KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karuniaNya penyusunan penyusunan Pedoman Pelayanan Imunisasi Imunisasi bagi petugas telah selesai. Penyakit Pneomonia adalah penyebab utama kematian Balita baik di Indonesia maupun Dunia, namun tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini. Oleh karena itu penyakit ini sering disebut sebagai Pembunuh balita yang terlupakan ( The Forgotten Killer Of Children ).Untuk mengatasi penyakit ini Pneomonia di Indonesia , Kementrian Kesehatan RI bersama seluruh unsur terkait telah meakukan berbagai upaya dalam rangka menurunka angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini. Sesuai Perkembangan situasi dan ilmu pengetahuan, maka ruang lingkup pengendalian ISPA lebih luas meliputi pengendalian pneomonia Balita, pengendalian ISPA umur ≥ 5 tahun, kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi influenza serta penyakit saluran pernafasan lain yang berpotensi wabah serta faktor resiko ISPA. Pedoman ini merupakan hasil revisi ke empat yang merupakan acuan bagi tenaga kesehatan,
pemangku
kepentingan
dan
pengambil
kebijakandi
semua
jenjang
administrasi dalam rangka pengendalian penyakit Pneomonia di Indonesia. Semoga Pedoman ini bermanfaat bagi uapaya pengendalian ISPA di Indonesia.
Kepala Puskesmas Jatibanteng,
M. ALI MUKHRODI,S.Kep MUKHRODI,S.Kep Penata Tk 1 / IIId NIP. 19710310 199503 199503 1 003
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Keberhasilan Pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli,serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid. Hingga saat ini Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) masih merupakan masalah kesehatan masyarakatdi Indonesia. Kematian pada Balita ( berdasarkan Survei Kematian Balita tahun 2005) sebagai besar disebabkan karena Pneomonia 23,6%. Pnemonia adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, Malaria dan Campak.Namun tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga Pneomonia disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau
“the forgetten killer of children”(Unicef/WHO 2006,WPD 2011). B. Landasan Hukum.
- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1537A/MENKES/SK/XII/2002 tentang pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Penanggulangan Pneomonia Pada Balita.
- Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063;
- Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
- Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193);
- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
C. Tujuan
Menurunkan angka kesakitan dan kematian Balita karena Pneomonia. D. Sasaran
Pelaksana ISPA - Pneomonia di tingkat Puskesmas serta mitra terkait lintas program dan lintas sektor di wilayah kerja Puskesmas Jatibanteng. E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan Pedoman ISPA ini ini meliputi tahapan-tahapan: 1.
Penderita Pneomonia Balita
2.
ISPA umur ˃ 5 tahun
3.
Faktor Resiko ISPA
E. Batasan Operasional
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan agar mencapai tujuan yang berhasil dan berdaya gunamaka perlu ditetapkan kebijakan operasional dan strategi sebagai berikut : 1. Kebijakan Operasional Upaya Kesehatan tentang ISPA ( Pneomonia ) diselenggarakan : a) Sesuai Standar operasional prosedur yang berlaku. b) Secara menyeluruh dengan mengutamakan pendekatan promotif preventif, tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. c) Berdasarkan kemitraan melalui jejaring kerja sama dengan lintas program,lintas sektor. d) Dengan memberdayakan masyarakat baik perorangan,keluarga dan kelompok. 2. Strategi a) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dan non kesehatan di bidang kesehatan tentang ispa (pneomonia). b) Advokasi dan sosialisasi pada pembuat kebijakan dan pemegang program terkait. c) Menyebarluaskan informasi tentang ispa (pneomonia). d) Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standart pelayanan yang berlaku. berlaku. e) Memanfaatkan forum koordinasi yang ada sebagai seba gai wadah pembinaan upaya kesehatan olah raga. f) Menghimpun potensi / sumber daya masyarakat dalam pelaksanaan upaya kesehatan tentang ispa ( pneomonia ).
F.
Ruang Lingkup Ruang lingkup ISPA Pneomonia Pneomonia ini meliputi :
Ruang Lingkup pengendalian ISPA pada awalnya fokus pada pengendalian pneomonia balita.Dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami pengembangan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat yaitu : 1. Pengendalian Pneumonia Balita. 2.
Pengendalian ISPA umur ≥ 5 tahun.
3. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi
Influenza serta penyakit penyakit saluran
pernafasan lain yang berpotensi wabah. 4. Faktor Resiko ISPA.
Ruang Lingkup ISPA Pneumonia Dalam Gedung
Pelayanan Kesehatan ISPA
Rujukan
Ruang lingkup ISPA Pneumonia Luar Gedung
Memberikan Penyuluhan Kepada Masyarakat
Memberikan Pengobatan
BAB II STANDART KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit adalah sebagai berikut : Kualifikasi
Jumlah
S1 /D IV/ DIII Medis dan
Paramedis
yang
Kompetensi Umum
1 orang
Memberikan
memiliki
penyuluhan
Ispa Pneumonia.
kompetensi yaitu sudah pernah
Memberikan
KIE
pada
mengikuti pelatihan program
masyarakat
tentang
P2
penanganan
Ispa
diare
dan
masa
kerja
program P2 Ispa 2 Tahun.
Pneumonia.
Daftar tenaga Kesehatan Puskesmas Jatibanteng yang memenuhi standart kualifikasi ISPA PNEUMONIA. No
Nama
Nama Jabatan
Kualifikasi
Keterangan
formal
1.
Sulistyo Budi
Programer Programer Kusta
S1 Keperawatan Keperawatan
Pelatihan ISPA
2.
Doni A
Programer TBC
S1 Keperawatan
Pelatihan ISPA
3.
Diah A
Programer ISPA
D III Keperawatan
Pelatihan ISPA
4.
Endang Mardiyanti
Programer Indra
S1 Keperawatan
Pelatihan ISPA
5.
Antika
Programer Bahtra
S1 Keperawatan
Pelatihan ISPA
6.
Ana Marina
Programer Lansia
S1 Keperawatan
Pelatihan ISPA
7.
Arkan Wahyudi
Programer Jiwa
D III Keperawatan
Pelatihan ISPA
Setiap
Puskesmas wajib menyelenggarakan pelayanan P2 Ispa.Pendistibusian
ketenagaan diatur oleh dinas kesehatan Kabupaten Situbondo sesuai dengan kebutuhan Puskesmas selanjutnya diatur penempatan dan tugasnya serta dikukuhkan dengan surat keputusan dan surat tugas dari Kepala Puskesmas.
B. Distribusi Ketenagaan Ketenagaan
Penanggung jawab program ISPA PNEUMONIA di Puskesmas Jatibanteng bekerja di dalam gedung dan di luar gedung sesuai dengan jam dinas dan bilamana diperlukan dapat bekerja diluar jam dinas dalam rangka koordinasi dan komunikasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait.Penanggung jawab Wilayah bekerja secara purna waktu sesuai jam dinas dalam hal Deteksi Ispa Pneumonia,namun bilamana diperlukan dapat bekerja diluar jam dinas dalam rangka Deteksi Ispa Pneumonia bila diperlukan.
C. Jadwal Kegiatan BULAN NO
1
KEGIATAN
Feb
Penyuluhan Pencatatan
2
Jan
pelaporan
Mar
Apr
Mei
√
Jun
Jul
Ags
Sep
√
Okt
Nop
Des
√
√
√
dan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
BAB III STANDAR FASILITAS 1)
Denah Ruangan
D
G A E F
Keterangan : A : meja petugas B : kursi pasien C : kursi petugas D : rak penyimpanan dokumen E : tempat tidur pasien. F : meja dorong tempat peralatan medis G: wastafle tempat cuci tangan. 2)
Persyaratan Prasarana
Diskripsi singkat a) Sebuah meja yang dilengkapi dengan buku register pencatatan ispa,timer,stetoskop,pengukur ispa,timer,stetoskop,pengu kur suhu. b) Kamar periksa yang dilengkapi
dengan sarana penyuluhan penyuluhan
penyakit ispa ( pneumonia ) atau kamar periksa yang sudah ada. c) Logistik
:
obat
paracetamol,gliseril
meleat,antibiotik cotrimoxzazole.
guaiacolat,clorfeniramina
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN A. Lingkup kegiatan
Untuk terselenggaranya upaya penyelenggaraan program ispa ( pneumonia ) di Puskesmas perlu pe rlu dit ditun unjan jang g deng dengan an men meneje ejemen men ya yang ng bai baik. k. Men Meneje ejemen men Isp Ispaa ( Pne Pneumo umonia nia ) di di Puskesmas adalah kegiatan yang bekerja bekerja secara sistimatis untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien di bidang Kesehatan. Ada Tiga Tiga fungsi manejemen manejemen Kesehatan Ispa Ispa ( Pneumonia Pneumonia ) di Puskesmas yakni yakni : a) Perencanaan b) Pelaksanaan dan Pengendalian c) Pengawasan dan Pertanggungjawaban. Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan.
1.
Persiapan. a.
Persiapan alat
Persiapan alat meliputi: 1). Stetoskop 2). Sound Timer 3). Pengukur Suhu
b.
Persiapan Tenaga
Persiapan tenaga meliputi: 1). Cuci tangan sebelum melakukan Pemeriksaan 2). Memakai sarung tangan 3). Memakai masker 4). Memastikan sasaran yang akan di periksa c.
Persiapan pasien
1). Memberikan penyuluhan penyuluhan/edukasi /edukasi kepada pasien tentang maksud,tujuan,manfaat.
B. Metode
Penyelenggaraan Progaram Progaram Ispa ( Pneumonia ) di puskesmas dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan sumber daya yang di miliki oleh puskesmas. Metode yang ditetapkan adalah :
a) Pembinaan peran serta Masyarakat Pembinaan pada masyarakat dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat menjalin kemitraan dalam penanggulangan penanggulangan penderita Ispa ( Pneumonia ). b) Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembinaan peran peran serta masyarakat maka peran kader sangat sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan Program Ispa ( Pneumonia ). c) Promosi Program Ispa ( Pneumonia Pneumonia ) Yaitu pemberian Informasi kepada Masyarakat tentang : i.
Masalah Ispa ( Pneumonia )
ii.
Bahaya dan Pencegahan Ispa ( Pneumonia )
d) Bina Suasana Yaitu upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu, anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku dalam pengendalian penyakit penyakit Ispa ( Pneumonia ).
C. Langkah-langkah kegiatan 1.
2.
Persiapan ( P1 )
a.
Pertemuan Lintas Program
b.
Pertem Per temuan uan Lin Lintas tas Sek Sektor tor
Pelaksanaan
a) Penemuan Kasus dini Ispa ( Pneumonia ) b) Penatalaksanaan Kasus Ispa ( Pneumonia ) c) Perawatan tindak lanjut dirumah d) Promosi Kesehatan P2 Ispa ( Pneumonia ) 3. Penilaian Dan Evaluasi
a) Melaksanakan kegiatan kegiatan pelayanan Kesehatan sesuai dengan jadwal yang sudah tersusun. b) Menyusun laporan hasil kegiatan P2 Ispa ( Pneumonia ).
BAB V PENYEDIAAN LOGISTIK
Logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan
dan
penentuan
kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan,
penyaluran
dan
pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. Logistik diartikan pula sebagai bagian dari instansi yang tugasnya menyediakan barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasionalnya instansi tersebut dalam jumlah,kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin. Adapun kegiatan logistik meliputi mengadakan pembelian , inventaris dan stock control, penyimpanan dan pengembangan, produksi dan operasional, keuangan, akuntansi manajeman, penjualan dan distribusi serta informasi Kegiatan logistik mempunyai tiga tujuan yaitu tujuan operasional, keuangan dan pengamanan. Tujuan operasional adalah bahwa logistik bagaimana agar tersedia barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai. Tujuan keuangan adalah bagaimana upaya tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya. Sedangkan tujuan pengamanan adalah bagaimana agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar. Fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran, pemeliharaan, serta penghapusan. 1.
Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan Fungsi perencanaan merupakan fungsi yang mencakup aktivitas dalam menetapkan sasaran, pedoman, dan pengukuran penyelenggaraan dalam bidang logistik. Sedangkan penentuan kebutuhan adalah rincian dari fungsi perencanaan dengan
mempertimbangkan
faktor-faktor
yang
yang
mempengaruhinya.
Perencanaan pengadaan barang logistik harus dilaksanakan secara hati-hati, sehingga logistik selalu tersedia setiap dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik. 2.
Fungsi penganggaran
Fungsi ini merupakan kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar,yaitu mata uang dan jumlah biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku t erhadapnya. 3.
Fungsi pengadaan Fungsi pengadaan merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan maupun penganggaran
4.
Fungsi penyimpanan dan penyaluran Merupakan
pelaksanaan
penerimaan,
penyimpanan
dan
penyaluran
perlengkapan yang telah diadakan melalui fungsi terdahulu untuk kemudian disalurkan ke instansi pelaksana. 5.
Fungsi pemeliharaan Adalah usaha untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris.
6.
Fungsi penghapusan Berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari pertanggung jawaban yang berlaku. Disebut juga sebagai usaha untuk menghapus kekayan karena kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang, susut atau hal lain sesuai dengan perundangan yang berlaku.
7.
Fungsi pengendalian Merupakan fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan logistik. Unsur kegiatan utama dalam fungsi ini adalah pengendalian inventarisasi dan ekspedisi. Adapun kegiatan program Ispa ( Pneumonia ) di Puskesmas Jatibanteng dalam tahun 2017 meliputi a. Obat
TabletCotrimoksasol 480 mg
Sirup Cotrimoksasol 240 mg/5ml Sirup Amoksisilin 125 mg.5ml
Tablet Paracetamol 500 mg
Sirup Paracetamol 120 mg/5ml
BAB VI KESELAMATAN SASARAN
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan Ispa ( Pneumonia ) perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkian yang dapat terjadi pada pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilakukan.
BAB VII KESELAMATAN KERJA
Dalam perencanan sampai dengan pelaksanaan Pelayanan pemeriksaan Ispa ( Pneumonia ) perlu diperhatikan keselamatan kerja dengan melakukan identifikas resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko tehadap paparan / penularan. A . Langkah-langkah Langkah-langkah menjaga keselamatan kerja pada pelayanan Pemeriksaan Ispa ( Pneumonia ) adalah:
1.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah pelayanan
2.
Menggunakan sarung tangan
3.
Menggunakan masker
4.
Mencuci tangan setelah melakukan Pemeriksaan.
5.
Memegang alat suntik dan jarum dengan aman
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
Kinerja
pelaksanaan Pelayanan Pelayanan Ispa ( Pneumonia Pneumonia ) dimonitor dan dan dievaluasi dengan dengan
menggunakan Indicator sebagai berikut :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan dengan jadwal jadwal 2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan 3. Ketepatan metode yang digunakan 4. Tercapainya indicator kesehatan lingkungan Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini puskesmas.
BAB IX PENUTUP
Demikian pedoman pelayanan pemeriksaan Ispa ( Pneumonia ) di Puskesmas Jatibanteng Jati banteng dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan Pemeriksaan Ispa ( Pneumonia ) baik di dalam gedung maupun diluar gedung.