PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Dosen : I Putu Ari Astawa, S. Pt, MP.
Diusulkan oleh :
Anak Agung Gede Brahma Aditya P 1804551340 2018
Ida Bagus Ngurah Pramana Yudhistira 1804551342 2018
Putu Dea Anindita Putri Biantara 1804551343 2018
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pancasila yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya merupakan
sistem filsafat. Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-
bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan
tertentu dan keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Pancasila sebagai system filsafat adalah merupakan kenyataan pancasila
sebagai kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada
pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari
pengetahuan orang. Kenyataan obyekrif yang ada dan terletak pada pancasila,
sehingga pancasila sebagai suatu system filsafat bersifat khas dan berbeda
dalam system-sistem filsafat yang lain. Hal ini secara ilmiah disebut
sebagai filsafat secara obyektif. Dan untuk mendapatkan makna yang lebih
mendalam dan mendasar, kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila dari
kajian filsafat secara menyeluruh.
2. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dari Pancasila, Filsafat, dan Pancasila sebagai
suatu filsafat?
2. Jelaskan objek dari filsafat pancasila!
3. Jelaskanlah Pancasila melalui pendekatan dasar ontologis,
epistemologis, serta aksiologis!
4. Apakah hakekat dari Pancasila?
3. Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai
Untuk memenuhi tugas pendidikan pancasila.
Agar mahasiswa lebih memahami tentang filsafat dan juga pancasila.
Agar mahasiswa dapat memahami pancasila sebagai system filsafat.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pancasila, Filsafat, dan Pancasila sebagai sistem filsafat.
Pancasila adalah sebuah system karena pancasila merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.adalah ideologi dasar bagi
negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca
berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Secara garis besar Pancasila adalah suatu realita yang keberadan
dan kebenaraannya tidak dapat diragukan. Nilai-nilai Pancasila seperti
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan harus menjadi
pedoman dan tolak ukur bagi seluruh kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan
Bangsa Indonesia
Filsafat adalah satu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai
kehidupan manusia. Secara etimologis istilah "filsafat" berasal dari bahasa
Yunani "philein" yang artinya "cinta" dan "sophos" yang artinya " hikmah"
atau "kebijaksanaan". Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena
memiliki logika, metode dan sistem. Namun filsafat berbeda dari ilmu-ilmu
pengetahuan kehidupan lainnya oleh karena memiliki obyek tersendiri yang
sangat luas.
Ada dua pengertian filsafat, yaitu :
1. Filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk.
2. Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai pandangan
hidup
Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau
pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang
benar, adil, bijaksana dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian
bangsa Indonesia adalah suatu kesatuan yang saling berhubungan dengan satu
tujuan tertentu, dan saling berkualifikasi yang terpisahkan satu dengan
yang lainnya. Jadi, pada hakikatnya Pancasila merupakan satu bagian yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan fungsi serta tugas masing-
masing.
Filsafat pancasila kemudian mulai dikembangkan oleh bapak
Soekarno sejak 1955 sampai kekuasaannya berakhir pada 1965. Pada saat itu
Soekarno selalu menyatakan bahwa pancasila merupakan filsafat asli
Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia, serta merupakan
akulturasi budaya India (hindu-buddha), Barat (Kristen), Arab
(Islam). Objek materi filsafat adalah mempelajari segala hakikat sesuatu
baik material konkrit (manusia, binatang, alam, dll). dan abstrak (nilai,
ide, moral dan pandangan hidup).
2.2 Objek dari filsafat Pancasila
Filsafat merupakan kegiatan yang tinggi dan murni (tidak terikat
langsung dengan suatu objek) yang mendalam dan daya pikir subyek manusia
dalam memahami segala sesuatu untuk mencari kebenaran. Ajaran filsafat
merupakan ajaran pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kesemestaan secara
mendasar (fundamental dan hakiki). Manusia memiliki potensi dan fungsi
kepribadian untuk berpikir aktif dalam mencari kebenaran.
Filsafat sebagai pemikiran pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran
atau sistem nilai, baik sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau
bangsa dan Negara maupun berwujud pandangan hidup atau filsafat hidup, yang
sudah menjadi tata nilai yang melembaga sebagai suatu paham (isme) dalam
mempengaruhi kehidupan modern. Misalnya komunisme, fasisme, dll.
Filsafat yang merupakan kegiatan olah pikir manusia memiliki obyek yang
tidak terbatas yang menurut isi atau substansinya dapat dibedakan menjadi
berikut:
1.Objek Material Filsafat Ilmu
Objek Material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara
umum.Objek material adalah objek yang secara wujudnya dapat dijadikan bahan
telaahan dalam berpikir, sarwa yang ada (segala sesuatu yang berwujud).
Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan
akhirat. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang
alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi – filsafat
ketuhanan dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan
kata Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan
terpisah, saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu
pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Menurut Drs. H.A.Dardiri
bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam
pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu
yang ada itu di bagi dua, yaitu :
1. Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang
hal yang ada pada umumnya.
2. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak
(theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi
metafisik) dan alam (kosmologi).
2. Objek Formal Filsafat
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek
yang menyangkut sudut pandang dalam melihat obyek material tertentu,
menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek material
tersebut, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang
yang digunakan dalam memikirkan objek material filsafat.
Suatu objek material dapat ditinjau dalam berbagai sudut pandang
berbeda. Oleh sebab itu, terdapat banyak sudut pandang filsafat yang
merupakan cabang-cabang filsafat. Adapun cabang-cabang filsafat tersebut
adalah :
1. Metafisika :Membahas hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis, yang
meliputi bidang bidang ontologi (membicarakan teori sifat dasar dan
ragam kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang teori umum mengenai
proses kenyataan) dan antropologi.
2. Epistemologi : Membahas persoalan hakikat pengetahuan.
3. Metodologi : Membahas persoalan hakikat metode dalam ilmu
pengetahuan.
4. Logika : Membahas persoalan filsafat berpikir, yaitu rumus-
rumus dan dalil-dalil berpikir yang benar.
5. Etika : Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6. Estetika : Berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.
2.3 Pancasila melalui pendekatan dasar.
1. Dasar Ontologis (Hakikat Manusia) Sila–sila Pancasila
Secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Menurut
Notonegoro hakikat dasar ontologis Pancasila adalah manusia. Mengapa?,
karena manusia merupakan subjek hukum pokok dari sila-sila Pancasila.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusian yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya
adalah manusia (Kaelan, 2005).
Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila Pancasila berupa
hubungan sebab akibat :
1. Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu,
rakyat dan adil sebagai pokok dari pangkal suatuhubungan.
2. Landasan sila-sila Pancasila yakni Tuhan, manusia, satu, rakyat dan
adil menjadi sebab dan negara menjadi akibat.
Seluruh nilai-nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa bagi
bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan
negara harus dijabarkan dan bersumberkan pada nilai-nilai Pancasila.
seperti bentuk negara, sifat negara, tujuan negara, tugas/kewajiban negara
dan warga negara, sistem hukum negara, moral negara, serta segala aspek
penyelenggaraan negara lainnya.
2. Dasar Epistemologis (Pengetahuan) Sila–sila Pancasila
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki mengenai asal,
syarat, susunan, metode dan juga validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi
ini sendiri meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadi
pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan.
Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi, yaitu:
1. Tentang sumber pengetahuan manusia;
2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia; serta
3. Tentang watak pengetahuan manusia.
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya memang tak bisa
dipisahkan dengan dasar ontologis. Maka dari itu, dasar epistemologis
Pancasila memiliki kaitan yang sangat erat dengan konsep dasar mengenai
hakikat manusia.
Susunan isi arti Pancasila meliputi sebanyak 3 hal :
1. Isi arti Pancasila yang umum universal, yakni hakikat sila Pancasila
yang menjadi intisari Pancasila, sehingga menjadi pangkal tolak di
dalam pelaksanaan bidang kenegaraan dan tertib akan hukum di
Indonesia, serta dalam melakukan realisasi praksis di dalam berbagai
macam bidang kehidupan konkret.
2. Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yakni isi arti Pancasila
sebagai suatu pedoman kolektif bagi negara dan bangsa Indonesia,
terutama dalam tertib hukum Indonesia.
3. Isi arti Pancasila yang memiliki sifat khusus dan konkret, yakni isi
arti Pancasila di dalam merealisasikan praksis di berbagai bidang
kehidupan, sehingga mempunyai sifat khusus konkret dan dinamis
(Notonagoro, 1975:36-40)
3. Dasar Aksiologis Pancasila
Sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat mempunyai satu kesatuan
dasar aksiologis, yakni nilai yang terkandung di dalam Pancasila pada
hakikatnya menjadi suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti jika
membahas mengenai filsafat nilai Pancasila.
Istilah aksiologi itu sendiri berasal dari kata Yunani, axios yang
memiliki arti nilai, manfaat dan logos yang berarti pikiran, ilmu atau
teori. aksiologi menjadi teori nilai, yakni sesuatu yang diinginkan,
disukai atau yang baik. Bidang yang dilakukan penyelidikan ialah hakikat
nilai, kriteria nilai dan kedudukan metafisika dari suatu nilai.
Notonegoro membagi nilai menjadi sebanyak 3 macam, yaitu :
1. Nilai material
2. Nilai vital
3. Nilai kerohanian yang terdiri dari:
-Nilai kebenaran
-Nilai keindahan
-Nilai kebaikan
-Nilai religius
Di dalam filsafat Pancasila, disebut ada sebanyak 3 tingkatan nilai, yakni
dasar, nilai instrumental dan nilai praktis.
1. Nilai dasar, merupakan asas yang diterima sebagai suatu bentuk dalil
yang memiliki sifat mutlak sebagai sesuatu yang benar atau tak perlu
dipertanyakan kembali. Nilai dasar Pancasila merupakan nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan
nilai keadilan.
2. Nilai instrumental, merupakan nilai yang berbentuk atas norma sosial
dan norma hukum yang mana selanjutnya akan terkristalisasi di dalam
peraturan dan mekanisme lembaga negara.
3. Nilai praksis, merupakan nilai yang sebenarnya dilaksanakan di dalam
kehidupan. Nilai ini menjadi batu ujian apakah nilai dasar dan nilai
instrumental tersebut benar-benar hidup di dalam lingkungan
masyarakat.
2.4 Hakekat Pancasila
Pancasila pada hakikatnya merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur
kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsut-
unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu
menadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari proses
terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa
materialisme karena nilai-nilai Pancasila sudah ada dan hidup sejak zaman
dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian aspek kehidupan.
bangsa Indonesia selalu mencerminkan, menjunjung tinggi dan tidak boleh
bertentangan dan mengabaikan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
Pengamalan pancasila itu tidak memiliki sifat imperative atau memaksa.
Hakikat pengertian pancasila yang
bersifat melengkapi dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, mengandung
pengertian dijadikan pancasila sebagai dasar aturan bagi seluruh
peraturan hukum di Indonesia bahwasegala peraturan hukum berlaku
harus selalu bersumber berdasar kepada Pancasila
2. Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa di artikan sebagai dasar atau
landasan yang mengatur kehidupan berbangsa beraneka ragam
(majemuk/prural) baik suku bangsa yang berbeda maupun latar belakang
adat istiadat dan agama yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/345271113/Objek-Material-Dan-Objek-Formal-
Filsafat
https://www.academia.edu/11133646/2.1._Pengertian_Pancasila_Sebagai_Sistem_F
ilsafat
https://id.scribd.com/doc/259913840/Dasar-Ontologis-Epistemologi-Aksiologi-
Pancasila
https://www.academia.edu/36748261/Landasan_Ontologis_Epistemologis_dan_Aksio
logis_Pancasila_PKN_
https://suparman11.wordpress.com/2014/10/22/pancasila-sebagai-sistem-
filsafat/