Oligomenorea Pada PCOS (polycystic ovary syndrome), oligomenore dapat disebabkan oleh kadar hormon wanita & hormon pria yang tidak sesuai. Hormon pria diproduksi dalam jumlah yang kecil oleh setiap wanita, tetapi pada wanita yang mengalami PCOS, kadar hormon pria tersebut (androgen) lebih tinggi dibandingkan pada wanita lain. Pada atlet wanita, model, aktris, penari ataupun yang mengalami anorexia nervosa, oligomenore terjadi karena rasio antara lemak tubuh dengan berat badan turun sangat jauh. Etiologi Oligomenore biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih. Oligomenore sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara pada wanita normal. Oligomenore dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorrhe dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas. Oligomenore yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit.
Gejala Gejala dari oligomenore meliputi : Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Bila kadar estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus. Pengobatan
Pengobatan oligomenore tergantung dengan penyebab, berikut uraiannya : Pada oligomenore dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopouse tidak memerlukan terapi. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan oligomenore. Oligomenore sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormonal. Terapi ini disesuaikan dengan hormon apa yang lebih dibutuhkan. Contoh : pada oligomenore yang disebabkan estrogen yang terlalu rendah maka terapi yang dapat diberikan adalah KB Hormonal yang mengandung estrogen, seperti : Lynoral, Premarin, Progynova, dll. pada oligomenore yang disebabkan progesteron yang terlalu rendah maka terapi yang dapat diberikan adalah KB Hormonal yang mengandung estrogen, seperti : postinor. Pada oligomenore yang disebabkan keduanya memiliki ketidakseimbangan hormonal yang sama untuk jumlah estrogen dna progesteron yang kurang, maka dapat dilakukakn terapi dengan pil kombinasi yang
mengandung estrogen dan progesteron dengan jumlah seimbang seperti : Mycrogynon 50, Ovral, Neogynon, Norgiol, Eugynon, Microgynon 30, Mikrodiol, Nordette, dll Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan. Adanya tumor yang mempengaruhi pengeluaran hormon estrogen, maka tumor ini perlu di tindak lanjuti seperti dengan operasi, kemoterapi, dll Komplikasi Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut.
Prognosa akan buruk bila oligomenore mengarah pada infertilitas atau tanda dari keganasan.
VAGINITIS & VULVITIS DEFINISI Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita). Vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan vagina. PENYEBAB Penyebabnya bisa berupa: 1. Infeksi Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus) Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai antibiotik Protozoa (misalnya Trichomonas vaginalis) Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes). 2. Zat atau benda yang bersifat iritatif Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons Sabun cuci dan pelembut pakaian Deodoran Zat di dalam air mandi Pembilas vagina Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat Tinja 3. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya 4. Terapi penyinaran 5. Obat-obatan 6. Perubahan hormonal. GEJALA 1. 1. Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatalgatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan atau kemerahan. 2. Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya
semakin menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh. Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi. 3. Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik. 4. Infeksi karena Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap. Gatal-gatalnya sangat hebat. 5. Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium. 6. Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual. 7. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain). 8. Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi herpes atau abses. 9. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan oleh kanker atau sifilis. 10. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva. DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan karakteristik cairan yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa dengan mikroskop dan dibiakkan untuk mengetahui organisme penyebabnya. Untuk mengetahui adanya keganasan, dilakukan pemeriksaan Pap smear. Pada vulvitis menahun yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan biasanya dilakukan pemeriksaan biopsi jaringan. PENGOBATAN 1. Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa membantu mengurangi jumlah cairan. 2. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan penyebabnya. 3. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. 4. Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air.Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan panggul. 5. Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari. 6. Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri. 7. Pada infeksi meular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual diobati pada saat yang sama. 8. Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen. Estrogen bisadiberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina. Pengobatan Umum Untuk Vaginitis & Vulvitis Jenis infeksi Pengobatan 1. Jamur Miconazole, clotrimazole, butoconazole atau terconazole (krim, tablet vagina atau supositoria)
2. Fluconazole atau ketoconazole (tablet) 3. Bakteri Biasanya metronidazole atau clindamycin (tablet vagina) atau metronidazole (tablet). 4. Jika penyebabnya gonokokus biasanya diberikan suntikan ceftriaxon & tablet doxicyclin 5. Klamidia Doxicyclin atau azithromycin (tablet) 6. Trikomonas Metronidazole (tablet) 7. Virus papiloma manusia (kutil genitalis) Asam triklorasetat (dioleskan ke kutil), untuk infeksi yg berat digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil (dioleskan ke kutil) 8. Virus herpes Acyclovir (tablet atau salep) 9. Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat dari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin). 10. Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin. 11. Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet). 12. Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi herpes. 13. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.