PANDUAN TRIAGE
BAB I DEFINISI
A.
Definisi
Triage merupakan proses formal dalam penilaian dan pemilahan pasien yang sifatnya segera dari seluruh pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Triage berasal dari bahasa Perancis “trier” yang berarti memilah, mengidentifikasi, mengklasifikasi atau memilih. Awalnya diterapkan dalam perang Napoleon, dimana para korban ditriage berdasar pada kebutuhan medis bukan pada pangkat atau kelas sosial (Dong dan Bullard, 2009). Sistem triage
bertujuan untuk memastikan pasien yang ingin mendapatkan perawatan
emergensi akan menerima perhatian yang tepat, di lokasi yang tepat, yang sesuai dengan derajat kegawatannya. Suatu sistem triage yang efektif mengklasifikasikan pasien ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan keluhan atau cedera akutnya dan bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dengan keluhan atau cedera yang mengancam jiwa segera mendapatkan intervensi dan alokasi sumberdaya yang terbesar serta t epat waktu. Suatu sistem triage IGD yang ideal secara akurat memprioritaskan pasien berdasarkan intervensi kegawatannya untuk menghindari under-triage atau over-tiage (mengkategorikan pasien lebih rendah atau lebih tinggi dari temuan klinis sebenarnya) (Wulp, 1982). Konsep kegawatan merupakan hal pokok dalam triage di kedokteran emergensi. Kegawatan berhubungan dengan konsep waktu dan dibedakan dengan keparahan. Kondisi urgent bisa saja tidak parah (misalnya: dislokasi sendi), sementara penyakit yang parah bisa saja bukan kegawatan (Fitzgerald, 2010). Beberapa sistem triage telah dikembangkan, dalam literature seringkali disebutkan The Australasian Triage Scale, The Manchester Triage System, The Canadian Triage and Acuity Scale, dan The Emergency Severity Index. Instalasi Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah
2
menerapkan Singapore Patient Acuity Category Scale (PACS), dimana kriteria untuk menilai kegawatan pasien berdasarkan pada kombinasi antara keluhan utama dan diagnosis awal sementara sedangkan parameter tanda vital tidak disebutkan dengan jelas. Singapore PACS mengklasifikasikan pasien berdasarkan tingkat kegawatannya secara menurun, yaitu: kategori triage 1: Resusitasi dan Pasien Kritis; kategori triage 2: Emergensi Mayor; kategori triage 3: Emergensi Minor; kategori 4: bukan Emergensi. Di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta kategori-kategori tersebut diganti menjadi skala prioritas yang disingkat dengan huruf P. Prioritas satu atau P1 menggantikan kategori triage 1, prioritas dua atau P2 menggantikan kategori triage 2, dan prioritas tiga atau P3 menggantikan kategori triage 3 dan kategori triage 4. Pasien-pasien yang datang ke IGD akan menjalani penilaian awal oleh perawat triage untuk memastikan kebutuhan klinis kegawatannya. Pada penilaian awal ini, pasien akan memberikan riwayat singkat tentang penyakitnya dan kemudian suatu kategori triage diterapkan terhadap pasien tersebut. Banyak sistem skoring dikembangkan untuk memprediksi kategori triage apa yang harus diberikan kepada pasien yang datang ke IGD, namun dari banyak sistem tersebut menggunakan beberapa parameter fisiologis klinis dan laboratoris yang tidak tersedia pada proses triase awal di IGD. Penggunaan skor fisiologis yang simpel dalam identifikasi dini pasien-pasien yang berrisiko mengalami deteriorisasi, dapat memberikan kategori triage yang tepat kepada pasien-pasien yang datang ke IGD. Skor fisiologis tersebut juga dapat menjadi dasar bilamana terjadi tumpang tindih dalam memutuskan prioritas penanganan pasien-pasien yang menjalani triage. Mengartikan keluhan utama saja tidak akan berhubungan dengan situasi yang dilihat dari diagnosis klinis saja, tetapi dapat pula dilihat dari perubahan fisiologis. Pasien dengan keluhan sederhana namun dengan risiko memburuk akan ditunjukkan oleh perubahan perubahan fisiologis yang bisa diukur melalui tanda-tanda vital (Labaf, dkk., 2010). The 3
Worthing Psycological Scoring System (WPSS) adalah suatu sistem skoring prognostik sederhana yang mengindentifikasi penanda fisiologik pada tahap awal untuk melakukan tindakan secepatnya, yang dituangkan dalam bentuk intervention-calling score. Pengukuran tanda vital pada WPSS mencakup tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, temperature, saturasi oksigen, dan tingkat kesadaran berdasar AVPU (alert, verbal, pain, unresponsive) (Duckitt, dkk., 2007). Triage adalah suatu proses yang dinamik, status atau keadaan pasien dapat berubah menjadi lebih baik maupun menjadi lebih buruk karena cederanya maupun sebagai dampak dan
tindakan
yang
dilakukan.
Triage
harus
diulang-ulang
selama
masih
dalam
penanggulangan cederanya. Dapat dilakukan di tempat kejadian, di daerah triage sebelum dilakukan evakuasi, tiba di UGD, selama resusitasi maupun sesudahnya, sebelum maupun sesudah operasi, dan setelah tiba di ruangan.
B.
Tujuan
Tujuan dari triage dimanapun dilakukan, bukan saja supaya The Right Patient To The Right Hospital By The Right Ambulance At The Right Time tetapi juga To Do The Most For The Most . Jadi tujuan triage adalah memilah dan menilai pasien agar mendapatkan pertolongan medik secara cepat dan tepat sesuai dengan prioritas kategori kegawatdaruratannya dan sesuai dengan penyakitnya.
4
BAB II RUANG LINGKUP
Triage ini dilakukan terhadap : 1.
Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) RS Muhammadiyah yogyakarta.
2.
Pasien atau korban dari luar RS Muhammadiyah Yogyakarta yang akan ditransfer dan dirujuk akibat penyakit tertentu atau kecelakaan atau bencana.
Petugas triage IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah : Perawat triage yaitu perawat yang bekerja di IGD RS Muhammadiyah Jogjakarta dan mempunyai sertifikat Basic Trauma Life Support (BTLS) dan Basic Cardiac Life Support (BCLS) dan sertifikat pelatihan Triage, yang sudah diverifikasi oleh RS Muhammadiyah Jogjakarta.
5
BAB III TATALAKSANA
A. Sistem Triage Instalasi Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta memakai tiga tingkat kategori prioritas pasien berdasarkan Singapore Patient Acuity Category Scale (PACS), yaitu: 1. Prioritas 1 (P-1) sesuai dengan PACS-1 adalah kategori suatu keadaan yang memerlukan pertolongan segera dan apabila hal tersebut tidak dilakukan akan berakibat kecacatan organ bahkan kematian, pasie n ini akan dirawat di ruang prioritas 1 (ruang resusitasi). 2. Prioritas 2 (P-2) sesuai dengan PACS-2 adalah suatu keadaan yang memerlukan pertolongan segera, dan bila hal tersebut tidak dilakukan akan terjadi suatu kegawatan, pasien ini akan dirawat di ruang prioritas 2 (ruang kritis). 3. Prioritas 3 (P-3) sesuai dengan PACS-3 dan PACS-4 adalah suatu keadaan yang tidak
memerlukan pertolongan segera, pasien akan dirawat di ruang prioritas 3 (ruang rawat jalan). 4. Prioritas 0 (P-0) Penderita yang mengalami cedera mematikan dan tidak bisa dipertahankan lagi meskipun dilakukan resusitasi, atau penderita yang sudah meninggal ( Death on Arrival / DOA ). Tidak ada respon pada semua rangsangan, tidak ada respirasi spontan, tidak ada bukti aktivitas jantung, tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
6
B. Proses Triage 1. Pasien yang datang ke IGD PKU Muhammadiyah Yogyakarta, baik yang datang sendiri maupun rujukan, akan langsung diterima oleh perawat triage. 2. Keluarga atau perujuk diarahkan untuk mendaftar di loket pendaftaran. 3. Perawat triage melakukan survey primer untuk menentukan apakah terdapat ancaman jiwa atau tidak pada pasien tersebut, a. Apabila terdapat tanda-tanda gangguan Airway
Breathing Circulation (ABC)
berat yang sesuai dengan panduan PACS dan/atau penurunan kesadaran, maka perawat triage langsung mengantar pasien ke ruang resusitasi atau P-1 dan melakukan triage di ruangan tersebut. b. Apabila tidak terdapat tanda ancaman jiwa, maka perawat menerima dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien di ruang triage untuk menentukan prioritas terhadap pasien tersebut. Setelah perawat triage menentukan tingkat kegawatan pasien, maka perawat triage mengirim pasien beserta lembaran statusnya ke bilik prioritas sesuai kegawatan pasien. Pasien akan dimasukkan ke bilik P-2 bila terdapat gangguan ABC ringan dan nilai Glasgow Coma Scale (GCS) 15, pasien terasa nyeri hebat atau mengalami fraktur terbuka. Apabila ABC pasien tidak terganggu, dan mempunyai keluhan simptomatis atau luka ringan, GCS 15, maka akan dimasukkan ke bilik P-3. c. Penentuan prioritas oleh perawat triage adalah berdasarkan keluhan utama dan diagnosis awal yang sesuai dengan PACS. 4. Pelayanan di ruang kritis (critical care) mencakup pelayananan prioritas 1 (P-1) dan prioritas 2 (P-2). Semua kasus di ruang ini harus sepengetahuan dokter spesialis on site maupun on call.
7
BAB IV DOKUMENTASI
1.
Hasil triage pasien didokumentasikan tertulis dalam dari rekam medis pasien.
2.
Hasil re-triage pasien didokumentasikan tertulis dalam lembar status rekam medis pasien IGD yang merupakan bagian dari rekam medis pasien.
8
KEPUSTAKAAN
Advanced Trauma Life Support for Doctors, Student Course Manual, Eighth Edition, American College of Surgeons Committee on Trauma, Diterjemahkan & dicetak oleh komisi trauma “IKABI”, tahun 2008.
Buku Panduan BT&CLS ( Basic Trauma Life Support And Basic Cardiac Life Support ) Edisi Keempat, Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, tahun 2011.
Emergency
Severity
Index
(ESI)
:
A
Triage
Tool
For
Emergency
Department .www.ahrq.gov/professionals/systems/hospital/esi/esi1.html;
Emergency Care Singapore General Hospital .www.sgh.com.sg; Materi Pelatihan GELS (General Emergency Life Support), Departemen Kesehatan RI – Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Edisi ke-7, September 2006.
Singapore Emergency Patients Categorisation Scale.pdf
Singapore
Emergency
Medicine
Services
Patient
Acuity
Category.mht.
http://semsonline.org/index.html;
Dong SL., Bullard M., 2009. Emergency Department Triage dalam Rowe BH. (Ed), Evidence-based Emergency Medicine,Blackwell Publishing Ltd. UK. p. 58-65 Duckitt RW., et al. Worthing Physiological Scoring System: derivation and validation of a physiological early-warning system for medical admissions. An observational, population-based single-centre study. British Journal of Anaesthesia 98 (6): 769-774. 2007 Fitzgerald D, et al . Emergency department triage revisited. Emerg Med J, 27: 86-92. 2010 Labaf A, et al. Evaluation of the modified acute physiology and chronic health evaluation scoring system for prediction of mortality in patients admitted to an emergency department. Hong Kong J Emerg Med, 17(5). 2010 Wulp I, et al. Association of the Emergency Severity Index triage categories with patient’s vital signs at triage: a prospective observational study. Emerg Med J. 2010
9