DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR............................................................................................................1 DAFTAR ISI.........................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN……………………… PENDAHULUAN………………………………………………… …………………………………………3 ………………3 A. Latar Belakang................................................. ....................................................... .........................................................3 ..3 B. Rumusan Rumusan Masalah..... Masalah............ .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. .........4 ...4 C. Tujuan Tujuan Masalah...... Masalah............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............4 ......4 BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5 A. Definisi................................................................................ ......................................5 B. Etiologi............................................................................ ..........................................6 C. Patofisiologi.................................................................................... ............................6 D. Tanda dan Gejala.......................................................... .............................................6 E. Diagnosis. Diagnosis........ .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............7 ......7 F. Prognosis… Prognosis…………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………7 7 G. Penatalaksa Penatalaksanaan…… naan……………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… ………….8 .8 BAB III PENUTUP………………………… PENUTUP…………………………………………………… ……………………………………………..10 …………………..10 A. Kesimpula Kesimpulan………… n…………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………. ………...10 ..10 B. Saran…………… Saran……………………… …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… ……………10 …10 DAFTAR PUSTAKA…………………… PUSTAKA………………………………………………… ……………………………………………….11 ………………….11
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi dibeberapa jalan : Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis. Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum. Penyebaran sekunder dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka. Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Dalam ⅔ kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi abses selalu mencari jalan ke rongga perut yuang menyebabkan peritonitis, ke rectum atau ke kandung kencing. Dengan demikian kami bermaksud untuk membahas tentang infeksi parametritis, agar dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dan mampu memberikan konstribusi dalam penanganan serta perawatan parametritis. 2
B. Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari parametritis? 2) Apa etiologi dari parametritis? 3) Apa patofisiologi dari parametritis? 4) Apa tanda dan gejala dari parametritis? 5) Apa diagnosis dari parametritis ? 6) Apa prognosis dari parametritis ? 7) Apa penatalaksanaan dari parametritis?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui dan memahami definisi dari parametritis 2) Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari parametritis 3) Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari parametritis 4) Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari parametritis 5) Untuk mengetahui dan memahami diagnosis dari parametritis 6) Untuk mengetahui dan memahami prognosis dari parametritis 7) Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari parametritis
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig.latum.Radang ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan: Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3 cara yaitu: 1. Penyebaran dari
limfe
dari
luka
serviks
yang
terinfeksi
atau
endometritis.
2. Penyebaran dasar
melalui
langsung
dari
luka
serviks
yang
meluas
sampai
ke
ligamentum.
3. Penenyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika. Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka. Radang paling banyak berlokasi di parametrium bagian lateral akan tetapi bisa juga ke depan dan ke belakang, radang bisa juga menjahi abses. Apabila terjadi abses, dan proses berkembang terus, maka abses akan mencari jalan keluar yaitu di atas ligamentum pouparty, ke daerah ginjal, melalui foramina obturatorium ke paha bagian dalam, dan sebagianya. Parametritis dapat juga menahun dan di tempat radang terjadi fibrosis. Kalau terjadi infeksi parametrium, maka timbulah pembengkakan yang mula-mula lunak tetapi kemudian menjadi keras sekali. Infiltrasi ini dapat terjadi hanya pada dasar lig. Latum tetapi dapat juga bersifat luas misalnya dapat menempati seluruh parametrium sampai ke dinding panggul dan dinding perut depan di atas lig. Inguinale. Kalau filtrat menjalar ke belakang dapat menimbulkan pembengkakan di belakang cervix. Eksudat ini lambat laun direasorpsi atau menjadi abses. Abses dapat memecah di 4
daerah lipat paha di atas lig. Inguinale atau ke dalam cavum douglas. Parametritis biasanya unilateral dan karena biasanya sebagai akibat luka cervix, lebih sering terdapat pada primipara daripada multipara.
B. Etiologi
Parametritis dapat terjadi: 1) Dari endometritis dengan 3 cara : a. Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis. b. Lymphogen. c. Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis 2) Dari robekan serviks. 3) Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD).
C. Patofisiologi
Endometritis → Infeksi meluas → Lewat jalan limfe atau tromboflebitis →Infeksi menyebar
ke
miometrium → Miometritis → Infeksi
limfe/tromboflebitis → Parametritis Terjadi reaksi: 1) Kalor 2) Dolor 3) Nyeri hebat 4) Nafsu makan berkurang 5) Asam lambung meningkat 6) Reaksi mual 7) Vasodilatasi 8) syok septic/ infertilitas/ infeksi meluas
D. Tanda dan gejala
1. Suhu tinggi dengan demam tinggi
5
meluas
lewat
jalan
Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan ada nyeri sebelah atau kedua belah di perut bagian bawah, sering memancar pada kaki. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turun disertai dengan menggigil. 2. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. 3. Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah.
E. Diagnosis
Dalam minggu pertama biasanya gejala-gejala setempat belum menunjukkan dengan nyata adanya perluasan infeksi ; yang lebih penting ialah gejala umum. Seorang penderita dengan infeksi yang meluas diluar porte d’entrée tampaknya sakit, suhu meningkat dengan kadang-kadang disertai menggigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak.
F. Prognosis
Yang paling dapat dipercayai untuk membuat prognosa ialah nadi ; jika nadi tetap di bawah 100 maka prognosa baik, sebaliknya kalau nadi di atas 130, apalagi kalau tidak ikut turun dengan turunnya suhu prognosanya kurang baik. Demam yang continou adalah lebih buruk prognosanya dari demam yang remittens. Demam menggigil berulang-ulang, insomnia dan icterus, merupakan tanda-tanda yang kurang baik.Kadar Hb yang rendah dan jumlah leucocyt yang rendah atau sangat tinggi memburukkan prognosa. Juga
kuman
penyebab
yang
ditentukan
dengan
pembiakan
menentukan
prognosa. Menurut derajatnya septicemia merupakan infeksi yang paling berat dengan mortalitas tinggi, dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis dan
6
Sellulitis pelvis bahaya kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Abses memerlukan tindakan untuk mengeluarkan nanahnya.
G. Penatalaksanaan 1) Pencegahan
a. Selama kehamilan Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting, karenanya diet yang baik
harusdiperhatikan.Coitus
pada
hamil
tua
sebaiknya
dilarang
karena
dapat
mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi. b. Selama persalinan Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut keperluan. c. Selama nifas Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanitawanita dalam nifas sehat.
2) Pengobatan
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu dengan memberika antibiotika berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain.
7
Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah dilakukan. Jika keadaan sudah tenang dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita dinasehatkan agar jangan melakukan pekerjaan yang berat- berat. Dengan terapi ini biar pun sisa- sisa peradangan masih ada, keluahan- keluhan penderita sering kali hilang atau sangat berkurang. Pada sellulitis pelvika dan pelvioperitonitis perlu diamat-amati dengan seksama apakah terjadi abses atau tidak. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya nanah tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar tidak sampai dilukai. Jika ditemukan abses, di tempat itu perlu diadakan pembukaan tumor dan drainase karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke jaringan tubuh yang lain. Kalau ada fluktasi perlu dilakukan insici. Tempat insici ialah di atas lipat paha atau pada cavum douglas.
3) Penanganan
Beri antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan metronidazol. Jika perlu, berikan obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg 1M setiap 6 jam. Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di bawa ke rumah sakit daerah.
8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan. Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3 cara yaitu: Penyebaran melalui limfe, Penyebaran langsung dari luka serviks, Penenyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika. Proses ini dapat tinggalterbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka. Patofisiologinya : Endometritis → Infeksi menyebar
ke
meluas → Lewat
jalan
limfe
miometrium → Miometritis → Infeksi
atau
tromboflebitis →Infeksi meluas
lewat
jalan
limfe/tromboflebitis → Parametritis Tanda dan gejala sebagai berikut :Suhu tinggi dengan demam tinggi,Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri, dan Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah.
B. Saran
1) Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat di pergunakan dengan baik. 2) Apabila ada kesalahan dari penulisan kami, kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
9
DAFTAR PUSTAKA 1. Prof. Dr. Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri, ECG, Jakarta, 1989. 2. Prof. Dr. Wiknjosastro. Hanifa. , Ilmu Kebidanan, Edisi III , Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992. 3. Bagian Obstetri Dan Ginekologi FK, UNPAD. Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung, 1982.
10