PEDOMAN PELAYANAN MATERNAL DAN BAYI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi
indikator kualitas
kesehatan
yang
masyarakat disuatu
negara, ternyata masih tergolong tinggi di Indonesia yaitu AKI : 307/100.000 KH ( SDKI 2002/2003) dan AKj3 : 35/1000 KH (SDKI 2002/2003). Sedangkan target RPJMN Depkes 2004-2009 AKI : 226/100.000 KH dan AKB : 26/1000 KH. Pemerintah telah bertekad untuk menurunkan AKI pada tahun 2010 menjadi 125/100.000 KH dan AKB menjadi 25/1000 KH. Untuk mencapai target tersebut diperlukan suatu strategi yang handal dan peran sena seluruh lapisan masyarakat. Penyebab utama kematian Ibu di Indonesia adalah perdarahan (30 %), eklampsia ( 25% ) infeksi ( 12% ) dan abortus( 5%). Sedangkan penyebab utama kematian bayi adalah BBLR (29%), asfiksia (27%) dan Infeksi (20%). Berbagai program telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia, seperti Safe Motherhood, Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi, Making Pregnancy safer dll. Pelayanan kesehatan
ibu
dan
bayi
merupakan
pelayanan
yang
berkesinambungan dan sating terkait. Kesehatan bayi ditentukan sejak bayi dalam kandungan. Disi lain kesehatan ibu dapat berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang dikandungnya. Berdasarkan hal tersebut diatas maka upaya penurunan AKI dan AKB merupakan keg iatan yang saling terkait. Oleh karena itu program Rumah Sakit Sayang Bayi tidak dapat dipisahkan dengan Program Rumah Sakit Sayang Ibu, menjadi satu program yaitu Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB). Program RSSIB telah dicanangkan sejak tahun 2001, sebagai bagian dari program Safe Motherhood. Dari laporan Dinkes 33 propinsi pada tahun
2006
didapatkan
data
bahwa
hanya
149
RS
yang
melaksanakan program RSSIB (11,53% dari 1292 RS). Dad jumlah tersebut 30% belum optimal pelaksanaannya. Oleh karena itu perlu dilakukan
revitalisasi
program
RSSIB,
salah
satunya
dengan
merevisi pedoman pelaksanaannya. Adanya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan tekhnologi khususnya dibidang kesehatan juga mendasari mengapa pedoman ini perlu direvisi, diantaranya masalah HIV, Kode Pemasaran PASI, Inisiasi Menyusu Dini dan Perawatan MetodeKanguru(PMK).
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingginya AKI dan AKB adalah proses rujukan yang masih belum mantap, antara lain karena rujukan yang terlambat dan ketidaksiapan fasilitas
kesehatan
(Puskesmas)
dan
Kabupaten/Kota)
terutama
ditingkat
rujukan
ditingkat
rujukan
sekunder
untuk
melakukan
Pelayanan
primer (IRS
Obstetrik
Neonatus Emergensi Komprehensif (PONEK). Keadaan ini antara lain disebabkan kurang jelasnya tugas dan wewenang masingmasing pihak yang terkait diberbagai tingkat pelayanan, serta tidak meratanya kemampuan tekhnis untuk melakukan fungsi kedaruratan obstetric dan neonatal. Padahal kalau ditinjau dari
segi
penyediaan
fasilitas
kesehatan,
Indonesia
sebenarnya telah mengalami peningkatan, misalnya cakupan pelayanan kesehatan umum telah mencakup rata-rata sekitar 70%. Akan tetapi cakupan pelayanan yang berkualitas bagi Ibu hamil, begitu juga cakupan pertolongan persalinan yang aman masih belum mencapai 50%. Data diatas didukung oleh penemuan bahwa sebagian besar (80%)
kematian
Ibu
terjadi di RS rujukan
(Alisyahbana 1990, Unicef 1991),
demikian
Kematian
pula
Angka
Bayi.
Penelitian
terbaru
menyebutkan bahwa pemberian ASI yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kematian bayi, Bila mengawali ASI lebih dari 60 menit dalam 24 jam pertama maka akan meningkatkan resiko kematian bayi 1,5 kali (Edmont et al, pediatrics 2006). Perilaku menyusui di Indonesia sudah mulai membaik. Hal ini terlihat dari angka cakupanASI eksklusif di Indonesia naik dari 18,1 % pada tahun 2005 menjadi 21,2% pada tahun 2006 (Susenas
2005-2006).
Diharapkan
bahwa
dengan
diterapkannya program RSSIB maka upaya penurunan AKI dan AKB khususnya Angka Kematian Perinatal dapat dipercepat melalui kesiapan rumah sakit terutama RS Kabupaten/Kota.
B. Tujuan pedoman 1. Tujuan umum Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). 2. Tujuan Khusus a. Melaksanakan
dan
mengembangkan
standar
pelayanan
perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk kepedulian terhadap ibu dan bayi c. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik dan neonatus termasuk pelayanan kegawatdaruratan (PONEK 24 jam). d. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan bayi bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya. e. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina teknis dalam pelayanan inisiasi menyusu dini, rawat gabung dan pemberian ASI eksklusif. f.
Meningkatkan fungsi rumah sakit dalam Perawatan Metode Kanguru (PMK) pada BBLR.
g. Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi program dan kegiatan. C. Ruang Lingkup Pelayanan Ruang lingkup pelayanan meliputi 10 (sepuluh) langkah 1.
perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna. Manajemen mendukung pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk inisiasi menyusu dini, pemberian ASI ekslusif dan indikasi yang tepat pemberian susu formula serta perawatan
2.
metode kanguru untuk BBLR Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk edukasi dan konseling kesehatan maternal dan neonatal serta konseling
3.
pemberian ASI Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta serta penanganan pada bayi baru lahir dengan inisiasi menyusu dini dan kontak kulit ibu bayi
4.
Menyelanggarakan pelayanan obstetrik dan neonatal emergenci komphrehensif (PONEK) selama 24 jam sesuai standar minimal
5.
berdasar tipe RS Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung, membantu ibu menyusui yang benar dengan cara mengajarkan cara posisi dan pelekatan yang benar. Mengajarkan ibu cara memerah ASI bagi bayi yang tidak bisa menyusu langsung dari ibu dan tidak memberikan ASI perah melalui botol
6.
serta pelayanan neonatus sakit Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan
7.
lain Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh
8.
kembang Menyelenggarakan pelayanan kesehatatan keluarga berencana termasuk pencegahan dan penanganan kehamilan yang tidak
9.
diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya. Menyelenggarakan audit medik di RS dan audit maternal
10.
perinatal kabupaten cirebon Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti
pemberian ASI eksklusif dan PMK. D. Pelaksanaan Kegiatan Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan atas 10 (sepuluh) langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna meliputi 1. Langkah I (pertama) 2. Langkah II (kedua) 3. Langkah III (ketiga) 4. Langkah IV (keempat) 5. Langkah V (kelima) 6. Langkah VI (keenam) 7. Langkah VII (ketujuh) 8. Langkah VIII (kedelapan) 9. Langkah IX (kesembilan) 10. Langkah X (kesepuluh) E. Batasan Operasional 1. Peri sakit Adalah ruangan bayi post lahir spontan/seksio sesaria dengan keadaan umum bayi kurang baik yang memerlukan perawatan yang khusus. 2. NICU Adalah ruangan bayi post lahir spontan/seksio sesaria dengan keadaan umum bayi kurang baik yang memiliki masalah khusus pada respirasi,nutrisi,dan memiliki kondisi tidak stabil yang memerlukan bantuan ventilasi mekanik.
3. Poli klinik Adalah ruang pelayanan pasien lactase dan penyuluhan 4. Instalasi Gawat Darurat (PONEK) Adalah ruangan Gawat Darurat yang berhubungan dengan pelayanan Maternal dan Neonatal secara komperehensif. 5. Instalasi IBS Adalah ruangan tindakan persalinan secara operatif 6. VK atau Kamar Bersalin Adalah ruangan tindakan persalinan secara spontan atau manual PENGERTIAN
1.
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian Ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan paska persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu.
2.
Angka Kematian Bayi
(AKB) adalah Banyaknya kematian bayi
dibawah umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun
3.
Pelayanan
antenatal
(Antenatal
care)
adalah
Pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga profesional kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan 4.
antenatal. RS Pelayanan Obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) adalah ruman sakit yang selama
24
jam
memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamIL iibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir balk
yang
datang
sendiri
atau
atas
rujukan
kadertmasyarakat, bid an didesa, Puskesmas dan Puskesmas 5.
PONED. ASI Eksklusif
adalah pemberian hanya air susu ibu saja
tanpa makanan atau minuman lain kepada bayi sejak lahir 6.
sampai berusia 6 bulan. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah segera menaruh bayi didada ibunya,kontak kulit dengan kulit ( skin to skin contact) segera setelah lahir setidaknya satu jam atau lebih sampai bayi menyusu
7.
sendiri. Angka Menyusui Eksklusif adalah proporsi bayi dibawah
8.
bulan yang menyusui secara eksklusif Audit Maternal Perinatal (AMP) adalah
suatu
keg
6 iatan
untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kematian dan kesakitan dimasa yang akan datang.
9.
Perawatan Metode kanguru (PMK) adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Metode ini digunakan untuk
10.
bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) BeratBayiLahirRendah(BBLR) adalah bayi
yang
lahirdengan
berat badan kurang dari 2500 gram, yang ditimbang pada saat 11.
lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Kelompok Pendukung ASI (KP ASI) adalah kelompok binaan RS untuk ibu hamil dan ibu baru melahirkan dimana ihu bisa berkumpul bersama-sama untuk saling memberi informasi dan saling membantu seputar masalah hamil dan menyusui.
F. Landasan Hukum 1. Undang-Undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran 2. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 159b/Menkeser/II/1998 tentang Rumah Sakit 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1333/menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit 4. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 5. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
BAB II STANDAR FASILITAS DAN KETENAGAAN A.
KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA KRITERIA MEDIS
1.
Dokter
ahli
kebidanan
dan
kandungan 2. Dokter ahli Anak 3. Dokter ahli Anestesi 4. Dokter ahli lain 5. Dokter Umum 1. Bidan
KEPERAWATAN
2. perawat 3. peñata anaestesi Konsetor Menyusui
Tenaga Khusus Tenaga
1. Penata radiologi
Kesehatan lainnya
2. Ahli gizi 3. Analis Laboratorium
B. FASILITAS DAN SARANA N O
FASILITAS SARANA
1
RUANGAN
2
ALAT
&
POLIKLINIK
UGD
KAMAR OPERASI
KAMAR BERSALIN
RUANG NIFAS
RUANG LAINNYA
poliklinik,kebi danan,kama r periksa perinatologi poliklinik anak dan tumbuh kembang
Terdapat ruang tindakan kegawat daruratan obstetric dan neonatal
Jumlah kamar operasi minimal 2
Kamar bersalin minimal 4 buah tempat tidur ungtuk partus normal dan patologis
Mempunyai ruang rawat gabung,isola si dan ruang penyuluhan ASI,konseling perawatan bayi
Mempunyai ruang utilisasi perinatologi,R,TP A,R,lactase,R,se nam hamil, klinik lactasi
1. kebidanan dopler,usg,c tg,alkes,lam pu semi,kulkas breast camet,steto scope,
Instrumen t tindakan 2 set(partus set, average set,vacum extrasi,
1. forsep 1. 2. vacuum 2. 3. resusitasi bayi 3. 4. resusitasi 4. 5. ibu 5. tranfusi set6. 6. disposable
gv set breast feeding kemeling kit baby set infuse pump katheter
tensimeter
2. 3. poli anak timbangan, meteran ,stethoscop e, kulkas,katet er
3
OBAT 1. +it K1 in) 2. Adrenalin 3. Napal 4. Sulfat atropin e 5. Heparin 6. Ca glukona s 10% 7. Closeti arrtik Lumina l Damon inj Diazep am inj 8. Antibiotika broad spectru m Ampicil in Genta miin 9. Caftan Nacl 0,9% RL NACL 3% KV 3% Bionic Dendro s 5% Dextro se 10% Lanrta n 1:4 Lerute n kaen
vena secti)
syringe 7. catheter 8. termometer suhu
Usg, resusitasi ibu dan bayi,lamp u sitirol,inku bator,tran fusi set,disposi ble WIMP, infuse pump
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
+
-
-
+
-
+
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
+ -
-
-
-
-
+
-
+
-
+
10.
11. 12. 13.
14.
15.
16.
17. 18. 19. 20.
4B Lawton kaen 3B Plasma estoan der Tates/sal esmeta (eniromi sinnetras idim ) Anti septic Alcohol 70% Alcohol ql Eseiadi n Dimmik Anti hiperten si Vaksin (bcg,hep atitis,poli o,dpr,TT & CAMPAK ) Uteroton ika (metherg in,oksito sin,prost agandin) Koagular isla (orancen emid acirton) ATS 20.000 si Kortiko steroid Token O2 t-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+
+
-
+
-
-
-
+
-
+ + -
+
+ -
+ -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+
-
+ -
-
-
-
-
-
-
+ +
-
-
-
-
-
-
G. Pengaturan jaga Pengaturan jaga perawat ruangan Pengaturan jaga perawat diatur oleh peraturan rumah sakit yang dikonfersi oleh kepala ruangan masing-masing dengan system 3 shift yaitu : Shift pagi jam 07.00 - 14.30 Terdiri dari : 1 penanggung jawab shift, 1 perawat pelaksana Shift sore jam 14.00 – 21.30 Terdiri dari : 1 penanggung jawab shift, 1 perawat pelaksana Shift malam jam 21.00 – 07.30 Terdiri dari : 1 penanggung jawab shift, 1 perawat pelaksana Perawat pelaksana
Pengaturan jadwal dinas perawat NICU dan Peri sakit dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh Kepala Ruang (Karu) Nicu dan Peri sakit dan disetujui oleh kepala perawatan.
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan setiap tanggal 25 bulan sebelumnya dan direalisasikan ke perawat pelaksana rawat inap setiap satu bulan.
Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan cuti pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap pasien
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, dan cuti.
Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang bersangkutan harus memberitahu Karu rawat inap : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Karu rawat inap, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka KaRu Nicu/Peri Sakit akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur .
Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu Nicu/Peri sakit akan mencari perawat pengganti yang hari itu libur. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.(Prosedur pengaturan jadwal dinas perawatrawat inap sesuai SPO bidang keperawatan.
3. Pengaturan jaga dokter tetap ruanagan Pengaturan jadwal dokter tetap ruangan
menjadi tanggung jawab
kasie.pelayanan medis dan disetujui oleh kepala Bidang Pelayanan Medis. Jadwal dokter tetap Nicu/Peri Sakit dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan ke ruangan terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai. Apabila dokter tetap Nicu/Peri Sakit karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka : Untuk
yang
terencana,
dokter
yang
bersangkutan
harus
menginformasikan ke Kasie Yanmed paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga pengganti. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke kasie yanmed dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Kasie Yanmed wajib untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk menggantikan. ( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter tetap sesuai SOP terlampir).
4. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Kepala Bidang Pelayanan medis. Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 1bulan serta sudah diedarkan ke unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai. Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka : Untuk
yang
terencana,
dokter
yang
bersangkutan
harus
menginformasikan ke kasie Pelayanan Medis paling lambat 1 hari
sebelum
tanggal
jaga,
serta
dokter
tersebut
wajib
menunjuk dokter jaga konsulen pengganti. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan Kasie Pelayanan Medis dan di harapkan dokter
tersebut
sudah
menunjuk
dokter
jaga
konsulen
pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Manager Pelayanan wajib untuk mencarikan dokter jaga konsulen pengganti. (Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter konsulen sesuai SOP terlampir). H. Pelatihan 1. PONEK Neonatal 2.
Pelatihan Resusitasi Neonatus
3.
Program pengendalian infeksi
4.
Program keselamatan dan kesehatan kerja.
5.
Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman.
6.
Pelayanan prima.
STANDAR FASILITAS A. Denah ruang Ruangan PERISTI terdiri dari integrasi pelayanan 6 (enam) instalasi meliputi ; 1. Ruangan NICU 2. Ruangan Peri Sakit 3. Ruang poli Klinik 4. Ruang IGD 5. Ruang IBS 6. Ruang VK B. Standar fasilitas 1. Standar alat yang ada di ruangan NICU meliputi : Inkubator Bed site monitor C-pap Pulse oxymetri Oksigen central Incubator mobile Infant warmer Infuse pump Syringe pump Blue liht therapy Suction central Lampu sorot
Emergency trolley yang berisi alat dan obat untuk keadaan emergency : laringoskop, ambu bag, adrenalin, SA,ETT dengan berbagai ukuran,dll Standar Infus Bed side table 2. Standar alat di ruang Peri Sakit meliputi : Incubator Infuse pump Oksigen central Suction central Blue light therapy Infant warmer Standar infuse Puls oxymetri 3. Poli Klinik 4. Instalasi Gawat Darurat 5. Instalasi Bedah Sentral 6. Ruang bersalin/VK C. Pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi peralatan 1. Pemeliharaan fasilitas perawatan dan non medis Setiap hari asper melakukan ceklit peralatan medis yang ada. Alat yang habis dipakai perawat langsung di cuci dan
disterilkan kembali Alat seperti urinal atau pispot di cuci setiap hari di dinas pagi. Asper melakukan kebersihan/bongkar besar sesuai instruksi
karu. 2. Perbaikan alat Bila ditemukan alat yang rusak maka asper melaporkan ke Karu dengan membuat /mengisi form kerusakan alat yang di
tanda tangani oleh karu Form kerusakan yang sudah diisi lengkap diserahkan ke
teknisi RS yang akan ditindaklanjuti . Bila alat dapat di betulkan saat itu maka hari itu juga teknisi menyerahkan kembali ke ruangan dengan serah terima yang
ditandatangani oleh asper. Bila alat tidak bisa diperbaiki maka asper membuat form permintaan barang baru untuk diajukan ke bagian logistik yang ditanda tangani oleh karu
Bila alat sudah ada maka akan dilakukan serah terima ke
ruangan dengan ditanda tngani oleh asper/karu. 3. Kalibrasi alat Kalibrasi alat dilakukan dalam setahun 2X yaitu bulan juni
dan desember Semua alat medis dilakukan kalibrasi Berkoordinasi dengan bagian logistik dalam melakukan kalibrasi.
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN Tata laksana pelayanan perinatal resiko tinggi meliputi : Pelayanan umum 1. Pasien masuk 2. Sistem komunikasi dan edukasi 3. Penapisan pasien peristi (Penapisan kehamilan RESTI dan komplikasi kehamilan,Penapisan resiko persalinan,Penapisan imunisasi ,Penapisan KB) 4. Pemberian informed consent (tindakan kegawat daruratan,DNR,persalinan dengan tindakan operasi,imunisasi dan tranfusi) 5. Visitasi dokter spesialis
6. Pendelegasian tindakan medis (KB,imunisasi,dilatasi(pemasangan laminaria)) 7. Pelayanan pre dan post operasi 8. Rujukan (intra,inter,ambulance) 9. Penebusan resep 10. Pasien meninggal 11. AMP 12. Pelayanan kebutuhan darah,obat dan cairan 13. Pelayanan penunjang, laboratorium dan radiologi 14. Pelayanan keluarga berencana dan imunisasi 15. Larangan promosi susu formula dan indikasi medis pemberian susu 16.
formula Tata tertib kunjungan ibu ke bayi Pendokumentasian perkembangan
17.
kesehatan ibu dan bayi dalam buku KIA Home visite sebagai upaya follow up hasil pelayanan
Pelayanan khusus A. Pelayanan maternal 1. Kegawatdaruratan maternal 2. Pelayanan antenatal care 3. Persalinan bersih dan aman 4. Perawatan nifas dan rawat gabung 5. Pencegahan infeksi nosokomial 6. Management lactasi 7. Tindakan medis dan operasi caesar 8. Hygiene purperium 9. Pelayanan kebutuhan darah,obat dan cairan 10.Pelayanan penunjang, laboratorium dan radiologi 11.Pelayanan keluarga berencana dan imunisasi 12.Perdarahan pasca persalinan 13.Pencegahan infeksi dalam pelayanan antenatal, intranatal dan post natal B. Pelayanan Neonatal 1. Kegawat daruratan neonatal 2. Perawatan bayi baru lahir 3. Perawatan PMK untuk bayi BBLR 4. Perawatan
bayi
baru
lahir
asfiksia,hypoglikemi,kejang,trauma kelahiran,hyperbilirubin
dengan
5. Rawat gabung 6. Asi ekslusif dan IMD
I. 1.
PELAYANAN UMUM TATALAKSANA PASIEN MASUK a. Penanggung jawab Dokter spesialis anak Dokter spesialis kandungan dan kebidanan Dokter umum (PONEK) Tenaga keperawatan (PONEK) admission b. Kriteria pasien masuk PERISTI Pasien masuk PERISTI berasal dari Instalasi Gawat Darurat,Instalasi Bedah Sentral,Instalasi Rawat Jalan dan ruang bersalin yang sebelumnya telah dilakukan koordinasi antar instalasi tersebut. Level II A (peri sakit) Bayi premature <32 minggu Bayi dari ibu dengan Diabetes Bayi yang lahir dengan kehamilan resiko tinggi atau lahir dengan
komplikasi Gawat nafas yang tidak memerlukan Ventilasi bantuan Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR) < 1,5 kg Hyperbilrubin yang perlu therapy sinar Sepsis neonatorum hypotermi Level IIB (NICU) Bayi dengan kondisi lebih buruk dari level II Bayi dengan gawat nafas yang memerlukan bantuan Ventilasi mekanik Bayi yang memerlukan monitoring ketat Bayi dengan Sepsis Awitan Lambat Bayi yang memerlukan nutrisi parenteral total melalui akses vena central
c. Prosedur 1. Admission
mendokumentasikan
identitas
pasien
dan
menerbitkan satu nomor rekam medis 2. Pasang gelang identitas pasien 3. Lakukan assesmen medis dan keperawatan serta kriteria pasien 4. Persiapkan segala sarana prasarana untuk kepentingan rujukan dan perawatan pasien sesuai kebutuhannya.
5. Berikan edukasi dan informasi rutin kepada keluarga tentang perkembangan pasien 6. Catat segala tindakan serta data pasien dalam dokumen rekam medis 2.
TATA LAKSANA SISTEM KONUNIKASI a. Penanggung Jawab Dokter Tenaga keperawatan Tenaga gizi b. Alat dan kelengkapan Pesawat telepon Formulir perkembangan pasien c. Prosedur 1. Lengkapi semua data pasien yang mencakup identitas pasien dan keluarga, Rencana atau instruksi yang harus dilakukan, terapi dan tindakan yang telah dilakukan, hal-hal spesifik tentang kondisi pasien 2. Pilihlah tempat, waktu, alat komunikasi serta cara penyampaian yang benar sehingga komunikasi baik dan efektif 3. Lakukan kegiatan komunikasi dan konsultasi dengan metode “SBAR”
3. TATA LAKSANA PENERIMAAN PASIEN PERISTI a. Petugas penanggung jawab Dokter spesialis Dokter umum Tenaga keperawatan b. Alat dan kelengkapan Dokumen rekam medis c. Prosedur 1. Pastikan fasilitas rujukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien serta komunikasi telah dilakukan dengan instalasi yang dituju. 2. Komunikasikan dengan instalasi yang ditujuPerawat ruangan Nicu/Peri Sakit menerima pasien dari IGD/Poli diruangan pasien dengan serah terima meliputi identitas pasien dan keadaan umum pasien dengan membawa serta surat persetujuan masuk Nicu dan Peri Sakit. 3. Perawat IGD/Poli serah terima di ruang perawat meliputi tindakan yang telah dilakukan dan rencana tindakan.
4. Perawat menghubungi dokter tetap untuk menginformasikan tentang pasien baru. 5. Status rekam medic di rapihkan dan disusun sesuai dengan urutan 6. Dokter jaga tetap melakukan anamneses dan pemeriksaan fisik terhadap pasien dan keluarga pasien 7. Dokter tetap mengkonsulkan ke dokter spesialis yang di tuju dan menuliskan advice sesuai dengan intruksi dokter spesialis. 8. Perawat melaksanakan advice dokter spesialis sesuai dengan intruksi dan mencatat di rekam medic IV. 4. TATA LAKSANA PEMBERIAN INFORMED CONSENT a. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan medis/non medis dilakukan informed consent oleh dokter spesialis dan dokter tetap. b. Selama pasien di rawat minimal 1 X mendapatkan informed consent dari dr.spesialis mengenai perkembangan penyakit. c. Selama pasien dirawat keluarga berhak mendapatkan
inform
consent tentang kondisi dan perkembangan pasien setiap hari oleh dr.jaga tetap. 5. TATA LAKSANA VISITASI DOKTER SPESIALIS a. Semua pasien selama dirawat divisite setiap hari oleh dr. spesialis dan dr. tetap. b. Bila dokter berhalangan hadir dokter memberitahu ke bagian yanmed untuk prosedur cuti. c. Setelah melakukan anamnesa
dan
pemeriksaan
fisik,
Dokter
spesialis atau dokter umum tetap memutuskan untuk melakukan tindakan medis terhadap pasien. d. Dokter spesialis atau dokter umum tetap memberikan informasi kepada pasien dan keluarga bahwa akan dilakukan tindakan medis atas indikasi penyakit pasien. e. Setelah pihak keluarga atau pasien setuju, dengan berbagai pertimbangan dokter mendelegasikan tindakan tersebut kepada f.
perawat terampil / terlatih/ mahir Adapun tindakan medis yang boleh dilakukan oleh perawat dibawah pengawasan dokter spesialis atau dokter umum tetap antara lain pemasangan
DC,
NGT,
pemeriksaan Doopler, CTG
ETT,
Infus,
Nebulizer,
Ganti
Verban,
g. Selama perawat melakukan tindakan medis, dokter spesialis atau dokter umum tetap mengawasi dan mengarahkan tindakan tersebut hingga selesai. h. Setelah selesai
Dokter
spesialis
atau
dokter
umum
tetap
menuliskan tindakan tersebut dalam rekam medis VII dilengkapi dengan tanggal,waktu dilakukannya tindakan serta di berikan paraf. 6.
TATA LAKSANA PELAYANAN PRE DAN POST OPERASI a. Dokter operator melakukan pemeriksaan dan merencanakan akan dilakukan tindakan operasi. b. Dokter operator atau dokter umum tetap memberikan penjelasan kepada pasien dan atau keluarga pasien tentang kondisi pasien dan rencana akan dilakukannya tindakan operasi c. Bila pasien dan atau keluarga pasien setuju terhadap rencana tindakan operasi, dokter operator atau dokter umum tetap meminta keluarga
pasien
yang
bersangkutan
untuk
menyatakan
persetujuannya dengan mengisi Formulir Persetujuan Tindakan Operasi dan Pembiusan (F.IRM.049) dan menyelesaikan prosedur administrasi
terlebih
dahulu
ke
bagian
administrasi.
Bila
pasien/keluarga pasien menolak untuk dilakukan operasi, maka keluarga pasien mengisi formulir Surat Penolakan (F.IRM.048). d. Perawat ruangan mengisi formulir Permintaan Pemakaian Kamar Operasi (F.IBS.001) yang ditandatangani oleh kepala shift, perawat ruangan menyerahkan formulir tersebut kepada perawat IBS yang bertugas e. Bila tindakan operasi yang akan dilakukan bersifat cito, permintaan pemakaian kamar operasi dapat diajukan per telepon kemudian disusulkan
dengan
permintaan
tertulis
dengan
menggunakan
formulir Permintaan Pemakaian Kamar Operasi (F.IBS.003). f.
Perawat ruangan menyiapkan pasien pra operasi sesuai dengan instruksi dokter operator atau jenis operasinya
Instruksi dokter antara lain : a. menyiapkan darah bila diperlukan b. melakukan klisma untuk pasien dengan hisprung/invaginasi
c. memberikan terapi premedikasi bila ada instruksi dari dokter anastesi sebelum masuk ke kamar operasi d. memastikan infus terpasang baik dan lancar e. memasang DC sebelum operasi bila diperlukan. g. Perawat mempersiapkan pasien yang bersangkutan dipandu oleh lembar Check list Persiapan Operasi (F.IBS.001) h. Perawat ruangan mengantarkan pasien pra operasi ke ruang IBS paling lambat ½ jam sebelum operasi dilakukan dengan membawa kelengkapan pasien meliputi status pasien, hasil pemeriksaan penunjang, obat – obatan dan darah bila ada. i.
Setelah pasien diserahterimakan kepada perawat IBS, perawat ruangan kembali ke ruang perawatan semula.
KEGIATAN PASCA OPERASI : 1. Setelah mendapat informasi dari kamar IBS bahwa operasi telah selesai, perawat ruangan menjemput pasien pasca operasi di kamar IBS 2.
Melakukan serah terima pasien dari perawat IBS kepada perawat ruangan meliputi : a.
Kelengkapan
rekam
medis,laporan
operasi,laporan
anestesi,dan instruksi post operasi b.
Membacakan semua instruksi dokter Operator dan dokter Anestesi secara detail
c.
Memberi arahan yang jelas tentang perawatan post operasi seperti : cairan infus,Drain dan perawatan luka dll.
3. Perawat ruangan membawa kembali pasien ke ruang perawatan semula dengan didampingi oleh perawat anaestesi. 4. Setelah pasien berada di ruang perawatan, perawat ruangan melakukan perawatan pasca bedah sesuai dengan instruksi yang diberikan 5. Bila terdapat instruksi pra dan atau pasca bedah yang tidak jelas, perawat ruangan harus menanyakan kepada dokter umum tetap atau dokter operator yang bersangkutan. 6. Perawat ruangan hanya melakukan tindakan perawatan bedah sesuai dengan instruksi yang diberikan
pasca
7. TATA LAKSANA RUJUK KE RS LAIN a. Pasien telah diperiksa oleh dokter spesialis yang merawat dan dokter umum tetap di unit pelayanan rawat inap b. Pasien atau keluarga yang berkompeten ( Orang tua, suami, istri, saudara kandung ) mendapatkan penjelasan dari dokter pemeriksa mengenai diagnosa, rencana pengobatan atau tindakan yang akan dilakukan c. Dokter spesialis yang merawat dan dokter umum tetap membuat surat pernyataan informed consent untuk dirujuk ke Rumah Sakit lain yang disetujui dan ditandatangani oleh pihak keluarga pasien (F.IRM.047) d. Dokter spesialis yang merawat atau dokter umum tetap membuat resume medis di surat rujukan
atas pelayanan medis yang telah
diberikan selama pasien di rawat di RS Mitra Plumbon e. Bila pasien /keluarga menghendaki menggunakan ambulance dan perawat atau dokter pengantar dari RS Mitra Plumbon,maka perawat ruangan segera berkoordinasi dengan bagian umum dan mencari tenaga yang akan mengantar sesuai kebutuhan. f. Perawat melakukan kontak dengan Rumah Sakit yang dituju tentang rencana akan merujuk pasien dan menginformasikan keadaan umum pasien, diagnosa, serta permintaan ruangan sesuai dengan penyakit atau sesuai permintaan keluarga. g. Perawat meretur obat yang masih sisa ke farmasi setelah itu pasien dipulangkan sesuai prosedur pasien pulang. h. Setelah semua persyaratan administrasi selesai,
pasien
membawa surat ijin pulang dari kasir keuangan dan diserahkan kepada perawat ruangan NICU/Peri sakit dan satpam,pasien diantar dengan ambulance ke Rumah Sakit yang dituju. 8. TATA LAKSANA PENEBUSAN RESEP a. Perawat menerima resep dari dokter. b. Bila pasien memilih kelas perawatan
eksekutif,
suite
dan
kontraktor, obat di ambilkan oleh perawat. c. Bila pasien mengambil kelas perawatan diluar point 2,perawat menyerahkan resep kepada keluarga pasien d. Bila dalam keadaan darurat , obat-obat kedaruratan dapat di ambil terlebih dahulu di depo farmasi, dan resep dapat segera menyusul.
e. Perawat menyerahkan resep kepada petugas depo farmasi. f. Petugas depo farmasi memasukkan data resep dan harga ke dalam billing system. g. Perawat menerima obat dan / alkes dari petugas depo farmasi kemudian petugas farmasi memberikan nota rangkap 3 kepada perawat
untuk
kemuadian
nota
dimintakan
tanda
dikembalikan
lagi
tangan ke
keluarga
depo
pasien.
farmasi.dengan
menandatangi Nota Pembelian Obat yang berangkap 3. Lembar ke1 disimpan oleh unit Farmasi, lembar ke-2 diserahkan ke perawat dan lembar ke-3 diserahkan ke Administasi Keuangan. h. Perawat menyampaikan obat atau alkes serta lembar ke-2 Nota Pembelian Obat kepada pelanggan. 9.
TATA LAKSANA PASIEN MENINGGAL a. Dokter spesialis atau dokter umum tetap yang terakhir sekali memeriksa
tanda-tanda
vital
berdasarkan
pemeriksaan
detak
jantung yang sudah tidak terdengar, pupil midriasis maximal, refleks cornea negatif, henti nafas, pemeriksaan EKG flat dan menyatakan pasien sudah meninggal, jam dan tanggal kematian di catat direkam medis VII b. Surat kematian ditandatangani oleh dokter spesialis yang merawat atau dokter umum tetap yang menyatakan meninggal dunia c. Keluarga di beritahu oleh dokter spesialis yang merawat atau dokter umum tetap tentang penyebab kematiannya dan usaha – usaha yang sudah dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien d. Perawat
dengan
tenang
menunjukan
rasa
empati
dan
menenangkan keluarga pasien yang ditinggalkan e. Perawat ruangan dibantu oleh asper melepaskan semua alat bantu perawatan yang melekat pada jenazah, membersihkan tubuh jenazah sebaik mungkin,dan selanjutnya menutup jenazah dengan kain / laken jenazah yang bersih f.
Semua dokumen pasien seperti :
Hasil Rontgen, CT Scan,
Laboratorium, EKG, USG, ECHO diserahkan pada keluarga g. Tanyakan pada keluarga akan di bawa pulang dengan menggunakan ambulance
atau
pribadi,bila
akan
menggunakan
ambulance,
perawat memberitahukan bagian administrasi (pswt 1097) bahwa pasien tersebut telah meninggal dunia dan akan menggunakan ambulance serta memberitahu tindakan terakhir yang dilakukan dan obat emergency apa saja yang digunakan dari ruangan h. Keluarga membereskan administrasi mampu memnyelesaikan
biaya perawatan, jika belum
saat itu, keluarga diberi waktu dengan
membuat perjanjian tertulis i.
Jika tidak ada keluarga, yang menunggu maka petugas khusus RS Mitra Plumbon (Administrasi atau satpam) menghubungi keluarga agar datang ke rumah sakit
j.
Perawat ruangan menghubungi petugas sekuriti untuk memberitahu bahwa akan ada jenazah dari ruang tersebut.
k. Beritahukan pada keluarga dimana jenazah ditempatkan l. Jenazah diserahkan kepada pihak keluarga untuk di bawa pulang dengan diketahui oleh petugas sekuriti. II.
PELAYANAN KHUSUS Pelayanan maternal 1. Pelayanan antenatal care termasuk pencegahan kehamilan resiko tinggi. a. Petugas penanggungjawab b. Alat dan kelengkapan c. Tata laksana 2. Pendokumentasian perkembangan kesehatan ibu dan bayi dalam buku KIA a. Petugas penanggungjawab b. Alat dan kelengkapan c. Tata laksana 3. Pelayanan obstetri dan neonatologi emergency komprehensif (PONEK) a. Petugas penanggung jawab b. Alat dan kelengkapan c. Tata laksana 4. Seleksi dan perawatan resiko tinggi a. XXXX b. XXXX 5. Pelayanan postnatal
a. XXXX b. XXXX 6. Persalinan aman dan penanggulangan persalinan resiko tinggi a. XXXX b. XXXX 7. Perawatan nifas dan rawat gabung a. XXXX b. XXXX 8. Pencegahan infeksi nosokomial a. XXX b. XXX 9. Pelayanan kebutuhan darah, obat dan cairan bagi pasien. a. XXX b. XXX 10.Imunisasi dan keluarga berencana a. XXX b. XXX 11.Audit maternal perinatal dan evaluasi tindakan persalinan operatif yang meliputi jumlah operasi, hasil operasi, indikasi operasi, tingkat infeksi pasca operasi dan kematian. a. XXX b. XXX 12.XXX B. Pelayanan Neonatal 1. Pendokumentasian perkembangan kesehatan ibu dan bayi dalam buku KIA a. XXX b. XXX 2. Perawatan bayi baru lahir a. XXX b. XXX 3. Penanganan neonatus resiko tinggi a. XXX
b. XXX 4. Pelayanan kebutuhan darah, obat dan cairan bagi pasien. a. XXX b. XXX 5. Imunisasi dan keluarga berencan a. XXX b. XXX 6. Pengupayaan inisiasi dini dan pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir a. XXX b. XXX 7. Pengaturan pelayanan dokter, tenaga keperawatan serta tenaga penunjang lainnya, termasuk laboratorium dan radiologi a. XXX b. XXX 8. Pelayanan rujukan di dalam maupun ke luar rumah sakit a. XXX b. XXX 9. Promosi/ penyuluhan kesehatan a. XXX b. XXX 10.Home visite sebagai upaya follow up hasil pelayanan a. XXX b. XXX 11.XXX
BAB VI PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON Dalam rangka upaya peningkatan keselamatan pasien di Rumah Sakit Mitra Plumbon yang lebih efektif dan efisien maka diperlukan adanya keseragaman konsep dasar upaya penigkatan keselamatan pasien. A. KESELAMATAN PASIEN RS MITRA PLUMBON 1. Pengertian Keselamatan Pasien Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko, Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. 2. Tujuan Keselamatan Pasien Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap
pasien
masyarakat Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
dan
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
3. Sasaran Keselamatan Pasien Terdapat enam sasaran keselamatan pasien RS, yaitu : Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien Sasaran II : Peningkatan Komunikasi yang efektif Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (highalert) Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh 4. Standar Keselamatan Pasien RS Program keselamatan pasien di rumah sakit Mitra Plumbon sesuai dengan 7 standar keselamatan pasien yang mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organization, Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia. Tujuh Standar Keselamatan Pasien tersebut, meliputi : Standar I. Hak pasien Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana
dan
hasil
pelayanan
termasuk
kemungkinan
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan. Standar II. Mendidik pasien dan keluarga Rumah sakit harus mendidik pasien dan
keluarganya
tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan. Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien. Rumah sakit mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisa secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Standar
V.
Peran
kepemimpinan
dalam
meningkatkan
keselamatan pasien - Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “ Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah -
Sakit”. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan
-
atau mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan
komunikasi
dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan -
keputusan tentang keselamatan pasien. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit
-
serta meningkatkan keselamatan pasien. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
Standar VI. Mendidik Staf tentang Keselamatan Pasien Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas. Rumah sakit menyelenggarakan
pendidikan
dan
pelatihan
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien. Standar
VII.
Komunikasi
merupakan
kunci
bagi
staf
untuk
mencapai keselamatan pasien Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
5. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut : 1. Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil 2. Pimpin dan Dukung Staf Anda Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan Pasien di seluruh jajaran RS Mitra Plumbon. 3. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah. 4. Kembangkan Sistem Pelaporan Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS). 5. Libatkan dan Berkomunikasi Dengan Pasien Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien 6. Belajar
dan Berbagi
Pengalaman
Tentang
Keselamatan
Pasien Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa KTD itu timbul. 7. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan. 6. Peran unit kerja Unit kerja mengupayakan beberapa kegiatan untuk mengendalikan
keselamatan pasien, meliputi : Perhatikan Nama Obat, rupa dan ucapan mirip Pastikan identifikasi pasien
Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar Kendalikan cairan elektrolit pekat Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan Hindari salah kateter dan salah sambung slang Gunakan alat injeksi sekali pakai Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi nosokomial.
B. SISTEM PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN RS MITRA PLUMBON 1. Definisi Insiden Keselamatan Pasien Insiden Keselamatan Pasien/Patient Safety Incidentadalah setiap kejadian yang tidak disengaja atau tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cidera (Near miss), kejadian sentinel, maupun keadaan
yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi menimbulkan cedera pada pasien. Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse Event adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat disebabkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near Miss adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien tetapi cedera serius tidak terjadi karena: faktor “keberuntungan”, misal pasien menerima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak Tim bul reaksi obat, atau pencegahan, misal suatu obat dengan lethal dose akan diberikan tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat
diberikan, atau peringanan, misal suatu obat dengan lethal dose telah diberikan kepada pasien namun segera diketahui lalu diberikan antidote-nya. Kejadian
Sentinel/Sentinel
Event
adalah
suatu
KTD
yang
mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Biasanya dipakai untuk
kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti operasi pada bagian tubuh yang salah. Kesalahan Medis/Medical Error adalah kesalahan yang terjadi dalam
proses
asuhan
mengakibatkan
medis
cedera
pada
yang
mengakibatkan
pasien.
Kesalahan
atau
berpotensi
termasuk
gagal
melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat sebagai akibat melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission). Analisis Akar Masalah/Root Cause Analysisadalah suatu proses investigasi terstruktur untuk mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan kinerja, termasuk KTD, serta untuk menentukan tindakan agar kejadian yang sama tidak terulang kembali. Manajemen Risiko/Risk Management, dalam hubungannya dengan operasional rumah sakit, manajemen risiko dikaitkan dengan aktivitas perlindungan diri yang berarti mencegah ancaman yang nyata atau berpotensi nyata terhadap kerugian keuangan akibat kecelakaan, cedera atau malpraktik medis. Manajemen risiko dimaksudkan agar pelayanan kesehatan yang diberikan aman (health care safer) dan hasil pelayanan memuaskan (good outcome). 2.
Alur Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien RS a.
Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD) di RS Mitra Plumbon, wajib segera
ditindak
lanjuti
(dicegah/ditangani)
untuk
mengurangi
dampak/akibat yang tidak diharapkan. b.
Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi Formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada Atasan langsung (paling lambat 2 x 24 jam); jangan menunda laporan.
c.
Setelah selesai mengisi pelaporan, segera serahkan kepada atasan langsung pelapor (Atasan langsung disepakati sesuai keputusan manajemen: supevisor/kepala bagian/instalasi/ departemen/unit, ketua komite medis/ketua SMF)
d.
Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden yang dilaporkan.
e.
Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan sebagai berikut: Grade biru
: Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 1 minggu.
Grade hijau : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu. Grade Kuning : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA oleh Tim KPRS RS Mitra Plumbon, waktu maksimal 45 hari. Grade merah
: Investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA
oleh Tim KPRS RS Mitra Plumbon, waktu maksimal 45 hari. f.
Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim KPRS RS Mitra Plumbon.
g.
Tim KPRS RS Mitra Plumbon akan menganilisis kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan Regrading.
h.
Untuk grade kuning/merah, Tim KPRS RS Mitra Plumbon akan melakukan analisis akar masalah/Root Cause Analysis (RCA).
i.
Setelah melakukan RCA, Tim KPRS RS Mitra Plumbon akan membuat laporan dan rekomendasi untuk perbaikan serta pembelajaran berupa: petunjuk/”safety alert” untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
j.
Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada direksi.
k.
Rekomendasi untuk ”Perbaikan & Pembelajaran” diberikan umpan balik kepada unit kerja terkait.
l.
Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-masing.
m.
Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh Tim KPRS RS Mitra Plumbon
BAB VIII PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL A.
BATASAN
PENGERTIAN
INFEKSI
NOSOKOMIAL
DAN
KEWASPADAAN UNIVERSAL 1. BATASAN PENGERTIAN INFEKSI NOSOKOMIAL Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien ketika pasien tersebut dirawat di RSU. Mitra Plumbon dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak didapat tanda – tanda klinik dari infeksi tersebut 2. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut 3. Tanda – tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan 4. Tidak termasuk infeksi nosokomial pada kasus keracunan yang tidak disebabkan oleh produk bakteri. 2. KEWASPADAAN UNIVERSAL Pedoman kewaspadaan universal didasarkan pada cara transmisi penyakit yaitu transmisi lewat udara (Airborne Precautions Transmission), lewat percikan (Droplet Precautions Transmission), lewat kontak (Contact Precautions Transmission) dan secara prinsip dengan menganggap bahwa darah, secret, semua cairan tubuh, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir penderita merupakan sumber infeksi silang. Dengan demikian kepada seluruh petugas RSU. Mitra Plumbon ditekankan untuk menerapkan prinsip-prinsip kewaspadaan universal meliputi : mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, memakai alat pelindung diri ketika menghadapi adanya resiko terkena sumber infeksi
atau
adanya
resiko
dari
petugas
kepada
pasien,
pemakaian antiseptic, melakukan dekontaminasi alat dan barang
yang terkontaminasi, melakukan sterilisasi alat dan barang yang memerlukan keadaan steril.
B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Menciptakan lingkungan Rumah Sakit yang dapat mencegah dan mengendalikan terjadinya infeksi nosokomial di RSU. Mitra Plumbon 2. Tujuan Khusus a. Terselenggaranya seluruh kegiatan pengendalian infeksi nosokomial b. Terciptanya budaya pengendalian infeksi C.
SASARAN
Manajerial di RSU. Mitra Plumbon Seluruh karyawan di RSU. Mitra Plumbon Pasien yang dirawat di RSU. Mitra Plumbon Pengunjung atau keluarga pasien di RSU. Mitra Plumbon
D. Struktur Organisasi Panitia PPI-RS dipimpin oleh seorang
dokter
yang
mempunyai
pengalaman
pengendalian infeksi. Dibantu oleh sekertaris PPI-RS dan anggota PPI-RS. Anggota PPI-RS sebagai pelaksana, penghubung dan mensosialisasikan informasi
program PPI-RS
yang merupakan wakil-wakil dari pihak yang
berperan langsung dalam pelayanan yaitu terdiri dari perwakilan; Staf Medik Staf Keperawatan Farmasi Laboratorium Gizi Logistik dan PPSRS Rumah Tangga (laundry dan cleaning servis)
Anggota Panitia PPI-RS diketuai oleh dokter spesialis penyakit dalam sebagai ICP (INFECTION CONTROL PREVENTION), dan anggotanya ada perawat yang ditunjuk sebagai IPCN ( INFECTION PREVENTION CONTROL NURSE) di RSU. Mitra Plumbon, dengan kebijakan sebagai berikut : 1 IPCN untuk setiap 150 TT
E.
KEGIATAN POKOK
A. Kegiatan sterilisasi B. Penggunaan desinfektan C. Pengendalian pelayanan pasien penyakit menular D. Hand Hygiene E. Pengelolaan linen F. Pengelolaan kebersihan lingkungan rumah sakit G. Pemeriksaan baku mutu air H. Pemeliharaan mesin pendingin I. Pemantauan dan Evaluasi Kejadian Infeksi Nosokomial (Infeksi luka J.
operasi, phlebitis, dekubitus, pneumonia, infeksi saluran kencing) Orientasi dan pengembangan staf
F.
KETENTUAN DALAM KEGIATAN POKOK A. KEGIATAN STERILISASI 1.
Pengertian Sterilisasi adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora bakteri pada
benda mati dengan uap air panas tinggi (autoclav). Tujuan Menyediakan alat-alat medis yang steril Mencegah terjadinya infeksi nosokomial di Rumah Mitra Plumbon 3. Penyiapan Alat Instrumen dan Linen yang akan di 2.
sterilkan. Dekontaminasi
alat, pencucian, setting, pengepakan, labeling,
dikelola oleh petugas ruangan perawatan masing-masing, Untuk dekontaminasi linen di lakukan di ruangan laundry. Penempelan label tanggal sterilisasi, waktu kadaluarsa dan indicator 4.
mekanik dilakukan petugas sterilisasi ( petugas CSSD ) Sterilisasi Ruangan
1. Mempersiapkan ruangan yang akan disterilkan ( bersih, jendela dan pintu ditutup, pastikan tidak ada pasien). 2. Biarkan UV menyala selama 6 – 12 jam. Untuk kondisi darurat lakukan sterilisasi ruangan dengan cara fast ( 2 jam ). 5.
Penyimpanan Alat Instrumen Steril Seluruh alat instrumen steril harus disimpan di ruangan dengan tekanan positip sehingga paket atau wadah akan terlindungi dari debu, kotoran, kelembaban, hewan, dan serangga. Jagalah area penyimpanan agar tetap bersih, kering serta bebas debu. Kontrolah suhu dan kelembaban ( suhu sekitar 22 0C
dan kelembaban relatif <75% ) bila memungkinkan. Paket dan wadah dengan instrumen steril harus disimpan dengan jarak 20-25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-
langit, dan 15-20 cm dari dinding luar. Jangan gunakan kardus untuk tempat penyimpanan. Kardus
mengeluarkan
debu
dan
dapat
menjadi
tempat
bersembunyinya serangga.
Bubuhkan tanggal dan rotasikan suplai tersebut (first in / first out), proses ini berfungsi sebagai peringatan, tetapi tidak
6.
menjamin sterilitas paket-paket tersebut. Distribusikan instrumen
steril
penyimpanan. Mekanisme Monitoring Mutu Sterilisasi Monitoring mutu sterilisasi dilakukan secara
dari
tempat
berkala
dan
berkesinambungan selama 6 bulan sekali dengan tujuan agar terkontrolnya fungsi mutu alat sterilisasi dapat berjalan dengan baik, menghasilkan hasil sterilan yang sesuai dengan standar dan dapat mencegah infeksi silang baik bagi pasien maupun petugas rumah sakit. 7.
Sasaran Monitoring 1. Alat – alat mesin sterilisasi 2. Peralatan atau bahan yang sudah disterilkan 8. Metode monitoring 1. Secara visual Dengan cara melihat bentuk dan keadaan fisik barang. Bila terdapat kerusakan pada pembungkus atau kemasan maka
barang tersebut tidak dapat digunakan lagi, harus dikemas dan disteril ulang. untuk monitoring
test
Bowie
Dick
dilakukan
sekali
dalam
seminggu dan monitoring bisa secara insidential bila dianggap perlu, adapun yang dimonitornya adalah : a. Ikatan kemasan Non steril apabila ikatan lepas serta kemasan terbuka. b. Kelembaban kemasan Non steril apabila kemasan masih lembab. c. Perubahan warna tape auto clave Proses sterilisasi tercapai apabila tape berubah warnanya d.
menjadi hitam. Perubahan kertas Bowie dick Proses sterilisasi dapat tercapai apabila pada kertas Bowie Dick terdapat stuktur garis-garis yang beraturan berwarna
hitam. 2. Secara mikrobiologi Dengan cara dilakukan pemeriksaan sampel barang atau bahan yang sudah disterilkan di laboratorium kesling. Bila tidak ada mikroorganisme artinya steril. Monitoring ini dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu bulan Juni dan 9.
Desember serta bisa dilakukan secara insidential bila diperlukan. Evaluasi Dan Pelaporan Monitoring Setiap proses sterilisasi selesai petugas steril memeriksa hasil dari indicator mekanik, kalau tidak mengalami perubahan warna maka autoclave harus diperbaiki (kalibrasi). Setiap proses sterilisasi petugas steril mengamati indicator mekanik pada autoclave (suhu, waktu, dan tekanan), bila tidak sesuai ketentuan autoclave harus diperbaiki (kalibrasi).
B. PENGGUNAAN DESINFEKTAN Desinfektan merupakan zat yang dapat membunuh bentukbentuk vegetatif kuman , menurut aktifitas germicidalnya zat desinfektan di klasifikasikan menjadi: a. Klasifikasi Desinfektan : 1. Disinfektan Tingkat Rendah Desinfektan tingkat rendah menghancurkan hampir semua bakteri vegetatif ( bukan spora atau tubercule bacilli ), beberapa jamur, dan virus lipohilic. Desinfektan ini di RSU. Mitra Plumbon klasifikasi
alat
/
barang
yang
digunakan
noncritikal
yaitu
untuk yang
digunakan 2.
hanya
untuk
menyentuh
kulit
luar
saja
diantaranya : stetoskop, permukan meja, tempat tidur dll. Desinfektan Tingkat Menengah Desinfektan tingkat menengah menghancurkan hampir semua bakteri vegetatif ( bukan spora ), tubercule bacilli, jamur, virus- virus hydrophilic dan lipophilic. Desinfektan ini di RSU. Mitra Plumbon digunakan untuk klasifikasi
alat / barang yang
semicritikal
yaitu yang
menyentuh membran mukosa kecuali dental . 3. Desinfektan Tingkat Tinggi Desinfektan tingkat tinggi menghancurkan semua bakteri vegetatif, beberapa spora, tubercule bacilli, jamur, virus- virus hydrophilic dan lipophilic, jika digunakan dalam waktu yang lebih lama dapat menghancurkan semua spora bakteri dan
dapat dianggap sabagai sterilan. Desinfektan ini di RSU. Mitra Plumbon digunakan untuk klasifikasi alat / barang yang critikal yaitu yang mencapai steriletissue
atau
system
pembulu
darah
diantaranya
:
instrumen operasi. Adapun jenis desinfektan yang tersedia dan digunakan di RSU. Mitra Plumbon b. Jenis desinfektan Jenis kandungan desinfektan yang digunakan di rumah sakit Mitra Plumbon Chlorhexidine
Gluconate
(hibicet,
savlon,
minoscrub, onescrub) Desinfektan yang digunakan untuk perendaman alat berbahan karet Propanol dan Chlorhexidine gluconate solution 20% Digunakan untuk mencuci tangan sebelum melakukan tindakan keperawatan pada pasien untuk perendaman alat berbahan karet Povidon Iodine 10 %, (Biosepton) Digunakan untuk desinfeksi pada perawatan luka. Formalydehide 8% ( formalin ) Digunakan untuk mengawetkan jaringan. Klorin 0,1% dan 0,5%
Digunakan
sebagai
dekontominasi
peralatan
bedah,
sarung tangan dan linen, lantai Lysol 2% Digunakan untuk dekontaminasi cairan infeksius, linen, alat dan membersihkan kamar mandi. Alkohol 70% Digunakan untuk jaringan kulit dan cuci tangan Troclosene Sodium 50% (Presept Tablet) Digunakan untuk pembersihan barang inventaris yang terkontaminasi dengan pasien, perendaman alat dan pencucian linen infeksius. H2O2 (Hydrogenii Peroxidum 50%) Digunakan untuk antiseptik cuci luka dan membersihkan telinga. Didecyldimethyl aminopropyl)-N(Hexakuart) Digunakan untuk
ammonium
chloride,
N-(3-
dodecylpropan-1,3-diamine pembersihan
lantai
pada
ruangan
intensif Glutaraldeyde Solution (Cidex) Digunakan untuk perendaman alat ventilator Ethanol, Propanol (Softaman) Digunakan untuk cuci tangan c. Klasifikasi yang menggunakan desinfektan : Area khusus seperti : Ruang perawatan, ruang intensif dan isolasi, ruang operasi/tindakan Linen yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh d. Mekanisme pembersihan Ruangan Ruangan perawatan : Pembersihan ruangan dilakukan setiap hari oleh petugas cleaning service. Setiap ada pasien pulang petugas cleaning service dan assisten perawat melakukan general cleaning, meliputi ruangan, inventaris dan alat medis menggunakan desinfekan Ruang intensif dan isolasi : Pembersihan ruangan dilakukan setiap hari oleh petugas cleaning service. Setiap ada pasien pulang petugas cleaning service dan assisten perawat melakukan general
cleaning, meliputi ruangan, inventaris ruangan dan alat medis menggunakan desinfekan. Khusus bed bekas pakai pasien
dilakukan
pencucian
di
tempat
pencucian
menggunakan air mengalir, dan pembersihan akhir dengan mengelap menggunakan desinfektan Kamar operasi : Pembersihan ruangan inventaris dan alat dilakukan
oleh
assisten
perawat
kamar
medis operasi
menggunakan desinfektan setiap setelah ada tindakan operasi. Untuk kebersihan luar kamar operasi dilakukan oleh petugas cleaning service. Linen infeksius dilakukan penanganan di bagian Laundry e. Pemeriksaan swab Pemeriksaan swab di ruangan khusus dilakukan setiap 6 bulan sekali meliputi : Inventaris (bed, monitor), lantai, AC, alat medis, linen
C. PENGENDALIAN PELAYANAN PASIEN PENYAKIT MENULAR 1.
Pasien resiko tinggi menularkan infeksi meliputi;
pasien yang di duga atau telah tegak diagnosa penyakit menular
2.
pasien dengan infeksi airborne
pasien dengan terapi imunosupressed
pasien dengan tirah baring lama
Pasien dengan kondisi seperti diatas harus ditangani secara khusus seperti perawatan di
ruang isolasi, petugas dengan APD yang
menihilkan kontaminasi, tidak disatukan perawatan pasien resiko tinggi menularkan dan tertular, aktifitas fisik tertentu untuk pasien dengan tirah baring lama 3.
Pemakaian antibiotika mempertimbangkan diagnosa infeksi dan berat ringannya infeksi, daya tahan tubuh pasien, kemungkinan adanya perubahan faal biologi terhadap kelainan hati dan ginjal serta faktor predisposisi.
4.
Pemakaian
antibiotika
berdasarkan
epidemioligi
(kuman
penyebab paling sering) atau kepastian identifikasi kuman penyebab dengan
pemeriksaan
mikrobiologi
yang
dapat
dikerjakan
serta
mempertimbangkan sensitifitas dan resistensi kuman penyebab terhadap antibiotika yang ada. 5.
Pemilihan antibiotika mempertimbangkan sifat farmakokinetik dan farmakodinamik serta spectrumnya.
6.
Pada
kasus
yang
memerlukan
antibiotika
profilaksis
dan
antibiotika sebagai terapi maka hendaknya harus disesuaikan dengan keadaaan
infeksi
terberat,
sementara
menunggu
pemeriksaan
bakteriologi.
D. HAND HYGIENE I.
Langkah – langkah cuci tangan
yang efektif 1. dengan telapak tangan. Letakkan
Menggosok telapak tangan sabun cuci tangan secukupnya
pada telapak tangan kiri dengan posisi tangan kanan di atas telapak tangan kiri 2. 3.
Menggosok
punggung
tangan kiri dengan telapak tangan kanan dan sebaiknya Dengan menghadapkan telapak tangan kiri ke telapak tangan kanan (membersihkan sela-sela jari)
4.
(dengan
mengepalkan
tangan) menggosokkan punggung jari – jari kiri ke telapak tangan kanan dan sebaliknya
5.
Membersihkan
ibu
jari
tangan kanan dengan menggosokkan telapak tangan kiri (dengan arah memutar) dan sebaliknya 6.
Membersihkan ujung – ujung jari tangan kanan dengan menggosokkannya ke telapak tangan kiri
(kearah depan dan belakang) dan sebaliknya II. Waktu Untuk Mencuci Tangan Segera setelah tiba di rumah sakit Sesudah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya Bila tangan kotor Sebelum masuk dan tinggalkan ruang pasien Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien atau benda yang terkontaminasi cairan tubuh Diantara kontak pasien satu dengan pasien lain Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien Segera setelah menggunakan sarung tangan Sebelum dan setelah menyiapkan makanan dan mengkonsumsi makanan Segera setelah membersihkan sekresi hidung Setelah ke kamar mandi E. PENGELOLAAN LINEN 1. Pengelolaan pelayanan linen meliputi perencanaan, pengadaan, pengumpulan
dan
pemilahan,
pencucian,
penyimpanan
serta
distribusi. 2. Linen infeksius dan non infeksius ditempatkan pada tempat berbeda. 3. Alur distribusi linen bersih dan kotor terpisah. 4. Standar quality linen adalah utuh, bersih tanpa noda, harum, rapih dan licin, kering tidak lembab serta bebas kuman bagi linen steril. F. PENGELOLAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT 1) Pengelolaan Sampah Medis / Infeksius a. Sampah infeksius dimasukan kedalam tempat sampah yang berlabel ” sampah infeksius ”, Penanganan sampah infeksius pada sumbernya, pada tahap awal dilakukan oleh perawat / unit penghasil sampah infeksius dengan cara memisahkan : Sampah infeksius sampah yang mengandung darah dan cairan tubuh seperti : seperti jaringan tubuh, darah, urine, daging, plabot.
perban,
plester,
masker,
sarung
tangan,
bekas
b. Untuk sampah spuit / jarum suntik dimasukkan ke dalam kardus kuning berlabel ”bio hazard” 2) Pengelolaan non infeksius Terdiri atas : a. Sampah non infeksius adalah sampah domestic atau sampah yang tidak mengandung darah dan cairan tubuh seperti : sisa makanan, kertas, dedaunan dll Sampah flabotte adalah sampah flabotte yang sudah digunakan Sampah vial/ampul adalah sampah vial / ampul yang sudah digunakan 3) Pengelolaan Limbah Cair d. Semua limbah cair yang dihasilkan e.
rumah sakit masuk ke IPAL PPSRS
bertanggung
jawab
dalam
Pemeliharaaan dan perbaikan IPAL di RSU. Mitra Plumbon dan kelancaran aliran air limbah dari KM/WC G.
PEMERIKSAAN BAKU MUTU AIR
Pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan minimal 2 kali
dalam setahun. Pengambilan sample
pada
titik-titik
tertentu
untuk
pemeriksaan mikrobiologi seperti : laboratorium, ruang bayi,
ruang perawat, kamar operasi, ruangan intensif, instalasi gizi Parameter fisika kimia, diambil pada 2 titik yaitu titik sumber air masuk RS dan titik terjauh yaitu titik sumber air utara dan sumber air selatan
H.
PEMELIHARAAN MESIN PENDINGIN
Pemeliharaan rutin dilakukan oleh petugas PPSRS atau dilakukan oleh pihak luar untuk melakukan perawatan sesuai ikatan kontrak service yang telah ada yaitu, 3 (tiga) bulanan untuk unit kerja non khusus dan 1 (satu) bulanan untuk unit khusus (kamar operasi, kamar tindakan, Ruang HD, Ruang Isolasi, ruang Perawatan bayi, Ruang intensive care, laboratorium, instalasi gizi, ruang racik
obat) Pemeriksaan bakteri dan jamur pada mesin pendingin dilakukan enam bulan sekali di unit khusus
I.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI KEJADIAN INFEKSI NOSOKOMIAL Surveilans adalah pengamatan yang sistematis, aktif dan terus menerus terhadap timbulnya serta penyebaran penyakit pada suatu populasi dan menganalisa
berbagai
variable
yang
mempengaruhi
timbulnya
/
penyebaran penyakit tersebut. Pelaksanaan surveilans atas indikator : Phlebitis, ILO, ISK Nosokomial, Pneumonia, Dekubitus di ruang perawatan pasien (rawat inap, intensive care). Jika ada kejadian inveksi IPCN melakukan investigasi dan melaporkan kejadian tesebut ke Ketua PPI-RS untuk ditindaklanjuti dan membuat rekomendasi temuan tersebut kepada bagian terkait J.
ORIENTASI DAN PENGEMBANGAN STAF
Orientasi dilaksanakan bagi karyawan baru, yang diagendakan oleh bagian
HRD,
dengan
memaparkan
materi
pengendalian
infeksi
nosokomial, dan dilakukan pre test dan post tes terkait materi tersebut. Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan secara internal dan eksternal bagi staff PPI-RS maupun bagi karyawan/ti.
BAB X KOMUNIKASI EFEKTIF A. Tujuan Komunikasi Tujuan dari komunikasi efektif adalah: 1. Memfasilitasi terciptanya
pencapaian tujuan kedua pihak (Pemberi
informasi dan yang menerima informasi 2. Terdapat komunikasi dan transfer komunikasi informasi yang efektif antar profesi kesehatan, sehingga dapat tercapai proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif
3. komunikasi efektif, komunikasi yang baik antara perawat dan dokter dengan
menggunakan
Situation
,
Background
,
Assesment
dan
Recommendation (SBAR ). B.
Definisi 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988). 2. Proses komunikasi Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud
oleh
pengirim
pesan,
pesan
ditindaklanjuti
dengan
sebuah
perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
3. Unsur komunikasi 3.1.Sumber/komunikator (dokter,perawat, admission,Adm.Irna,Kasir,dll) 3.2. Isi pesan 3.3. Media/saluran (Elektronic,Lisan,dan Tulisan) 3.4. Penerima / komunikan Pemberi/komunikator yang baik adalah Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut : 1. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan
tertutup
dan
kapan
memakai
pertanyaan
terbuka),
menjelaskan, klarifikasi, paraphrase, intonasi. 2. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat. 3. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator. 4. Sifat Komunikasi Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelyanan promosi). 4.1. Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah: 4.1.1 Jam pelayanan 4.1.2 pelayanan yang tersedia 4.1.3 Cara mendapatkan pelayanan 4.1.4 Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan
rumah sakit. Akses informasi ini dapat di peroleh melalui Customer Service, Admission, dan Website. 4.2. Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi): 4.2.1. Edukasi tentang obat 4.2.2. Edukasi tentang penyakit 4.2.3. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari 4.2.3.
Edukasi
tentang
apa
yang
harus
meningkatkan
dilakukan
pasien
untuk
kualitas hidupnya pasca dari
rumah sakit 4.2.4. Edukasi tentang Gizi Akses
untuk
information
mendapatkan dan
nantinya
edukasi akan
ini
bisa
menjadi
melalui
sebuah
medical
unit
PKRS
(penyuluhan kesehatan Rumah Sakit). 5.
Komunikasi yang efektif.
Komunikasi efektif adalah: tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman). 5.1. prosesnya adalah: 1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan. 3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan. Komunikat Isi Dituli Dibacaka Komunika or pesan s n n 6. Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Prosesnya: Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien & keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM): 1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga. 2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan. 3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: Depresi, senang dan marah) 4. Keterbatasan fisik dan kognitif. 5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi. Tahap Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif.Setelah melalui tahap asesmen pasien, di temukan : 1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses komunikasinya mudah disampaikan. 2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka. 3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information. Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima edukasi yang diberikan:
dan memahami
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali eduksi yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?” 2.
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
3.
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien. Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi formulir edukasi dan informsi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasiendan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar 7. Metode SBAR SBAR adalah standarisasi cara komunikasi yang digunakan untuk tujuan keselamatan pasien. Karena ini dapat membantu individu dalam melakukan komunikasi sesuai dengan harapan efektif dan tepat. SBAR terdiri dari : - Situation, Background, Assesment, Recommendation I
Introduction
Salam Individu
S
Situation
yang
terlibat
dalam
handoff
memperkenalkan diri, peran dan tugas profesi Kondisi terkini Komplain, diagnosis, rencan yang
terjadi
perawatan dan keinginan serta
B
Background
pada pasien Informasi
kebutuhan pasien Tanda-tanda vital, status mental,
penting
daftar obat dan hasil lab
mengenai kondisi A
Assesment
terkini Hasil
Penilaian
pengkajian
provider
kondisi R
Rekomendation
Read back
pasien situasi
saat
ini
oleh
pasien
terkini Apa yang perlu
Mengidentifikasi hasil lab yang
dilakukan
tertunda
untuk
dilakukan selama beberapa jam
mengatasi
berikutnya dan rekomendasi lain
dan
apa
yang
perlu
masalah pasien untuk perawatan Proses identifikasi akhir pada akhir percakapan dengan mengulang instruksi yang dicatat saat akan mengakhiri percakapan
B
TATA LAKSANA KOMUNIKASI I.
Pemberian informasi langsung kepada pasien Hal yang perlu diperhatikan saat proses pemberian informasi 1. Materi informasi yang disampaikan a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit saat pemeriksaan)
b.
Kondisi saat ini dengan berbagai kemungkinan diagnosis c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menegakkan diagnosis, termasuk manfaat, risiko serta kemungkinan efek samping/komplikasi d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis
e.
Diagnosis, jenis atau tipe
f.
Pilihan tindakan medis
g.
Prognosis
h.
Dukungan (Support)
2. Siapa yang diberi informasi a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk pasien c. Keluarga atau pihak lain yang menjadi wali 3. Berapa banyak atau sejauh mana a. Untuk
pasien:
dokter/petugas
sebanyak lain
meras
yang perlu
pasien untuk
kehendaki,
disampaikan
yang dengan
memperhatikan kesiapan mental pasien. b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang dokter perlukan untuk menentukan tindakan selanjutnya 4. Kapan menyampaikan informasi Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan 5. Di mana Tempat Menyampaikan a. Di ruang praktik dokter b. Di bangsal, ruang tempat pasien dirawat c. Di ruang perawat d. Di ruang lain yang pantas atas persetujuan bersama 6. Bagaimana menyampaikannya a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui telfon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui fax b. Persiapan meliputi:
Materi yang akan disampaikan
Ruangan yang nyaman, privasi tidak terganggu oleh lalu lalang orang
Waktu yang cukup
Mengetahui orang yang akan hadir
c. Jajaki sejauh mana pengertian pasien dan keluarga pasien tentang hal yang akan dibicarakan d. Tanyakan kepada pasien sejauh mana informasi yang ingin didapatkan dan amati kesiapan dalam penerimaan informasi
II.
Pemberian Informasi antar profesi melalui media komunikasi Proses pemberian informasi dapat pula terjadi antar profesi, dapat berupa instruksi atau sekedar pemberitahuan, dan dapat dilakukan secara langsung maupun melalui media komunikasi 1. Pemberian informasi (konsultasi) secara langsung Yang harus diperhatikan adalah: a. Pastikan etika pemberian informasi dilakukan dengan benar b. Pastikan informasi yang diberikan kepada dokter benar c. instruksi yang diberikan dokter harus tercatat dalam dokumen rekam medis d. Jika terdapat ketidakjelasan, hendaknya ditanyakan kembali dan ditulis ulang 2. Pemberian informasi (konsultasi) melalui telfon/media komunikasi lain a. Pastikan
etika
pemberian
informas
dilakukan
dengan
benar
(*greeting”) b. Pastikan informasi yang diberikan kepada dokter benar c. Jika melalui media audio (telfon dll) Lakukan pengejaan huruf jika terdapat hal-hal yang meragukan d. Jika melalui media cetak, pastikan tulisan dapat dibaca dengan baik dan benar e. Lakukan metode SBAR dalam memberikan informasi melalui telfon III.
Pendokumentasian hasil informasi/perintah antar profesi a. Setiap proses pemberian informasi dilakukan pendokumentasian secara tertulis b. Pendokumentasian dilengkapi dengan waktu dan petugas yang memberikan informasi/memberiakan instruksi/melakukan pencatatan dokumen
BAB VII PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON Agar upaya peningkatan mutu di Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya penigkatan mutu pelayanan. B. MUTU PELAYANAN RS UMUM MITRA PLUMBON 7. Pengertian MUTU Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu. a. Arti Strategic Segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan b. Mutu menurut ISO ( ISO 9000 : 2000 ) Derajat yang dicapai oleh karateristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan yaitu : 1. Mutu
mencakup
usaha
memenuhi
atau
melebihi
harapan
pelanggan 2. Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan
3. Mutu merupakan kondisi yang berubah 8. Definisi Mutu Pelayanan Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon Adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon
secara wajar, efisien dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan Rumah Sakit dan masyarakat konsumen.
3. Pihak yang Berkepentingan dengan Mutu Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, yaitu : a.
Konsumen
b.
Pembayar/perusahaan/asuransi
c.
Manajemen RS Umum Mitra Plumbon
d.
Karyawan RS Umum Mitra Plumbon
e.
Masyarakat
f.
Pemerintah
g.
Ikatan profesi Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya
terhadap
mutu.
Karena
dimensional. 4. Dimensi Mutu Dimensi atau aspeknya adalah : a. Keprofesian b. Efisiensi c. Keamanan Pasien d. Kepuasan Pasien e. Aspek Sosial Budaya 5. Mutu Terkait dengan Input, Proses, Output
itu
mutu
adalah
multi
Pengukuran
mutu
pelayanan
kesehatan
dapat
diukur
dengan
menggunakan 3 variabel, yaitu 1). Input, ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan,
teknologi,
organisasi,
informasi,
dan
lain-lain.
Pelayanan
kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan. 2). Proses, merupakan aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan interaksi
profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
(pasien/masyarakat).
Proses ini merupakan variabel penilaian mutu
yang penting. 3). Output,
ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan
yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut. B. UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RSU MITRA PLUMBON 1. Definisi Upaya
Peningkatan Mutu Pelayanan RS
Umum Mitra
Plumbon Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang menyangkut input, proses dan output secara objektif, sistematik dan berlanjut memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon
berdaya
guna dan berhasil guna. 2.
Tujuan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan RS Umum Mitra
Plumbon Umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal. Khusus: Tercapainya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon melalui : a. Optimasi tenaga, sarana, dan prasarana.
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien. c. Pemanfaatan
teknologi
tepat
guna,
hasil
penelitian
dan
pengembangan pelayanan kesehatan. 3. Indikator mutu Indikator mutu Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon meliputi indikator klinik, indikator yang berorientasi pada waktu dan indikator ratio yang berdasarkan pada efektifitas (effectivenes), efisiensi (efficiency), keselamatan (safety) dan kelayakan (appropriateness). Indikator yang dipilih : a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk perorangan. c. Dapat digunakan untuk membandingkan dengan Rumah Sakit lain, baik di dalam maupun luar negeri. d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk dimonitor e. Didasarkan pada data yang ada. 4. Strategi Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon maka disusunlah strategi sebagai berikut : a) Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon sehingga dapat menerapkan langkah-langkah upaya peningkatan mutu di masingmasing unit kerjanya. b) Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di RS Umum Mitra Plumbon , serta upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan. c) Menciptakan budaya mutu di. Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon termasuk di dalamnya menyusun program mutu Rumah Sakit Umum Mitra Plumbon dengan pendekatan PDCA cycle.
5. Pendekatan Pemecahan Masalah Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus (daur) yang berkesinambungan.
Langkah pertama dalam proses siklus ini adalah
identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan bagian sangat penting dari seluruh proses siklus (daur), karena akan menentukan kegiatan-kegiatan selanjutnya dari pendekatan pemecahan masalah ini. Masalah akan timbul apabila :
Hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada terdapat penyimpangan
Merasa tidak puas akan penyimpangan tersebut.
Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut. Dengan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa
dilakukan tindakan perbaikan. Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas, setelah diadakan tindakan perbaikan perlu dinilai kembali apakah masih ada yang tertinggal. Dari penilaian kembali maka akan didapatkan masalah yang telah terpecahkan dan masalah yang masih tetap merupakan masalah sehingga proses siklus akan berulang mulai tahap pertama. 6.
Kegiatan dalam pengendalian Mutu Rumah Sakit 1
Pengendalian atas dokumen meliputi : 1. Penerbitan dan persetujuan dokumen. 2. Perubahan dokumen. 3. Distibusi dokumen. 4. Penomoran/ pengkodean dokumen.
2. Pengendalian catatan mutu meliputi kegiatan : 1. Identifikasi 2. Penyimpanan 3. Perlindungan 4. Penarikan 5. Lama simpan 6. Pemusnahan
3. Pemastian
implementasi
manajemen
mutu
dilaksanakan
sesuai
persyaratan dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan dalam bentuk kegiatan audit. 4. Untuk memastikan rapat tinjauan manajemen dilaksanakan sesuai dengan persyaratan untuk meninjau keefektifan pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu. 5. Setiap pemasalahan yang terjadi harus dilakukan upaya penyelesaian dan pencegahannya serta didokumentasikan. 6. Penyelenggaraan kegiatan komunikasi meliputi : 1. Penanganan Informasi (internal) 2. Pelaksanaan Rapat (internal) 3. Komunikasi dengan pelanggan 4. Komunikasi dengan Rekanan 5. Komunikasi dengan Instansi Pemerintah 6. Komunikasi keadaan darurat 7. Mekanisme perencanaan kerja, sasaran dan indikator mutu Rumah Sakit meliputi : 1. Rencana Strategis lima tahunan 2. Rencana Kerja tahunan organisasi dan unit kerja 8. Survey kepuasan pelanggan adalah suatu kegiatan pengukuran untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan eksternal terhadap pelayanan yang telah diberikan.
BAB XXX KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON I. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Rumah S aki t merup akan sal ah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan Program K3 yang bermanfaat baik bagi pekerja, pasien, pengunjung, maupun bagi masyarakat di Iingkungan sekitar Rumah Sakit. Pelayanan K3 harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai komponen yang ada di Rumah Sakit. Pelayanan K3 di Rumah Sakit sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja. A. Pengertian
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi kesehatan,pengobatan dan rehabilitasi.
Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang balk serta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja
agar
dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik. Contoh; bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebab kan anemia, maka kapasitas kerja akan menurun karena pengaruh kondisi Iemah dan lesu.
Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh pekerja dalam melaksana kan tugasnya. Contoh; pekerja yang bekerja melebihi waktu kerja maksimum dll.
Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja. Contoh; seorang yang bekerja di instalasi radiologi, maka lingkungan kerjanya adalah ruangan-ruangan yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di instalasi radiologi
B. Bahaya – Bahaya potensial (potential Hazards) di Rumah Sakit Bahaya – bahaya potensial di rumah sakit yang disebabkan oleh Faktor biologis ( Virus, bakteri, jamur,dll), faktor ergonomi (cara kerja yang salah), faktor
psikososial
(kerja
shift,
hubungan
sesama
pekerja/atasan)
dapat
mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Penyakit akibat kerja (PAK) umumnya berkaitan denagan faktor biologi (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil yang terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anastesi pada hati), faktor ergonomi (cara duduk yang salah, cara mengangkat pasien salah), faktor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistim produksi sel darah), faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa dll). Sumber bahaya yang ada dirumah sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat resiko, yang merupakan tolak ukur kemungkinan tejadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. a. Identifikasi sumber bahaya Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :
Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.
b.
Penilaian faktor risiko Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan
melakukan
penilaian
bahaya
potensial
yang
menimbulkan
risiko
kesehatan dan keselamatan c.
Pengendalian faktor risiko Dilaksanakan
menghilangkan
melalui bahaya,
4
tingkatan
menggantikan
pengendalian sumber
risiko
risiko
yakni dengan
sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada (engineering/rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP).
Bahaya –bahaya potensial di rumah sakit berdasarkan lokasi dan pekerjaan diantaranya: N o 1
Bahaya Potensial FISIK :
IPS-RS, laundri, dapur, Bising
CSSD, gedung gensetboiler, IPAL ruang mesin-mesin dan
Getaran
Debu
Panas
Radiasi
2
Pekerja yang paling
Lokasi
berisiko
Karyawan yang bekerja di lokasi tsb
perlatan yang
perawat, cleaning service
menghasilkan getaran
dll
(ruang gigi dll) genset, bengkel kerja,
Petugas sanitasi, teknisi
laboratorium gigi, gudang
gigi, petugas IPS dan
rekam medis, incinerator
rekam medis pekerja dapur, pekerja
CSSD, dapur, laundri, incinerator, boiler
laundry,petugas sanitasi dan IP-RS Ahli radiologi, radioterapist
X-Ray, OK yang
dan radiografer, ahli
menggunakan c-arm,
fisioterapi dan petugas
ruang fisioterapi, unit gigi
roentgen gigi.
KIMIA : disinfektan
Semua area
Petugas kebersihan,
Farmasi, tempat
perawat Pekerja farmasi, perawat,
Cytotoxics
pembuangan limbah,
petugas pengumpul
Ethylene oxide Formaldehyde
bangsal Kamar operasi Laboratorium, kamar
sampah Dokter,perawat Petugas kamar mayat,
N
Bahaya
o
Potensial
Lokasi mayat, gudang farmasi
Methyl : Methacrylate,
Ruang pemeriksaan gigi
Hg (amalgam) Solvents
3
Laboratorium, bengkel kerja, semua area di RS
Gas-gas
Ruang operasi gigi, OK,
anaestesi
ruang pemulihan (RR)
Pekerja yang paling berisiko petugas laboratorium dan farmasi Petugas/dokter gigi, dokter bedah, perawat Teknisi, petugas laboratorium, petugas pembersih Dokter gigi, perawat, dokter bedah, dokter/perawat anaestesi
BIOLOGIK : AIDS, Hepatitis
IGD, kamar Operasi, ruang
B dan Non A-
pemeriksaan gigi,
Non B
laboratorium, laundry
Cytomegaloviru
Ruang kebidanan, ruang
s
anak
Rubella
Ruang ibu dan anak
Dokter , dokter gigi, perawat, petugas laboratorium, petugas sanitasi dan laundry Perawat, dokter yang bekerja di bagian Ibu dan anak Dokter dan perawat Perawat, petugas
Tuberculosis
4
Bangsal, laboratorium,
laboratorium, fisioterapis
ruang isolasi
ERGONOMIK Pekerjaan yang
Area pasien dan tempat
dilakukan
penyimpanan barang
secara manual Postur yang
(gudang)
salah dalam melakukan pekerjaan
Semua area
Petugas yang menangani pasien dan barang
Semua karyawan
N
Bahaya
o
Potensial
Pekerjaan yang berulang
Lokasi
Pekerja yang paling berisiko Dokter gigi, petugas pembersih, fisioterapis,
Semua area
sopir, operator komputer, yang berhubungan dengan pekerjaan juru tulis
5
PSIKOSOSIAL Sering kontak dengan pasien, kerja bergilir, kerja berlebih,
Semua area
Semua karyawan
ancaman secara fisik
C. Kesehatan Kerja Pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilaksanakan setiap ruamh sakit seperti tercantum pada pasal 23 dalam UU kesehatan No. 23 tahun 1992 dan Peraturan Mentri Tenaga kerja & transmigrasi RI No. 03/men/1989 tentang pelayanan kesehatan kerja meliputi : Pemeriksaan kesehatan a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala c. Pemeriksaan kesehatan khusus
Memberikan pengobatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang mengalami Kecelakaan Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Kerja Segala ketentuan kesehatan kerja di rumah sakit mitra sakit plumbon ditetapkan oleh Keputusan direktur No. 4913/B/RS.MP/II/2011 tentang
Ketentuan Kesehatan Kerja, Kecelakaan Akibat Kerja, dan Penyakit Akibat kerja di Rumah Sakit Mitra Plumbon. D. Keselamatan Kerja Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana dan peralatan kerja. Upaya pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan meliputi : 1. Penetapan tempat beresiko dan Penggunaaan Alat Pelindung Diri Agar seluruh pegawai, pasien, keluarga pasien, pengunjung dapat mengetahui tempat tempat berbahaya dilingkungan rumah sakit maka diberikan tanda – tanda atau petunjuk yang ditempatkan di tempat yang telah ditentukan. Tempat yang dianggap beresiko diantaranya : a. Instalasi Radiologi b. Instalasi Labolatorium c. Instalasi Farmasi d. Kamar Operasi e. Genset f.
Kamar isolasi penyakit menular
g. Tempat dengan ketinggian lebih dari 1 Meter Selain penetapan tempat beresiko salah satu pemberian rasa aman kepada pekerja, juda diberlakukan kewajiban untuk menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan setiap kegiatan yang beresiko tinggi menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja. Penetapan tempat beresiko dan penggunaan alat pelindung diri ini ditetapkan
oleh
keputusan
direktur
no.
4914/B/RS.MP/II/2011
tentang
penetapan tempat beresiko dan penggunaan alat pelindung diri di rumah sakit mitra plumbon (lampiran 3) 2. Pegawasan
Keselamatan/Keamanan
sarana,
prasarana
dan
peralatan kesehatan Pengawasan ini bertujuan untuk menjamin berfungsinya peralatan medik dan
non
medik
sebagaimana
mestinya
sehingga
tidak
merugikan
pengguanaan alat tersebut. Pengawasan atau pemantauan kelayakan alat medik dan non medik dengan cara :
a. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan b. Melakukan pengujian kalibrasi alat c. Pemeliharaan alat dilakukan secara berkala Kegiatan pemeliharaan dan/atau perawatan sarana dan/atau prasarana dan kalibrasi A. Pemeliharaan dan/atau perawatan sarana dan/atau prasarana a. Program pemeliharaan dan/atau perawatan sarana dan/atau prasarana masing – masing unit yang dilakukan oleh setiap unit pengguna/IPSRS/Pihak Ekstern b. Adanya pelaporan pelaksanaan pemeliharaan dan/atau perawatan Sarana dan/atau prasarana kepada Ka. Sub. Bag. Logistik B. Kalibrasi a. Kalibrasi dilakukan secara periodik 1 (satu) tahun sekali pada atau sesuai dengan kebutuhan yang ada. b. Pelaksanaan kalibrasi dilakukan oleh pihak luar yang ditunjuk. c. Pelaksanaan kalibrasi oleh pihak luar dilakukan mengikuti prosedur Pembelian yang ada yaitu Bagian Logistik mendata alat ukur & monitor yang harus dilakukan kalibrasi alat ukur & monitor dan mengajukannya ke Ka. Bag. Perencanaan & Pengembangan untuk dilanjutkan ke Wadir ADM Umum & Keuangan dalam Form permohonan kalibrasi alat ukur & monitor
untuk
disetujui.
Bagian
Logistik
menjadwalkan
pelaksanaan kalibrasi dan mengundang pihak luar yg ditunjuk d. Pada saat kalibrasi berlangsung Koordinator / Ka. Unit / Bidang unit pengguna dan petugas PSRS mendampingi pihak luar yang melakukan kalibrasi e. Setiap Ka. Unit / Bidang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa alat tersebut telah dikalibrasi dengan memeriksa tanda status hasil kalibrasi (bila ada) f.
Bagian
Logistik
mencatat
waktu
dan
hasil
pelaksanaan
kalibrasi dari alat tersebut pada Daftar Alat Ukur & Monitor sesuai dengan Laporan Hasil Kalibrasi yang ada.
g. Alat yang tidak dapat dikalibrasi atau rusak akan diberi label yang sesuai dan/atau dipisahkan. 3. Fasilitas Perlengkapan Keamanan Pasien Dirumah Sakit Mitra Plumbon dalam merealisasaikan penyelenggaraan program K3 yang bertujuan membuat rasa aman terhadap pasein, pekerja, pengunjung di lingkungan rumah sakit maka di lengkapi oleh perlengkapan diantaranya : a. Pegangan pada tepi tangga b. Pegangan pengaman pada samping kloset dan dilengkapi dengan bel pangil c. Pintu dapat dibuka dari luar d. Tempat tidur dilengkapi tralis penahan dibagian tepi e. Sumber listrik mempunyai pengaman f.
Pemasok oksigen cukup pada tempat – tempat penting
g. Tersedia emergency suction pada keadaan gawat darurat h. Ada tenaga listrik pengganti bagi ruangan dan peralatan medik yang vital
II. PENYEHATAN LINGKUNGAN Lingkungan kerja rumah sakit meliputi
semua ruangan dan
area
sekellilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja yang dikelola secara komersial, mempunyai resiko bahaya kesehatan, untuk itu diperlukan panduan untuk memenuhi persyaratan kesehatan
lingkungan sesuai dengan Kemenkes RI No. 261/Menkes/SK/II/1998 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja. A.
Pengertian Penyehatan
lingkungan
rumah
sakit
adalah
segala
upaya
untuk
menyehatkan dan memelihara lingkungan rumah sakit dan pengaruhnya terhadap manusia. B.
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Mitra Plumbon a. Penyehatan Air
1.
Tersedianya air bersih dengan kapasitas minimal 40 liter/ orang/hari 2. Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai Permenkes No 416 tahun 1990 tentang pengawasan dan persyaratan Kualitas air b. Penyehatan Udara Ruangan Suhu
: 18 – 28 °C
Kelembaban : 40 – 60 % c. Limbah 1. Limbah padat / sampah
Setiap limbah padat dari setiap ruangan satuan kerja dipisahkan sesuai
dengan
jenis
limbahnya
(domestik,
medis/klinik,
Radiaktif) dan dimasukkan kedalam bak/tong sampah
yang
telah dilapisi kantong plastik yang telah disediakan untuk masing-masing jenis sampah yang akan dibedakan.
Kantong plastik merah untuk limbah medik/infeksius
Tong sampah kuning untuk limbah domestik/umum
Pengangkutan
limbah
padat
dari
masing-masing
ruang
dilakukan oleh petugas yang telah ditunjuk dari masing-masing ruang, dengan menggunakan alat pengangkut/gerobak sampah, melalui jalur yang telah ditentukan.
Limbah padat domestik dimasukkan ke tempat penampungan sementara
container
yang
selanjutnya
dibuang
ketempat
pembuangan akhir oleh DPU.
Bak limbah padat dilakukan pemeliharaan kebersihan secara
periodik dan atau sesuai kondisi dan keperluannya.
Pengelolaan limbah padat bekerja sama dengan pihak ke 3 yaitu perusahaan limbah Jasa Medivest
2. Limbah Cair
Setiap
ruang/satuan
kerja
yang
menghasilkan
limbah
cair
(dilengkapi dengan fasilitas sistem pembuangan limbah cair (perpipaan khusus).
Limbah cair diolah di sentral pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan
Pemeriksaan kualitas dilalrukan setiap bulan ke laboratorium Referensi dengan parameter sesuai Kep.Me.LH No. 58 tahun 1995 Untuk keperluan terbatas intern pemeriksaan kualitas dilakukan oleh IPSRS .
d. Pencahayaan di ruangan Intensitas cahaya diruangna kerja minimal 100 Lux e. Kebisingan Ruangan Tingkat kebisingan diruangna kerja maksimal 85 dBA f. Getaran Tingkat getaran tidak mengganggu g. Vektor penyakit 1. Serangga penular penyakit
Indeks Lalat
: Maksimal 8 ekor/ fly grill (100 cm x
100 cm)/dalam pengukuran 30 menit
Indeks kecoa : Maksimal 2 ekor/ plate (20 x 20 cm) dalam pengukuran 24 jam
Indeks Nyamuk : Countainer indeks <= 5%
2. Tikus Setiap ruangan rumah sakit harus bebas tikus h. Ruangan dan Bangunan 1. Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan
2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin dan bersih. 3. Langit – langit kuat, bersih dan atap kuat dan tidak bocor. i. Penyehatan Makanan dan Minuman
Untuk bahan makanan dan minuman siap saji Pengadaan makanan maupun bahan makanan perlu memperhatikan hal-hal berikut ini, yaitu: 1. Bahan makan dan makanan jadi dari lnstalasi Gizi harus diperiksa secara fisik, dari dilakukan pemeriksaan kualitas secara periodik 6 bulan sekali dengan jumlah sampel dari parameter sesuai keperluan 2.
Pemeriksaan kualitas dilakukan oleh Kesehantan lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten dengan koordinator Instalasi Gizi Rumah Sakit
Penyimpanan 1. Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara kebersihannya, terlindung dari bahan kimia berbahaya, debu, serangga dan tikus. 2. Bahan makanan dari makanan basil olahan disimpan pada tempat yang terpisah. 3. Suhu tempat penyimpanan makanan disesuaikan dengan sifat makanan dan penyajiannya.
Tempat pengolahan 1. Tempat pengolahan dari peralatannya dipelihara kebersihannya dan atau dibersihkan / didesinfeksi, selanjutnya dikeringkan dengan metode yang dianggap efektif dan efisien. 2. Asap dari kegiatan dapur dibuang keluar baik dengan peralatan konvensional maupun mekanis. 3. Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 Lux.
Penjamah Makanan
1. Selama bekerja harus menggunakan perlengkapan pelindung pengolahan makanan (celemek, penutup rambut). 2. Selama bekerja tidak dibenarkan merokok, makan dan memakai perhiasan serta selalu menjaga/ memelihara kebersihan pribadi ( personal hygiene ). 3. Selama melakukan pengolahan makanan tidak boleh kontak langsung dengan tubuh ( menggunakan
alat pembantu sarung
tangan plastik, penjepit makan dll) 4. Penjamah
makanan
tidak
menderita
atau
menjadi
sumber
penularan penyakit. 5. Penjamah makanan harus sehat, diperiksa kesehatannya secara berkala minimal 2 kali dalam setahun.
Penyajian Makanan 1. Penyajian makamm dari dapur pusat ke konsumen neng&unakan kereta dorong khusus untuk menghindarkan terjadinyapencemaran. 2. Transportasi makanan siap hidang diusahakan melalui jalur tertentu sehingga dapat terhindar teIjadinya pencemaran. 3. Makanan yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien. 4. Kereta dorong pcngangkut makanan harus selalu dijaga kebersihannya secara periodik dari atau menurut kebutuhan
j. Penyehatan Tempat Pencucian 1. Tempat Pencucian dan Peralatan Penunjang Medis. Setiap ruangan pelayanan medis dan Penunjang medis yang karena sifat kegiatannya harus dilengkapi dengan fasilitas pencucian untuk mencuci peralatan. Fasilitas pencucian harus dilengkapi dengan sarana pemeliharaan kebersihan Binatu 2. Lokasi Binatu diupayakan yang mudah dijangkau oleh Unit Kegiatan yang memerlukan serta tidak berdekatan dengan ruang Rawat Inap.
3. Konstruksi lantai dari beton atau plesteran yang kuat & tidak licin dengan kemiringan lantai 2- 3 % kearah saluran pembuangan limbah cairan 4. Harus disediakan fasilitas pembuangan limbah cair sistem tertutup dan menjamin kelancaran aliran limbah cair ke sistem jaringan limbah cair terdekat 5. Disediakan sistem penyediaan air bersih & air panas sesuai dengan keperluannya. 6. Dilengkapi
ruangan-ruangan
yang
terpisah
sesuai
dengan
peruntukannya a) Ruangan Linen Kotor b) Ruang Linen Bersih c) Ruang Penyimpanan Perlengkapan Cuci d) Ruang Penyimpanan Perlengkapan Kebersihan 7. Disediakan kamar mandi & WC dan tempat cuci tangan untuk petugas dengan jumlah sesuai keperluan. 8. Pengaturan tata letak ruang harus diperhatikan sehingga dapat mencegah / menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi silang. 9. Ruangan harus selalu terjaga kebersihannya. 10.Bak-bak penampungan air dibersihkan minimal seminggu sekali untuk mencegah perindukan serangga vektor penyakit. 11.Tingkat pencahayaan diruang pencucian minimal 200 Lux 12.Secara
periodik
atau
menurut
keperluannya
ruangan
dapat
dilakukan sterilisasi dengan metode yang dianggap efektif dan efisien. k. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan 1.
Penyuluhan Kesehatan Lingkungan dilakukan terhadap pegawai RS, pengunjung RS dan masyarakat sekitar RS.
2.
Materi Penyuluhan disesuaikan dengan keperluan khususnya yang terkait dengan masalah kesehatan lingkungan.
3.
Materi penyuluhan disiapkan oleh lnstalasi Sanitasi Lingkungan & Pelaksanaannya dikoordinir oleh pengembangan SDM
4.
Metode penyuluhan dapat dipilih sesuai dengan keperluan dengan metode yang dianggap efektif dan efisien.
III. PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Limbah
medis
berbahaya
yang
berupa
limbah
kimiawi,limbah
farmasi,logam berat,limbah genotoksik dan wadah bertekanan masih banyak yang belum dikelola dengan baik. Sedangkan limbah infeksius merupakan limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran penyakit baik kepoada SDM Rumah
Sakit,pasien,pengunjung/pengantar
pasien
ataupun
masyarakat
disekitar lingkungan Rumah Sakit. Limbah infeksius biasanya berupa jaringan tubuh
pasien,jarum
suntik,darah,perban,biakan
kultur,bahan
atau
perlengkapan yang bersentuhan dengan penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh penyakit pasien. Pengelolaan lingkunagn yang tidak tepat akan beresiko terhadap penularan penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat keberadaan Rumah Sakit antara lain : penyakit menular ( hepatitis,diare,campak,AIDS,influenza), bahaya radiasi (kanker,kelainan organ genetik) dan resiko bahaya kimia. A. Kategori B3 1. Memancarkan radiasi Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel radioaktif yang mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang dilaluinya. Misalnya sinar x,sinar alfa,sinar beta, sinar gamma dll. 2. Mudah meledak Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai pengimbangan kehilangan panas.Sehingga kecepatan reaksi,peningkatan suhu dan tekanan meningkat pesat dan dapat apabila
menimbulkan terkena
peledakan.
panas,gesekan
Bahan atau
mudah
meledak
bantingan
dapat
menimbulkan ledakan. 3. Mudah menyala atau terbakar Bahan
yang
mudah
membebaskan
panas
dengan
cepat
disertai dengan pengimbangan kehilanagn panas,sehingga tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala rendah 21°C.
4. Oksidator Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi reaksi oksidasi,mengakibatkan reaksi keluar panas (eksotermis). 5. Racun Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk kedalam tubuh melalui pernapasan kulit atau mulut. 6. Korosif Bahan
yang
kulit,menyebakan
dapat
menyebabkan
iritasi
proses pengkaratan pada lempeng
pada baja
dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur uji 55°C mempunyai pH sama atau kurang dari 2 (asam),dan sama atau lebih dari 12,5 (basa). 7. Karsinogenik Sifat bahan penyebab sel kanker yakni sel luar yang dapat merusak jaringan tubuh. 8. Iritasi Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir. 9. Teratogenik Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembantukan dan pertumbuhan embrio. 10.
Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti dapat merubah genetika.
11.
B.
Arus listrik
Faktor
yang
mendukung
timbulnya
situasi
berbahaya/tingkat bahaya dipengaruhi oleh daya racun 1. Cara
B3
masuk
kedalam
tubuh
yaitu
melalui
saluran
pernafasan,saluran pencernaan,dan penyerapan melui kulit. Diantaranya yang sangat berbahaya adalah yang melalui saluran pernafasan karena tanpa disadari B3 akan masuk kedalam
tubuh
bersama
udara
yang
dihirup
yang
diperkirakan sekitar 8,3 m2 selama 8 jam kerja dan sulit dikeluarkan kembali dari dalam tubuh. 2. Konsentrasi dan lama paparannya 3. Efek kombinasi bahan kimia,yaitu paparan bermacam-macam B3 dengan sifat dan daya racun yang berbeda,menyulitkan tindakan-tindakan pertolongan atau pengobatan. 4. Kerentanan calon korban paparan B3 karena masing-masing individu
mempunyai
daya
tahan
yang
berbeda
terhadap
pengaruh bahan kimia. C. Prinsip Dasar Pencegahan dan Pengendalian B3 1. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh petugas yang ditunjuk sebagai penanggungjawab. Hasil identifikasi diberi label atau kode untuk dapat membedakan satu dengan lainnya. Sumber informasi didapatkan dari MSDS. 2. Evaluasi untuk menentukan langkah-langkah
atau
tindakan
yang
diperlukan sesuai sifat dan karakteristik dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus mempredksi resiko yang mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi. 3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang dilakukan meliputi: Pengendalian operasional,
seperti
eliminasi,
substitusi,
ventilasi,
penggunaan alat perlindungan diri dan menjaga higiene perorangan.
Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label, penyediaan MSDS, pembuatan prosedur kerja, pengaturan tata ruang,
pemantauan rutin dan pendidikan atau pelatihan. Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang
aman. Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah barang.
4.
Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan berbahaya, antara lain: Upayakan substitusi yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya
dengan yang kurang berbahaya Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin dengan cara memilih proses kontinyu yang menggunakan bahan setiap saat lebih sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan
sesuai dengan kebutuhan sehingga resiko dalam penyimpanan kecil Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang bahan
berbahaya
yang
menyangkut
sifat
berbahaya,
cara
penanganan, cara penyimpanan, cara pembuangan dan penanganan sisa atau bocoran/tumpahan, cara pengobatan bila terjadi kecelakaan dan sebagainya. Informasi tersebut dapat diminta kepada penyalur
atau produsen bahan berbahaya yang bersngkutan. Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau mengendalikan kontaminan bahan berbahaya dengan sistem ventilasi dan dipantau secara berkala agar kontaminan tidak melampaui nilai ambang batas
yang ditetapkan Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama dengan mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti
prosedur kerja yang aman Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau
tepat melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai dengan prosedur dan petunjuk teknis yang ada dan memberikan tanda-tanda
peringatan yang sesuai dan jelas Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan-
bahan berbahaya Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan aman, bersih dan terpelihara dengan baik
Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara memelihara instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya pemanfaatan kembali atau daur ulang
D. Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan,
menangani
tumpahan,
menggunakan, dll) B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis bahan dan cara penanganannya dengan melihat SOP dan MSDS yang telah ditetapkan. 1. Penanganan untuk personil Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau
disimpan Baca petunjuk yang tertera pada kemasan Letakkan bahan sesuai ketentuan Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai
dengan petunjuk Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan
penempatan bahan, hindari terjadinya tumpahan/kebocoran Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan bahaya/kecelakaan atau nyaris celaka melalui formulir yang telah disediakan dan alur yang ditetapkan
2.
Penanganan berdasarkan lokasi Daerah-daerah yang beresiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 yang ada di Rumah Sakit harus ditetapkan sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan kode warna di area bersangkutan, serta dibuat dalam denah
Rumah
Sakit
dan
disebarluaskan/disosialisasikan
seluruh penghuni Rumah Sakit. 3.
Penanganan administratif
kepada
Di setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus diberi tanda sesuai potensi bahaya yang ada, dan di lokasi tersebut tersedia SOP untuk menangani B3, antara lain: Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan Cara penanganan B3, dll
BAB XXX PENANGGULANGAN BENCANA A. DEFINISI Panduan Perencanaan Penyiagaan Bencana bagi Rumah Sakit (P3BRS) merupakan suatu system dari system perencanaan penanganan bencana secara nasional. Perencanaan perlu memperhatikan efektifitas dan efisiensi (organisasi, anggaran, SDM) berdasarkan pada pengalaman dari institusi lain yang pernah mengalami bencana Dalam keadaan bencana, Rumah Sakit harus tetap menjalankan tugas dan fungsinya untuk menangani pasien Rumah Sakit dan korban bencana, kecuali Rumah Sakit mengalami kelumpuhan struktur dan fungsinya. Dalam pelaksanaannya Rumah Sakit harus memperhatikan aspek medikolegal. P3B-RS disesuaikan dengan kemampuan/kapasitas Rumah Sakit dengan membuat prioritas berdasarkan risiko ancaman bencana yang dihadapi dan kondisi daerah setempat. a. Bencana disebut juga musibah massal adalah suatu keadaan dimana terjadi kecelakaan atau bencana alam dan atau bencana yang dibuat oleh manusia yang dalam waktu relative singkat terdapat korban dalam jumlah banyak, yang tidak dapat ditanggulangi oleh hanya satu unit kerja/bagian tertentu, sehingga harus mendapat pertolongan segera. Bencana yang dimaksud diatas bisa berasal dari dalam/luar bangunan Rumah Sakit Mitra. b. Berbagai Bencana Berbagai bencana yang menimbulkan ancaman bagi rumah sakit :
Bencana Internal : kebakaran, ledakan.
Bencana External Minor : bencana yang melibatkan korban dalam jumlah kecil.
Bencana External Mayor : bencana yang melibatkan korban dalam jumlah besar.
Bencana
yang
mengancam
baik
rumah
sakit
maupun
lingkungannya : kebakaran yang besar atau dekat, banjir, ancaman bom.
Bencana di lingkungan lain.
PERNYATAAN TINGKAT-TINGKAT KEADAAN : Pernyataan tingkatan keadaan darurat dikeluarkan oleh direktur Rumah Sakit Mitra Plumbon TINGKAT KEADAAN DARURAT 1. KEADAAN DARURAT III (RAWAN/kode sandi warna HIJAU) Dari keadaan normal (aman), akan dinyatakan dalam keadaan darurat III apabila disinyalir adanya: - Gejala Sosial yang mungkin dapat menimbulkan kerawanan/bencana - Gejala alam yang mungkin dapat berubah menjadi bencana - Gejala
lain
yang
dapat
membahayakan,
mengancam
keselamatan
dan
keamanan instalasi (kebakaran). 2. KEADAAN DARURAT II (GAWAT/kode sandi warna KUNING) Keadaan Darurat II adalah merupakan peralihan keadaan darurat III yang kodisinya menunjukkan perkembangan yang lebih rawan, dengan tanda-tanda sebagai berikut : Terjadinya kerusuhan atau huru-hara ditempat-tempat lain yang bersifat explosif dan dapat meluas. Terjadi aksi teror ditempat-tempat lain, dan adanya ancaman-ancaman yang ditujukan kepada instalasi. Gejala alam dan atau gejala lainnya yang menunjukkan tanda-tanda lebih meningkat. (banjir, kebakaran, ledakan, pencemaran,dll) 3. KEADAAN DARURAT I (BAHAYA/kode sandi warna MERAH)
Keadaan darurat I adalah suatu kondisi dimana bahaya langsung sudah harus ditanggulangi (terjadi huru-hara, bencana alam, kebakaran, dan bahaya lain di dalam instalasi).
KOMANDAN RS
KOMANDAN BENCANA I Gambar 1. Struktur Organisasi
STRUKTUR OGANISASI PENANGANAN BENCANA KOMANDAN BENCANA II RS. MITRA PLUMBON KETUA MANAJEMEN SUPPORT
KEUANGAN
KETUA MEDICAL SUPPORT
TIM PRA-HOSPITAL
MOBILISASI DANA ANGGARAN
TIM AMBULANCE TIM MEDIS TIM PENUNJANG
SDM SDM RS RELAWAN
TIM INTRA HOSPITAL
LOGISTIK dan OPERASIONAL
TIM PENANGANAN EMERGENCY
PENGADAAN TIM KAMAR OPERASI
GIZI
TIM ICU
KEAMANAN-LALU-LINTAS
TIM RUANG RAWAT
PERENCANAAN
TIM RAWAT JALAN
DATA, INFORMASI DAN DOKUMENTASI
TIM FORENSIK
SANITASI-KEBERSIHAN GEDUNG, ALAT DAN PEMELIHARAAN
MEDIS DAN PENUNJANG LABORATORIUM
FARMASI DAN ALKES CSSD
KAMAR JENAZAH
TIM EVAKUASI
DONASI REKAM MEDIK
RADIOLOGI SURVEILANCE KONSELING KEPERAWATAN INFORMASI MOBILISASI PASIEN
B. RUANGAN DAN AREA BERKUMPUL TERBUKA Area tempat berkumpul (titik aman berkumpul) saat terjadinya bencana internal bagi pasien, petugas dan pengunjung/ keluarga pasien, serta tempat untuk melaksanakan triage korban. AREA BERKUMPUL TERBUKA (TITIK AMAN BERKUMPUL) WILAYAH SEKITAR RS AREA BARAT LAUT AREA TIMUR LAUT AREA TIMUR
AREA TERBUKA Depan Poliklinik, Dekat ATM Depan IGD Lobby Timur
Alur Pelaporan Bencana Ketua Tim Medical Support
Dokter Umum Jaga Supervisor
Teknisi
Security
Alur Evakuasi Bencana
Dokter Umum Jaga
Security
Supervisor
Ketua Tim Medical Support
Teknisi
Ka Ruangan / Ka Shift
UPAYA PREVENTIF Agar terhindar dari bencana yang tidak diinaginkan, maka beberapa hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1.1
bekerja sesuai prosedur
Setiap petugas yang bekerja harus memperhatikan rambu-rambu tanda bahaya yang ada perlakuan barang yang menjadi objek kegiatan sesuai dengan prosedur yang ada agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan dirinya atau orang lain seperti terjadi kebakaran yang berasal dari gas, bahan-bahan kimia atau bahan yang mudah meledak atau terbakar begitu pula penangganan makanan harus dilakukan sesuai prosedur untuk mencegah terjadinya keracunan makanan yang brasal dari dapur RS. Mitra Plumbon. 1.2
Pelatihan
Pelatihan merupakn sarana yang sangat baik dalam upaya penanggulangan bencana kegiatan pelatihan harus selalu diadakan setahun sekali dan meliputi seluruh karyawan yang bekerja di RS. Mitra Plumbon. a. Pelatihan kebakaran Seluruh karyawan di RS. Mitra Plumbon harus bersedia dan aktif mengikuti pelatihan kebakaran yang bekerja sama dengan Dinas
Kebakaran dengan adanya pelatihan ini diharapkan siap mengantisipasi dan mencegah terjadinya kebakaran yang besar agar tidak timbul kerugian atau korban yang lebih besar. b. Pelatihan evakuasi Pelatihan evakuasi juga harus dilakukan sekali seperti pelatihan kebakaran, dalam pelatihan ini para karyawan baik medis maupun non medis akan diberikan pengetahuan dan praktek mengenai tehniktehnik evakuasi dan prosedur evakuasi yang harus dilakukan
C. MACAM-MACAM BENCANA Kemungkinan bencana yang terjadi di Rumah Sakit Mira Plumbon adalah : kebakaran, gempa bumu, ancaman bom, kecelakaan oleh karena zat berbahaya, kejadian luar biasa penyakit. Penanganan tiap-tiap jenis bencana adalah sebagai berikut : 1. KEBAKARAN Pada saat kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah : luka bakar, trauma, sesak nafas, histeria (ggn.psikologis) dan korban meninggal. Langkah –langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran : 1. Pindahkah korban ke tempat yang aman (lihat pembahasan area berkumpul) 2. Hubungi petugas pos Jaga I 3. Jika memungkinkan batasi penyebaran api, dengan menggunakan APAR 4. Padamkan api jika memungkinkan dan jangan mengambil resiko. Bila terjadi kebakaran selalu ingat : 1. Kejadian kebakaran harus dilaporkan 2. Bila bangunan betingkat, gunakan tangga dan jangan gunakan lift. 3. Biarkan lampu selalu menyala untuk penerangan. 4. Matikan alat-alat lain seperti : mesin anastesi, suction, alat-alat elektronik dll
5. Tetap tenang dan jangan panik. 6. Tempat yang rendah memiliki udara yang lebih bersih Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik kita harus tahu: 1. Tempat menaruh alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya. 2. Nomor pemadam kebakaran 3. Rute evakuasi dan pintu-pintu darurat. 4. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana penanggulangan bencana kebakaran pada setiap shift jaga. 5. Kepala ruangan pada shift pagi / hari kerja dan Ketua tim pada jaga sore atau malam yang memegang kendali / mengkoordinir bila terjadi bencana. 2. GEMPA BUMI Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah : trauma, luka bakar, sesak nafas dan meninggal. Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut petunjuk yang dapat dijadikan pegangan:
Di dalam ruangan : Merunduklah, lindungi kepala anda dan bertahan di tempat aman. Beranjaklah beberapa langkah menuju tempat aman terdekat. Tetaplah di dalam ruangan sampai goncangan berhenti dan yakin telah aman untuk keluar, menjauhlah dari jendela. Pasien yang tidak bisa mobilisasi lindungi kepala pasien dengan bantal
Di luar gedung Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel. Rapatkan badan ke tanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.
Di dalam lift Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka
tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi petugas dengan menggunakan interphone jika tersedia. 3. ANCAMAN BOM Ancaman bom bisa tertulis dan bisa juga lisan atau lewat telepon. Ancaman bom ada dua jenis : 1. Ancaman bom yang tidak spesifik : pengancam tidak menyebutkan secara detail tentang ancaman bom yang disampaikan. 2. Ancaman bom spesifik : pengancam menyebutkan tempat ditaruhnya bom, jenis bom yang digunakan, kapan bom akan meledak dan lain lain.
Semua ancaman bom harus ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh tim penjinak bom bahwa situasi aman. Jika anda menerima ancaman bom : 1. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi yang diterima dari pengancam sangat membantu tim penjinak bom. 2. Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai berbicara. 3. Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telepon ancaman, atau jika memungkinkan gunakan Hp anda untuk menghubungi orang lain. 4. Hubungi satpam (ext.1005) bahwa :
Ada ancaman bom
Tempat / ruangan yang menerima ancaman
Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom.
Ancaman bom tertulis :
1. Simpan kertas yang berisi ancaman dengan baik. 2. Laporkan kepada kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan kepada ketua tim saat shift sore atau malam. Ancaman bom lewat telepon : 1. Usahakan tetap bicara dengan penelepon. 2. Beri kode pada teman yang terdekat dengan anda bahwa ada ancaman bom. Bila ada benda yang mencurigakan sebagai bom : 1. Jangan
menyentuh
atau
memperlakukan
apapun
terhadap
benda
tersebut. 2. Sampaikan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan kepada ketua tim saat shift sore atau malam bahwa ada benda yang mencurigakan. 3. Lakukan evakuasi diruangan tersebut dan ruangan sekitarnya segera. 4. Buka pintu dan jendela segera. 5. Lakukan evakuasi sesuai prosedur 4. KECELAKAAN OLEH KARENA ZAT-ZAT BERBAHAYA Kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya meliputi kebocoran atau tumpahan atau sengaja mengeluarkan cairan dan gas yang mudah terbakar, zat-zat yang bersifat korosif, beracun, zat-zat radioaktif. Kemungkinan jenis korban yang terjadi adalah : keracunan, luka bakar, trauma dan meninggal. Pada setiap kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya selalu diperhatikan : 1. Keamanan adalah yang utama.
2. Isolasi areal terjadinya tumpahan atau kebocoran 3. Evakuasi korban dilakukan pada area yang berlawanan dengan arah angin di lokasi kejadian 4. Hubungi operator untuk menyiagakan tim penanggulangan bencana rumah sakit. 5. Tanggulangi tumpahan atau kebocoran, jika anda pernah mendapat pelatihan tentang hal tersebut, tapi jangan mengambil resiko jika anda tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang cara menanggulangi tumpahan atau kebocaran zat-zat berbahaya. 6. Lakukan dekontaminasi sebelum penanganan korban
D. UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA YANG SUDAH TERJADI Bencana yang terjadi didalam RS. Mitra Plumbon dapat menjadi 2 hal, yaitu : 1. Bencana yang tidak memerlukan evakuasi : Penanggulangan korban yang terjadi di dalam Rumah Sakit tetap melalui proses triase dengan system penanganan korban yang kadang dari luar RS. Mitra Plumbon. 2. Bencana yang memerlukan evakuasi : Apabila bencana yang terjadi di dalam dapat menyebabkan kerusakan bangunan serta mengancam keselamatan orang yang berada di RS. Mitra Plumbon, maka harus segera dilakukan evakuasi.
2.2.1 Evakuasi. Evakuasi adalah proses pemindahan korban dari lokasi kejadian ke tempat lain yang aman atau untuk mendapat pertolongan medis yang lebih baik atau lebih lengkap. Korban dapat merupakan pasien RS. Mitra Plumbon, tetapi dapat pula merupakan karyawan yang bekerja di RS. Mitra Plumbon. Alasan evakuasi : 1. Untuk memindahkan pasien atau staf dari tempat dimana bahaya mengancam. 2. Untuk mempersiapkan tempat tidur bagi korban kecelakaan yang memerlukanya. Pelaksanaan dari penanganan bencana internal : 1. Pasien harus segera dipindahkan dari tempat yang aman. 2. Keputusan seberapa luas rencana dilaksanakan sebelum, selama, dan sesudah evakuasi jika memungkinkan 2.2.2 Anggota Tim Evakuasi a). Petugas perawat jaga di semua ruang perawatan b). Staf SDM / Kepegawaian dibantu oleh semua staf administrasi (diluar jam kerja semua staf administrasi yang tugas jaga).
2.2.3 Prosedur Evakuasi pada Penanganan Bencana a)
Perawat jaga ruangan mendengar pemberitahuan adanya
bencana dan perintah evakuasi dari pimpinan siaga. b)
Dalam kondisi kebakaran atau bencana internal lain, semua
pasien atau staf rumah sakit harus segera dipindahkan ke tempat lain yang aman di rumah sakit, atau di keluarkan dari rumah sakit. c)
Pemindahan pertama dilakukan ke tempat yang aman dalam
lantai yang sama, lalu jika area tersebut dia anggap tidak lagi aman, dilakukan pemindahan ke lantai bawahnya atau dikeluarkan dari gedung. d)
Pemindahan harus secara sistematis dengan memindahkan
pasien dan staf yang lebih dekat dengan area yang berbahaya terlebih dahulu.
e)
Setiap bagian dalam gedung harus diberi tanda. Pastikan
pintu yang menghubungkan dengan area yang terbakar selalu tertutup rapat sewaktu pindah dari satu bagian ke bagian yang lain. f)Jangan mencoba untuk evakuasi dari gedung “saat” terjadinya bencana gempa. 2.2.4 Tindak Lanjut Setelah semua pasien dan korban akibat bencana tersebut sudah terkumpul di tempat yang aman, Ketua Penanggulangan bencana mengatur pengiriman pasien dan korban ke Rumah Sakit terdekat atau ke Rumah Sakit rujukan seperti Rumah Sakit Gunung Djati dan Rumah Sakit Ciremai.
E. PENANGANAN SETELAH KEADAAN DARURAT Tujuan penanganan setelah terjadinya keadaan darurat adalah untuk evakuasi, inventarisasi sampai sejauh mana akibat yang ditimbulkan setelah kebakaran atau bencana lainnya terjadi. Maka Komandan Bencana dan team yang terdiri dari fungsi-fungsi terkait guna mengambil langkah-langkah sebagai berikut : Melokalisir/mengamankan bangunan atau gedung yang terbakar. Penyelidikan terhadap sebab-sebab terjadinya kebakaran untuk menentukan usaha-usaha agar kejadian serupa tidak terjadi lagi. Menghitung kerugian yang diderita. Hal ini untuk kepentingan asuransi Mengadakan penelitian sehubungan dengan usaha pembenahan dan rehabilitasi gedung/bangunan.
Mengambil langkah-langkah dalam usaha memberikan pelayanan perawatan pasien F. SYARAT-SYARAT KETERAMPILAN DAN TUGAS TIM PENANGANAN BENCANA Karena kegiatan anggota Pedarat dalam keadaan darurat itu bersangkutan langsung dengan jiwa manusia dan harta benda yang berharga, maka mereka minimal harus memiliki syarat kesehatan yang baik dan keterampilan tertentu yang dapat diandalkan. Untuk memenuhi syarat tersebut diatas harus mendapatkan pelatihan dan pendidikan. Balakar yang cukup. Pelatihan minimal harus dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali. Ketrampilan dan tugas dipahami masing-masing anggota balakar itu adalah seperti dibawah ini : KELOMPOK PEMADAM KEBAKARAN Tugas utama adalah memadamkan api, termasuk api walaupun kecil yang diduga akan menjadi besar. Karena itu mempunyai ketrampilan : 1. Mengenali jenis dan sumber api, agar dengan cepat dapat memilih bahan atau alat pemadam api yang cepat. 2. Mengenali jenis-jenis bahan pemadam untuk jenis api yang cocok. 3. Mengenali jenis dan dapat menggunakan alat pemadam kebakaran, dari yang ringan sampai yang berat. 4. Pernah dilatih memadamkan api dari yang kecil sampai yang besar. Karena mereka selalu berada dibarisan terdepan, harus berbadan kuat, dan keberanian yang tinggi. KELOMPOK EVAKUASI Tugas utamanya adalah memimpin dan membantu para penghuni meninggalkan ruang menuju ketempat yang aman melalui jalan dan tangga yang disediakan untuk evakuasi. Dalam kelompok pencari dan penyelamat mempunyai anggota yang menjadi pelacak jalan, meyakinkan bahwa jalan didepan aman dan tidak ada jebakan bahaya ataupun jebakan pintu tertutup. Tugas lainya adalah: 1. Menyelamatkan benda-benda dan berkas berharga
2. Mencari penghuni atau siapa saja pada waktu terjadi kebakaran terutama di ruang-ruanng tertutup dan memberi tahu agar segera menyelamatkan diri. 3. Membantu dan menyelamatkan orang-orang yang tidak dapat berjalan sendiri (pasien) keluar dari daerah berbahaya. 4. Menyelamatkan orang-orang (korban) yang terjebak dalam daerah dan tidak dapat mencari jalan keluar. Agar pelaksaan dalam pencarian dan penyelamatan, anggota regu harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan sebagai berikut : 1. Mengenali secara baik ruang-ruang, lorong dan pintu-pintu dilantainya. 2. Mengenali penghuni yang berada dilantainya. 3. Tahu prosedur-prosedur evakuasi, antara lain :
Melarang penghuni berjalan melawan arah evakuasi
Bagi wanita yang bersepatu hak tinggi untuk dilepas.
Jangan panik dan jangan lari.
4. Mengenali secara baik semua jalan evakuasi menuju tempat berkumpul, di dalam gedung, terutama disekitar tempat kerja. 5. Bersikap tenang dan berwibawa, agar yang dipandu tidak mudah panik. KELOMPOK PENGAMANAN Tugas kelompok pengaman adalah mengamankan daerah kebakaran dari kemungkinan tindakan kejahatan oleh seseorang, misalnya mencuri barangbarang yang sedamg diselamatkan, mencopet penghuni yang sedang panik, dan sebagainya. Dan juga memberikan peluang agar petugas lain dapat bekerja tidak terganggu oleh pengungsi atau penonton dari luar. KELOMPOK PENYELAMAT Tugas utama kelompok penyelamat adalah menyelamatkan dokumen / harta benda RS. Mitra Plumbon yang sangat penting. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh petugas penyelamat adalah : Seleksi dokumen-dokumen yamng perlu pentinng untuk diselamatkan, dokumen tidak penting tidak perlu dibawa karena akan menyulitkan dalam pelaksanaan penyelamatan.
Membawa dokumen dokumen yang perlu disesuaikan dengan batas kemampuan (tidak boleh melebihi batas kemampuan) G. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABAKARAN Latihan adalah merupakan suatu hal yang sangat penting, untuk itu setiap anggota regu penanggulangan kebakaran harus melaksanakan/mengikuti latihan secara kontinyu dan efektif, baik latihan yang bersifat teori maupun yang bersifat praktek. Mereka harus diberi petunjuk dalam cara penggunaan dari setiap peralatan pemadam kebakaran dan peralatan penyelamat yang bersedia, serta cara kerja instalasi pemadam kebakaran yang terpasang di tempat kerjanya. Program latihan harus disesuaikan dengan tujuan regu tertentu. Program itu harus meliputi pemadaman kebakaran dengan alat pemadam api ringan, penggunaan selang hos, ventilasi bangunan, operasi pembongkaran, dan operasi penyelamatan. Tujuan latihan adalah sebagai kesiap siagaan di dalam menghadapi kebakaran agar mampu bekerja secara efektif dan efisien. Latihan praktek adalah latihan yang bersifat praktek harus diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan/kecakapan anggota dalam melaksanakan tugas yang diharapkan. Latihan harus dilaksanakan/dilakukan kadangkala seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya (simulasi) untuk mengetahui prosedur yang khusus dalam keadaan yang demikian. Dan pada peralatan akhir praktek pemadaman harus disiapkan kembali sehingga bisa digunakan dengan cepat dan tepat sewaktu terjadi kebakaran. Pengendalian latihan adalah latihan praktek harus dilaksanakan di bawah pengawasan serta pengendalian Kepala Pemadaman Inti. Mengoperasikan peralatan Di dalam latihan sejauh mungkin harus mengoperasikan peralatan dan instalasi pemadam kebakaran misalnya alat pemadam api ringan harus benarbenar disemprotkan, apabila mempunyai alat pelindung pernapasan harus dipakai dan air harus dialirkan kedalam selang hos dan sebagainya. Kurikulum latihan, kurikulum latihan sedapat mungkin harus meliputi : -
Sebab musabab kebakaran
-
Pokok dasar pengetahuan pemadaman
-
Pengetahuan tentang alat pemadam api
-
Tehnik pemadaman kebakaran
-
Tehnik pengamanan area kebakaran
-
Tehnik penyelamatan jiwa yang terancam dalam kebakaran
-
Pertolongan pertama bagi korban kebakaran
-
Pratikum/demonstrasi
Meningkatkan program latihan Program latihan harus selalu ditingkatkan sesuai dengan persoalan yang ditimbulkan oleh sumber bahaya kebakaran yang baru terdapat dalam tempat kerja dan jenis alat pemadaman api baru serta methode baru untuk pemberantasan. Jadwal latihan. Harus diadakan jadwal latihan bagi anggota pengendalian keadaan darurat. Dan pelajaran latihan sekurang-kurangnya diadakan satu kali dalam 1 (satu) tahun.
H. SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN , SARANA PENYELEMATAN DIRI DAN SISTEM DETEKSI KEBAKARAN Secara manual : Dengan menggunakan Break Glass yang dipasang pada dinding koridor setiap lantai dan di tempat-tempat tertentu di lingkungan Rumah Sakit. Secara otomatis : Heat Detector (Deteksi panas) Dipasang pada plafon disetiap ruangan yang bekerja secara otomatis apabila mendapat rangsangan panas pada titik panas 68 0 C. Smoke Detector (Deteksi asap) Dipasang pada plafon di ruangan-ruangan tertentu yang bekerja secara otomatis apabila mendapat rangsangan asap. Control Panel Bangunan RS. Mitra Plumbon terbagi menjadi 3 bagian yaitu Wing timur, Wing tengah, dan Wing barat panel control. Alarm yang ada di RS. Mitra Plumbon penempatannya di bagian atas gedung.
ALAT PEMADAM KEBAKARAN 1. Jenis Hydrant
Hydrant gedung Hydrant gedung minimal ada untuk setiap lantai gedung.
Sprinkler Sprinkler dipasang pada plafon di ruangan-ruangan tertentu yang bekerja secara otomatis apabila mendapat rangsangan panas kurang lebih 680 C.
2. Jenis Pemadam Api Ringan (APAR) Untuk Pemadam Api Ringan, sebaiknya setiap 7M2 didapatkan 1 APAR. Untuk Rumah Sakit Mitra Plumbon sebaiknya disediakan 86 tabung APAR. JALUR EVAKUASI (Terlampir) TANGGA DARURAT Di lingkungan RS. Mitra Plumbon terdapat yang menghubungan semua lantai baik sebelah kiri gedung maupun di kanan gedung. LIFT KEBAKARAN. Digedung RS. Mitra Plumbon terdapat 5 buah lift yang terbagi menjadi 2 1. 3 (tiga) Lift Barang 2. 2 (dua) Lift Khusus Pasien
OBAT HIGH ALERT
PENGERTIAN
Obat-obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medication) adalah obat-obat yang secara khusus terdaftar di RSU. Mitra Plumbon dalam kategori obat mempunyai resiko tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan secara serius apabila terjadi kesalahan (Medication error) dalam penanganan dan penggunaannya. High Alert dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu : 1. Obat Look a like Sound a like Look a like atau NORUM (Nama obat-Rupa obat mirip) merupakan golongan obat yang dapat meningkatkan resiko kesalahan pengobatan. Kesalahan ini dapat terjadi ketika seseorang/petugas farmasi membaca resep, ketika petugas farmasi mengambil obat atas permintaan resep, atau ketika petugas farmasi menerima permintaan secara lisan petugas tidak mendengar perintah sebagaimana yang dimaksud dan atau kesalahan terjadi pada saat penginputan barang ke komputer 2. Obat dengan konsentrat tinggi Obat dengan konsentrat tinggi adalah elektrolit dengan konsentrasi tinggi yang beresiko tinggi jika terjadi kesalahan.
DAFTAR OBAT DENGAN KONSENTRASI TINGGI NO
1
NAMA
KELAS
BENTUK
OBAT
TERAPI
Heparin Na
Anti
SEDIAAN Obat Vial 5000
koagulan Kalium
3
Klorida (KCl) Kalium
balance Electrolite
Glukonat
balance
ADA Inviclot
Ui/5mL
Elektrolit Konsentrat Electrolite Flash
2
SEDIAAN YG
Otsu-KCl 7,46 Vial 25 mL (Otsuka)
Ampul
(Ca. 4
glukonas) Natrium
Electrolite
Flash
Meylon vial 8,4%
5
Bicarbonat Natrium
balance Electrolite
Infus
25 mL (Otsuka) NaCl infus 3% 500
6
Klorida Magnesium
balance Electrolite
Flash
mL (Otsuka) MgSO4 20% 25
Sulfat
balance
mL (Otsuka) MgSO4 40% 25 mL (Otsuka)
Cara menyikapinya - Obat dan elektrolit
DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON Untuk penggunaan : Ranap (I, II,III, IV, V) IGD, IBS, ICU, ICCU, HCU, PICU, NICU No
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Pemberian 1
2
ANTIARITMIA Lidocain
Atropine Sulfate
Awal
Ventricular
Intravena (I. V)
Lidocain
tachycardia,
dengan
Ampul 2% 2
pulseless,
microdrip (60
mL
ventricular
gtt/mL) atau
tachycardia
infus pump
or
untuk
ventricular
meningkatkan
fibrillation Bradycardia
akurasi dosis Intravena (I. V)
Atropine
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1 mL
and Mobitz type I antrioventicu lar block, Mobitz type II and thirddegree block INOTROPIK Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless electrical activity, bradycardia Acute allergic reactions
Stok
Acute asthma (not responding to adrenergic Dopamine
inhaler) Bradycardia,
Intravena (I. V)
Dobutamin
hypotension Congestive
Intravena
hearth
(disarankan
failure
menggunakan infuse pump)
VASODILATOR Nitroglycerin
Hypertensio
Tablet
n, acle
(sublingual)
hearth
Spray : 0,4
failure,
mg/actuation
angina pain,
Intravena (I. V)
Angina pectoris, Acute myocardial infraction ANTI PERDARAHAN Asam
Anti
tranexamat
perdarahan
Intravena (I. V)
Asam Tranexamat Ampul 50 mg/mL 5 mL Kalnex Ampul 50 mg/mL 5 mL
Menadion HCl
Anti perdarahan
Intravena (I. V)
Vitamin K ampul 10
mg/mL 1 mL LAIN-LAIN Aminophylin
Gangguan
Inhalasi/Nebuli
Aminofilin
pernafasan
zer
Ampul 24 mg/mL 10 mL Phaminov ampul 24
Diazepam
Dexamethasone
Antikonvulsa
1-8 mL
mg/mL 10 mL Valisanbe
n
Intravena
ampul 5
Kortikosteroi d
diphenhydramine
Dextrose
Antagonis
Intramuscular (i. M) atau Intravena (I. V) Intravena (I. V)
mg/mL 2 mL Dexamethaso n ampul 5 mg/mL Diphenhydram
histamine H
ine Ampul 10
antihipoglike
mg/mL D40% 25 mL
Intravena (i. V)
mi
(Otsuka) D10% 500mL (Otsuka) D5% 500mL
Sodium Klorida
Electrolite
(NaCl)
balance
Intravena (I. V)
(Otsuka) NaCl 0,9% 500 mL(Otsuka, OGB) NaCl 3 %
Ringer Laktat
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3 B
balance Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 1 B
balance Electrolite
Intravena (I. V)
ASERING
balance Electrolite
Intravena (I. V)
balance
Ca. Gluconas
Electrolite
Intravena (I. V)
Natrium
balance Electrolite
Intravena (I. V)
Meylon
bicarbonate Kalium klorida
balance Electrolite
Intravena (I. V)
KCl
Magnesium
balance Electrolite
Intravena (I. V)
MgSO4
Sulfat Gentamicin
balance Antibiotic
Intravena (I. V)
Gentamicin
Agent
DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY R. PERAWATAN 1 DAN 2 RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON No
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
5
Pemberian ANTIARIT 1
MIA Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I antrioventic ular block, Mobitz type II and thirddegree block INOTROPI 1
K Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless electrical activity, bradycardia Acute allergic reactions Acute asthma (not responding to
5
adrenergic inhaler) 1
LAIN-LAIN Diazepam
Antikonvulsa
1-8 mL
Valisanbe
n
Intravena
ampul 5
5
mg/mL 2 2
Dextrose
Antihipoglik emi
Intravena (i. V)
mL D40% 25 mL (Otsuka) )
5
DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY R. PERAWATAN 3 DAN 4 RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON No
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
5
Pemberian ANTIARIT 1
MIA Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I antrioventic ular block, Mobitz type II and thirddegree block INOTROPI 1
K Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless electrical activity, bradycardia Acute allergic reactions Acute asthma (not responding to adrenergic
5
inhaler) 1
LAIN-LAIN Diazepam
Antikonvulsa
1-8 mL
Valisanbe
n
Intravena
ampul 5 mg/mL 2 mL
3
DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY R. PERAWATAN PERI SAKIT RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON No
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
3
Pemberian ANTIARIT 1
MIA Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I antrioventic ular block, Mobitz type II and thirddegree block INOTROPI 1
K Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless electrical activity, bradycardia Acute allergic reactions Acute asthma (not responding to adrenergic
5
inhaler) 1
LAIN-LAIN Sodium
Electrolite
Klorida
balance
Intravena (I. V)
NaCl 0,9%
1
500
(NaCl)
mL(Otsuka, OGB)
KA EN 3 B
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3B
1
Dextrose
balance Antihipoglik
Intravena (i. V)
D10%
1
emi
500mL (Otsuka)
Sodium
Electrolite
Klorid,
balance
glucose
Intravena (I. V)
N5
1
DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY R. PERAWATAN NICU RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON No
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
5
Pemberian ANTIARIT 1
MIA Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I antrioventic ular block, Mobitz type II and thirddegree block INOTROPI 2
K Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless electrical activity, bradycardia Acute allergic reactions Acute asthma (not responding to adrenergic
inhaler) 1
LAIN-LAIN Sodium
Electrolite
Klorida
balance
Intravena (I. V)
NaCl 0,9%
1
500
(NaCl)
mL(Otsuka, OGB)
1
NS 3% (Otsuka)
2
KA EN 3 B
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3B
1
3
KA EN 1B
balance Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 1 B
1
4
Dextrose
balance antihipoglike
Intravena (i. V)
D10%
1
mi
500mL (Otsuka) 1 D5% 500mL (Otsuka) 1 D40% 100mL
5
Sodium
Electrolite
Klorid,
balance
glucose Ringer
Electrolite
Laktat
balance
7
Ca.
Electrolite
8
Gluconas Aminophylin
6
Intravena (I. V)
Intravena (I. V)
(Otsuka) N5
RL 500mL
1
1
(OGB, Intravena (I. V)
Otsuka) Ca
1
balance Gangguan
Inhalasi/Nebuliz
Gluconas Aminofilin
2
pernafasan
er
Ampul 24 mg/mL 10 mL
Phaminov ampul 24 mg/mL 10 9
Gentamicin
Antibiotic
Intravena (I. V)
mL Gentamicin
10
Natrium
Agent Electrolite
Intravena (I. V)
Meylon
1
11
bicarbonate Kalium
balance Electrolite
Intravena (I. V)
KCl
1
12
klorida Magnesium
balance Electrolite
Intravena (I. V)
MgSO4
1
Sulfat
balance
1
DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY R. PERAWATAN PICU RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON No
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
10
Pemberian ANTIARIT 1
MIA Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I antrioventic ular block, Mobitz type II and thirddegree 2
Lidocain
block Ventricular
Intravena (I. V)
Lidocain
tachycardia,
dengan
Ampul 2% 2
pulseless,
microdrip (60
mL
ventricular
gtt/mL) atau
tachycardia
infus pump
or
untuk
ventricular
meningkatkan
fibrillation
akurasi dosis
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
2
INOTROPI 1
K Epinephrine
pulseless electrical activity, bradycardia
10
Acute allergic reactions Acute asthma (not responding to adrenergic inhaler) 1
LAIN-LAIN Sodium
Electrolite
Klorida
balance
Intravena (I. V)
NaCl 0,9%
2
500
(NaCl)
mL(Otsuka, OGB)
2 3 4
KA EN 3 B
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3B
2
KA EN 1B
balance Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 1 B
2
Dextrose
balance Antihipoglik
Intravena (i. V)
D5% 500mL
2
emi
5
6
(Otsuka)
Ringer
Electrolite
Intravena (I. V)
RL 500mL
Laktat
balance
Diazepam
Antikonvulsa
1-8 mL
Otsuka) Valisanbe
n
Intravena
ampul 5
2
(OGB, 2
mg/mL 2 7
ASERING
Electrolite balance
Intravena (I. V)
mL Asering 500 mL
2
DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY R. PERAWATAN 5 RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON No
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
5
Pemberian ANTIARIT 1
MIA Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I antrioventic ular block, Mobitz type II and thirddegree block INOTROPI 1
K Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless electrical activity, bradycardia Acute allergic reactions Acute asthma (not responding to
5
adrenergic inhaler) 1
LAIN-LAIN Diazepam
Antikonvulsa
1-8 mL
Valisanbe
n
Intravena
ampul 5
3
mg/mL 2 2
Dextrose
Antihipoglik emi
Intravena (i. V)
mL D50% 100mL (Otsuka)
5
DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY R. PERAWATAN ICU RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON No
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
20
Pemberian ANTIARIT 1
MIA Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I antrioventic ular block, Mobitz type II and thirddegree block INOTROPI 1
K Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
pulseless electrical activity, bradycardia Acute allergic reactions Acute asthma (not responding to adrenergic
20
2
1
Lidocain
inhaler) Ventricular
Intravena (I. V)
Lidocain
tachycardia,
dengan
Ampul 2% 2
pulseless,
microdrip (60
mL
ventricular
gtt/mL) atau
tachycardia
infus pump
or
untuk
ventricular
meningkatkan
fibrillation
akurasi dosis
LAIN-LAIN Sodium
Electrolite
Intravena (I. V)
Klorida
balance
NaCl 0,9%
5
10
500
(NaCl)
mL(Otsuka, OGB)
2
Dextrose
antihipoglike
Intravena (i. V)
mi
3
4
D5% 500mL (Otsuka)
Ringer
Electrolite
Laktat
balance
(OGB,
Gangguan
Inhalasi/Nebuliz
Otsuka) Aminofilin
pernafasan
er
Ampul 24
Aminophylin
1
Intravena (I. V)
RL 500mL
10
5
mg/mL 10 mL Phaminov ampul 24 mg/mL 10 5 6
Intravena (I. V)
mL Asering 500
1
balance Antikonvulsa
1-8 mL
mL Valisanbe
5
n
Intravena
ampul 5
ASERING
Electrolite
Diazepam
mg/mL 2 7
Mannitol
Electrolite balance
Intravena (I. V)
mL mannitol
1
DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY TROLI ICU RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON No
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
20
Pemberian ANTIARITM 1
IA Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I antrioventicu lar block, Mobitz type II and thirddegree block 1
INOTROPIK Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
10
pulseless electrical activity, bradycardia Acute allergic reactions Acute asthma (not responding to adrenergic 2
Lidocain
inhaler) Ventricular
Intravena (I. V)
Lidocain
tachycardia,
dengan
Ampul 2% 2
3
3
pulseless,
microdrip (60
mL
ventricular
gtt/mL) atau
tachycardia
infus pump
or ventricular
untuk
fibrillation
meningkatkan
Norephinepr
Peripheral
akurasi dosis Intravena (I.V)
Vascon
ine
vasocontictor
dengan
1mg/mL
(α-
diencerkan
adrenergic
dalam injeksi
action)
dextrose 5%
Inotropic
(D5%) atau
stimulator of
dalam
the heart
Dextrose
Dilator of
dengan
coronary
Natrium klorida
arteries (β-
5%
2
adrenergic 4
Dopamine
action) Acute
Intravena (I.V)
Dopac
hypertension
dengan
40mg/mL
, shock deu
diencerkan
to
dalam NacL
myocardial
0,9%, atau
infarction,
dextrose 5%
trauma,
dengan NaCl
endotoxic
0,9% atau D5%
septicemia,
dengan NaCl
renal failure,
0,45% atau
chronic
D5% dalam RL,
cardiac
atau RL
decompensa tion as in congestive
2
5
Dobutamin
heart failure Congestive
Intravena
hearth failure
(disarankan
Dominic
2
2
menggunakan infuse pump) 1
LAIN-LAIN Midazolam
Sleep
Intramuscular
Hipnoz
inducing
(I.M)
15mg/3mL
agent
Intravena (I.V)
premedicatio n, maintenance of 2
Sodium
anaesthesia Electrolite
Klorida
balance
Intravena (I. V)
NaCl 0,9%
1
500
(NaCl)
mL(Otsuka, OGB)
3
Dextrose
antihipoglike
Intravena (i. V)
mi
D5% 500mL
1
(Otsuka) D40%
5
(Otsuka)
5
6
Ringer
Electrolite
Intravena (I. V)
RL 500mL
Laktat
balance
Aminophylin
Gangguan
Inhalasi/Nebuli
Otsuka) Aminofilin
pernafasan
zer
Ampul 24
1
(OGB,
mg/mL 10 mL Phaminov
2
ampul 24 mg/mL 10 7
ASERING
Electrolite
Intravena (I. V)
mL Asering 500
1
8
Ca.
balance Electrolite
Intravena (I. V)
mL Ca
2
9
Gluconas Natrium
balance Electrolite
Intravena (I. V)
Gluconas Meylon
5
10
bicarbonate Kalium
balance Electrolite
Intravena (I. V)
KCl
3
11
klorida Magnesium
balance Electrolite
Intravena (I. V)
MgSO4
2
Sulfat
balance
DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY R. UDG Non Bedah RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON No
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
5
Pemberian ANTIARITMI 1
A Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I antrioventicu lar block, Mobitz type II and thirddegree block 1
INOTROPIK Epinephrine
Ventricular
Intramuscular
Epinephrine
fibrillation,
(I. M)
0,1%
asystole,
Intravena (I. V)
20
pulseless electrical activity, bradycardia Acute allergic reactions Acute asthma (not responding to adrenergic 2
Lidocain
inhaler) Ventricular
Intravena (I. V)
Lidocain
tachycardia,
dengan
Ampul 2% 2
20
1
pulseless,
microdrip (60
ventricular
gtt/mL) atau
tachycardia
infus pump
or
untuk
ventricular
meningkatkan
fibrillation
akurasi dosis
LAIN-LAIN Sodium
Electrolite
Intravena (I. V)
Klorida
balance
mL
NaCl 0,9%
3
500
(NaCl)
mL(Otsuka, OGB)
2
Dextrose
antihipoglike
Intravena (i. V)
mi
D5%
2
500mL (Otsuka) 2 D40%
3
Ringer Laktat
Electrolite
Intravena (I. V)
balance 4
Aminophylin
RL 500mL
3
(OGB,
Gangguan
Inhalasi/Nebuli
Otsuka) Aminofilin
pernafasan
zer
Ampul 24
3
mg/mL 10 mL
5 6
ASERING
Electrolite
Diazepam
balance Antikonvulsa n
Intravena (I. V)
Asering 500
2
Suppositoria
mL Stesolid sup
2
5 mg Stesolid sup 10 mg
2
7
KA EN 3 B
Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3B
2
8
KA EN 1 B
balance Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 1 B
2
9
KA EN 3A
balance Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3A
2
Salbutamol
balance Gangguan
Inhalasi/Nebuli
Ventolin 2,5
5
Ranitidine
pernafasan Hipersekresi
zer Intramuscular
mg Ranitidine
5
patologis,
(I.M)
25mg/mL
ulkus dua
Intravena (I.V)
10 11
belas jari, tukak lambung, tukak usus 12
13
Ondansetron
Metamizol
12 jari Penanggulan
Intramuscular
Ondansetro
gan mual
(I.M)
n 1mL
dan muntah Analgesic
Intravena (I.V) Intramuscular
Novalgin
(I.M)
500mg/mL Sotatic
3
Ketorolac
5
ATS
3
sodium 14
Metoclopram
Mencegah
Intravena (I.V) Intramuscular
ide
mual dan
(I.M)
muntah
Intravena (I.V)
5
5
pasca operasi, pengobatan simtomatik jangka pendek nyeri 15
Ketorolac
lambung Analgesic
Intramuscular
non narkotik
(I.M) Intravena (I.V)
16
Anti Tetanus
Serum
DAFTAR OBAT LIFE SAVING/EMERGENCY R. UDG BEDAH RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON No
Obat
Indikasi
Rute
Sediaan
Stok Awal
Atropine
5
Pemberian ANTIARITMI 1
A Atropine
Bradycardia
Sulfate
asystole,
Ampul 0,5
first-degree
mg/mL 1
and Mobitz
mL
Intravena (I. V)
type I antrioventicu lar block, Mobitz type II and thirddegree block 2
1
INOTROPIK Lidocain
Ventricular
Intravena (I. V)
Lidocain
tachycardia,
dengan
Ampul 2% 2
pulseless,
microdrip (60
mL
ventricular
gtt/mL) atau
tachycardia
infus pump
or
untuk
ventricular
meningkatkan
fibrillation
akurasi dosis
LAIN-LAIN Sodium
Electrolite
Intravena (I. V)
Klorida
balance
NaCl 0,9%
20
3
500
(NaCl)
mL(Otsuka, OGB)
2
Dextrose
antihipoglike mi
Intravena (i. V)
D5% 500mL (Otsuka)
2
2 D40%
3
Ringer Laktat
Electrolite
Intravena (I. V)
balance
RL 500mL
3
(OGB,
5
ASERING
Electrolite
Intravena (I. V)
Otsuka) Asering 500
2
7
KA EN 3 B
balance Electrolite
Intravena (I. V)
mL KA EN 3B
2
8
KA EN 1 B
balance Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 1 B
2
9
KA EN 3A
balance Electrolite
Intravena (I. V)
KA EN 3A
2
11
Ranitidine
balance Hipersekresi
Intramuscular
Ranitidine
5
patologis,
(I.M)
25mg/mL
ulkus dua
Intravena (I.V)
belas jari, tukak lambung, tukak usus 13
Metamizol
12 jari Analgesic
sodium 14
Intramuscular
Novalgin
(I.M)
500mg/mL Sotatic
Metoclopram
Mencegah
Intravena (I.V) Intramuscular
ide
mual dan
(I.M)
muntah
Intravena (I.V)
pasca operasi, pengobatan simtomatik jangka pendek nyeri lambung
5
3
15
Ketorolac
Analgesic
Intramuscular
non narkotik
(I.M) Intravena (I.V)
Ketorolac
5
DAFTAR OBAT LASA (Look a like Sound a like) RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON Look a
Sound a
Cara
Like
Like
Menyi kapi
N Na
Na
Na
Na
o ma
ma
ma
ma
Ob
Ob
Ob
Ob
at Rhi
at Rhi
at Gel
at Gel
no
nof
ofu
afus
ta
s
ed
sin
al
si
Jun
Syr
-
Ba
pe
ior
rm
Syr Mu
int Muc
KA
KA
co
ope
EN
EN
pe
ct
3B
4B
ct
30
15
mg/
mg
5ml
/5
syp
aa n se ca ra ve rb
ml
al,
sy
ha
p Vo
Vec
Ami
Co
me
trin
nof
maf
ta
e
usi
usin
sy
syp
n
Hep
p
He
ar
Cla
Cla
par Far
Nok
at
ne
nek
biv
oba
te
ksi
si
ent
sy
fort
en
p
e
tu, mi
Am
syp Am
Bio
ny a un tu k ob
rt
Vios
oxs
oxs
sthi
tin
an
an F
n
syr Du
syr Dop
Far
Lasi
va
ami
six
x Inj
dil
ne
inj
sa ln ya ha ny a
an
da
inj Ke
Myc
Irva
Div
na
oz
sk
ask
cor
cr
5
5
t cr Rat
Trov
Irva
Div
aa
ivo
ensi
sk
ask
n
l
s2
10
10
e
inj Cef
ml Ceft
Trol
Troli
er
ota
riax
ip
t
ge
xi
one
m Cef
Cefi
Trio
Tuto
az
zox
fusi
fusi
nd
ol Atr
Eph
n Os
n Osfi
ari
opi
inef
fit
t
n
rin
la m ke ad
m
nc
DH A
-
y. Hi
pe rm int
inj Cef
Tric
aa
rat
efin
n le
am Hy
Hyp
w
po
oba
at
ba
c
tel
c
200
ep
10
on
0 Flu
Flux
xu
um
m
0,6
ke cu ali
0,4 Tro
be Trov
ve
ensi
nsi
s4
s2
ml
ml Fla
Fla
mi
mic
cor
ort
t
40
10
mg
mg Tra
Tra
a
ma
mal
for
l
100
m
50
mg
pe
na rbe na r pe nti ng , ad
rm
mg Far
Fars
int
biv
ix
aa
ent Mik
Mik
asi
asin
n
500
n vi a tel
25
ep
0 Tax
Tax
on
egr
egr
ya
am
am
ng
0,5
1g
ak an
g Sa
San
dit
nti
tibi
an
bi
plus
da
50
ta
0 Ba
Pu
qui
mpi
nor
tor
F
ng an -
i. La
Fla
Fla
ku
ma
mar
ka
r
50
n
25
mg
te
mg Tri
kn Triof
ofu
usin
sin
100
50
0
0 Glu
Velo
tiv
qui
en
n
inf Oct
inf Oct
alb
albi
int
in
n
aa
20
25
n,
%
%
di
10
100
ba
0
ml
ca
ik pe ng ul an ga n pe rm
ka
ml Pla
Plas
n
sb
bu
la
um
min
gi
in
25
pe
20
%
rm
%
100
int
10
ml
aa
0
nn
ml Fos
Fos
mi
mici
cin
n
1g Hu
2g Hu
mu
mul
lin
in R
ya -
. Ti da k m en
N Me
yi Syn
the
toci
rgi
non
n Pic
Picy
yn
n
75
150
0
0
mg Bu
mg Buv
va
ane
ra
ne
st
al
st
epi
ph
spi
dur
ab
nal Pir
al Pira
et,
ac
cet
ak
eta
am
ka
m
3g
n
1g Sa
San
ns
suli
uli
nR
nN Am
Ami
t
ino
nofl
te
flui
uid
rpi
d
100
sa
50
0
0m
ml
l Me
Met
p
trix
rix
ha
1m
2m
ru
g
g, 3
s
mg,
m
4
en
m pa n ob at la sa se ca
let
di te m pa
-
h. Re se
Irv
mg Irva
ye
ask
sk
15
300
0
mg
mg Cel
Cel
ebr
ebr
ex
ex
10
200
0
mg
mg Trol
Troli
ya
ip
p
ng
10
300
di
0m
mg
pe
rt ak an se m ua el e m en
rlu
g Thi
Thi
ka
me
mel
n,
lon
on
mi
8
4
sa
mg For
mg Freg
ln
res Ba
o Ban
na
na
ado
m
do
z
a
z
200
ob
10
mg
at,
ya
0
ke
mg Bet
ku Bet
at
as
aser
an
erc
c8
do
24
mg
sis
mg Kal
Kal
ne
nex
x
500
, at au
25
mg
be
0m
nt
g Kal
Kalt
tro
rofe
fen
n
50
100
mg Buf
mg Buf
ect
ect
m
syr
F
bu
Ket
syr Tria
at
oro
mci
lac
nolo
tab
ne
Me
tab Mel
loxi
oxic
da
ca
am
ob
m
15
at
7,5
mg
te
mg
uk se di aa -
n. M e
str at eg i pa
rt en tu ya ng pe ny eb ab er or ny a di ke
ta hu i, mi sa ln ya pa da ob at ya ng ke ku at an ny a be da be da , at au pa da ob at ya ng ke m as
an ny a mi rip mi rip -
. Se w ak tu pe ny er ah an , tu nj uk ka n ob at sa m bil di be rik an inf or m
as i , su pa ya pa si en m en ge ta hu i w uj ud ob at ny a un tu k m er ev ie w in di ka si ny a.
UNIT KERJA
: PERISTI
RUANG LINGKUP
: Efektifitas dan keamanan dari asuhan keperawatan dari pasien rawat inap yang mendapatkan infus
NAMA INDIKATOR
: Angka Infeksi Jarum Infus (Tromboflebitis)
DASAR PEMIKIRAN
: Tromboflebitis yang terjadi akan berdampak pada kesehatan
pasien dengan menimbulkan
karakteristik berupa nyeri, rasa tidak enak, panas, pembengkakan lokal dan kemerahan pada atau sekitar insersi jarum infus dan berakibat mengurangi mobilitas ekstremitas serta meningkatkan biaya perawatan keadaan ini juga menunjukkan kualitas asuhan keperawatan. DEFINISI INDIKATOR
:
KRITERIA
:
Inklusi Eksklusi TIPE INDIKATOR
: Semua pasien yang mendapatkan infus : : Rate Based
PEMBILANG (Numerator) : Jumlah lokasi infus yang mengalami infeksi PENYEBUT (Denominator) : Jumlah seluruh lokasi jarum infus
STANDARD
: 0%
KETERANGAN
:
UNIT KERJA
: PERISTI
RUANG LINGKUP
: Efektifitas dan keamanan dari asuhan keperawatan dari pasien rawat inap yang dipasang Kateter
NAMA INDIKATOR
: Angka Infeksi Saluran Kemih Nosokomial
DASAR PEMIKIRAN
: Infeksi Saluran Kemih merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi sekitar 40% dari seluruh infeksi pada rumah sakit setiap tahunnya (Burke And Zavasky 1999). Dan 10% dari pasien rawat inap menggunakan kateter (Asher, Oliver dan Fry). Terjadinya ISK Nosokomial menunjukkan kualitas dari asuhan keperawatan.
DEFINISI INDIKATOR
: Infeksi Saluran Kemih Nosokomial didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan gejala/keluhan spesifik seperti
Demam > 38º, Disuri,
Nikuri,
Nyeri Suprapubis, atau tanpa keluhan
tersebut
dengan hasil biakan urin porsi tengah ≥
105
kuman per ml urine dengan jenis kuman
tidak
lebih dari 2 species.
KRITERIA
:
Inklusi
: Semua pasien yang mendapatkan pemasangan
kateter Eksklusi TIPE INDIKATOR
: : Rate Based
PEMBILANG (Numerator) : Jumlah pasien yang mengalami ISK Nosokomial PENYEBUT (Denominator): Jumlah seluruh pasien yang terpasang kateter
STANDARD
:
UNIT KERJA
: PERISTI
RUANG LINGKUP
: Efektifitas Asuhan Keperawatan
NAMA INDIKATOR
: Angka Kejadian Dekubitus
DASAR PEMIKIRAN
: Terjadinya Dekubitus menunjukkan Asuhan Keperawatan yang tidak baik.
DEFINISI INDIKATOR
: Suatu daerah yang jaringan cutaneousnya mengalami kerusakan diakibatkan oleh tekanan yang terus menerus pada pasien non ambulatory yang tidak dilakukan alih posisi
KRITERIA
:
Inklusi
: Luka lecet pada bagian bawah pasien tirah baring.
Eksklusi
:
Luka lecet yang terjadi diluar area tekanan pada pasien tirah baring.
TIPE INDIKATOR
: Rate Based
PEMBILANG (Numerator) : Jumlah Kasus Dekubitus PENYEBUT (Denominator): Jumlah Pasien yang Non Ambulatory
STANDARD
: 0%
KETERANGAN
:
UNIT KERJA
: PERISTI
RUANG LINGKUP
: Keamanan dan efektifitas pasien rawat inap
NAMA INDIKATOR
: Angka Perawatan Ulang
DASAR PEMIKIRAN
: Pasien rawat inap yang dikelola dengan baik tidak akan memerlukan perawatan ulang yang tidak direncanakan.
DEFINISI INDIKATOR
: Jumlah pasien rawat inap ulang dengan penyakit sama dalam kurun waktu kurang dari tujuh hari setelah pasien pulang dari rumah sakit
KRITERIA Inklusi
: : Semua pasien dengan penyakit akut yang mengalami rawat ulang dengan masalah kesehatan yang sama
Eksklusi
: Pasien pulang paksa, rawat ulang yang direncanakan
TIPE INDIKATOR
dan kehamilan aterm.
: Rate Based
PEMBILANG (Numerator) : Jumlah pasien rawat ulang dalam periode
tertentu
PENYEBUT (Denominator): Jumlah pasien rawat inap dalam periode yang sama STANDARD
: 0%
KETERANGAN
:
UNIT KERJA
: Perawatan
RUANG LINGKUP
: Efektifitas Asuhan Keperawatan
NAMA INDIKATOR
: Angka Infeksi Luka Operasi
DASAR PEMIKIRAN
: Terjadinya ILO menunjukkan mutu Asuhan Keperawatan yang tidak baik.
DEFINISI INDIKATOR
: Adanya infeksi nosokomial pada semua katagori luka sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di Rumah sakit dan ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan (dolor), pengerasan (tumor) dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam.
KRITERIA
: Inklusi
: Luka operasi terlihat merah dan keras serta keluar
nanah Eksklusi TIPE INDIKATOR
: Luka operasi berwarna kemerahan : Rate Based
PEMBILANG (Numerator) : Banyaknya infeksi luka operasi bersih per bulan PENYEBUT (Denominator)
: Total operasi bersih bulan tersebut
STANDARD
: 0%
KETERANGAN
:
UNIT KERJA
: KAMAR BERSALIN
RUANG LINGKUP
:
Efektifitas asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan partus lama
NAMA INDIKATOR
: Angka infeksi nifas
DASAR PEMIKIRAN
: Infeksi nifas yang terjadi pada ibu bersalin (setelah hari
ke2)
ketidaknyamanan
yang pada
menimbulkan ibu
dengan
dampak gejala-gejala
demam tinggi, nyeri perut bagian bawah, lochea berbau, uterus tegang dan subinvolusi atau payudara bengkak dan berakibat pada angka mortalitas dan morbiditas ibu, hal tsb dapat menunjukkan kualitas asuhan kebidanan DEFINISI INDIKATOR
: Infeksi yang terjadi setelah persalinan ditandai dengan suhu
lebih dari 38o C terjadi setelah 2 hari
post partum. KRITERIA Inklusi
: : Semua pasien di kamar bersalin dalam keadaan
inpartu Eksklusi TIPE INDIKATOR
: : Rate Based
PEMBILANG ( Numerator) : Jumlah pasien post partum yang mengalami infeksi nifas PENYEBUT(Denominator) : Jumlah semua ibu yang bersalin
STANDARD
: 0%
KETERANGAN UNIT KERJA
: KAMAR BERSALIN
RUANG LINGKUP
:
Efektifitas asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan partus lama
NAMA INDIKATOR
: Angka Seksio Sesarea
DASAR PEMIKIRAN
: Seksio Sesaria adalah tindakan bedah obstetri yang dilakukan pada ibu yang akan melahirkan, baik elektif maupun akut, tanpa melihat keadaan anak yang dilahirkan.
DEFINISI INDIKATOR
:. Angka ini menunjukkan mutu di bagian kebidanan
KRITERIA Inklusi
: : Semua pasien yang dilakukan seksio sesaria
Eksklusi TIPE INDIKATOR
: : Rate Based
PEMBILANG ( Numerator) : Jumlah Persalinan dengan Seksio Sesaria PENYEBUT(Denominator) : Jumlah Total Persalinan
STANDARD
: 0%
KETERANGAN UNIT KERJA
: PERINATAL
RUANG LINGKUP
: Efektifitas asuhan PERINATAL pada bayi
NAMA INDIKATOR
: Angka Kematian bayi dengan BB < = 2000 Gr
DASAR PEMIKIRAN
:
untuk dapat membedakan secara jelas pengaruh Berat Badan bayi baru lahir pada Angka kematian bayi dipakai Patokan Berat Badan 2000 gram. Angka ini menunjukkan presentase banyaknya bayi baru lahir dengan BB > = 2000 Gr, yang lahir dalam bulan tersebut.
DEFINISI INDIKATOR
:. Angka ini menunjukkan mutu di bagian Neonatal
KRITERIA
:
Inklusi Eksklusi TIPE INDIKATOR
: Semua bayi yang lahir dengan BB < = 2000 Gr : : Rate Based
PEMBILANG ( Numerator) : Banyaknya kematian bayi baru lahir dengan BB < = 2000 Gr/bulan
PENYEBUT(Denominator) :
Jumlah Total bayi dengan BB < = 2000 Gr bulan
tersebut
STANDARD
: 0%
KETERANGAN BAB IX PENUTUP Penerapan pedoman pelayanan PERISTI di RS merupakan langkah awal dari suatu proses yang panjang menuju pelaksanaaan program akreditasi RS. Oleh karenya penerapan pedoman tersebut perlu dukungan manajemen pelayanan keperawatan secara profesional dengan kesadaran dan pemahanan yang tinggi dari perawat pelaksana terhadap peran dan fungsinya sebagai pemberi asuhan keperawatan. Melalui pelaksanaan pedoman diharapkan dapat diperoleh tingkat keberhasilan dan mutu pelayanan keperawatan yang sesungguhnya serta teridentifikasi masalah dan kendala yang memerlukan upaya pembinaan selanjutnya.