EKPLORASI ENDAPAN ENDAPAN NIKEL LA L ATERIT PADA DAERAH SOROWAKO SULAWESI SELATAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Teknik Pemerconto Pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung Tahun jaran !"#$%!"#&
Disusun Oleh: 1. Anang Ma'aru . Kah(i Kau)sar Alians*ah
!1""#"11$"%$& !1""#"11$1"#&
Kelas : +
PRO,RAM STUDI TEKNIK PERTAM+AN,AN -AKULTAS TEKNIK UNIERSITAS ISLAM +ANDUN, "1# M / 1$0 H
i
KATA PEN,ANTAR
Assalamu’alaikum Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai 2E3sl 2E3sl4ra 4rasi si En5aa En5aan n Ni3el Ni3el La)eri La)eri)) Pa5a Pa5a Daera Daerah h S4r46a S4r46a347 347 Sula6e Sula6esi si Sela)an“ Sela)an“ tepat pada waktuny waktunya. a. Penulis Penulis meyadar meyadarii bahwa bahwa makalah makalah ini hanya hanya sebuah tulisan yang penyusunanya masih jauh dari sempurna. Tiada lain karena keterbata keterbatasan san pengetah pengetahuan uan serta tak sedikitny sedikitnya a hambatan hambatan dan kesulita kesulitan n yang yang dihadapi. Namun berkat usaha dan bantuan dari berbagai pihak, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Penul Penulis is menguc mengucapk apkan an terima terima kasih kasih kepada kepada para para dosen dosen yang yang telah telah membimbing untuk penulisan makalah ini. Selanjutnya, Selanjutnya, penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih banya kekurangannya. leh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik kritik dari para pembaca. pembaca. Semoga Semoga makalah makalah
ini dapat dapat bermanfaat bermanfaat baik bagi bagi
penulis secara khusus maupun bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
!andung, "anuri #$%&
Penulis
i
DA-TAR ISI
KATA PEN,ANTAR........................................................ ............................ 1 DA-TAR ISI.................................................................................................1 +A+ I PENDAHULUAN...............................................................................1 %.% %.#
'atar !elakang...................................................................................( )aksud dan Tujuan............................................................................* %.#.% )aksud........................................................................................ %.#.# Tujuan........................................................................................ *
+A+ II LANDASAN TEORI.........................................................................8 #.%
#.#
#.+ #.( #.*
Sampling............................................................................................* #.%.% Pengertian Sampling..................................................................+ #.%.# Tujuan Sampling........................................................................+ #.%.+ )etode Sampling.......................................................................( #.%.( Pola Sampling ........................................................................... Nikel 'aterit........................................................................................ #.#.% -anesa Nikel 'aterit.................................................................. #.#.# aktor/aktor Pembentukan !ijih Nikel 'aterit.........................%$ 0kplorasi Nikel 'aterit.......................................................................%# )etode Analisis 'aboratorium..........................................................%+ Penentuan 1olume !ijih Nikel...........................................................%(
+A+ III KE,IATAN PENELITIAN.............................................................. 1 +.%
+.#
'okasi Penelitian..............................................................................%* +.%.% 'etak Wilayah..........................................................................%* +.%.# -eologi 2egional.....................................................................%* 3egiatan Penelitian...........................................................................%4
+A+ I PEM+AHASAN............................................................................1 (.% (.# (.+
Sur5ei -eofisika...............................................................................% )etode Sumur 6ji.............................................................................#$ Pengeboran......................................................................................#%
+A+ I KESIMPULAN..............................................................................8
i
+A+ I PENDAHULUAN
1.1
La)ar +ela3ang Nikel merupakan unsur logam dengan simbol Ni dan nomor atom #.
3arakteristik nikel yang tahan karat menjadikan komoditas logam ini sangat dibutuhkan oleh peradaban modern yang banyak membutuhkan logam tahan karat sebagai bahan baku dalam produksi. 7alam 3adar nikel tertinggi hingga mencapai +$$$ ppm terdapat dalam batuan ultrabasa dunit dan peridotit seperti yang ditemukan di 8aledonia. 3andungan nikel pada berbagai jenis batuan lainnya
ber5ariasi,
pada
batuan
metamorfik
dan
sedimen
9batupasir:
mengandung ;$ ppm Ni, ;$ < %$$ ppm Ni dalam lempung dan berkisar %$ /#$ ppm batuan karbonatan, sedangkan pada batuan asam sangat tidak umum = * ppm:. Terdapat dua jenis cebakan nikel yaitu primer dan laterit 9Sutisna et.al, #$$4:. 'aterit berasal dari later, artinya bata 9membentuk bongkah/bongkah yang tersusun seperti bata berwarna merah:. llier 9%;4;: mengartikan sebagai Soil di daerah tropis dengan hori>on konkresi besi oksida, yang dalam keadaan normal berwarna merah. 'aterisasi merupakan proses pelapukan kimia pada kondisi iklim yang lembab 9tropis: yang berlangsung pada waktu yang lama dengan kondisi tektonik yang relatif stabil, membentuk formasi lapisan regolith yang tebal dengan karakteristik yang khas, 9!ut and ?eegers, %;;#:. Secara umum, nikel laterit diartikan sebagai suatu endapan bijih nikel yang terbentuk dari proses laterisasi pada batuan ultramafik 9peridotit, dunit dan serpentinit: yang mengandung 'i dengan kadar yang tinggi, yang pada umumnya terbentuk pada daerah tropis dan sub tropis. Kandungan 'i di batuan asal berkisar $.# @ dapat mengalami kenaikan menjadi % @ Ni sebagai konsentrasi sisa 9residual concentration: pada >ona limonit 9(aheed hmad) !""$ :. Proses laterit ini selanjutnya dapat berkembang menjadi proses pengayaan nickel 9supergene enrichment: pada >ona saprolit sehingga dapat meningkatkan kandungan nikel menjadi lebih besar dari # @. Sebetulnya, disamping endapan nikel laterit, terdapat juga type endapan lain seperti yang dikenal dengan nama nikel sulfida yang mana terbentuk dari proses hidrothermal sehingga membentuk suatu
i
cebakan endapan nikel dalam bentuk urat/urat 95eins:. Salah satu contoh dari type endapan ini bisa ditemukan di tambang Sudbury*Kanada . Namun demikian, untuk tulisan ini kita hanya ingin mengenal lebih jauh tentang nikel laterit itu sendiri, yang mana tersebar banyak di daerah Sorowako, !ahodopi dan Pomalaa. 1.
Ma3su5 5an Tu9uan
1..1
Ma3su5 )aksud dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
proses pengambilan sampel yang baik pada endapan bahan galian nikel laterit dan mengetahui cara menganalisis nikel laterit. 1..
Tu9uan
•
)engetahui sampling yang baik pada endapan nikel laterrit
•
)engetahui bagaimana cara sampling dilakukan
•
)engetahui cara analisis nikel laterit dengan pengambilan sampling dan metode sumur uji
i
+A+ II LANDASAN TEORI
.1
Saling
.1.1
Penger)ian Saling Sampling adalah proses pengambilan sebagian komoditas dari seluruh
komoditas yang akan diperiksa kualitasnya, seluruh komoditas tersebut disebut populasi sedangkan bagian komoditas yang terambil tersebut sample atau contoh. Tujuan sampling ialah mendapatkan contoh yang selain kualitasnya bisa mewakili kualitas seluruh populasi, jumlahnya pun relatif masih bisa ditangani. aktor utama yang menentukan tingkat kesulitan suatu sampling ialah 5ariabilitas komponen/komponen pembentuk populasi. Sampling yang baik adalah sampling yang di samping dilakukan dengan akurat dan presisinya tinggi, sehingga contoh mewakili seluruh populasi dengan baik, jumlah contoh yang terambil pun harus dapat ditangani. 3arena tak seorangpun tahu berapa nilai kualitas sesungguhnya suatu komoditas, maka metode sampling, sample preparation dan analysis dianggap tidak pernah ada yang %$$@ sempurna. Nilai kualitas yang didapat dari suatu pengukuran hanyalah nilai pendekatan. Nilai yang paling dekat dengan nilai sesungguhnya adalah nilai rata# hasil analisis yang didapat oleh sebanyak mungkin pemeriksaan, dengan menggunakan metode standar yang sama. .1. Tu9uan Saling Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan 9tujuan: maupun tahapan pekerjaan 9tahapan eksplorasi, e5aluasi, maupun eksploitasi:. 1.
Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih 9 mineable thickness: dan tidak hanya terbatas pada >ona mineralisasi saja, tetapi juga pada >ona/>ona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk mendapatkan batas yang jelas antara masing/masing >ona
tersebut. #. Selama fase e5aluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada >ona endapan, tapi juga pada daerah/daerah di sekitar endapan dengan tujuan
i
memperoleh informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng dan pemilihan metode penambangan. +. Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan kontrol kadar 9Buality control: dan monitoring front kerja 9kadar pada front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan material:. .1.0
Me)45e Saling Terdapat beberapa metode sampling yang dapat digunakan untuk
pengambilan sampel, diantaranya yaitu C 1. Channel Sampling 8hannel sampling adalah suatu metode 9cara: pengambilan conto dengan membuat alur 9channel: sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih 9mineralisasi:. Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam 9lebar +/ %$ m, kedalaman +/* m: secara hori>ontal, 5ertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan
,a;ar .1 ,a;ar S3e)sa Pe;ua)an
8ontoh paritan diambil dengan lebar sekitar ( sampai 4 cm dan dalamnya sekitar + sampai ( cm, dengan arah biasanya tegak lurus jurus lapisan. "arak antara satu parit dengan parit lainnya tergantung dari keseragaman dari bahan galiannya. 6ntuk kebanyakan deposit, jarak antar parit kira/kira satu setengah meter, akan tetapi untuk deposit bijih yang kaya dan tersebar setempat/setempat jarak tersebut hanya dapat sekitar sepertiga meter saja. 6mumnya satu contoh sudah cukup untuk mewakili sepanjang # meter dari parit yang dibuat. .
Me)45e Sel43an U9i !Trenching) )etode ini berguna
untuk menemukan bahan
galian dan untuk
memperoleh data/data mengenai keadaan tubuh batuan 9orebody : yang
i
bersangkutan, seperti ketebalan, sifat/sifat fisik, keadaan batuan di sekitarnya, dan kedudukannya. 8ara pengambilan contoh dengan metode ini paling cocok dilakukan pada tubuh bahan galian yang terletak dangkal di bawah permukaan tanah, yaitu dimana lapisan penutup 9over burden: kurang dari setengah meter. Trench yang dibuat sebaiknya diusahakan dengan cara/cara berikut C •
7asar selokan dibuat miring, sehingga jika ada air dapat mengalir dan mengeringkan sendiri 9shel+ drained : dengan demikian tidak diperlukan adanya pompa.
•
3edalaman selokan 9trench: diusahakan sedemikian rupa sehingga para pekerja masih sanggup mengeluarkan bahan galian cukup dengan lemparan.
•
6ntuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar kemungkinan untuk menemukan urat bijih itu lebih besar. !ila kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan singkapan urat bijihnya, maka jurusnya 9strike: dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit/parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya
,a;ar . +en)u3 Penaang Trenching
i
,a;ar .0 Arah Penggalian Trenching !Sel43an U9i&
0.
Me)45e Chipping )etode ini digunakan untuk pengambilan contoh pada endapan bijih yang
keras dan seragam, dimana pembuatan paritan sangat sukar karena kerasnya batuan. 8ontoh diambil dengan cara dipecah dengan plu geologi dalam ukuran/ ukuran yang seragam dan tempat pengambilan tersebut dibuat secara teratur di permukaan batuan. "arak dari setiap titik pengambilan baik secara horisontal dan 5ertikal dibuat sama 9seragam: dan besarnya tergantung dari endapannya sendiri. $.
Me)45e Suur U9i !Test Pitting) )etode ini digunakan jika lapisan penutup 9 over burden: agak tebal 9lebih
dari setengah meter:, sehingga metode trenching menjadi tidak praktis karena pembuatan selokannya harus agak dalam sehingga menimbulkan masalah pada pembuangan tanah hasil galian dan masalah pembuangan air yang mungkin menggenang pada selokan, disamping akan memakan waktu yang lebih lama. 7alam keadaan tersebut maka dipakai metode dengan pembuatan sumur uji 9test ,itting : untuk mengambil contoh bahan galian. Pada umumnya ukuran lubang test ,it ini adalah dan kedalamannya dapat mencapai +* meter, akan tetapi untuk jenis over burden yang lepas/lepas seperti pasir, ukuran lubang pit harus dibuat lebih besar untuk menghindari longsornya dinding, misalnya . 7emikian pula ketika kedalaman test ,it besar, maka ukuran lubang juga harus dibuat lebih besar, kemudian setelah kedalaman sampai setengahnya, ukuran lubang diperkecil. "ika lapisan penutup sangat lepas/lepas, maka dinding test ,it / nya dibuat miring, sedangkan untuk material yang kompak dinding dibuat tegak dengan ukuran . 6ntuk penghematan biaya dan keberhasilan pembuatan test ,it , maka hal/ hal yang harus diperhatikan, yaitu C
i
•
Test ,it harus bebas dari bongkah karena jika terhalang oleh bongkah maka pembuatan test ,it tersebut akan memakan waktu yang lama
•
sehingga memakan biaya yang mahal. Penggunaan penyangga yang seadanya, untuk batuan yang kompak
•
penyanggaan tidak perlu dilakukan. Penyanggaan dapat dihindari dengan cara dinding lubang dibuat miring dan kemiringan tergantung material dari over bunden.
,a;ar .$ Ma>a +en)u3 Penaang Test Pit
8.
Me)45e Pe;4ran !Borehole Sampling) 6ntuk eksplorasi nikel laterit dapat digunakan sebagai pengeboran
dangkal untuk pengambilan sampel permukaan untuk analisis geokimia tanah. 7alam tahap ini titik pengeboran secara prosedural ditentukan pada area yang sebelumnya telah dipertimbangkan secara geologi, baik keterdapatan batuan dasar serta kemungkinan keterdapatan endapan dan konsentrasi nikel yang signifikan
9topografi,
hidrologi,
ketebalan
saprolit:.
Pengeboran
dangkal
merupakan opsi pilihan selain pembuatan sumur uji. Alat yang biasa dugunakan dalam pengeboran ini adalah -and uger . 6ntuk eksplorasi dengan presisi yang rinci, pengeboran dapat dilakukan dengan menggunakan alat bor dengan mesin dan penangkap inti bor. Tingkat kedalaman umumnya mencapai batuan dasar. 3egiatan pengeboran harus dipimpin oleh seorang (ellsite .eologist untuk memimpin pelaksanaan pengeboran serta melakukan manual logging . !ila diperlukan maka akan ditambah dengan proses
/ireline logging untuk
meningkatkan tingkat presisi. Spasi titik bor dapat berjarak %$$ meter, *$ meter, #*meter bahkan hingga %#,* meter, tergantung pada kebutuhan dan tingkat presisi suatu eksplorasi.
i
.1.$
P4la Saling Agar hasil dapat presisi, maka dalam beberapa pelaksanaan metode ini
menggunakan data primer dan sekunder sebagai penunjang 7ata primer yang digunakan yaitu data resisti5itas untuk setiap lintasan yang meliputi nilai resisti5itas semu. 7ata sekunder pada data bor pada daerah sepanjanglintasan pengukuran yang meliputiC %. 'okasi dari titik bor 9D,E:, kedalamannya 9?:. #. 7ata geologi dari tiap log bor meliputi C lapisan limonit, saprolit dan bedrock. +. 7ata kandungan unsur kimia berupa persentasi nilai total material magnesium 9)g:, aluminium 9Al:, besi 9e:, kromium 98r:, nikel 9Ni:, kobalt
98o:, mangan 9)n: dan Si# 9Silika:.
3arena yang diperoleh di lapangan adalah resisti5itas semu, maka perlu dilakukan proses in5ersi. Proses in5ersi bertujuan untuk mengubah nilai resisti5itas semu menjadi nilai resisti5itas sebenarnya. Proses in5ersi akan dilakukan dengan menggunakan program komputer dengan menyesuaikan metode konfigurasi katoda dan menghasilkan penampang # dimensi yang selanjutnya dapat dihubungkan dengan data pengeboran 9)uhtar et.al #$%(:. Pola sampling pada eksplorasi nikel yaitu dengan cara regular karena setiap titik memiliki wilayah cakupan atau daerah pengaruhnya dalam jarak tertentu.
.
Ni3el La)eri)
..1
,enesa Ni3el La)eri) 3andungan nikel pada berbagai jenis batuan lainnya ber5ariasi, pada
batuan metamorfik dan sedimen 9batupasir: mengandung ;$ ppm Ni, ;$ / %$$ ppm Ni dalam lempung dan berkisar %$ /#$ ppm batuan karbonatan, sedangkan pada batuan asam sangat tidak umum = * ppm:. 3andungan Ni dalam soil bagian hori>on !# 9pod>olic: berkisar dari nilai jejak 9trace: hingga mencapai *$$$ ppm. Terdapat dua jenis cebakan nikel yaitu primer dan laterit, dimana pembahasaan dalam karya tulis ini akan difokuskan kepada model perencanaan eksplorasi terhadap cebakan nikel laterit di daerah Wayamli Teluk !uli Falmahera Timur dan segala aspek terkait sehingga diharapkan mendapatkan hasil
i
optimal.3ategori cebakan nikel laterit dapat terdiri atas # 9dua: jenis, yaitu nikel mengandung e dan rijang9nickel ferroes ferugenous: dan silikat nikel 9nickel silicate:. "enis cebakan pertama mempunyai kandungan besi ($@ e dan kandungan Ni sekitar % 9satu: @ seperti yang terdapat di negara/negara 3uba dan ilipina. "enis nikel yang kedua umumnya mempunyai kandungan besi rendah = +*@ eG Fot>,%;4(: dengan kandungan %*@ Ni, yang terdapat pada nickel garnierite dan terbentuk pada bagian bawah >ona pelapukan atau pada >ona saprolit. 3edua jenis endapan bijih nikel laterit ini membentuk lapisan selubung dengan ketebalan % sampai +$$ kaki dan rata / rata *$ kaki. 'apisan bagian atas mempunyai kandunBan H %@ Ni, sedangkan bagian yang paling kaya terdapat pada bagian dasar dari >ona pelapukan. 'ogam nikel yang terkonsentrasi dalam laterit
berasal
dari
penghancuran
mineral
oli5in
dan
piroksen selama
berlangsungnya proses pelapukan. 3onsentrasi nikel ini juga dapat berasal dari hasil pelapukan batuan ultra basa peridotit dengan proses yang melibatkan cuaca atau iklim untuk menguraikan oli5in dan ortopiroksen dari batuan induknya. Pada proses ini terjadi pemisahan magnesium dan silikat, sehingga menyisakan nikel dan besi dalam tanah pelapukan. Selama pelapukan berlangsung hampir tidak ada kehilangan unsur Ni. 3andungan $,#*@ Ni dalam batuan peridotit dibentuk melalui proses serpentinisasi dan akanmenghasilkan kandungan sebesar +,*@ Ni dengan rasio % C 4 sampai % C %4, yang berarti bahwa Ni mengalami peningkatan hingga %4 kali dibandingkan kandungan awalnya. Pengayaan ini juga dipengaruhi oleh faktor topografi, yang berperan dalam pengendalian I keseimbangan proses mekanik dan kimia. Pada topografi dengan kemiringan lereng terjaldominan berlangsung proses mekanik, sehingga tidak terjadi proses kimiawi yang menghasilkan pertukaran unsurG sedangkan pada lereng yang landai terjadi dominasi proses kimiawi.
i
,a;ar .8 Penaang Tega3 En5aan Ni3el La)eri)
,a;ar .? S3ea Pe;en)u3an En5aan Ni3el La)eri)
..
-a3)4r@(a3)4r e;en)u3an ;i9ih ni3el la)eri) 7alam Sundari 9#$%#: aktor/faktor yang mempengaruhi pembentukan
bijih nikel laterit ini adalah C %. !atuan asal, adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit, batuan asalnya adalah batuan ultrabasa. 7alam hal ini pada batuan ultrabasa terdapat elemen Ni yang
i
paling banyak di antara batuan lainnya dan mempunyai mineral/mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil 9seperti oli5in dan piroksin:, mempunyai komponenkomponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel. #. Iklim, adanya siklus musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dansekaligus
akumulasi unsur/unsur.
Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan/rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan. 7engan kondisi curah hujan tinggi pada wilayah 3abaena selama enam bulan 97esember / )ei: akan mempercepat proses pelapukan kimia dimana nikel laterit mudah terbentuk. +. 2eagen/reagen kimia dan 5egetasi, maksud dari reagen/reagen kimia adalah
unsur/unsur
dan
senyawa/senyawa
yang
membantu
mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung 8 # memegang peranan penting di dalam proses pelapukan kimia. Asam/ asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat mengubah pF larutan. 7alam hal ini, 5egetasi akan mengakibatkanC Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon/ pohonan, akumulasi air hujan akan lebih banyak, humus akan lebih tebal keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. (. Topografi, keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen reagen lain. 6ntuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan/lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan/rekahan atau pori/pori batuan. Akumulasi endapan umumnya terdapat pada daerah/ daerah yang landai sampaikemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur 9run o++ : lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.
i
*. Struktur yang sangat dominan adalah struktur kekar 9joint: dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas 9kemampuan batuan untuk meloloskan air: dan permeabilitas 9kemampuan batuan untuk menahan air: yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan/rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.
.0
E3sl4rasi Ni3el La)eri) 3arakteristik suatu endapan akan menjadi tolak ukur dalam pemilikan
suatu metode eksplorasi mineral. 0ksplorasi mineral membutuhkan pemahaman geologi yang menunjang untuk menentukan wilayah eksplorasi untuk mencari suatu endapan yang memiliki potensi ekonomis. !erikut merupakan beberapa metode yang menjadi opsi berkaitan dengan eksplorasi nikel laterit C %. 0ndapan nikel laterit berasosiasi dengan batuan ultrabasa, artinya dalam memilih suatu wilayah eksplorasi dibutuhkan pemahaman tentang daerah dengan keterdapatan batuan ultrabasa. Fal tersebut dapat dilakukan dengan studi literatur melalui data geologi berupa peta geologi terdahulu yang selanjutnya ditunjang dengan metode pemetaan geologi hingga skala
terperinci disertai dengan analisis data penunjang berupa citra
satelit dan data topografi. Pemahaman terhadap morfologi juga dapat berguna untuk pemilihan wilayah karena pembentukan endapan ini salah satunya dipengaruhi oleh topografi yang mempengaruhi gerakan air tanah dan proses pelindian. #. 0ndapan nikel laterit yang sebagian besar terdiri atas tubuh tanah hasil proses pelapukan dan terjadi proses pengayaan oleh proses pelindian, sehingga dibutuhkan metode analisis kimia untuk menentukan >onasi lapisan yang terkayakan dengan metode pengambilan sampel melalui pembuatan sumur uji dan pengeboran. Fal tersebut dikarenakan sebagian besar endapan berupa tanah tidak menunjukan kondisi yang tersingkap di permukaan. Sampel
tersebut membutuhkan analisis
laboratorium berupa analisis laboratorium secara geologi dan analisis kimia untuk mengetahui genesa, jenis bijih, dan kadar nikel. +. 6ntuk memastikan profil endapan secara 5ertikal maupun persebaran secara lateral, data geokimia serta profil dari pembuatan sumur uji dan
i
pengeboran ditunjang oleh metode geofisika. 7alam eksplorasi endapan nikel laterit yang berkaitan dengan mineral oksida, mineral logam dan faktor air tanah sebagai agen proses pelindian menjadi acuan metode geofisika berupa metode tahanan jenis 9 resistivity :.
.$ 1.
Me)45e Analisis La;4ra)4riu )etode ini terdiri atas analisis laboratorium meliputi C Analisis e)r4gra(i 7igunakan untuk mengidentifikasi mineralogi batuan
dasar
untuk
menjawab hubungan asosiasi mineral terhadap pengayaan kandungan nikel 9genesa batuan dan asosiasi mineral:. Prosedur pelaksanaan yaitu membuat preparasi sayatan batuan dasar dengan ketebalan standar $.$+ milimeter yang diambil dari proses pemetaan maupun sumur uji dan inti bor, kemudian diamati dengan mikroskop polarisasi. . Analisis ineragra(i Saling berkaitan dengan analisis petrografi, digunakan untuk mendukung analisis genesa perubahan batuan 9serpentinisasi: serta kemunculan mineral logam yang muncul dan berasosiasi dengan nikel. Prosedur pelaksanaan yaitu menggunakan sayartan poles sampel batuan dasar, kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop mineragrafi atau mikroskop refleksi. 0. Analisis RD 7itujukan untuk mengidentifikasi nama/nama mineral yang terdapat pada endapan nikel laterit. 7engan adanya analisis D27 ini dapat diketahui mineral/ mineral pembawa unsur e, Ni serta menganalisis perubahan yang terjadi pada endapan nikel laterit akibat proses leaching oleh airtanah 9Syafri>al et.al.,#$%%:. Prosedur standar analisis ini terdapat dua cara preparasi spesimen untuk analisis D27, yaitu cara kering dan basah. 8ara kering menggunakan serbuk kering yang dicetak pada cetakan aluminium yang merupakan cetakan standar untuk analisis D27 berukuran #$ J %$ mm dan tebal % mm. 8ara basah dilakukan dengan meratakan serbuk sampel di atas gelas preparat dan menambahkan beberapa tetes larutan kimia yang tidak akan merusak struktur kristal sampel, misalnya aseton dan glikol 9campuran %$@ gliserol dan ;$@ etanol:. Preparasi spesimen basah lainnya adalah dengan mengikuti penyiapan sampel standar untuk analisis mineral lempung yang dideskripsikan oleh serbuk sampel dicampur dengan air murni, dikocok dan didiamkan sementara waktu sehingga butir/butir kasar akan terpisah. Fasil suspensi larutan tersebut diteteskan di atas gelas preparat dan dibiarkan mengering selama semalam pada suhu ruangan. Spesimen ini
i
kemudian dianalisis dengan metode D27 tanpa dan dengan penambahan larutan glikol 9Ferdianita et.al.%;;;:. Sampel dianalisis dengan alat 7ifraktometer sinar/D. $. Se3)r4s34i X-a! "luorescence !R-& merupakan teknik analisis unsur yang membentuk suatu material dengan menjadikan interaksi sinar/D dengan material analit sebagai dasarnya. D2 spektroskopi banyak dimanfaatkan dalam analisa batuan karena membutuhkan jumlah sampel yang relatif kecil 9sekitar % gram:. 7ibutuhkan kalibrasi alat spektrosopi D2 terlebih dahulu sebelum melakukan analisis untuk memastikan tingkat presisi.
.8
Penen)uan 4lue +i9ih Ni3el Perhitungan
5olume
nikel
laterit
di
daerah
penelitian
dilakukan
berdasarkan pada data yang diperoleh dari pemboran eksplorasi. 7ata/data pemboran tersebut kemudian dianalisis sesuai dengan kadar nikel untuk mengetahui ketebalan bijih 9ore: dari tiap lubang bor sehingga dapat digunakan metode area of influence atau daerah pengaruh, dimana untuk setiap titik bor diekstensikan sejauh setengah jarak dari titik/titik di sekitarnya yang membentuk satu daerah pengaruh 9area of influence:.
i
+A+ III KE,IATAN PENELITIAN
0.1
L43asi Peneli)ian
0.1.1
Le)a3 Wila*ah 'okasi daerah penelitian yaitu terletak pada daerah Sorowako, Sulawesi
selatan. !erada di ketinggian K %+ kaki dpl. 7esa/desa di sekitar Sorowako yang termasuk dalam 3ecamatan Nuha adalahC 7esa Nuha, 7esa )atano, 7esa )agani, dan dusun disekitarnya antara lainC Pontada, Salonsa, ld 8amp dan 'awewu.
,a;ar 0.1 Pe)a l43asi 5aerah eneli)ian 0.1.
,e4l4gi Regi4nal Pulau Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari + )andala -eologi, yaitu C
%. )andala -eologi Sulawesi !arat, dicirikan oleh adanya jalur gunungapi Paleogen. #. Intrusi Neogen dan sedimen )eso>oikum. )andala -eologi Sulawesi Timur, dicirikan oleh batuan fiolit yang berupa batuan ultramafik
i
peridotite, har>burgit, dunit, piroksenit dan serpintit yang diperkirakan berumur kapur. +. )andala -eologi !anggai Sula, dicirkan oleh batuan dasar berupa batuan metamorf Permo/3arbon, batuan plutonik yang bersifat granitis berumur Trias dan batuan sedimen )eso>oikum.
,a;ar 0. Pe)a Sa)uan Li)4)e3)4ni3 Sula6esi !an Leeu6en 71%$$&
0.
Kegia)an Peneli)ian
0..1
Penga;ilan Sael Ni3el La)eri)
1.
SurBei ,e4(isi3a Sur5ey geofisika dilakukan pada daerah sorowako untuk >onasi lapisan
nikel laterit .
Pe;ua)an Suur U9i 7alam eksplorasi nikel laterit, sumur uji umumnya dilakukan berdasarkan
nilai anomali kandungan geokimia tanah serta topografi yang menunjang yaitu morfologi lembah. Fal tersebut disebabkan karena pada daerah lembah kandungan nikel pada saprolit lebih signifikan karena pola gerakan air tanah.umumnya dibuat dengan peralatan manual penggalian seperti cangkul dan lainnya dengan tenaga manusia. -ambar ( menunjukan bentuk umum penampang sumur uji. 3edalaman sumur dibuat berdasarkan kebutuhan
i
eksplorasi, bahkan sampai batuan dasar dengan lebar umum +/* meter. Spasi dari setiap titik pembuatan sumur uji juga diperhitungkan dengan plot -PS untuk mencari kemenerusan secara lateral.
,a;ar 0.0 ariasi enaang suur u9i.
0.
Penge;4ran 7ari hasil pemetaan daerah >ona prospek laterit, lokasi terbagi menjadi
+ block yaitu block A, ! dan 8, dari ke/+ block ini dapat mengetahui penyebaran 'aterit yang dominan di !lock ! dan 8 serta sebagian berada di block A yang penyebarannya tidak terlalu luas. 7ari ketiga block ini, fokus pemboran di lakukan pada block A dan block 8 saja.
i
+A+ I PEM+AHASAN
0.1
SurBei ,e4(isi3a Penggunaan data geofisika tahanan jenis dengan penampang bor untuk
menunjukan interpretasi nilai tahanan jenis terhadap >onasi lapisan nikel laterit pada daerah !ukit Fasan North, Sorowako, Sulawesi Selatan. !erikut beberapa hasil model in5ersi nilai tahanan jenis berupa model # dimensi ditunjukan oleh gambar berikut C
,a;ar $.1 Penaang nilai resis)iBi)as lin)asan N?
-ambar (.% menunjukan hasil interpretasi batas lapisan dengan memasukan data sumur pengeboran.
,a;ar $. Penaang nilai resis)iBi)as lin)asan N? 5engan in)erre)asi ;a)as laisan engguna3an 5a)a ;4r
Interpretasi lebih lanjut yaitu menentukan >onasi lapisan laterit berdasarkan penarikan batas lapisan 9gambar (.+:.
i
,a;ar $.0 Penaang nilai resis)iBi)as lin)asan N? 5engan in)erre)asi ;a)as 5an C4na laisan engguna3an 5a)a ;4r
!erdasarkan interpretasi tersebut disimpulkan dan disajikan suatu interpretasi berupa penampang perlapisan secara 5ertikal. Fasil tersebut ditunjukan pada gambar %% yang disertai dengan nilai tahanan jenis serta >onasi lapisan nikel laterit.
,a;ar $.$ In)erre)asi enaang Ber)i3al 5a)a resis)iBi)as 5an 5a)a ;4r
!erdasarkan interpretasi tersebut akan mempermudah pembuatan model geologi daerah penelitian khususnya untuk endapan nikel laterit baik secara 5ertikal maupun kemenerusan secara lateral.
i
0.
Me)45e Suur U9i 3orelasi antara data yang diperoleh dengan menggunakan metode
pembuatan sumur uji dengan data ketebalan bijih pada daerah Sorowako, Sulawesi Selatan 9Tonggiroh, #$$;:. Penelitian tersebut. Tabel (.% dan (.# menunjukan ketebalan bijih nikel dan ketebalan limonit serta saprolit pada daerah tersebut dan untuk penampang sumur uji digambarkan pada gambar (.* Ta;el . hasil 5ari analisis 3e)e;alan ;i9ih )erha5a 3e)e;alan li4ni)
Ta;el 0. hasil 5ari analisis 3e)e;alan ;i9ih )erha5a 3e)e;alan Sar4li)
,a;ar $.8. Ilus)rasi enaang suur u9i 5aerah S4r46a347 Sula6esi Sela)an
3emudian berdasarkan korelasi tersebut disimpulkan untuk kandungan nikel dengan grade tinggi terdistribusi pada bagian punggungan serta lembah yang lebih landai 9pengaruh topografi:. -ambar (.4 menunjukan distribusi serta kadar nikel daerah tersebut.
i
,a;ar $.? Dis)ri;usi ser)a 3a5ar ni3el 5aerah S4r46a347 Sula6esi Sela)an
$.0
Penge;4ran •
+LO
"ackro %$$. Pada block A jumlah pengeboran yang dilakukan adalah + titik dengan ketebalan laterit mencapai # m, bagian bawahnya sudah dijumpai bedrock berupa batugamping pemboran
diblock
kristalin
yang
sangat
kompak
sehingga
A dihentikan. Tidak semua block A memiliki ketebalan
laterit # m, dan ada yg lebih dari # m. Fal ini menyebabkan pengeboran dialihkan ke block 8. Fasil analisis sampel pengeboran pada block A di ketahui kadar nikel 9Ni: yang tertinggi terdapat di titik bor A/%; pada kedalaman % m yaitu $,4$.
i
,a;ar $.# L43asi Ti)i3 A
,a;ar $. Pe)a s)ra)igra(i )i)i3 ;4r 5i ;l4>3 A •
+LO
Pit pada # titik. 7ari hasil analisis diketahui bahwa kadar nikel 9Ni: yang tertinggi terdapat di titik -2/% yaitu %,+ pada kedalaman m dan kadar terendah pada kedalaman + m dengan kadar $,. Penyebaran lateritnya berada dipunggungan bukit, dengan
kondisi litologi yang memiliki kandungan
serpentine yang sangat tinggi yang telah mengalami pelapukan lanjut, sehingga menyebabkan kadar nikelnya tinggi.
i
,a;ar $.% Pe)a l43asi )i)i3 ;4r 5i ;l4>3 + •
+LO
%%,&* Fa. 3enampakan relief
perbukitan bergelombang dengan ketinggian antara %; sampai ** mdpl, slope $ $ rata < rata * sampai #+ , dilokasi penyelidikan banyak terdapat rawa dan sungai. Pada pemboran pada block 8, mesin yang digunakan adalah "ackro %$$. "umlah keseluruhan titik diblock 8 adalah %#; titik, sedangkan yang berhasil dibor adalah *# titik dengan total depth keseluruhan adalah 4;%,%# m dan diblock 8 ada ( titik dengan terkendala masalah i>in
total
kedalaman
%;.4
m,
sisanya
lahan. Penyebaran laterit umumnya utara/selatan,
dengan ketebalan rata/rata sekitar ( m, sedangkan saprolit mempunyai ketebalan rata/rata & m. Pada kedalaman rata/rata sekitar %% m dijumpai bedrock berupa batugamping, breksi dan konglomerat. 7ari hasil analisis pengeboran *4 titik di block 8 diketahui kadar nikel 9Ni: tertinggi adalah di titik bor 8/+ yaitu %,$+ pada kedalaman m, serta titik bor 8/+& yaitu %,#* pada kedalaman 4 m.
i
,a;ar $.1" Pe)a l43asi )i)i3 ;4r 5i ;l4>3 <
,a;ar $.11 Pe)a l43asi en*e;aran la)eri) 5i +l4>3 <
,a;ar $.1 Penaang s)ragra(i l43asi ;l4>3 < se)elah 5i :45elling
i
+A+ KESIMPULAN
?onasi suatu endapan nikel laterit terdiri atas lapisan penutup, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan batuan dasar 9batuan induk: yang terbentuk oleh proses pelindian oleh larutan meteorik.0ndapan nikel laterit yang berasosiasi dengan batuan ultrabasa dalam proses pembentukan cadangan ekonomis sangat dipengaruhi oleh faktor batuan induk, iklim, agen kimia, topografi, dan struktur geologi. )etode eksplorasi yang dapat diterapkan dalam pengumpulan data untuk endapan nikel laterit yaitu metode pemetaan geologi, metode geolistrik tahanan jenis, metode sumur uji, metode pengeboran disertai dengan analisis mineralogi dan geokimia. Penggunaan kombinasi data dari berbagai metode menghasilkan interpretasi eksplorasi yang lebih komperhensif mengenai sumber daya mineral endapan nikel laterit baik secara 5ertikal maupun kemenerusan secara lateral. 7ilihat dari hasil analisis laboratorium kadar nikel di block A yang tertinggi terdapat pada titik A%# yaitu %,## berada pada kedalaman + m. 7ari hasil pengeboran ( titik kadarnya rendah dan kedalamanya yang r elatif dangkal maka pengeboran diblock A bagian barat disarankan untuk ditutup atau tidak prospek dan difokuskan ke block A bagian selatan serta selanjutnya mengarah ke block !. 7ari hasil analisis laboratoruim berdasarkan sampel dari handauger dan Tes Pit maka diketahui kadar nikel untuk block ! cukup tinggi karena ada yang memenuhi standar diatas %, sehingga memenuhi syarat untuk dilakukakan eksploitasi. Setelah melakukan sur5ey tinjau dilihat banyak singkapan batuan serpentine yang tersingkap diatas permukaan yang sudah mengalami
pelapukan
tingkat
tinggi. Sedangkan untuk block 8 perlu
dipertimbangan lagi karena kadarnya relatif rendah, hanya ada beberapa sumur yang sudah memenuhi standar yaitu diatas %, sedangkan kebanyakan sumur lainnya, kadarnya rendah. "adi kesimpulan untuk block 8 adalah tidak prospek untuk dieksploitasi karena penyebarannya tipis.
i
DA-TAR PUSTAKA
%. #.
Ahmad. W. #$$*. 2#ickel $aterites. P.T 1ale. Indonesia Sulasmoro. !. %;*. 2+ule)in : Ka9ian Ni3el. 7epartemen Pertambangan dan
+.
0nergi.
7irektorat "enderal Pertambangan 6mum.
Pusat
Pengembangan Teknologi )ineral G !andung 0ltrit, !ima. #$%#.2 I5en)i(i3asi Se;aan Ni3el La)eri) Dan 4lue +i9ih Ni3el. httpsCdensowestlifer>.wordpress.com. 7iakses #* 7esember
(.
#$%4 Pukul %;C+$ WI! Westlifer, 7enso. #$%%.2Me)45a Saling Pa5a 9enis@9enis En5aan. httpsCdensowestlifer>.wordpress.com. 7iakses #* 7esember #$%4 Pukul %C+$ WI!
i