Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya, definisi filsafat dalam Filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda-beda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga pemahaman dan pengamalan Pancasila berbeda dari waktu ke waktu. Filsafat Pancasila Soekarno dimulai sejak 1955 hingga akhir kekuasaannya (1965). Sebagai salah satu founding fathers Indonesia, pemikiran-pemikiran Soekarno memiliki keistimewaan dibanding tokoh-tokoh Indonesia pada waktu itu. Dasar-dasar pemikiran politik Soekarno memberi akomodasi pada aliran-aliran penting yang hidup di dalam masyarakat, yaitu ke arah mempersatukannya ke dalam dalam suatu “common denominator”. Soekarno Soekarno selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Soekarno, “Ketuhanan” adalah asli berasal dari Indonesia, “Keadilan Soasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil.
Segi Pemikiran Soekarno
Ada beberapa segi khas yang dapat ditandai dari pemikiran Soekarno. Pertama, adalah cita-citanya tentang persatuan nasional. Ia menempatkan kepentingan bersama sebagai hal yang paling pokok diantara berbagai aliran pendirian dalam pemikiran kaum nasionalis. Kedua, desakannya untuk menjalankan sikap nonkooperasi bukan hanya sebagai taktik, melainkan sebagai hal yang prinsip. Ia menekankan tentang sia-sianya sikap lunak yang moderat, tentang ketidakmungkinan suatu kompromi dengan imperialisme yang sudah seharusnya dimusuhi itu, dan menjelaskan tentang dua kubu yang saling berlawanan antara “sini” dan “sana”, antara “pihak kita” dan “pihak mereka”. Ketiga adalah mengenai konsep Marhaenismenya. Gagasan tentang “rakyat kecil”, gagasan Marhaenisme ini mungkin bukan merupakan suatu sumbangan besar yang khas dalam dunia pemikiran politik, tetapi sesungguhnya konsep itu telah menampilkan suatu penilaian yang jujur tentang sifat masyarakat Indonesia. Konsep Marhaenisme ini banyak dipengaruhi oleh ajaran Karl Marx. Teori perjuangan Marx yang kemudian dikenal dengan Marxisme banyak berpengaruh dalam benak Soekarno dan menginspirasi Soekarno dalam pemikiran dan tingkah laku politiknya. Bahkan Soekarno kemudian secara jujur mengakui bahwa Marhaenisme yang ia ciptakan adalah Marxisme yang disesuaikan dengan kondisi dan masyarakat Indonesia. dengan kondisi dan masyarakat Indonesia. Dalam perkembangannya, Marhaenisme kemudian menjadi dasar perjuangan Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Partindo yang didirikan Soekarno.
Pancasila sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal 1 Juni 1945 oleh Ir. Soekarno
Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk pertamakalinya mengusulkan falsafah negara Indonesia dengan perumusan dan tata urutannya sebagai berikut: 1.
Kebangsaan Indonesia Mengenai sila Kebangsaan ini, Soekarno terilhami oleh tulisan Dr. Sun Yat Sen yang berjudul “San Min Chu I” atau “The Three People’s Prinsiples”. Kebangsaan Soekarno semakin matang dengan pengaruh dari Mahatma Gandhi yang menyatakan bahwa “My nationalism is humanity”. Kebangsaan yang diyakini Soekarno adalah Kebangsaan yang berperikemanusiaan, kebangsaan yang tidak meremehkan bangsa lain, kebangsaan yang bukan chauvinisme. Faham bangsa yang dimaksud adalah tidak dibangun atas dasar faham ras, suku bangsa, kebudayaan ataupun Agama tertentu.
2.
Internasionalisme atau Perikemanusiaan Internasionalisme yang dimaksud disini bukanlah kosmopolitanisme yang tidak menginginkan adanya kebangsaan. Internasionalisme sangat berhubungan dengan prinsip Kebangsaan yang diuraikan Soekarno pada sila pertama. Tujuan Soekarno dengan melontarkan prinsip ini adalah bukan hanya sekedar membangun nasionalisme dalam negeri yang dimerdekakan, melainkan lebih dari itu yaitu untuk membangun kekeluargaan bangsa-bangsa. Dalam era sekarang lebih tepat dikatakan sebagai usaha membangun kerjasama antar bangsa-bangsa dan membangun perdamaian dunia.
3.
Mufakat atau Demokrasi Dalam penjelasannya, Soekarno mengatakan bahwa negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, melainkan negara ”satu buat semua, semua buat satu”. Soekarno yakin bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan. Dengan cara mufakat, membicarakan semua permasalahan termasuk agama didalam Badan Perwakilan Rakyat.
4.
Kesejahteraan social Pada prinsip keempat, Soekarno menjelaskan bahwa Badan Perwakilan belum cukup untuk menjamin kesejahteraan rakyat, karena yang terjadi di Eropa dengan Parlementaire democratie-nya, kaum kapitalis merajalela. Sehingga Soekarno mengusulkan politik economische demokratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial.
5.
Ketuhanan. Prinsip sila keTuhanan YME tersebut dimaksudkan oleh Soekarno supaya bukan saja bangsa Indonesia berTuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia berTuhan kepada Tuhannya sendiri. Negara memberi kebebasan kepada setiap orang untuk menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa sesuai dengan agama dan keyakinannya. Soekarno
telah berpikir kedepan bahwa negara harusmemberi kebebasan kepada setiap warganya untuk memeluk agama dan keyakinannya, sebagaimana tuntutan hak-hak asasi manusia. Presiden Soekarno mengusulkan ke-5 sila yang dipidatokan pada tanggal 1 Juni 1945 dan mempersingkatnya menjadi Trisila yaitu: 1. 2. 3.
Sosio Nasional: Nasionalisme dan Internasionalisme Sosio Demokrasi: Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat Ketuhanan YME.
Trisila tersebut dipersingkat lagi menjadi Ekasila atau Satusila yang intinya adalah Gotong Royong. Kesimpulan dari bermacam-macam pengertian Pancasila tersebut yang sah dan benar secara Konstitusional adalah Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 45, hal ini diperkuat dengan adanya ketetapan MPRS NO.XXI/MPRS/1966 dan Inpres No. 12 tanggal 13 April 1968 yang menegaskan bahwa pengucapan, penulisan dan Rumusan Pancasila Dasar Negara RI yang sah dan benar adalah sebagai mana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 menegaskan: Maksud Pancasila adalah philosophschegrondslag itulah dasar falsafah, pikiran yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung “Indonesia Merdeka Yang Kekal dan Abadi”.
Analisis Masing-Masing Sila
Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” Pernyataan ini merupakan rumusan ulang dari “Indonesia Merdeka bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.Esensi pernyataan dalam sila pertama asli digali dari budaya Indonesia.Hal ini karena Indonesia merupakan negara religius multi agama. Sila kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” Pernyataan ini merupakan rumusan ulang dari “Perikemanusiaan atau Internasionalisme”.Pernyataan dalam sila kedua terinspirasi dari humanity Gandhi. Sila ketiga “Persatuan Indonesia” Pernyataan ini merupakan rumusan ulang dari “Kebangsaan Indonesia”.Esensi pernyataan dalam sila ketiga merupakan adopsi esensi dari Geopolitik Jerman.Hal ini jelas diungkapkan Soekarno dalam pidatonya.
Sila keempat “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan”. Pernyataan ini merupakan rumusan ulang dari “Permufakatan”.Esensi pernyataan sila keempat merupakan adopsi demokrasi ala Barat.Namun Soekarno melihat bahwa terdapat keanekaragaman orang Indonesia, sehingga demokrasi untuk Indonesia adalah permufakatan bukan voting seperti di Barat. Sila kelima “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rak yat Indonesia”. Pernyataan ini merupakan rumusan ulang dari “Kesejahteraan sosial”. Pernyataan sila kelima terinspirasi kalimat pemimpin Perancis, Jean Jaures bahwa tiap orang memiliki hak yang sama.Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat.Hal ini merujuk pidato Soekarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di Eropa, di mana filsafat barat merupakan salah satu materi kuliah mereka.Pancasila terinspirasi konsep humanisme, rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer dan nasionalisme.