1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi prenatal dan postnatal yang kurang baik dapat menyebabkan kelainan pada struktur anatomis gigi. keadaan ini sangat merugikan baik dari segi estetik maupun kesehatan. kesehatan. Mengingat pentingnya peranan gigi geligi sebagai salah satu alat pencernaan pencernaan maka harus membutuhkan membutuhkan perhatian khusus pada awal pertumbuhan dan perkembangan perkembangan gigi. Pada awal perkembangan gigi tidak semua gigi berkembang dalam waktu yang sama. Tandatanda pertama dari perkembangan gigi pada embrio ditemukan di daerah anterior mandibula pada usia 5-6 minggu, sesudah tejadi tanda-tanda perkembangan gigi di daerah anterior maksila kemudian berlanjut ke arah arah posterior dari kedua kedua rahang.
1.2 Rumusan Masalah Apakah Pertumbuhan gigi manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu 1.3 Tujuan Agar mahasiswa kedokteran gigi mampu mempelajari pengertian odontogenesis, pertumbuhan dan perkembangan dari gigi, faktor dan kelainan apa saja yang dapat mempengaruhinya.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Odontogenesis Odontogenesis
merupakan
istilah
yang
digunakan
untuk
menggambarkan
pertumbuhan dan perkembangan gigi ( Ten Cate,2000 Cate ,2000 ). Gigi secara s ecara embriologi berasal ber asal dari dua jaringan, yaitu ektoderm yang akan membentuk enamel dan mesoderm yang akan membentuk pulpa dan sementum. Gigi terdiri dari mahkota yang dikelilingi oleh enamel dan dentin serta akar yang tidak ditutupi oleh enamel. Gigi terdiri dari pulpa yang vital ( terdapat persarafan ) yang didukung oleh oleh ligamen periodontal. ( Behrman dkk,1999 ) 2.1.1 Tahap Odontogenesis Tidak semua gigi berkembang dalam waktu yang sama, tanda – tanda pertama perkembangan gigi pada embrio ditemukan di daerah anterior mandibula waktu usia 5 – 6 minggu, sesudah terjadi tanda perkembangan gigi di daerah anterior maksila kemudian berlanjut kearah posterior dari kedua rahang. ( Itjiningsih,1991 Itjiningsih,1991 ) Benih gigi dibentuk dari 3 organ pembentuk : 1. Organ enamel; yang bergerak seperti tombol, tumbuh diatas lamina gigi (berasal dari ektodermal), dan berasal dari epitel, dimana lapisan dalamnya akan membentuk enamel. Kuntum dari sel epithelial (organ enamel) dibentuk sebagai hasil dari pembiakan sel sel. Perkembangan selanjutnya, menghasilkan bentuk kuntum (bud), bentuk topi (cap), dan bentuk lonceng (bell) dari organ enamel.
3
2. Dental Papilla (organ dentin); yang berkembang dari dasar jaringan mesenkim (jaringan pengikat permulaan) yang berasal dari mesenkim dan akan membentuk dentin dan tinggal di sekitar ruang sentral dari dentin sebagai pulpa. 3. Kantung gigi (organ periodontal); yang juga berkenbang dari dasar jaringan mesenkim, yang berasal dari mesenkim dan akan membentuk struktur penyanggah gigi sementum, tulang alveolar, dan selaput periodontal. Perkembangan dimulai dengan pembentukan lamina gigi. dental lamina adalah suatu pita pipih yang terjadi karena penebalan jaringan epitel mulut (ektodermal) yang meluas sepanjang batas oklusal dari mandibula dan maksila pada tempat mana gigi-gigi akan muncul kemudian. Dental lamina tumbuh dari permukaan sampai dasar mesenhim (Wangidjaja, 1995). Fungsi dental lamina adalah untuk membentuk benih semua gigi sulung selama bulan kedua intra uterine, membentuk benih gigi permanen pada bulan ke lima intra uterine( I1) sampai bulan ke sepuluh (P2), mengadakan perluasan ke arah distal dari dental organ gigi molar kedua sulung yang dimulai saat panjang janin kurang lebih 140mm. Molar permanen akan langsung tumbuh dari dental lamina (Wangidjaja, 1995). 1. Tahap Pertumbuhan Tahap pertumbuhan gigi adalah sebagai berikut ( Finn,2003 ) : a. Inisiasi ( Bud Stage ) Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel – sel sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat daripada sel sekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di atas regio bukal lengkung pipi dan meluas sampai seluruh bagian rahang atas dan bawah. b. Proliferasi ( Cap Stage )
4
Lapisan sel – sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk papil gigi yang kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. sel – sel mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar. c. Histodiferensiasi ( Bell Stage ) Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. sel – sel epitel email dalam menjadi semakin
panjang
dan
silindris,
disebut
sebagai
ameloblas
yang
akan
berdiferensiasi menjadi email dan sel – sel bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblast yang akan berdiferensiasi menjadi dentin. d. Morfodiferensiasi Tahapan dimana susunan dari sel sel pembentuk sepanjang dentino enamel dan dentino cemental junction yang akan datang, yang memberi garis luar dari bentuk dan ukuran korona dan akar yang akan datang. 2. Tahap Kalsifikasi Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam – garam anorganik selama pengendapan matriks. Apabila kalsifikasi terganggu, butir kalsium individu di dalam dentin tidak menyatu dan tertinggal sebagai butir kalsium dasar yang terpisah didaerah matriks. ( Itjiningsih, 1991 ) 3. Tahap Erupsi Erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari awal pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul muncul ke rongga mulut. Dalam arti lain proses erupsi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai dari tempat pembentukan gigi yang dimulai dari tulang alveolar kemudian menembus gingiva sampai akhirnya gigi mencapai daerah oklusal.
5
Tahap Erupsi gigi dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap pra erupsi, pra fungsional dan fungsional ( Tamba,2011 ) a. Tahap Pra Erupsi Dimulai saat pembentukan benih gigi sampai mahkota selesai dibentuk. Pada tahap ini rahang mengalami pertumbuhan pesat dibagian posterior dan permukaan lateral yang mengakibatkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar kearah anterior-posterior. Untuk menjaga hubungan yang konstan dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat ini maka benih gigi bergerak kearah oklusal. ( Tamba,2011 ) b. Tahap Pra Fungsional Tahap Prafungsional dimulai dari pembentukan akar samapi gigi mencapai dataran oklusif. Pada tahap prafungsional gigi bergerak lebih cepat kearah vertikal, selain bergerak kearah vertikal pada tahap prafungsional gigi juga bergerak miring dan rotasi. Gerak miring dan rotasi bertujuan untuk memperbaiki memp erbaiki posisi gigi berjejal didalam tulang tulan g rahang yang masih mengalami pertumbuhan. pert umbuhan. ( Tamba,2011 ) Perkembangan gigi kearah oklusal pada tahap prafungsional berhubungan dengan pertumbuhan jaringan ikat di sekitar kantung gigi. Proliferasi aktif dari jaringan ligamen periodontal ini menghasilkan suatu tekanan di sekitar kantung gigi yang akan mendorong gigi kearah oklusal. Tekanan Erupsi pada tahap prafungsional semakin bertambah seiring meningkatnya permeabilitas vaskular di sekitar ligamen periodontal. Meningkatnya permeabilitas vaskular ini memicu keluarnya cairan secara difus dari dinding vaskular sehingga terjadi penumpukan cairan disekitar ligamen periodontal yang kemudian menghasilkan tekanan erupsi.
6
Keadaan ini sama dengan kondisi inflamasi dimana jaringan ligamen periodontal yang membengkak akan mendorong gigi keluar dari socketnya. ( Tamba,2011 ) c. Tahap Fungsional Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal. Selama tahap fungsional gigi bergerak kearah oklusal, mesial, dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap fungsional ini bertujuan sehingga oklusi dan titik kontak proksimal dari gigi dapat dipertahankan. ( Tamba,2011 ) 4. Tahap Atrisi Merupakan tahap pengurangan lapisan gigi secara normal pada permukaan oklusal gigi akibat dari kontak antar gigi selama pengunyahan atau adanya parafungsi seperti bruxism. 2.1.2 Waktu Erupsi Gigi Gigi yang bererupsi pertama kalinya adalah gigi susu atau gigi desidui. Waktu erupsi gigi permanen dimulai saat anak berusia 6 sampai 7 tahun, ditandai dengan erupsi gigi molar pertama rahang bawah bersamaan dengan insisivus pertama rahang bawah dan molar pertama rahang atas. Gigi Insisivus Sentral rahang atas erupsi umur 7 tahun dilanjutkan dengan gigi insisivus lateral rahang bawah. Gigi insisivus lateral rahang atas erupsi umur 8 tahun dan gigi .kaninus rahang bawah umur 9 tahun. Gigi Premolar pertama rahang atas erupsi umur 10 tahun, dilanjutkan dengan erupsi gigi premolar kedua rahang atas, premolar pertama rahang bawah, kaninus rahang atas dan premolar kedua rahang bawah. Erupsi gigi molar kedua rahang bawah terjadi umur 11 tahun dan molar kedua rahang atas umur 12 tahun. Erupsi gigi paling akhir adalah molar ketiga rahang atas dan rahang bawah. bawah. ( Tamba,2011 ) 2.1.2.1 Faktor yang mempengaruhi Erupsi Gigi Erupsi gigi merupakan proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa terjadi dalam setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi, terutama pada
7
periode transisi pertama dan kedua. Variasi ini masih dianggap sebagai suatu keadaaan yang normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun (Tamba, 2011). Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor, yaitu: 1. Faktor Keturunan (Genetik) Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi. Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi. Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78 % (Tamba, 2011). 2. Faktor Ras Perbedaan Ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi permanen.1 Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian. Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam Ras yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar (Tamba, 2011). 3. Jenis Kelamin Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini berkisar ant ara 1 hingga 6 bulan (Tamba, ( Tamba, 2011). 4. Faktor Lingkungan Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan. Pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20 % (Tamba, 2011). Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan antara lain: a. Sosial Ekonomi Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan. Anak dengan tingkat ekonomi
8
rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi lebih lambat dibanding anak tingkat ekonomi menengah. Penelitian yang dilakukan oleh Clements dan Thomas, menyatakan bahwa anak-anak yang berasal dari tingkat sosial sosi al ekonomi tinggi memperlihatkan erupsi gigi lebih cepat dibandingkan anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah. Hal ini berhubungan dengan nutrisi yang diperoleh anak-anak dengan tingkat sosial ekonomi tinggi lebih baik (Tamba, 2011). b. Nutrisi Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan perkembangan rahang. Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi, tetapi hal ini terjadi pada malnutrisi yang hebat. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan keterlambatan erupsi gigi. Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh faktor nutrisi terhadap perkembangan gigi adalah sekitar 1 % (Tamba, 2011). 5. Faktor Penyakit Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy (Tamba, 2011). 6. Faktor Lokal Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa gingiva yang menebal, dan gigi desidui yang tanggal sebelum waktunya (Tamba, 2011). 2.1.2.2 Kegagalan Erupsi Kegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu sebab sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi ( Purba,2004 ). Ada 2 faktor yang mempengaruhi kegagalan erupsi yaitu:
9
a. Faktor kegagalan yang berasal dari gigi tersebut: 1. Kelainan dalam perkembangan gigi Pada kondisi kelainan perkembangan benih gigi ini, beinh gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami perkembangan dengan sempurna sehingga gigi gagal dalam bererupsi. 2. Kegagalan dalam pergerakan praerupsi dan prafungsional Pada kondisi ini, pembentukan gigi berlangsung dengan sempurna tetapi gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami pergerakan selama tahap praerupsi dan prafungsional sehingga gigi tetap pada tempatnya tempatnya didalam tulang alveolar. 3. Letak benih yang abnormal Letak benih yang abnormal seperti letak benih yang terlalu miring kearah linguang, bukal dapat menyebabkan gigi tersebut mengalami kesulitan dalam pergerakan erupsi sehingga gigi gagal bererupsi. b. Faktor yang berasal dari sekitar gigi tersebut: 1. Tulang yang tebal dan padat Gagalnya gigi bererupsi pada kondisi ini disebabkan konsistensi tulang yang sangat keras dan padat sehingga tekanan erupsi normal tidak mencukupi untuk menembus tulang yang tebal dan padat tersebut. ( Purba,2004 ) 2. Tempat untuk gigi tersebut kurang Kurangya tempat untuk gigi yang disebabkan oleh berbagai hal seperti ukuran yang terlalu besar, tulang rahang yang tidak berkembang juga dapat menyebabkan gigi tidak muncul di rongga mulut. ( Purba,2004 ) 3. Posisi gigi tetangga mentghalangi erupsi gigi tersebut Posisi gigi tetangga yang menghalangi jalanya erupsi dapat menyebabkan gigi tidak muncul kepermukaan. ( Purba,2004 )
10
4. Adanya gigi susu yang persistensi Gigi susu yang tidak tanggal pada waktunya dapat menyebabkan kegagalan erupsi pada gigi permanen. Kegagalan erupsi gigi permanen pada kondisi gigi persiste nsi ini disebabkan oleh tidak tersedianya ruangan untuk gigi permanen yang akan erupsi menggantikan gigi susu yang persistensi tersebut. ( Purba,2004 )
2.2 Biokimia Jaringan Gigi Biokimia disini mencakup peranan berbagai fungsi molekul dalam reaksi kimia dan proses yang berlangsung didalam jaringan gigi gigi geligi. 2.2.1 Susunan Kimia Gigi 1. Email Email gigi adalah jaringan yang paling termineralisasi dan merupakan struktur kristalin yang terdiri dari komponen anorganik 93 – 93 – 95 95 %, komponen organik 1 % dan air sekitar 4 % yang diukur dari beratnya. Secara mikroskopis sebagian besar struktur email tersusun atas kristalit anorganik yaitu kristal hidroksiapatit. Komposisi ini membuat sifat email gigi mirip seperti keramik. Secara mikroskopis struktur email terlihat berpori, karena itu email mampu dilewati oleh ion dan molekul tertentu misalnya zat warna dari makanan atau minuman. Ion dari saliva dapat berdifusi masuk kedalam email sehingga semakin bertambah umur maka semakin keras emailnya. 2. Dentin Dentin mengandung air lebih banyak 12%, kolagen sebesar 18% dan hidroksiapatit 70%. Dentin merupakan penyusun gigi terbesar, atap bagi rongga pulpa, menyerupai struktur tulang, komposisinya terdiri dari mineral 69,3%, Organik 17,5%, dan air 13,2%.
11
3. Pulpa Pulpa terdiri atas jaringan ikat longgar, unsur utamanya terdiri dari: Odontoblast, Fibroblast, Serabut Kolagen halus, dan Glikosaminoglikan. Pulpa gigi merupakan jaringan ikat yang kaya pembuluh darah dan saraf yang terdapat dalam rongga gigi. 2.3 Peranan Kalsium Terhadap Gigi Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Sekitar 99% total kalsium dalam tubuh ditemukan dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit, hanya sebagian kecil dalam plasma cairan ekstravaskuler. (Almatsier,2004) Mineral yang membentuk dentin dan email adalah mineral yang sama dengan yang membentuk tulang. disini kebutuhan kalsium harian orang dewasa adalah 800 mg/ hari.
12
BAB III CONSEPT MAPPING
Benih Gigi
Tahap Pertumbuhan
Inisiasi
Histodiferensiasi
Proliferasi
Morfodiferensiasi
Tahap Kalsifikasi
Mineralisasi dan Maturasi
Tahap Erupsi
PraErupsi
PraFungsional
Fungsional
Tahap Atrisi
Faktor
Faktor Lokal
Faktor Ras
Gigi Abnormal
Jenis Kelamin
Lingkungan
Gigi Normal
3.1 Hipotesa Pertumbuhan gigi manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu
Faktor Penyakit
13
BAB IV PEMBAHASAN
Odontogenesis
merupakan
istilah
yang
digunakan
untuk
menggambarkan
pertumbuhan dan perkembangan gigi. Gigi secara embriologi berasal dari dua jaringan, yaitu ektoderm yang akan membentuk enamel dan mesoderm yang akan membentuk pulpa dan sementum. ( Ten Cate,2000 ) Perkembangan dimulai dengan pembentukan lamina gigi. dental lamina adalah suatu pita pipih yang terjadi karena penebalan jaringan epitel mulut (ektodermal) yang meluas sepanjang batas oklusal dari mandibula dan maksila pada tempat mana gigi-gigi akan muncul kemudian. Dental lamina tumbuh dari permukaan sampai dasar mesenhim (Wangidjaja, 1995). Tahapan dari gigi hingga dewasa melalui tahapan sebagai berikut: ( Finn,2003 ) Tahap Pertumbuhan ( Inisiasi, Proliferasi, Histodiferensiasi dan Morfodiferensiasi, Tahap Kalsifikasi ( Mineralisasi dan Maturasi ), Tahap Erupsi ( Praerupsi, Prafungsional dan Fungsional ) dan tahap Atrasi. Erupsi gigi merupakan proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa terjadi dalam setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi, terutama pada periode transisi pertama dan kedua. Variasi ini masih dianggap sebagai suatu keadaaan yang normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun.Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor, yaitu: Faktor Gen, Faktor Ras, Faktor Penyakit, Faktor Lingkungan dan Faktor Lokal. ( Tamba,2011 ) Semua perkembangan gigi tersebut membutuhkan kalsium sebagai bahan baku pembentuknya. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh.
14
Sekitar 99% total kalsium dalam tubuh ditemukan dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit, hanya sebagian kecil dalam plasma cairan ekstravaskuler. (Almatsier,2004)
15
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Periode diantara pergantian gigi susu dan gigi permanen disebut periode gigi bercampur, adalah merupakan periode dimana gigi geligi bersama-sama dalam satu mulut. Gigi secara
embriologi berasal dari dua jaringan, yaitu ektoderm yang akan membentuk enamel dan mesoderm yang akan membentuk pulpa dan sementum. Semua perkembangan gigi tersebut membutuhkan kalsium sebagai bahan baku pembentuknya.
16
DAFTAR PUSTAKA
-
Tamba S. Waktu Erupsi Gigi Permanen ditinjau dari Usia Kronologis pada anak usia 6 sampai 12 tahun di SD ST ANTONIUS V MEDAN. Skripsi. FKG USU 2010: 6-50.
-
Purba S. Erupsi Gigi. Skripsi. FKG USU 2004.
-
Ten Cate. 2000. Ten Cate’s Oral Histology Development, Structure and Function. Edisi 6. St.Louis. Mosby
-
Wangidjaja, Itjhiningsih H. 1995. Anatomi Gigi. EGC: Jakarta
-
Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum : J akarta