BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa adalah gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang, umumnya terkait dengan gangguan afektif, perilaku, kognitif, dan perseptual. Prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia sebesar 6,55% dengan data dari 33 rumah sakit jiwa di seluruh Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. 1 Di dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa yang ketiga (PPDGJ-III), gangguan jiwa dikelompokkan dalam urutan hirarki blok diagnosis, dimana salah satu blok blok tersebut, yaitu blok II (F20-F29) mencakup penyakit skizofrenia, skiz ofrenia, gangguan skizotipal, dan gangguan waham dimana ciri khas gangguan jiwa dalam blok ini adalah gejala psikotik dengan etiologi organik yang tidak jelas. 2 Di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5), penggolongan yang serupa adalah Schizophrenia spectrum dan gangguan psikotik lainnya yang mencakup penyakit skizofrenia, gangguan psikotik lainnya, dan gangguan skizotipal dimana gangguan jiwa ini didefinisikan dengan abnormalitas dalam satu atau lebih dari lima domain berikut: delusi, halusinasi, gangguan berpikir, gangguan perilaku motor termasuk katatonia, dan gejala negatif.
3
Psikosis merupakan salah satu tanda dan gejala psikiatri yang merupakan bagian dari gangguan umum dalam bentuk dan proses berpikir, yaitu ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi.
4
Gangguan psikotik terbagi, yang juga disebut sebagai gangguan waham induksi menurut PPDGJ-III atau juga dikenal sebagai sebagai folie à deux (psychosis of two), merupakan suatu gangguan jiwa yang tergolong dalam blok II (F24) yang jarang terjadi. Keadaan ini pertama kali digambarkan oleh Baillarger, namun baru pada saat keadaan ini digambarkan kembali oleh Lasègue and Falret pada tahun 1877, folie à deux diterima. Di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Disorders keempat (DSM-IV
1
TR), gangguan psikotik terbagi didefinisikan sebagai delusi yang muncul pada seorang individu yang mempunyai konteks hubungan yang sangat dekat dengan seseorang atau beberapa orang lain yang telah memiliki delusi dan isi delusi yang dimilikinya serupa dengan delusi yang dimiliki seseorang atau beberapa orang yang telah memiliki delusi tersebut. Ini merupakan sindrom yang jarang terjadi dan umumnya delusi akan hilang saat terjadi separasi. Sebagian besar pasien merupakan anggota dari satu keluarga yang sama.
5
1.2 TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui gambaran klinis, penegakkan diagnosis, terapi dan prognosis gangguan psikotik terbagi.
1.3 MANFAAT PENULISAN
Sebagai sumber informasi dan sumber wawasan untuk pembaca mengenai gangguan psikotik terbagi.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI 2.1.1 DEFINISI
Gangguan psikotik terbagi (disebut juga gangguan waham induksi, shared psychotic disorder) pertama kali dideskripsikan oleh dua ahli psikiatri Perancis Lasègue and Falret pada tahun 1877 dengan nama folie á deux. Di dalam DSM-5, gangguan jiwa ini merujuk sebagai “ Delusional Symptoms in Partner of Individual with Delusional Disorder ”. 5 Gangguan jiwa ini jarang terjadi, gambaran insidensi dan prevalensinya kurang, dan literatur yang ada umumnya berupa laporan kasus. Gangguan jiwa ini dikarakteristikkan dengan perpindahan delusi dari satu orang ke orang yang lain. Kedua orang ini memiliki hubungan yang sangat dekat dalam waktu yang lama dan umumnya tinggal bersama dalam suatu lingkungan sosial yang sama. Pada kasus yang paling umum, pasien yang pertama kali mempunyai delusi (kasus primer) biasanya sakit kronis dan merupakan anggota yang penting dari hubungan yang dekat dengan orang yang terpajan (kasus sekunder) yang juga akhirnya memiliki delusi. Orang pada kasus sekunder umumnya kurang cerdas secara intelegensia, lebih mudah merasa bersalah, lebih pasif, atau kurang percaya diri dibandingkan dengan orang pada kasus primer. Jika mereka berpisah, orang sekunder mungkin mengabaikan delusi tersebut, namun tidak selalu demikian. Timbulnya delusi terjadi akibat pengaruh yang kuat dari anggota yang lebih dominan. 6 Bentuk spesial lainnya yang pernah dilaporkan antara lain folie simultanée, dimana dua orang mengalami psikosis secara simultan dan memiliki delusi yang sama. Kadang-kadang, lebih dari dua individu terlibat (contoh: folie á trois, quatre, cinq; juga folie á famille), namun kasus seperti itu sangat langka. Hubungan antara individu yang mengalami gangguan psikotik terbagi ini biasanya adalah saudara perempuan-saudara perempuan, suami-istri, dan ibu-anak, namun kombinasi lain juga pernah dilaporkan. Hampir semua kasus yang pernah dilaporkan melibatkan anggota dari satu keluarga yang sama.
3
5
2.1.2 EPIDEMIOLOGI
Belum ada data statistik pasti untuk insidensi maupun prevalensi dari gangguan psikotik terbagi, literatur yang ada hampir semuanya berupa laporan kasus, dimana total kasus yang dilaporkan sampai tahun 2002 kurang dari 300 kasus. Umumnya diagnosis pada kasus primer (individu yang pertama kali mengalami psikosis) adalah skizofrenia, meskipun diagnosis lainnya juga bisa dijumpai seperti gangguan waham atau gangguan mood dengan gejala psikotik.
7
Sekitar 95% kasus muncul dalam anggota dari keluarga yang sama, dan lebih dari 70% muncul di antara suami dan istri, ibu dan anak, dan dua saudara perempuan. Insidensi pada pasangan yang sudah menikah sama dengan pada saudara kandung. Hampir 75% delusi yang terjadi adalah tipe persekutorik.
8
2.1.3 ETIOLOGI
Dengan fakta bahwa predisposisi kasus terjadi di dalam satu keluarga, teori mengenai etiologi dari gangguan psikotik terbagi ini dikaji dari perspektif psikososial. Diperkirakan 55% kasus sekunder (individu sekunder) memiliki hubungan keluarga derajat pertama dengan kasus primer. Ada beberapa variabel yang memiliki pengaruh besar terhadap terjadinya gangguan psikotik terbagi. Sebagai contoh, isolasi keluarga, kedekatan hubungan dengan individu kasus primer, lamanya hubungan telah berlangsung, dan keberadaan faktor dominan dan submisif di dalam hubungan tersebut.
9
Usia tua, tingkat intelegensia yang rendah, gangguan sensori, penyakit cerebrovascular , dan penyalahgunaan alkohol adalah faktor yang berhubungan dengan gangguan psikotik terbagi. Predisposisi genetik terhadap psikosis idiopatik juga merupakan faktor resiko yang mungkin berhubungan.
6
2.1.4. GAMBARAN KLINIS
Seperti pada banyak pemaparan di atas, gejala klinis yang dapat dijumpai pada gangguan psikotik terbagi adalah munculnya delusi (waham) yang serupa di antara dua atau lebih individu, dimana salah satu individu terlebih dahulu memiliki gangguan psikotik dengan gejala delusi tertentu (yang paling sering
4
adalah waham persekutorik; kasus primer), lalu diikuti oleh individu lain yang kemudian memiliki waham yang serupa.
2,3
Pada tahun 1942, Gralnick membuat klasifikasi dari gangguan psikotik terbagi, yang meliputi: 8 a.
Subtipe A ( folie imposée)
Delusi pada kasus primer ditularkan kepada orang lain yang waras secara mental. Kedua individu berhubungan secara intim, dan delusi dari penerima menghilang
setelah
dipisahkan.
Pemeriksaan
status
mental
keduanya
menunjukkan pemikiran delusional, terganggunya judgement dan insight, atensi dan konsentrasi yang buruk, dan afek yang mungkin atau tidak terpengaruh. b.
Subtipe B ( folie simultanée)
Munculnya psikosis yang identik secara simultan pada 2 individu yang berhubungan secara intim dan memiliki predisposisi morbid. Pemeriksaan status mental pada individu yang terlibat akan menunjukkan gejala paranoid, insight yang buruk, gangguan proses pikir dalam kasus ekstrim. c.
Subtipe C ( folie communiquée)
Individu sekunder mengalami psikosis setelah resistensi yang lama dan tetap mengalami gejala psikosis meski telah dipisahkan dengan individu primer. Pemeriksaan status mental pasien mungkin menunjukkan hypervigilance, pemikiran obsesif, suka merenung, ruminasi, ansietas, dan kemampuan berlogika yang buruk. d.
Subtipe D ( folie induite)
Delusi baru diadopsi oleh individu dengan psikosis yang berada di bawah pengaruh dari individu lain dengan psikosis. Pemeriksaan status mental juga serupa dengan pasien psikotik, paranoid, kemampuan berlogika, judgement, dan insight yang buruk. Berkurangnya kontak mata, mannerisme yang aneh, dan pemikiran magis mungkin dijumpai dalam pemeriksaan.
5
8
2.1.5 PEDOMAN DIAGNOSTIK
Menurut Pedoman dan Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi III (PPDGJ-III), pedoman diagnostik untuk gangguan psikotik terbagi (di dalam PPDGJ-III disebut gangguan waham induksi), yaitu:
2
Diagnosis gangguan waham karena induksi harus dibuat hanya jika: (a) dua orang atau lebih mengalami waham atau sistem waham yang sama, dan saling mendukung dalam keyakinan waham itu; (b) mereka mempunyai hubungan dekat yang tidak lazim dalam bentuk seperti diuraikan di atas; (c) ada bukti dalam kaitan waktu atau konteks lainnya bahwa waham tersebut diinduksi pada anggota yang pasif dari suatu pasangan atau kelompok melalui kontak dengan anggota yang aktif (hanya satu orang anggota aktif yang menderita gangguan psikotik yang sesungguhnya, waham diinduksi pada anggota pasif, dan biasanya waham tersebut menghilang bila me reka dipisahkan); 2
Jika ada alasan untuk percaya bahwa dua orang yang tinggal bersama mempunyai gangguan psikotik yang terpisah maka tidak satupun di antaranya boleh dimasukkan dalam kode diagnosis ini, walaumpun beberapa diantara waham-waham itu diyakini bersama
2
Kriteria gangguan psikotik terbagi (Shared Psychotic Disorder) dalam DSM-IV TR adalah: 10 A. Sebuah delusi muncul pada individu yang secara konteks dalam hubungan yang dekat dengan individu lain, yang telah memiliki delusi. B. Delusi mirip secara konten dengan delusi yang dimiliki individu yang telah memiliki delusi tersebut. C. Gangguan tersebut tidak lebih baik dikelompokkan pada gangguan psikotik lain (seperti Skizofrenia) atau gangguan mood dengan gejala psikotik dan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (seperti penyalahgunaan obat-obatan, pengobatan) atau kondisi medis umum. Namun, pada kriteria DSM 5 yang terbaru, diagnosis gangguan psikotik terbagi tidak lagi menjadi diagnosis terpisah, namun digolongkan dalam gangguan waham; gangguan selain spektrum skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
6
dengan nama diagnosis Delusional symptoms in partner of individual with delusional disorder, dengan kriteria diagnosis: Dalam konteks hubungan, materi
delusi dari partner dominan menjadi konten untuk delusi/waham individu yang mungkin tidak sepenuhnya memenuhi kriteria untuk gangguan waham.
3
2.1.6 DIAGNOSIS BANDING
Pasien dengan gangguan psikotik terbagi dapat didiagnosis banding dengan malingering, factitious disorder (gangguan buatan) dengan gangguan psikologis dominan, gangguan psikotik karena kondisi medis umum, dan gangguan psikotik karena pengaruh zat.
11
2.1.7 TERAPI
Pada umumnya, terapi pasien dengan gangguan psikotik terbagi meliputi separasi antara individu yang terlibat ( physical separation), pengobatan antipsikotik, dan psikoterapi.
12
Langkah awal dalam terapi adalah pemisahan temporer individu yang terlibat dari sumber delusi (partner dominan). Langkah ini tidak hanya bersifat terapeutik, namun juga merupakan langkah diagnostik jika terbukti adanya penurunan waham dan preokupasi. Pasien mungkin memerlukan dukungan yang lebih untuk kompensasi akan kehilangan partner dominan tersebut. Pasien dengan gangguan psikotik terbagi dengan demikian harus diobservasi dengan cermat untuk remisi gejala delusinya. 11,12 Selanjutnya, pengobatan antipsikotik harus diberikan pada individu primer dan pada individu sekunder diberikan jika gejala waham terus menetap dalam 1-2 minggu. Standar pengobatan untuk gangguan psikotik terbagi mencakup penggunaan 2 agen. Agen neuroleptik atipikal terbaru merupakan pilihan pertama untuk spektrum penyakit ini. Antikonvulsan generasi terbaru juga efektif. Aripiprazole dan quetiapine sangat efektif dalam kasus ini. Dosis inisiasi aripiprazole adalah 5-10 mg per oral 4 kali sehari dengan peningkatan titrasi 5-10 mg per oral selama 3-5 hari hingga dosis 25-60 mg per oral 4 kali sehari tercapai, gejala psikosis harusnya telah membaik. Quetiapine dimulai pada dosis 25-50 mg per oral 2 kali sehari dan ditingkatkan 50 mg per oral 2 kali sehari setiap 3 hari
7
sampai gejala berkurang. Dosis maintenance 200-600 mg dengan mudah dapat dicapai. 12 Psikoterapi dengan anggota keluarga pasien yang tidak delusional harus segera dilakukan, dam psikoterapi terhadap pasien yang terlibat gangguan psikotik terbagi dapat dimulai setelahnya. 12
2.1.8 PROGNOSIS
Faktor prognostik dalam kasus gangguan psikotik terbagi rumit untuk dijelaskan sebab dalam banyak penelitian terjadi lost to follow up. 13
8
BAB III KESIMPULAN
Gangguan psikotik terbagi ( folie a déux) adalah suatu gangguan jiwa yang
jarang
terjadi
dan
masih
sedikit
dipahami.
Gangguan
jiwa
ini
dikarakteristikkan dengan perpindahan delusi dari satu orang ke orang yang lain dimana kedua orang ini memiliki hubungan yang sangat dekat dalam waktu yang lama dan umumnya tinggal bersama dalam suatu lingkungan sosial yang sama dengan dugaan penyebab yang ditinjau dari perspektif psikososial. Penegakkan diagnosis berdasarkan kriteria diagnosis dari PPDGJ-III (yang diadopsi dari ICD10) atau DSM-IV TR. Tatalaksana gangguan psikotik terbagi meliputi separasi, pemberian agen antipsikotik aripiprazole dan quetiapine, dan psikoterapi.
9
DAFTAR PUSTAKA
1.
Mubarta AF, Husin AN, Arifin S. Gambaran Distribusi Penderita Gangguan Jiwa di Wilayah Banjarmasin dan Banjarbaru Tahun 2011 . Berkala Kedokteran; 2013, 9(2):200.
2.
Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III . Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma J aya; 2001, hal. 55.
3.
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statictical Manual of Mental
Disorders. 5th ed.
Washington DC: Publishing American
Psychiatric Association; 2013, p. 122. 4.
Kaplan HL, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi 7 Jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher; 2010, p. 472.
5.
Ghasemzadeh MR, Vasfi MG, Nohesara S, Shabani A. Shared Psychotic Manic Syndrome in Monozygotic Twins: A Case Report . Iran J Psychiatry Behav Sci. 2012; 6(1):75.
6.
Kaplan, HL, Sadock, BJ, Grebb, JA. Synopsis of Psychiatry: Behavioural Sciences/Clinical Psychiatry. 11th ed. Philadelphia: Wolters-Kluwer; 2015, hal. 742-754.
7.
Al-Huthail YR. Shared psychotic disorder: Case Report . Neurosciences. 2002; 7(4): 304.
8.
Joshi KG, Frierson RL, Gunter TD.
Shared Psychotic Disorder and
Criminal Responsibility: A Review and Case Report of Folie a` Trois . J Am Acad Psychiatry Law. 2006; 34:511. 9.
Encyclopedia of Mental Disoders. Shared psychotic disorder . Avalibale online
from:
http://www.minddisorders.com/Py-Z/Shared-psychotic-
disorder.html (Accessed: 25 May 2018). 10.
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorders. 4th ed text revised. Washington DC: Publishing American Psychiatric Association; 2000, p. B-51.
10
11.
Manschreck TC. Delusional Disorder and Shared Psychotic Disorder . 2015.
Available
online
from:
https://www.researchgate.net/publication/265182420 (Accessed: 25 May 2018). 12.
Sharon I. Shared Psychotic Disorder . 2016. Available online from: https://emedicine.medscape.com/article/293107 (Accessed: 25 May 2018)
13.
Haqqi S, Ali N. Folie a deux: a case report . F1000Research. 2012, 1(18):4.
11