pada pemeriksaan ulang 2 minggu kemudian didapati hasil yang sama maka kemungkinan anak memang mengalami gangguan daya lihat. Selanjutnya pemeriksa menganjurkan anak diperiksa ke
R umah
Sakit dengan membawa surat rujukan yang berisi keterangan
mata yang mengalami gangguan (mata kiri, kanan atau keduanya). 2.3.3 Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Tujuan pemeriksaan ini untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas pada anak agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi.
Page | 12
Jadwal
deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan,
dilakukan untuk anak yang berusia 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining/pemeriksaan perkembangan anak. Alat yang digunakan adalah Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Cara melakukan: tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME kepada orang tua/pengasuh anak. Catat dan hitung berapa banyak jumlah jwaban 'YA'. Interpretasi:
Bila ada satu atau lebih jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional. Intervensi:
Bila jawaban YA hanya ada 1, maka: Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh Yang Mendukung Perkembangan Anak. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan maka anak dirujuk ke R umah
Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak. Bila ditemukan dua atau lebih jawaban YA, maka tindakan yang perlu
dilakukan adalah merujuk anak ke jiwa/tumbuh kembang anak.
R umah
R ujukan
Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan
harus disertai informasi mengenai jumlah
dan masalah mental emosional yang ditemukan. (KMEE terlampir) Pelaksana skrining: Tenaga kesehatan. Alat yang dipakai untuk skrining penyimpangan mental emosional adalah: 1. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi a nak usia 3672 bulan. (KMEE terlampir) 2. Ceklis Autis anak pra-sekolah atau Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) bagi anak usia 18-36 bulan. (CHAT terlampir)
Page | 13
3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) bagi anak usia 36 bulan keatas (prasekolah). (GPPH terlampir) Jenis deteksi dini yang harus dilakukan berdasarkan umur anak Jenis
deteksi dini tumbuh kembang yang harus menurut kelompok umur ana k
dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Keterangan:
Jadwal
deteksi dini di atas dapat berubah bila ada kasus rujukan,
kecurigaan anak mempunyai penyimpangan pertumbuhan dan adanya keluhan anak mempunyai masalah tumbuh-kembang. 2.4 IMUNISASI
Beberapa imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah adalah sebagai berikut :
Page | 14
a) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guenin) b) Imunisasi Hepatitis B c) Imunisasi Polio d) Imunisasi DPT (Difteri, Petusis, Tetanus) e) Imunisasi Campak 2.4.1 Imunisasi B CG (Bacillus Calmette Guenin)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC (tuberculosis) yang berat. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah sejak lahir, apabila usia lebih dari 3 bulan dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu dan vaksin BCG diberikan apabila uji tuberculin negative. Vaksin B C G (Bacillus
Calmette
Guerin )
Vaksin BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan dari stra in Paris no.1173 P2 ( Vademecum Bio Farma Jan 2002). Penggunaan;
Sebelum disuntikan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu menggunakan alat suntik steril dan kering dengan jarum panjang.
Pelarut 4 ml cairan NaCl 0,9 % (untuk Bayi < 1 tahun)
Suntikan secara Intrakutan didaerah Insertio M D eltoideus
Dosis pemberian : 0,05 ml untuk bayi < 1 tahun
Vaksin yang sudah dilarutkan hanya dapat bertahan paling lama 3 jam Kemasan:
1 box vaksin terdiri dari 10 Amp
1 Amp + pelarut 4 ml = 20 dosis Penyimpanan & Kadaluarsa
Disimpan pada suhu +2 o C s.d +8o C kadaluarsa selama 1 tahun
Page | 15
Pendistribusian dalam keadaan dingin dg Water Pack dan hindari sinar matahari langsung. Panas dapat merusak vaksin. Pembekuan tidak merusak vaksin BCG
Pelarut disimpan pada suhu kamar jangan disimpan di lemari es/Freezer. Tanda Keberhasilan
Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut. Jika
bisul tak muncul, jangan cemas. Bisa saja dikarenakan cara
penyuntikan yang salah, mengingat cara penyuntikan perlu kehlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntiknya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal. Jadi,
meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam
kadar rendah. Imunisasi BCG pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah. Efek samping pemberian imunisasi B CG :
Terjadinya ulkus pada daerah suntikan
Limfadentis regionalis di ketiak dan ata u leher
R eaksi
panas
2.4.2 Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair. Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelahlhir mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis.
Page | 16
Dengan resiko transmisi maternal
45%. Angka kejadian hepatitis B pada anak
balita juga sangat tinggi dalam memengaruhi angka kesakitan dan kematian balita. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B
R ecombinan
adalah vaksin virus recombinan yang
telah diinaktivasikan dan bersifat non infeksius , berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA recombinan ( Vademecum Bio Farma Jan 2002) Indikasi : Untuk Imunisasi aktif terhadap Infeksi yang disebabkan oleh virus
Hep.B dan tidak dapat mencegah infeksi virus Hep.A & Hep.C Penggunaan: Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB ADS Prefil
Injection Device intra muskuler , sebanyak 3 dosis dengan interval paling cepat 1 bulan Dosis pertama diberikan pada bayi usia 0 ± 7 hari, dosisi berikutnya
dengan interval minimum 4 minggu dan dilanjut 3-6 bulan serta penguatnya dapat diberikan pada usia 6 bulan. Kemasan & Dosis Vaksin Hep.B terdiri dari 2 kemasan Vial & HB ADS
Prefil Injection
Device (PID) 1 box Hep.B vial terdiri dari 10 vial 1 box Hep.B PID terdiri dari 100 HB ADS PID Vaksin Hep.B adalah vaksin berbentuk cairan warna putih
Penyimpanan & Kadaluarsa o
o
Disimpan pada suhu +2 C s.d +8 C @ kadaluarsa selama 26 bulan Pendistribusian dalam keadaan dingin dg Water Pack dan hindari sinar
matahari langsung / tidak langsung . Vaksin Hep.B rusak terhadap suhu dibawah ± 0 o C Di tingkat Bidan Desa vaksin dapat disimpan pada suhu ruangan s elama
VVM (Vaccine Vial Monitor) masih bagus .
Page | 17
Tanda Keberhasilan: Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun
dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahanya 8 tahun; diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi. Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali
suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup. Efek samping pemberian vaksin Hep. B : R eaksi local seperti rasa sakit Kemerahan dan pembengkakan di sekitar t empat penyuntikan R eaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah dua hari.
2.4.3 Imunisasi Polio Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penytakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Vaksin yang digunakan yaitu oral polio vaccine ( OPV). Vaksin Polio ( Oral Polio Vaksin)
Vaksin
Oral
Polio adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi
virus Poliomyelitis type 1 , 2 & 3 dari 3 strain Sabin yang sudah dilemahkan , dibuat dalam biakan jaringan kera dan distabilkan dengan sukrosa ( Vademecum Bio Farma Jan 2002) Indikasi : Untuk Imunisasi aktif terhadap Poliomyelitis Penggunaan;
Page | 18
Sebelum digunakan vial vaksin harus dipasang pipet terlebih dahulu untuk
meneteskan. Diberikan secara oral dengan 1 dosis pemberian adalah 2 tetes
Kemasan & Dosis 1 box vaksin terdiri dari 10 Vial 1 Vial untuk 10 dosis Vaksin Polio adalah vaksin berbentuk cairan
Penyimpanan & Kadaluarsa o
o
Penyimpanan di Puskesmas & R S pada suhu +2 C s.d +8 C o
o
Disimpan pada suhu +2 C s.d +8 C @ kadaluarsa selama 6 bulan o
Disimpan pada suhu - 15 C s.d - 25
o
C
@
kadaluarsa selama 2 tahun
Pendistribusian dalam keadaan dingin dg Water Pack dan hindari sinar
matahari langsung / tidak langsung . o
Vaksin Polio tidak rusak terhadap suhu dibawah ± 0 C
Efek Samping: Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami
pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang. Tingkat Kekebalan: Dapat mencekal hingga 90%
2.4.4. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organorgan tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis dan tetanus perlu
Page | 19
dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi dan anak balita. Vaksin D P T (Difteri Pertusis Tetanus)
Vaksin jerap DPT adalah vaksin yang terdiri dari Toxoid Dofteri dan Tetanus
yang dimurnikan serta bakteri Pertusis yang telah di inaktivasi dan
teradsorbsi
kedalam 3 mg/ml aluminium fosfat ( Vademecum Bio Farma Jan
2002) Indikasi : Untuk Imunisasi secara simultan terhadap Difteri,Tetanus dan batuk R ejan
Penggunaan:
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu untuk menghomogenkan suspensi.
Disuntikan secara intramuskular dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis , dosis pertama diberikan pada usia bayi 2 bulan dan selanjutnya diberikan dengan interval 1 bulan.
Dapat diberikan terpisah atau secara kombinasi dengan Hepatitis B (DPTHB Combo).
Dosis ulangan (booster) diberikan pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) menggunakan vaksin DT dan usia 7-8 tahun (kelas 2 SD) menggunakan vaksin TT
Kemasan & Dosis
1 box vaksin terdiri dari 10 Vial
1 Vial untuk 10 dosis
Vaksin DPT adalah vaksin berbentuk caira
Penyimpanan & Kadaluarsa
Page | 20
Disimpan pada suhu +2 o C s.d +8o C
Pendistribusian dalam keadaan dingin dg Water Pack dan hindari sinar
@
kadaluarsa selama 2 tahun
matahari langsung / tidak langsung .
o
Vaksin DPT rusak terhadap suhu dibawah ± 0 C
Efek samping penggunaan vaksin DPT :
Efek ringan
: terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan dan demam.
Efek berat
: terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati dan syok.
2.4.5 Imunisasi Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam mempengaruhi kesakitan dan kematian anak. Vaksin Campak
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1.000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin ( Vademecum Bio Farma Jan 2002) Indikasi : Untuk Imunisasi aktif terhadap Penyakit Campak Penggunaan :
Sebelum disuntikan vaksin Campak harus dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut steril yang berisi 5 ml cairan pelarut aqua bidest.
Disuntikan secara Subkutan dengan dosis 0,5 ml pada lengan kiri atas pada usia 9-11 bulan dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD).
Vaksin yang sudah dilarutkan hanya di gunakan paling lama 6 jam. Page | 21
Kemasan & Dosis box vaksin terdiri dari 10 Vial 1 Vial untuk 10 dosis 1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml
Vaksin Campak adalah vaksin berbentuk beku kering
Penyimpanan & Kadaluarsa o
o
Disimpan pada suhu +2 C s.d +8 C kadaluarsa selama 2 tahun
Pendistribusian dalam keadaan dingin dg Water Pack dan hindari sinar matahari langsung.
Pembekuan tidak merusak vaksin Campak
Pelarut disimpan pada suhu kamar jangan disimpan di lemari es/Freezer.
Efek samping penggunaan vaksin campak : Hingga 15% pasien dapat
mengalami demam ringan dan kemerahan sela ma 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinansi Berikut ini adalah tabel jadwal pemberian imunisasi pada bayi dan balita : Jadwal Imunisasi Umur
Vaksin
Tempat
Bayi lahir dirumah 0 bulan 1
bulan
2
bulan
3
bulan
bulan 9 bulan 4
HB 0 BCG, polio 1 DPT/HB
1, polio 2 DPT/HB 2, polio 3 DPT/HB 3, polio 4 Campak
Rumah Posyandu Posyandu Posyandu Posyandu Posyandu
Page | 22
BAB III PENUTUP Salah satu faktor penyumbang dari Angka kematian bayi dan Angka kematian balita yaitu dari segi pencapaian pelayanan kesehatan. Sehingga dengan adanya bidan di komunitas dekat dengan masyarakat diharapkan dapat menekan dan menurunkan angka kematian tersebut. Bidan di masyarakat harus mampu menjalankan fungsi-fungsi primer pelayanan kebidanan. Dari skrining/deteksi dini sampai dengan rujukan apabila diperlukan. Hal ini dilakukan pada seluruh sasaran asuhan kebidanan salah satu nya yaitu bayi dan balita Peran seorang Bidan di Komunitas dalam upaya mencapai MDG¶s 2015 meliputi upaya Pencegahan dengan Kegiatan imunisasi pada bayi harus dipertahankan atau ditingkatkan cakupannya sehingga mencapai Universal Child Immunization (UCI) sampai di tingkat desa. Peningkatan pelaksanaan ASI eksklusif dan peningkatan status gizi serta peningkatan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang jadi modal awal untuk sehat.
Page | 23
Page | 24